Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER

Semester-1 2015/2016
KEDARURATAN B3 DI INDUSTRI
Nuky Dwifirly Pratiwi Arhatha
25314704

Perancangan Tanggap Darurat di Lab Kimia UI Menggunakan Metode APELL


(Awareness and Preparedness for Emergencies at Local Level)
Menurut Schroll (2002), kedaruratan secara umum merupakan kejadian tidak terduga.
Sementara

Hasanuddin-Suraadiningrat

(2003)

mendefinisikan

kedaruratan

sebagai

peningkatan kecelakaan yang tak terkendali. Hasanaduddin-Suraadinigrat mendefinisikannya


sebagai terlepasnya B3 ke lingkungan yang dipicu oleh kecelakaan atau terorisme.
Secara umum, kedaruratan B3 dapat disebabkan oleh sebagai berikut:
1. Segi teknologi
a. Kegagalan proses
b. Kegagalan struktural
c. Kegagalan komputer
d. Kegagalan pasokan daya
2. Ketidaksengajaan manusia
a. Kurang pelatihan
b. Kesalahan pelaksanaan
c. Kelelahan
d. Kelalaian/mabuk
3. Segi lain
a. Dampak kecelakaan pihak lain
b. Dampak bencana alam luar biasa
c. Dampak hura-hura
d. Kesengajaan manusia;sabotase/terorisme
Sedangkan timbulan bahaya akibat kedaruratan B3 dapat berupa:

Thermal (terpapar suhu kering)


Etiological (terpapar penyebab penyakit)
Asphyxiation (terganggunya pasokan oksigen)
Mechaniacal (terpapar bising, pecahan ledakan)
Chemical (akibat terpapar bahan kimia)
Psychological (kejiwaan
Radiological (terpapar bahan radioaktif)
Berdasarkan berita online kasus kedaruratan yang terjadi di Laboratorium Kimia

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang mengakibatkan 14 korban ledakan terluka, 2

diantaranya luka serius. Lokasi lab yang berada di kampus dimana banyak orang beraktifitas
didalamnya mendorong untuk merancang sistem tanggap darurat menggunakan metode
APELL, dengan tahapannya yaitu :
1. Tanggung jawab organisasional
Diperlukan adanya pembentukkan tim tanggap darurat di laboratorium kimia Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia. Berdasarkan berita yang beredar di media, Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia sendiri telah memiliki tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan
Lingkungan (K3L), sehingga tim tanggap darurat di laboratorium kimia tersebut merupakan
bagian dari tim K3L Fakultas Farmasi UI.
Tanggung jawab langsung program pengelolaan keselamatan dan keamanan
laboratorium biasanya dipangku oleh laboran dan manajer laboratorium. Sedangkan dalam
penerapannya, tim tanggap darurat laboratorium beserta tanggung jawabnya terdiri atas :
-

Pembuat keputusan
Seorang pembuat keputusan atau koordinator keadaan darurat biasanya adalah
manajer laboratorium/kepala laboratorium/dosen yang ditunjuk sebagai kepala
laboratorium. Pembuat keputusan bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan
kerja dalam area pimpinannya. Kepala laboratorium juga yang membuat SOP yang
berlaku di lab berdasarkan kebijakan Fakultas maupun kebijakan Universitas,
bertanggung jawab dalam menentukan harapan keselamatan dan keamanan,
memastikan laboran memahami cara bekerja dengan bahan kimia secara aman,
menyediakan pelatihan untuk bahan kimia tertentu dan prosedur spesifik, memberi
APD pada laboran, memastikan ketersediaan peralatan dan bahan untuk
menanggulangi keadaan darurat di tempat terjangkau serta berfungsi dengan baik,
seperti APAR, pencuci mata, pancuran keselamatan dan perangkat kerja untuk
menangani tumpahan, menyiapkan SOP tanggap darurat dan meninjau serta
menyetujui pekerjaan dengan bahan kimia serta set alat kimia yang akan digunakan
praktikan di laboratorium. Saat keadaan darurat terjadi di lab yang dipimpinnya, maka
kepala lab yang akan memberikan keputusan atas tindakan yang akan diambil.
- Laboran
Tanggung jawab dari seorang laboran diantaranya adalah mengembangkan dan
mematuhi program keselamatan dan keamanan terpadu di sepanjang masa pakai
semua bahan kimia laboratorium, menyiapkan set alat yang akan digunakan
praktikan, mengawasi jalannya praktikum, mengecek peralatan dan bahan untuk
menanggulangi keadaan darurat, memberikan pertolongan pertama untuk paparan

yang tidak disengaja, jika kepala laboratorium tidak berada di tempat, maka
Ledakan Saat Praktikum

laboran akan memimpin jalannya prosedur tanggap darurat .


Asisten Praktikum
Dalam praktikum, asisten praktikum bertanggung jawab secara langsung atas

Alat praktikum
tidak
sesuai
standar
Praktikan
tidak
menjalankan
prosedur
Tidak
safety talksebelum
dimulai bertanggung
segala
tindakan
yangada
dilakukan
para
siswanya.praktikum
Asisten praktikum
Limbah B3

jawab untuk mendorong budaya keselamatan dan mengajarkan keahlian yang

diperlukan oleh mahasiswa untuk menangani bahan kimia dengan aman.


Lokasi penyimpanan tidak aman
2. Evaluasi risiko
Asumsinya adalah tidak diketahui penyebab ledakan yang terjadi sehingga dalam

Limbah B3 tercampur

evaluasi risiko yang dilakukan yaitu :


1. Menggunakan Tidak
metodeada
Fault
Tree Analysis
(FTA)
klasifikasi
limbah
B3

Penanganan
Bahan kimia kadaluarsa
tidak
Bahan kimia
sesuai MSDS

2. Metode Dow Fire and Explosion Index


Tidak dilakukan karena tidak diketahui berapa banyak bahan kimia yang memiliki
sifat mudah terbakar, dapat terbakar dan reaktif yang tersedia. Diasumsikan pula
laboratorium dalam kampus UI tidak memenuhi persyaratan DOWF&EI
3. Metode Event Tree Analysis
Asumsi yang digunakan adalah ledakan terjadi saat proses destilasi berlangsung.
Metode Event Tree Analysis ini digunakan untuk mengetahui efek yang akan
terjadi dari suatu kejadian yaitu proses destilasi.

Dari kedua metode evaluasi risiko yang dilakukan, maka penanggulangan yang
diperlukan yaitu :
- Mereview SOP yang ada kemudian melakukan revisi untuk poin yang tidak sesuai
- Laboran, dosen terkait dan asisten praktikum lebih mengawasi jalannya praktikum
- Pihak kampus maupun fakultas mewajbkan safety induction pada mahasiswa yang
baru masuk
- Safety talk sebelum praktikum dijalankan
3. Prosedur Pemberitahuan dan Sistem Komunikasi
Salah satu unsur terpenting dari tanggap darurat adalah pemberitahuan dan sistem
komunikasi. Di setiap meja kerja dicatat nomor kontak darurat agar jika diperlukan
bisa segera mungkin dihubungi. Saat ditemukan keadaan darurat dalam lingkungan
lab khususnya, pelapor melaporkannya pada laboran. Kemudian laboran akan
mengecek dan segera memberitahukan pada kepala lab. Jika keadaan bisa teratasi
maka akan dibuatkan berita acara kejadian. Jika keadaan memburuk, maka kepala
laboratorium akan memberitahukan pada manajemen gedung/fakultas untuk
menjalankan prosedur tanggap darurat dalam Fakultas. Metode komunikasi yang
dapat digunakan diantaranya telepon, alarm dan speaker. Sedangkan untuk kejadian
yang menarik perhatian media, diperlukan komunikasi satu pintu agar berita tidak
simpang siur. Dalam hal ini Fakultas/Universitas menunjuk satu juru bicara untuk
berbicara pada media.
4. Perlengkapan dan Sarana Kedaruratan
Dalam keadaan darurat skala laboratorium, diperlukan kotak P3K, APAR, APD
darurat, sprinkle water, heat, gas and smoke detector, dan shower. Sedangkan pada
Fakultas, di setiap lantai disediakan Hydrant, Alarm, APAR. Bila sudah menjadi skala
Universitas, maka Universitas membutuhkan fasilitas medis, pusat komando, hingga
fire fighter.
5. Kemampuan dalam Penilaian

Seorang pembuat keputusan harus memiliki kemampuan dalam penilaian sehingga


dapat memberikan keputusan yang tepat, cepat dan efektif dalam menangani
kedaruratan. Jika keputusan dalam mengidentifikasi dan menentukan potensi bahaya,
personil dan tingkat bahaya diambil tidak tepat, cepat dan efektif, maka dampak yang
ditimbulkan akibat kedaruratan akan semakin besar.
6. Prosedur Tindakan Perlindungan
Kebakaran, tumpahan, ledakan dan keadaan darurat lainnya memerlukan evakuasi
laboratorium. Semua orang yang beraktifitas di dalam laboratorium harus memahami
prosedur evakuasi laboratorium. Beberapa operasi, bahan atau peralatan bisa
menimbulkan risiko jika dibiarkan tidak dijaga dalam waktu yang lama.
- Buat daftar proses yang perlu dihentikan sebelum evakuasi. Tempelkan prosedur
-

di tempat yang mudah terlihat


Jika penghentian tidak dapat dilakukan sebelum evakuasi dan mungkin akan
menimbulkan risiko kesehatan, properti atau lingkungan, beritahu pusat

komando/tim K3L Universitas.


Tempelkan jalur evakuasi utama dan alternatif, beserta tempat berkumpul untuk
setiap kelompok gedung atau laboratorium. Pada tempat berkumpul koordinator
keadaan darurat yang ditunjuk harus bertanggung jawab atas semua praktikan dan
memberi tahu Fakultas/Tim K3L kampus. Kepala laboratorium harus memastikan

bahwa semua pegawai mengetahui jalur evakuasi dan tempat berkumpul.


7. Pendidikan Masyarakat dan Informasi
Meberikan informasi mengenai kewaspadaan darurat bagi mahasiswa/civitas
kampus/masyarakat sekitar serta tindakan yang harus dilakukan saat terjadi keadaan
darurat seperti prosedur evakuasi, lokasi alat pemadam, cara melaporkan kebakaran,
cedera, atau keadaan darurat lainnya, lokasi peralatan darurat, lokasi semua pintu
keluar yang tersedia untuk evakuasi dari laboratorium dan masalah keamanan.
8. Prosedur Pasca-Kedaruratan
Prosedur yang dapat dilakukan pasca-kedaruratan yaitu menetapkan situasi telah
aman. Penetapan tersebut dilakukan oleh pihak yang ditunjuk yang memiliki
kewenangan (Tim K3L Universitas). Selain itu juga dilakukan pembersihan area dan
upaya pemulihan lokasi dampak setelah situasi dinyatakan aman. Dilakukan pula
dokumentasi pasca-kedaruratan sebagai media pembelajaran untuk mencegah
terulangnya kedaruratan.
9. Pelatihan dan pengujian
Pelatihan pada seluruh mahasiswa dan staf Fakultas/Universitas tentang sistem
tanggap darurat, safety drilling. Untuk mahasiswa yang menggunakan laboratorium
wajib mengikuti safety induction sebelumnya dan saat awal praktikum dimulai

dijelaskan

mengenai

bahan

kimia

yang

akan

digunakan

dan

bagaimana

penanganannya. Kemudian rencana tanggap darurat tersebut akan diuji kefektifannya.


10. Pemeliharaan program
Rancangan tanggap darurat yang telah disusun dimasukkan sebagai bagian dari
program pelatihan dan dilakukan secara periodik untuk mengevaluasi rancangan
tanggap darurat yang telah disusun.

Anda mungkin juga menyukai