Anda di halaman 1dari 5

Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah hasil sisa pembakaran bahan bakar didalam
ruang bakar pada mesin pembakaran dalam dan pembakaran luar. Hasil sisa
pembakaran dapat berupa air (H2O), CO, CO2, HC, dan NOx. Proses
pembakaran adalah suatu proses reaksi kimia suatu bahan bakar dengan
oksigen yang menghasilkan CO2, H2O dan energi. Pembakaran yang
sempurna membutuhkan bahan bakar yang ideal untuk dibakar pada waktu
yang tepat apabila pembakaran bahan bakar tidak berlangsung dengan baik,
maka proses itu tidak mencapai efisiensi yang maksimum.
Emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan atau mesin yang
menggunakan bahan bakar. Bergantung terhadap perbandingan bahan bakar
digunakan dan oksigen. Mesin bensin konvensional perbandingan bahan
bakar dengan udara yang kaya, kadar NOx dihasilkan berkurang sedangkan
kadar emisi CO dan HC anak naik. Jika menggunakan perbandingan bahan
bakar dengan udara yang miskin emisi CO dan NOx akan naik sedangkan
kadar emisi HC ikut bertambah. Uji emisi gas buang diperlukan untuk
mengetahui gas buang yang berbahaya. Kandungan emisi yang terdapat pada
kendaaran pada umumnya berdampak negatif baik bagi lingkungan dan
kesehatan. Akibat dari tingginya emisi gas buang pada kendaraan dapat
dilihat dari komponen kendaraan atau dari bahan bakar itu sendiri. (Ainul,
2016).

Gambar 2.1 Sumber Emisi Pada Kendaraan.


2.1.1 Komposisi Emisi Gas Buang
secara umum komposisi gas buang kendaraan bermesin bensin dapat
dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini:
Gambar 2.2 komposisi Gas Buang Motor Bensin.
Menurut Muziansyah dkk (2015) menyatakan bahwa komposisi emisi gas
buang meliputi, sebagai berikut:

1. CO (Karbon Monoksida)
Karbon Monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau, gas ini terjadi ketika bahan bakar atau elemen C tidak
memiliki ikatan yang cukup dengan 𝑂2. Menunjukkan bahwa udara
yang masuk ke ruang silinder tidak mencukupi atau suplai bahan
bakar berlebihan. Bila karbon di dalam bahan bakar terbakar secara
sempurna, akan terjadi reaksi yang menghasilkan 𝐶𝑂2 sebagai
berikut:
C+ O2 →CO ……………………………………………(2.1)
Tetapi, jika unsur oksigen di dalam udara tidak cukup (kurang),
terjadi pembakaran tidak sempurna sehingga terjadi reaksi yang
menghasilkan CO sebagai berikut :
1
C+ O → CO……………………………………………(2.2)
2 2
CO dapat diubah menjadi 𝐶𝑂2 dengan oksidasi, namun karena
reaksi ini merupakan jenis reaksi yang sangat lambat maka tidak
semua CO dapat berubah menjadi 𝐶𝑂2. (Prawoto, 2011)
2. NO (Nitrogen Oksida)
Tidak berwarna dan tidak berbau, gas ini dihasilkan karena suhu
ruangan yang tinggi terbakar karena proses pembakaran yang
mengubah kandungan nitrogen di udara menjadi N𝑂𝑋. Pada suhu
tinggi, di dalam mesin kendaraan bermotor dapat terjadi reaksi
antara nitrogen dan oksigen.
3. HC (Hidro Karbon)
Agak hitam, baunya sangat tajam, gas ini akan dihasilkan selama
pemprosesan pembakaran di ruang bakar tidak dilakukan dengan
benar.
Hidrokarbon + O2 → CO2 + H2O.
4. 𝐶𝑂2 (Karbon dioksida)
Tidak berwarna dan tidak berbau, gas ini dihasilkan oleh
pembakaran yang sempurna. Dalam hal ini, terdapat oksigen antara
bahan bakar dan udara. Bila karbon di dalam bahan bakar terbakar
habis dengan sempurna maka terjadi reaksi berikut:
C + 𝑂2 → 𝐶𝑂2
5. S𝑂2 (Oksida Belerang)
Oksida Belerang dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas
sehingga menimbulkan gejala batuk, sesak nafas dan meningkatkan
asma. Belerang dari minyak bumi dapat teroksidasi menjadi gas
belerang dioksida (S𝑂2).
6. 𝑃𝑀10 (Particulate Matter)
𝑃𝑀10 adalah debu partikulat yang terutama dihasilkan oleh emisi
gas buang kendaraan. Sekitar 50% - 60% mengambang merupakan
debu dengan diameter 10𝜇𝑚. Debu P𝑀10 sangat mudah dihirup dan
masuk ke dalam paru – paru, sehingga P𝑀10 diklasifikasikan
sebagai Respirable Particulate Matter (RPM).
2.1.2 Dampak emisi gas buang
Dampak emisi gas buang kendaraan bermotor tidak hanya berdampak
pada manusia, tetapi juga berdampak pada hewan dan tumbuhan. Bahaya
kesehatan dari knalpot kendaraan bermotor bergantung pada daya racun dari
setiap senyawa dan sejauh mana orang terpapar senyawa tersebut.
Menurut karakteristik kimiawi dan perilakunya terhadap lingkungan,
maka dampak pencemar yang terkandung dalam knalpot kendaraan bermotor
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Polutan yang terutama mengiritasi saluran pernafasan. Oksida
tersebut termasuk sulfur oksida, partikulat, nitrogen oksida dan
oksida lainnya.
2. Polutan yang menyebabkan efek racun sistemik, seperti karbon
monoksida dan timah hitam.
3. Polutan yang diduga menyebabkan kanker, sebagai hidrokarbon.
4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan, seperti kebisingan dan
debu jalanan.
Memperhatikan tingkat bahaya yang diakibatkan senyawa tertentu
dalam emisi gas buang kendaraan bermotor, maka pemerintah melalui
Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan Peraturan Menteri No.05
Tahun 2006 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan lama yang
terlihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Parameter
Kategori Tahun CO HC Opasita Metode Uji
Pembuatan (% (ppm s
) ) (%HSU
)
Berpenggera <2007 4,5 1200 Idle
k
motor bakar
cetus api
≥2007 1,5 2000 Idle

Berpenggera Percepatan Bebas


k
motor bakar
penyalaan
kompresi
(diesel)
GW≤3,5 ton <2010 70

≥2010 49
GW>3,5 ton <2010 70

≥2010 50

Table 2.1 Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.


2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Emisi Gas Buang

Menurut Tugaswati (2009) menyatakan bahwa faktor yang


menyebabkan transportasi menjadi polusi udara perkotaan di Indonesia
meliputi:
1. Perkembangan kendaraan yang cepat.
2. Tidak seimbangnya infrastruktur transportasi dengan jumlah
kendaraan yang ada.
3. Lalu lintas pada waktu yang sama.
4. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
5. Faktor perawatan kendaraan dan jenis bahan bakar
yang digunakan.
6. Jenis permukaan jalan dan struktur kontruksi jalan.

Anda mungkin juga menyukai