PENDAHULUAN
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Emisi merupakan zat, energy atau
komponen yang dihasilkan oleh kegiatan yang berlebihan, sehingga menimbulkan
terganggunya suatu system. Sebagai contoh adalah Emisi Gas Buang. Lalu apa itu Emisi
Gas Buang?
Emisi gas buang merupakan sisa hasil pembakaran mesin kendaraan baik itu
kendaraan berroda, perahu/kapal dan pesawat terbang yang menggunakan bahan bakar.
Biasanya emisi gas buang ini terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna dari sistem
pembuangan dan pembakaran mesin serta lepasnya partikel-partikel karena kurang
tercukupinya oksigen dalam proses pembakaran tersebut. Emisi Gas Buang merupakan
salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global yang terjadi akhir-
akhir ini.
Senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepas ke udara bebas, akan berikatan
dengan oksigen untuk membentuk NO2. Inilah yang amat berbahaya karena
senyawa ini amat beracun dan bila terkena air akan membentuk asam nitrat.
2.2. Efek Zat Yang Terkandung Pada Gas Buang Terhadap Manusia Da Lingkungan
Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari
kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat
pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat
pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin
dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya
berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat
asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak
terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin.
Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak
berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung
juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup be sar yang dapat membahayakan gas
buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan.
Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan
bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai
oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB).
Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan keudara karena
adanya penguapan dari sistem bahan bakar.
Lalu lintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu
yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di udara,
beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor dapat berubah
karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau juga
antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain.
Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di
lingkungan jalan raya, dan adapula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia di
atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang panjang dan rumit, dan
menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih lemah dibandingkan
senyawa aslinya.
Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO)
yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida
(NO2 ) yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan
senyawa hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan
asap awan fotokimi (photochemical smog).
Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal sumber (kota), tetapi
dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini tergantung pada kondisi
reaksi dan kecepatan angin. Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti
limbah (Pb), beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke
tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan
air.
Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan yang
pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk
lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan dapat
memberikan dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota maupun desa.
Emisi gas buang kendaraan bermotor juga cenderung membuat kondisi tanah dan
air menjadi asam. Pengalaman di negara maju membuktikan bahwa kondisi seperti ini
dapat menyebabkan terlepasnya ikatan tanah atau sedimen dengan beberapa
mineral/logam, sehingga logam tersebut dapat mencemari lingkungan.
1. FILTER UDARA: Pastikan dalam keadaan bersih atau baru. Bersihkan dengan udara
bertekanan untuk melepas butiran debu halus pada filter udara. Bisa mampir ke bengkel
yang memiliki Air-Compressor.
2. KONDISI BUSI: Periksa seluruh kondisi busi, warna putih kecoklatan pada keramik
kepala busi menandakan mesin dalam kondisi baik. Jika kering kehitaman menandakan
pembakaran terlalu gemuk/rich (terlalu banyak bensin ketimbang udara), untuk lebih
lengkapnya bisa dilihat di sini.
3. KABEL BUSI: Pastikan tidak ada kabel busi yang retak/sobek. Jika ditemukan sobek,
segera ganti baru atau balutkan isolasi setebal mungkin di daerah yang sobek/retak tadi.
Retak/Sobeknya kabel busi membuat terjadinya lompatan listrik ke blok mesin/ground di
dekatnya. dan membuat percik api pada busi menjadi kecil, sehingga ada kemungkinan
terjadi misfire atau bensin tidak terbakar. Ini sangat berpengaruh pada performa mesin,
konsumsi BBM dan juga hasil uji emisi.
4. SUHU KERJA MESIN: Sebelum uji emisi dilakukan, mesin harus dalam kondisi suhu
kerja normal. (umumnya jarum temperatur di dashboard menunjuk pada posisi tengah).
Untuk mobil yang menggunakan Catalytic Converter, usahakan mobil dibawa berjalan
sekurangnya 5 menit sebelum melakukan uji emisi, agar suhu pada Oksigen Sensor dan
Catalytic Converter mencapai panas tertentu dan bekerja sebagaimana mestinya.
6. KNALPOT: Pastikan sepanjang saluran knalpot dari mesin hingga ujung pipa keluar
tidak ada kebocoran. Sedikit saja kebocoran, dapat mempengaruhi nilai-nilai hasil uji
emisi, khususnya untuk O2 (oksigen) akan menjadi tinggi. Untuk langkah sementara,
knalpot bisa ditambal sebelum melakukan uji emisi. Bisa baca ini.
7. SALURAN VACUUM/INTAKE: Periksa selang-selang vacuum dan selang Intake
yang seperti belalai, umumnya dari karet/plastik. Sedikit saja kebocoran akan
mempengarui nilai hasil uji emisi. Angka HC (Hydrocarbon) dan O2 akan tinggi
. HC adalah nilai yang akan dilihat oleh Kelulusan Uji Emisi. Jika ada kebocoran, ganti
atau tambal dengan isolasi yang kuat dan tahan panas.
8. KESIAPAN BENGKEL: Lihat daftar bengkel di bawah, tentukan bengkel mana yang
akan dikunjungi, telepon lah terlebih dahulu, untuk memastikan apakah di bengkel
tersebut tersedia sticker dan buku uji emisinya? Sebab banyak bengkel yang belum
mempunyai sticker dan buku tersebut. Pastikan Anda memperoleh keduanya. Jika tidak
tersedia nomor telepon, tanyakan pada layanan ’108′ Telkom.
.
9. BIAYA: Umumnya berkisar antara 50ribu hingga 150ribu, tergantung layanan
bengkel.
2. Saran