Anda di halaman 1dari 41

MATERI INTI 10 - MI 10

TANGGAP DARURAT Dl TEMPAT KERJA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Bencana ditempat kerja dapat terjadi tanpa direncanakan atau di prediksi yang
bisa datang setiap saat. Untuk mengantisipasi bencana ditempat kerja periu
adanya suatu manajemen untuk menghadapi bencana yang biasa disebut
kesiap siagaan mengantisipasi bencana

Ketersediaan sarana, dana, SDM, operasional , pengorganisasian serta


management dilapangan yang siaga, sigap dan waspada setiap saat
diperlukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban sakit, cacat atau kematian.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran Umum

Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melakukan manajemen


penanganan darurat di tempat kerja.

Tujuan pembelajaran khusus

Setelah mengikuti sesi ini peserta diharapkan mampu

Menjelaskan keadaan darurat di tempat kerja.


Mengidentifikasi kondisi bahaya yang berpotensi menjadi keadaan
darurat di tempat kerja.
Menjelaskan tentang kecelakaan kerja
Melakukan manajemen penanganan keadaan darurat di tempat kerja

III. POKOK BAHASAN

Pengertian keadaan darurat di tempat kerja

Identifikasi kondisi bahaya :


Potensi Kebakaran

Potensi keracunan

Potensi bencana alam (gempa bumi, banjir, longsor)

Kecelakaan kerja :

Sebab-sebab kecelakaan kerja

Jenis kecelakaan kerja

Potensi Kecelakaan kerja

Manajemen penanganan keadaan darurat di tempat kerja :

Langkah persiapan

Langkah pelaksanaan

Langkah pemulihan

IV. LANGKAH/PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN

Fasilitator menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan


peserta untuk menerima materi. Kegiatan ini dilakukan dengan memulai
acara perkenalan fasilitator dengan peserta.(5 menit)
Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran, pokok
bahasan, dan metode yang dipakai. (5 menit)
Fasilitator menjelaskan isi materi pembelajaran dan sekaligus
menfasilitasi diskusi/tanya jawab.(25 menit)
Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok dan
memberikan lembar tugas berupa pertanyaan/ilustrasi studi kasus.(5
menit)
Fasilitator menfasilitasi presentasi hasil tugas kelompok dan sekaligus
menfasilitasi diskusi/tanya jawab.(45 menit)
Sebelum sesi ditutup, fasilitator melakukan refleksi dengan
menanyakan kepada peserta apakah masih ada yang akan
didiskusikan untuk memenuhi harapan yang sudah disampaikan tadi.
Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta & atau kelompok peserta
selama proses pembelajaran.(5 menit)

VI. URAIAN MATERI

A. Pengertian Keadaan Darurat Di Tempat Kerja.

Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


disebabkan oleh alam atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan/ saran -
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat maupun pembangunan nasional yang memerlukan
dukungan dan bantuan segera secara khusus.

a. Cidera adalah masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat


kecelakaan

b. Korban adalah penderita yang memerlukan pertolongan medik segera.

c. Korban bencana adalah korban akibat terjadinya bencana dengan


berbagai klasifikasi berdasarkan kegawat daruratannya dan memerlukan
pelayanan medik baik di lokasi kejadian maupun dalam perjalanan
evakuasi dan di tempat penampungan/rumah sakit.

d. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat atau terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.

e. Pasien gawat tidak darurat adalah pasien berada dalam keadaan gawat
tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat musibah yang datang
tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya,
misalnya luka sayat dangkal.

f. Pasien tidak gawat tidak darurat adalah misalnya pasien dengan ulcus
tropicum, TBC kulit, dan sebagainya.
g. Triage/pemilihan/seleksi adalah suatu sistim seleksi penderita yang
menjamin supaya semua penderita mendapat perawatan medis yang
tepat dan cepat sesuai prioritas kebutuhan medik penderita.

h. Respon kegawat daruratan atau Tanggap Darurat Medis pada pasien


keadaan darurat di perusahaan adalah upaya kegiatan tanggap darurat
medis mulai dari langkah persiapan sampai dengan langkah pemulihan
pada pasien keadaan darurat di industri/perusahaan.

B. Identifikasi Kondisi Bahaya.

Untuk mendapatkan/mengumpulkan informasi terbaru mengenai bahaya dan


risiko yang mungkin timbul dan melakukan analisis kerentanan untuk
menentukan kemampuan fasilitas puskesmas dalam menangani emergensi
atau bencana.

1. Identifikasi terhadap bahaya dilakukan dengan melakukan analisa


tanggap darurat yang berpotensi menimbulkan bahaya.

Bahan-bahan kimia yang beracun, dapat meledak atau mudah


menyala.

Analisa terhadap kegagalan atau kesalahan yang berimplikasi


terhadap situasi dan kondisi abnormal menjadi berpotensi
menimbulkan kecelakaan besar.

* Melakukan analisa bahaya terhadap identifikasi jenis


kecelakaan/bahaya yang berpotensi akan terjadi di tempat kerja,
misalnya saja; kebocoran bahan kimia beracun, kebakaran, peledakan,
kebocoran bahan-bahan kimia mudah terbakar serta pemeriksaan system
tanggap darurat yang ada.

* Dokumentasi ini berisikan masing-masing kecelakaan atau bahaya


yang mungkin terjadi, komponen yang ada hubungannya (bejana
penimbun, bejana reaksi dsbnya), peristiwa/kejadian yang dapat memulai
bahaya atau kecelakaan dan alat pengaman yang sesuai seperti; katup
pengaman, pengukurtekanan, pengukursuhu.

* Hasil akhir dari analisa bahaya pendahuluan minimal dapat dan


mampu mengidentifikasi terhadap unsure-unsur di tempat kerja yang
perlu diperiksa lebih lanjut dan mendetil dan unsure-unsur mana yang
kurang berarti dipandang dari sudut bahaya.

Analisa dampak yang ditimbulkan oleh kecelakaan yang besar baik


terhadap pekerja, orang yang bermukim maupun bagi lingkungan
masyarakat sekitamya.

Langkah-langkah yang diambil dalam pencegahan terhadap bahaya


kecelakaan.

Eliminasi dampak atau efek yang dimunculkan oleh kecelakaan atau

bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan umumnya dan instalasi


lain khususnya.

2. Analisa Dampak Kecelakaan (Accident consequence analysis)

Analisa dampak kecelakaan merupakan langkah terakhir dari analisa


terhadap bahaya. Semestinya ini dapat dilakukan untuk menentukan
dampak atau efek dari kecelakaan-kecelakaan terhadap lingkungan
tempat kerja, pekerja, dan masyarakat sekitarnya.

Dalam hal melakukan analisa dampak kecelakaan setiap tahapan


terkoordinirdengan baikdan cakupan materidisesuaikan dengan situasi
dan kondisi tempat kerja. Sebagai bahan dasarmemulai analisa dampak
kecelakaan ini sebaiknya berisikan :

Gambaran ringkas atau uraian kecelakaan yang mungkin dapat terjadi


misalnya saja; kebakaran, peledakan, gagalnya katup pengaman,
pecahnya pipa atau tangki)
Perhitungan terhadap perkiraan dari jumlah bahan kimia yang
dibebaskan atau yang dilepaskan misalnya bahan kimia beracun,
mudah menyala, mudah meledak dan gas atau cairan yang menguap.

Kajian terhadap pengaruh yang berbahaya seperti; beracun, radiasi


panas, kebisingan yang tinggi dan mungkin saja terjadinya bahaya
gelombang ledakan.

Analisa dampak yang ditimbulkan oleh kecelakaan yang besar baik


terhadap pekerja, orang yang bermukim maupun bagi lingkungan
masyarakat sekitamya.

Langkah-langkah yang diambil dalam pencegahan terhadap bahaya


kecelakaan.

Eliminasi dampak atau efek yang dimunculkan oleh kecelakaan atau

bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan umumnya dan instalasi


lain khususnya.

C Kecelakaan Kerja.

1. Sebab Kecelakaan Kerja.

Sebagian besar atau umum kejadian kasus darurat di industri disebabkan oleh
2 hal pokok yaitu perilaku manusia dan kondisi/keadaan yang kurang
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. Dari hasil-penelitian yang
telah dilakukan ternyata faktor perilaku manusia (80% - 85%) memegang
peranan penting , maka kesiapan siagaan dalam menghadapi masalah
kedaruratan di bidang industri atau Tanggap Darurat Medis di tempat kerja
sangatlah penting

2. Jenis Kecelakaan Kerja.

a) Guna kepentingan kelancaran penanganan dan kesamaan istilah dengan


Bakornas-PB, maka korban bencana dikelompokkan dalam :

*. Bencana tingkat I : korban diatas 300 orang.


*. Bencana tingkat II : korban 100 - 299 orang.

*. Bencana tingkat III : korban 50 - 99 orang.

*. Bencana tingkat IV: korban 30 - 49 orang.

b) Keadaan darurat (Emergency) adalah keadaan yang merupakan hasil


dari beberapa kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya dan
memerlukan penanganan segera (tidak bisa ditunda).

Penyebab dari keadaan darurat tersebut antara lain :

*. Kecelakaan kerja.

*. Keracunan.

*. Kebakaran.

*. Peledakan.

*. Kebocoran atau tumpahan zat berbahaya, antara lain zat radioaktif.

*. Penyebaran penyakit menular.

*. Banjir atau sunami.

*. Gempa bumi, longsor.

c). Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian dimana terjadi interaksi


berbagai faktor yang datang secara tiba-tiba, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cidera (fisik, mental, sosial).

Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut:

*. Tempat kejadian.

*. Mekanisme kejadian.

*. Waktu kejadian.

3. Potensi Kecelakaan Kerja.


Untuk menilai kerentanan fasilitas yang ada di puskesmas terhadap
kemungkinan dampak potensial yang terjadi di setiap bencana industri.

Bahaya/bencana potensial yang mungkin terjadi di dalam puskesmas dan di


luar puskesmas. Antara lain adalah:

a.Yang berhubungan dengan teknologi, kemungkinan termasuk disini adalah:

Kebakaran, peledakan, dan insiden bahan-bahan berbahaya.

Kegagalan sistem keselamatan.

Kegagalan komunikasi.

Kegagalan sistem computer.

Kegagalan sistem pemanas dan pendingin.

Kegagalan sistem pemberitahuan emergensi.

b.Yang berhubungan dengan kesalahan manusia, kemungkinan bisa


disebabkan diantaranya:

Kurangnya pelatihan kegawat daruratan.

Kurangnya pemeliharaan.

Ketidakpedulian kesalahan kerja dan penyalahgunaan bahan-bahan.

c.Yang berhubungan secara fisik:

Fasilitas penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar

Konstruksi fasilitas secara fisik

Pencahayaan

Jalur keluar dan rute evakuasi

Dekatnya area perlindungan (shelter)

D. Manajemen Penanganan Keadaan Darurat Di Tempat Kerja.

1.LANGKAH PERSIAPAN (Pre emergency planning).


Langkah persiapan di dalam tanggap darurat atau respon kegawat daruratan
medis di sebuah perusahaan/industri dilakukan untuk mempersiapkan kegiatan/
unsur/komponen apa saja yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat.

Langkah persiapan kegiatan/unsur/komponen yang perlu dilakukan adalah 4


(empat) tahap dalam proses perencanaan (bagaimana membentuk tim
perencanaan, bagaimana melakukan analisis kerentanan, bagaimana
mengembangkan rencana dan bagaimana menerapkan rencana).

I) Pembentukan tim perencanaan

Harus ada individu atau kelompok yang bertanggung jawab dalam

mengembangkan rencana tanggap darurat/kegawat daruratan medis.

1. Membentuk tim

Ukuran tim perencanaan akan tergantung dari fasilitas yang ada di


puskesmas, keperluan dan sumberdaya. Biasanya orang yang dilibatkan
adalah yang berkualitas baik dengan syarat:

a). Berpandangan luas terhadap masalah-masalah yang ada di wilayah


kerja puskesmas.

b). Mempunyai sejumlah waktu dan energi di dalam keterlibatan mereka


dalam kegiatan-kegiatan nantinya.

c). Mempunyai semangatyang tinggi dalam setiap kegiatan yang diadakan.


Tim bisa terdiri dari orang-orang yang bekerja di setiap bagian di
puskesmas misalnya ; dokter umum, dokter gigi, perawat umum,
perawat gigi, bidan, sanitarian, apoteker, laboran, tenaga
administrative, keamanan, dan Iain-lain. Tanggung jawab mereka
masing-masing dapat disesuaikan dengan pekerjaan mereka sehari-
hari.

Tim yang terbentuk dalam hal perencanaan tanggap darurat/kegawat


daruratan akan berkoordinasi secara erat dengan petugas kesehatan lainnya
termasuk di industri.
Contoh tim perencanaan kegawat daruratan medis di perusahaan

2. Menetapkan kewenangan

Dalam hal ini, petugas kesehatan di setiap wilayahnya harus mengetahui


secara jelas apa saja kewenangan yang dimiliki.

3. Menetapkan misi

Pimpinan puskesmas mengeluarkan pernyataan misi untuk menunjukkan


komitmen didalam manajemen tanggap darurat atau respon kegawat
daruratan medis di perusahaan/tempat kerja. Seharusnya misi tersebut
dapat menjelaskan tujuan rencana dan mengindikasikan bahwa hal tersebut
melibatkan organisasi sepenuhnya serta menjelaskan kewenangan dan
struktur grup perencanaan.
4. Menetapkan jadual dan budget

Menetapkan jaduai kerja dan batas waktu kegiatan yang akan dilakukan
serta mengembangkan budget awal.

II). Analisa kemampuan dan bahaya

Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan/mengumpulkan informasi terbaru


mengenai bahaya dan risiko yang mungkin timbul dan pada tahap ini juga
melakukan analisis kerentanan untuk menentukan kemampuan fasilitas
puskesmas dalam menangani emergensi atau bencana.

1. Gambaran secara umum

a. Puskesmas terutama diharapkan harus melaksanakan analisa terhadap


bahaya, dalam hal ini kepala puskesmas dapat juga memakai teknik
tertentu dalam mengevaluasi sistem tanggap darurat yang ada.

b. Penilaian terhadap bahaya seharusnya dilakukan dengan melakukan


analisa tanggap darurat yang berpotensi menimbulkan bahaya. Penilaian
termasuk analisa bidang-bidang sebagai berikut:

Bahan-bahan kimia yang beracun, dapat meledak atau mudah menyala.


Analisa terhadap kegagalan atau kesalahan yang berimplikasi terhadap
situasi dan kondisi abnormal menjadi berpotensi menimbulkan
kecelakaan besar.
Analisa dampak yang ditimbulkan oleh kecelakaan yang besar baik
terhadap pekerja, orang yang bermukim maupun bagi lingkungan
masyarakat sekitamya.
Langkah-langkah yang diambil dalam pencegahan terhadap bahaya
kecelakaan.
Eliminasi dampak atau efek yang dimunculkan oleh kecelakaan atau
bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan umumnya dan instalasi
lain khususnya.

2. Kajian risiko dan bahaya

a. Analisa Bahaya Pendahuluan (Preliminary hazard analysis-P.H.A)

Analisa bahaya pendahuluan harus dilaksanakan, ini merupakan sebagai


langkah awal atau langkah pertama dalam hal menganalisa bahaya yang
ada di lingkungan tempat kerja.
Dalam melakukan analisa bahaya pendahuluan ini tidak boleh lupa adalah
kegiatan identifikasi jenis kecelakaan/bahaya yang berpotensi akan terjadi di
tempat kerja, misalnya saja; kebocoran bahan kimia beracun, kebakaran,
peledakan, kebocoran bahan-bahan kimia mudah terbakar. Satu hal lagi
yang paling penting adalah pemeriksaan system tanggap darurat yang
ada.
Dokumentasi hasil dari analisa bahaya pendahuluan ini sangat penting
untuk menjamin atau sebagai langkah preventif dalam mengatasi bahaya
atau kecelakaan yang mungkin terjadi. Sebaiknya dokumentasi ini berisikan
masing-masing kecelakaan atau bahaya yang mungkin terjadi, komponen
yang ada hubungannya (bejana penimbun, bejana reaksi dsbnya),
peristiwa/kejadian yang dapat memulai bahaya atau kecelakaan dan alat
pengaman yang sesuai seperti; katup pengaman, pengukurtekanan,
pengukursuhu.
Hasil akhir dari analisa bahaya pendahuluan minimal dapat dan mampu
mengidentifikasi terhadap unsure-unsur di tempat kerja yang perlu diperiksa
lebih lanjut dan mendetil dan unsure-unsur mana yang kurang berarti
dipandang dari sudut bahaya.
b. Analisa Dampak Kecelakaan (Accident consequence analysis)

Analisa dampak kecelakaan merupakan langkah terakhir dari analisa


terhadap bahaya. Semestinya ini dapat dilakukan untuk menentukan
dampak atau efek dari kecelakaan-kecelakaan terhadap lingkungan
tempat kerja, pekerja, dan masyarakat sekitarnya.

Dalam hal melakukan analisa dampak kecelakaan setiap tahapan


terkoordinirdengan baikdan cakupan materidisesuaikan dengan situasi
dan kondisi tempat kerja. Sebagai bahan dasarmemulai analisa dampak
kecelakaan ini sebaiknya berisikan :

Gambaran ringkas atau uraian kecelakaan yang mungkin dapat terjadi


misalnya saja; kebakaran, peledakan, gagalnya katup pengaman,
pecahnya pipa atau tangki)
Perhitungan terhadap perkiraan dari jumlah bahan kimia yang
dibebaskan atau yang dilepaskan misalnya bahan kimia beracun, mudah
menyala, mudah meledak dan gas atau cairan yang menguap.
Kajian terhadap pengaruh yang berbahaya seperti; beracun, radiasi panas,
kebisingan yang tinggi dan mungkin saja terjadinya bahaya gelombang
ledakan.

c. Metode analisa yang lain

3. Tinjauan rencana dan kebijakan internal puskesmas

Dokumen-dokumen yang berhubungan adalah :

a. Rencana evakuasi korban

b. Rencana pertolongan medis korban

c. Prosedur Perlindungan Saat Menolong Korban.


4. Koordinasi dengan pihak luar misalnya petugas kesehatan perusahaan,
petugas pemadam kebakaran, PMI dll

5. Mengenali peraturan-peraturan yang berlaku lainnya seperti, peraturan K3,


peraturan lingkungan dll

4. Mengenali sumberdaya dan kemampuan internal


Sumberdaya dan kemampuan yang mungkin dibutuhkan di dalam sebuah
emergenci diantaranya:

a. Personil.

b. Peralatan.

c. Fasilitas.

d. Kemampuan organisasi puskesmas.

7. Mengenali sumber daya ekstemal

Ada beberapa sumber daya eksternal yang mungkin diperlukan di dalam


sebuah emergensi diantaranya bagian pemadam kebakaran, organisasi
bencana, rumah sakit dll

8. Melakukan analisis kerentanan.

Tujuan analisis ini adalah untuk menilai kerentanan fasilitas yang ada di

puskesmas terhadap kemungkinan dampak potensial yang terjadi di setiap

bencana industri.

Daftar bahaya/bencana potensial yang mungkin terjadi di dalam puskesmas

dan di luar puskesmas. Beberapa faktoryang mungkin harus diperhatikan

adalah:

Yang berhubungan dengan teknologi (apa yang mungkin terjadi jika

terjadi kegagalan proses atau sistim di perusahaan?) kemungkinan

termasuk disini adalah:

- Kebakaran, peled.akan.insiden bahan-bahan berbahaya


- Kegagalan sistem keselamatan.
- Kegagalan komunikasi
- Kegagalan sistem komputer
- Kegagalan sistem pemanas dan pendingin
- Kegagalan sistem pemberitahuan emergensi
Yang berhubungan dengan kesalahan manusia (Apa bencana yang
disebabkan oleh kesalahan manusia? Apa karyawan dilatih untuk bekerja
secara aman? Apakah para karyawan kenal apa yang dilakukan jika
terjadi bencana di perusahaan?) kemungkinan bisa disebabkan
diantaranya:

- Kurangnya pelatihan kegawat daruratan

- Kurangnya pemeliharaan

- Ketidak pedulian

- Kesalahan kerja dan lelah

- Penyalahgunaan bahan-bahan

Yang berhubungan secara fisik (Apa jenis bencana yang dapat dihasilkan
dari desain dan konstruksi fasilitas? Apakah fasilitas secara fisik
meningkatkan keselamatan?

Pertimbangan:

Konstruksi fasilitas secara fisik

- Fasilitas penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar


- Pencahayaan
- Jalur keluar dan rute evakuasi
- Dekatnya area perlindungan (shelter)

III). Mengembangkan rencana

1. Perencanaan darurat

a. Gambaran umum

Perencanaan darurat (emergency planning) harus dibuat oleh kepala


puskesmas beserta timnya, sebagai unsur yang penting dari sistem
pengendalian bahaya di suatu tempat kerja. Perencanaan darurat
sebaiknya mencakup penanganan keadaan darurat di dalam dan di
luar puskesmas.

Perencanaan darurat harus menjamin dipenuhinya standar-standaryang


diperlukan sesuai dengan perundang-undangan kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku. Satu hal lagi bahwa puskesmas tidak
boleh beranggapan bahwa perencanaan darurat cukup dengan hanya
menjaga situasi & kondisi yang baik saja.

Dalam sebuah bencana, semua petugas seharusnya tahu apa peran


mereka masing-masing dan kemana seharusnya mereka pergi jika
terjadi bencana.

Beberapa hal dibutuhkan dalam pertimbangan pengembangan dalam


perencanaan darurat:

Rute dan prosedur melarikan diri dari bencana


Prosedur petugas yang bertugas atau mematikan segala
peralatan listrik atau yg.dapat mencederai sebelum mereka di
evakuasi
Prosedur untuk menghitung jumlah semua petugas, pasien dll
setelah evakuasi di sempumakan
Kewajiban bagi petugas yang ditugasi dalam hal medis langsung
dan melakukan pertolongan
Prosedur pelaporan emergensi

b. Tujuan

Tujuan dari perencanaan darurat adalah :

Untuk melokalisir tiap keadaan darurat yang mungkin timbul dan


jika mungkin untuk meniadakannya;
Untuk mengurangi pengaruh yang buruk dari suatu keadaan darurat
terhadap manusia, harta benda dan lingkungan;
c. Identifikasi dan analisa bahaya

Untuk tahap pertama dari perencanaan darurat di dalam dan di luar


puskesmas, Tim emergency harus secara sistematik
mengidentifikasi kecelakaan apa yang dapat timbul pada tempat
kerja mereka yang menyebabkan suatu keadaan darurat.
Untuk perencanaan-perencanaan darurat di luar puskesmas, analisa
ini harus didasarkan atas kecelakaan berkemungkinan besar akan
terjadi. Peristiwa-peristiwa lain yang sedikit kemungkinannya akan
terjadi, tetapi memberikan akibat yang parah harus juga dipikirkan.
Analisa yang dilakukan oleh tim emergency terhadap kecelakaan-
kecelakaan yang mungkin akan terjadi harus menunjukkan : petunjuk
tentang sifat-sifat bahaya dari bahan-bahan berbahaya.

d. Perencanaan darurat di puskesmas (On-site)

e. Perencanaan darurat di luar puskesmas (Off-site)

2. Informasi kepada masyarakat Gambaran umum Informasi


selama keadaan darurat Informasi setelah berakhirnya suatu
kecelakaan atau bahaya

IV). Implementasi rencana

1. Pengorganisasian komando darurat

Pembentukan protap/juklak/juknis beserta peta/bagan organisasi


struktural untuk koordinasi manajemen tanggap darurat medis termasuk
fungsi dan tugas pada masing-masing petugas/unit kesehatan/medis
darurat puskesmas.
2. Pengorganisasian personil darat

Pembentukan upaya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan


orang awam tentang respon kegawat daruratan medis. Klasifikasi
orang awam ditinjau dari segi peranan dalam masyarakat orang
awam dibagi 2 (dua) golongan yaitu :

Golongan awam biasa antara lain :

A
Ibu-ibu rumah tangga.

A
Pelajar

A
Pengemudi

A
Karyawan/buruh

A
dan sebagainya

Golongan awam khusus antara lain :

A
Polisi

A
Petugas Dinas Pemadam Kebakaran.

A
Petugas SAR

A
Pramuka

A
Karyawan bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

A
dan sebagainya Kemampuan penanggulangan penderita
keadaan darurat (Basic Life Support) yang harus dimiliki oleh orang
awam biasa antara lain :

Cara meminta pertolongan.

Resusitasi kardiopulmuner sederhana. -


Cara menghentikan perdarahan.

Cara memasang balut/bidai.

Cara transportasi penderita keadaan darurat. Kemampuan


yang harus dimiliki oleh orang awam khusus antara lain :

Kemampuan penanggulangan penderita keadaan darurat seperti


orang awam biasa (Basic Life Support) ditambah,
Kemampuan menanggulangi keadaan darurat sesuai dengan
bidang pekerjaannya.

Pembentukan upaya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan


petugas kesehatan (perawat/paramedis) tentang respon kegawat
daruratan medis. Disamping pengetahuan dasar keperawatan yang
telah dimiliki oleh perawat, mereka harus memperoleh tambahan
pengetahuan dan ketrampilan penanggulangan penderita keadaan
darurat lanjutan (Advance Life Support) termasuk PHTLS dan
PHCLS.

Kemampuan yang harus dimiliki tenaga perawat/paramedis tersebut


adalah:

Untuksistim pernafasan.

Untuk sistim sirkulasi (jantung)

Untuk sistim vaskuler.

Untuk sistim saraf.

Untuk sistim imunologi.

Untuk sistim gastrointestinal.

Untuk sistim skeletal.

Untuk sistim kulit.

Untuk sistim reproduksi.

Untuk farmakologi/toksikologi.

Untuk organisasi.

Pembentukan upaya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan


petugas kesehatan (Dokter/Dokter Gigi) tentang respon kegawat
daruratan medis.

Disamping pengetahuan medis yang telah dikuasai, dokter/dokter


gigi perlu mendapat pengetahuan dan ketrampilan tambahan agar
mampu menanggulangi penderita keadaan darurat.
Kemampuan yang harus dimiliki adalah :
Untuksistim pernafasan. Untuk sistim
sirkulasi. Untuk sistim vaskuler. Untuk
sistim saraf. Untuk sistim imunologi.
Untuk sistim kulit. Untuk sistim
gastrointestinal. Untuk sistim skeletal.
Untuk sistim reproduksi.

Mengenal gagal hati, gagal ginjal, gagal pankreas dan mampu


menanggulangi koma. Untuk farmakologi/toksikologi. Untuk
organisasi.

3. Pengorganisasian sarana dan peralatan darurat

Pembentukan upaya pelayanan penderita keadaan darurat di Unit


Keadaan/Gawat Darurat pada Pusat Layanan Kesehatan (Puskesmas/
Poliklinik/Rumah Sakit/dll).

Seringkali Puskesmas ataupun Poliklinik perusahaan berperan sebagai


pos terdepan dalam menanggulangi penderita sebelum memperoleh
penanganan yang memadai di rumah sakit.

Oleh karena itu Puskesmas ataupun Poliklinik perusahaan dalam wilayah


kerja tertentu harus buka 24 jam dan mampu menangani dalam hal:

Melakukan resusitasi dan "Life Support". - Melakukan rujukan


penderita-penderita keadaan darurat sesuai

dengan kemampuan.

Menampung dan menanggulangi korban bencana.


- Melakukan komunikasi dengan pusat komunikasi darurat dan rumah
sakit rujukan darurat.
- Menanggulangi "False Emergency" baik medikal dan surgical (bedah
minor).

Puskesmas ataupun Poliklinik perusahaan harus dapat dilengkapi


dengan:

Laboratorium untuk menunjang diagnostik. Seperti: Hb, Ht, Leukosit,

Urine, dan Gula Darah.

- Tenaga dokter umum 1 orang, paramedis 2-3 orang yang sudah


mendapat pengetahuan dan ketrampilan dalam Medical Emergency
Response.

Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi


penderita keadaan/gawat darurat. Oleh karena itu fasilitas rumah sakit,
khususnya unit keadaan/gawat darurat harus dilengkapi sedemikian rupa
sehingga mampu menanggulangi penderita keadaan/gawat darurat ("To
Save Life and Limb").

Unit Keadaan/Gawat Darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit


yang memberikan pelayanan kepada penderita keadaan/gawat darurat
dan merupakan bagian dari rangkaian upaya penanggulangan penderita
keadaan/gawat darurat yang perlu diorganisir.

Tujuan suatu unit keadaan/gawat darurat harus mampu memberikan


pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat termasuk
masyarakat pekerja dengan problem medis akut. Interpretasinya
adalah harus mampu :

- mencegah kematian dan kecacatan.

- melakukan rujukan.

- menanggulangi korban bencana.


Tidak semua rumah sakit hams mempunyai bagian keadaan/gawat
darurat yang lengkap dengan tenaga memadai dan peralatan canggih,
karena dengan demikian akan terjadi penghamburan dana dan sarana.
Oleh karena itu pengembangan unit keadaan/gawat darurat hams
memperhatikan 2 (dua) aspek yaitu :

- Sistim rujukan penderita keadaan/gawat darurat.


- Beban kerja rumah sakit dalam menanggulangi penderita keadaan/
gawat darurat.

Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut, maka kategorisasi


(akreditasi) unit keadaan/gawat darurat tidak selalu sesuai dengan kelas
rumah sakit yang bersangkutan. Rumah sakit tertentu dapat
mengembangkan unit keadaan/gawat darurat dengan kategorisasi yang
lebih tinggi atau lebih rendah dari kelas rumah sakit tersebut.
Kategorisasi/akreditasi unit keadaan/gawat darurat dapat dilihat pada
halaman lampiran.

Kriteria umum dari suatu unit keadaan/gawat darurat antara lain :

- Unit keadaan/gawat darurat harus buka 24 jam.


- Unit keadaan/gawat darurat juga harus melayani penderita-penderita
"false emergency" tetapi tidak boleh mengganggu/mengurangi mutu
pelayanan penderita-penderita keadaan/gawat darurat.
- Unit keadaan/gawat darurat sebaiknya hanya melakukan "primary
care". Sedangkan "definitive care" dilakukan di tempat lain dengan
cara kerjasama yang baik.
- Unit keadaan/gawat darurat harus dapat meningkatkan mutu
personalianya maupun masyarakat sekitar dalam penanggulangan
penderita keadaan/gawat darurat.
- Unit keadaan/gawat darurat harus dapat melakukan riset guna
meningkatkan mutu/kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
sekitarnya.
Pembentukan upaya pelayanan penderita keadaan darurat di Unit
Pelayanan Intensive pada Pusat Layanan Kesehatan (Puskesmas/
Poliklinik/Rumah Sakit/dan sebagainya).

ICU (Intensive Care Unit) adalah suatu tempat atau unit tersendiri
umumnya didalam rumah sakit, memiliki staf dan peralatan khusus
yang ditujukan untuk menanggulangi pasien keadaan/gawat darurat
karena penyakit, trauma ataupun komplikasi-komplikasi.

Staf khusus adalah dokter dan perawat terlatih atau berpengalaman


dalam "Intensive Care" (perawatan/terapi intensif) yang mampu
memberikan pelayanan 24 jam ; dokter ahli atau berpengalaman
(Intensivis) sebagai kepala ICU ; tenaga ahli laboratorium diagnostik ;
teknisi alat-alat pemantauan seperti alat untuk menopang fungsi vital
dan alat untuk prosedur diagnostik.

Kemampuan minimal sebuah ICU antara lain :

- Resusitasi jantung paru.


- Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan
ventilator.
- Terapi oksigen.
- Pemantauan EKG terus menerus.
- Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan darurat.
- Pemberian nutrisi internal dan parenteral.
- Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh.
- Pemakaian pompa infus atau semprit untuk terapi secara titrasi.
- Kemampuan melakukan teknik khusus sesuai dengan keadaan
pasien.
- Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portable selama
transportasi pasien gawat.
Klasifikasi pelayanan ICU meliputi:

- Pelayanan ICU primer (standard minimal).


- Pelayanan ICUsekunder(menengah).
- Pelayanan ICU tersier (tertinggi).

Ruang lingkup pelayanan perawatan/terapi di ICU antara lain :

- Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang


mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam
beberapa menit sampai beberapa hari.
- Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan penatalaksanaan spesifik problema dasar.
- Pemantauan fungsi vital tubuh terhadap komplikasi: A
Penyakit.
A
Penatalaksanaan spesifik. A
Sistim bantuan tubuh. A
Pemantauan itu sendiri.

- Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi akibat koma yang


dalam, imobilitas berkepanjangan, stimulasi berlebihan dan
kehilangan sensori.
- Memberikan bantuan emosional terhadap pasien yang nyawanya
pada saat itu bergantung pada fungsi alat/mesin dan orang lain.
- Standarsarana dan prasarana ICU.

Penyediaan alat-alat pertolongan pertama pada kecelakaan


(P3K) yang standard di poliklinik perusahaan dan atau
puskesmas.
Penyediaan dan penilaian kebutuhan dan dampaknya pada
aspek kesehatan secara cepatseperti kebutuhan logistik
kesehatan dan medik.

4. Pengorganisasian komunikasi darat

Pembentukan komunikasi kesehatan darurat.

Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan


darurat di bidang administrative.
Pembentukan komunikasi medis darurat. Sela
ma
- Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang
perj
pelayanan kesehatan darurat di bidang teknis-medis.
alan
- Jaringan komunikasi medis darurat.
an
Pembentukan promosi kesehatan darurat baik di perusahaan
haru
maupun
s
di masyarakat antara lain dampak potensial risiko bahaya
selal
perusahaan
u
ke masyarakat.
dipe
rhati
5. Pengorganisasian transportasi darurat
kan
Pembentukan sarana transportasi dan
darurat. dim
Sarana transportasi darurat antara onit
lain : or:

A
Kendaraan pengangkut.
Peralatan medis dan non Kes
medis. Petugas (tenaga adar
medis/paramedis) an.

A
- Obat-obatan Life Saving dan Life Support.
Per
Persyaratan yang harusdipenuhi untuktransportasi penderita
nafa
keadaan/ gawat darurat antara lain :
san.
- Sebelumdiangkat: A

A
Gangguan pernafasan dan kardiovaskulartelah Teka
ditanggulangi. nan
dara
A
Perdarahan telah dihentikan. h.
A
Luka-luka telah ditutup. A

A
Patah tulang telah difiksasi. Den
yut
Selama perjalanan: nadi
.
A
Keadaan luka.
Sesuai dengan keadaan geografis di Indonesia yang terdiri dari ribuan

pulau, maka jenis/macam kendaraan yang dapat digunakan pada

umumnya adalah :

A
Kendaraan darat.

A
Kendaraan laut.

A
Kendaraan udara

Kendaraan khusus untuk transportasi medis darurat yang umum telah

dikenal adalah Ambulans (Kendaraan Pelayanan Medik). Jenis/macam

Ambulans yaitu:

A
Ambulans darat.

A
Ambulans air.

A
Ambulans udara.

Pembentukan protap/juklak/juknis bagi jaringan pelayanan transportasi


medis darurat.

6. Manajemen risiko darat

Pembentukan identifikasi potensi risiko bahaya.


Pembentukan penilaian potensi risiko bahaya.
Pembentukan analisa dan pemetaan potensi risiko bahaya.
Pembentukan pengendalian potensi risiko bahaya.
Ruang lingkup potensi risiko yang dapat di manajemenkan yaitu :

- Potensi risiko bahaya di lingkungan kerja tempat kerja perusahaan dan


atau puskesmas sehari-hari (Kesehatan, Keselamatan, dan
Lingkungan).
- Potensi risiko bahaya di lingkungan kerja tempat kerja perusahaan dan
atau puskesmas saat keadaan darurat dan bencana (Kesehatan,
Keselamatan, dan Lingkungan).
7. Pengorganisasian pelatihan darurat

Pembentukan pelatihan prosedur pencarian dan evakuasi korban.

Pembentukan pelatihan sistim peringatan dini.

Pembentukan pelatihan prosedur pelaporan untuk pekerja.


Pembentukan pelatihan berbagai tipe keadaan darurat.
Pembentukan pelatihan P3K termasuk resusitasi kardiopulmonar
sederhana.
Pembentukan pelatihan penggunaan berbagai tipe alat pemadam
kebakaran.
Pembentukan pelatihan prosedur pengontrolan tumpahan/kebocoran
zat berbahaya.
Pembentukan pelatihan penggunaan alat pelindung diri.
Pembentukan pelatihan tanggap darurat terhadap bahan-bahan
berbahaya.

Bentuk pelatihan keadaan darurat dapat berupa :

- Sesi edukasi dan orientasi

- Pelatihan tabletop

- Pelatihan walkthrough

- Pelatihan fungsional

- Pelatihan evakuasi

- Pelatihan skala penuh

8. Pengorganisasian pembiayaan darurat

Pembentukan pembiayaan melalui pihak ketiga atau asuransi.


Pembentukan pembiayaan mandiri.
Pembentukan pembiayaan melalui bantuan dan kerjasama.

9. Pengorganisasian keamanan darurat


Pembentukan protap/juklak/juknis beserta peta/bagan organisasi struktural
untuk koordinasi keamanan dengan tanggap darurat medis saat keadaan
darurat.

2. LANGKAH PELAKSANAAN.

LANGKAH TINDAKAN (Medical emergency response)

Langkah tindakan didalam tanggap darurat atau respon kegawat daruratan


medis pada pasien keadaan darurat adalah untuk mengupayakan langkah-
langkah tindakan apa dan bagaimana saat keadaan darurat. "Cepat" dan "Tepat"
adalah kata kunci dalam tindakan tanggap darurat atau respon kegawat
daruratan medis, artinya prosedur yang bertele-tele harus dihindari dan jalur
komunikasi, transportasi dan sebagainya harus sesederhana mungkin sehingga
keputusan atau tindakan yang diambil dapat secepat mungkin dilaksanakan.
Langkah kegiatan/unsur/komponen yang perlu diupayakan adalah antisipasi
dan kontrol terhadap bahaya yang timbul, evakuasi dan penanggulangan korban,
pertolongan cepat dan tepat.

A. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)

1. Tujuan

a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.

b. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistim rujukan untuk


memperoleh penangananyang lebih memadai.

c. Menanggulangi korban bencana.

2. Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat

Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau


kegagalan dari salah satu sistim/organ di bawah ini yaitu :

a. Susunan saraf pusat.

b. Pernafasan.
c. Kardiovaskuler.

d. Hati.

e. Ginjal.

f. Pankreas.

Kegagalan (kerusakan) sistim/organ tersebut dapat disebabkan oleh :

- Trauma/cedera.
- Infeksi.
- Keracunan (Poisoning).
- Degenerasi (Failure).
- Asfiksi.
- Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar
(Excessive loss of water and electrolyte).
- dan Iain-Iain.

Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pemafasan dan


hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6
menit), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang lebih lama.

Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat dalam mencegah


kematian dan cacat dapat ditentukan oleh beberapa faktorantara lain :

a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.

b. Kecepatan meminta pertolongan.

c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :

di tempat kejadian ;
dalam perjalanan ke rumah sakit;
pertolongan selanjutnya secara mantap di unit/tempat pelayanan
kesehatan (Poliklinik, Balai Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sebagainya).
3. Sistim penanggulangan penderita gawat darurat

a. Tujuan :

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan


terpadu bagi setiap anggota masyarakat tak terkecuali masyarakat
pekerja yang berada dalam keadaan gawat darurat.

Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada


dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian
atau cacat yang mungkin terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:

Penanggulangan penderita di tempat kejadian.


Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke sarana
kesehatan yang lebih memadai.
Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan
penanggulangan penderita gawat darurat.
Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien, dan tenaga ahli.
Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit
Gawat Darurat atau ICU atau ICCU).
Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
Adanya pemahaman bahwa penanggulangan penderita gawat daurat
menyangkut baik aspek medik maupun non medik dan keadaan gawat
darurat dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja,
olehkarenanya agar upaya penanggulangan penderita gawat darurat
tersebut dapat terarah dan terpadu perlu dilaksanakan dengan cara
pendekatan sistim.

b. Komponen sistim penanggulangan penderita gawat darurat:

Komponen Pra Rumah Sakit

Upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang awam

dan petugas kesehatan.


Upaya pelayanan transportasi penderita gawat darurat.

Upaya pelayanan komunikasi medik untuk penanggulangan penderita gawat


darurat.

Komponen Intra Rumah Sakit

Upaya pelayanan penderita gawat darurat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit.

Upaya pelayanan penderita gawat darurat di Unit Pelayanan Intensif (ICU)


Rumah Sakit.

Komponen Pembiayaan.

B. Antisipasi & kontrol terhadap bahaya yang timbul

Untuk antisipasi terhadap bahaya yang mungkin timbul diperlukan initial/ rapid health
needs assessment selama disaster yang dilakukan oleh petugas medis di daerah
bencana.

i. Pemakaian APD.

Ada yang menggunakan teknik tingkatan proteksi, yaitu :

Proteksi respirasi maksimum, proteksi kulitdan mata.

- Direkomendasi:

A
Pressure Demand, Full Facepiece SCBAatau Positive Pressure Supplied-
A
Air Respirator with Escape SCBA. Fully Encapsulating Chemical Resistant
A A
Suit. Chemical Resistant Glove. Chemical Resistant Safety Boots. A
Radio Komunikasi dua arah.

- Opsional:

A
Cooling unit. A Caveralls.

A
Long cotton underwear. A Hard hat.

A
Disposable glove and boot covers.
B

Proteksi respirasi maksimum, proteksi kulit ringan.

Proteksi respirasi minimum, proteksi kulit ringan.

No respiratory protection, limited skin protection.

ii.Hazard Control Zone.

Adalah suatu kontrol daerah bahaya saat keadaan darurat terjadi, dimana dapat
dibagi beberapa zona yang harus diketahui oleh regu/ team Medical Emergency
Response saat akan menolong korban, yaitu:

Hot Zone (Exclusion Zone).


Warm Zone (Contamination Reduction Zone).
Cold Zone (Support Zone).
iii. Kontrol di tempat bencana.
Dilakukan dengan melakukan kontrol di tempat kejadian, mendekati tempat kejadian
secara aman dan melakukan zona isolasi.

Kontrol

- Menetapkan pimpinan tim yg.memberi komando.

- Membentuk pos pusat emergency.


- Menetapkan zona isolasi.
- Membatasi akses ke zona isolasi dan meng-evakuasi non responder
(yang tak berkepentingan) keluar zona isolasi.
- Menetapkan daerah staging.
Safe Approach Guideline.

- Memasuki/mendekati tempat kejadian dari arah atas

angin.

- Menghindari kontak langsung maupun tak langsung dengan


spill ataupun emisi dari material.

- Mematikan terlebih dahulu sumber potensi api.

- Mengidentifikasi tempat yang potensial dijadikan Tactical

Command Post dan Staging.

- Buddy System.

- Penggunaan PPE.

- Monitor flammability, zat toksik, dan kadar oksigen.

Zona isolasi.

- Independen dan lebih luas terhadap hazard control zone.


- Memisahkan petugas dan non-petugas.
- Termasuk daratan, laut, dan udara.
- Isolasi sering harus ditetapkan oleh petugas yg.berwenang.

Kriteria masuk daerah bahaya bagi petugas :

- Menggunakan PPE yang sesuai.

- Bila 02 e" 23,5% dilarang masuk. LEL e" 10%


dilarang masuk.
- SCBA bila H2S e"10 ppm, CO e" 35 ppm, Benzene e" 30 ppm, total
Hidrokarbon e" 500 ppm atau O < 19,5%.
- Air Purifying Respirator bila Benzene > 0,6 ppm atau total hydrocarbon
e" 50 ppm.

C. Evakuasi dan penanggulangan korban

a. Pencarian jalur evakuasi yang aman (Egreess).

b. Jaringan komunikasi dan transportasi.

Tahap antar antara tempat kejadian (perusahaan) dengan sarana pelayanan


kesehatan.
Tahap antar antara sarana pelayanan kesehatan.
Tahap antar di pusat rujukan kesehatan.
c. Pembuatan Sfre/feratau tempat penampungan korban sementara.

d. Pembentukan pelayanan keadaan darurat/gawat di lapangan.

e. Pertolongan cepat dan tepat.

Prinsip mencegah kematian dan kecacatan, yaitu :

1. Kecepatan menemukan penderita.


2. Kecepatan meminta pertolongan.

3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan : o

Di tempat kejadian.

Dalam perjalanan ke unit pelayanan kesehatan/medik darurat.

Pertolongan di unit pelayanan kesehatan/medik darurat itu sendiri.

Langkah-langkah atau tindakan yang dapat dilakukan :

1. Tindakan Triage

Adalah pemeriksaan awal untuk menentukan prioritas korban. Pada satu penderita,
kegiatan ini disebut "selection of problems", sedangkan pada korban massal dinamakan
"selection of patient". Triage ditujukan untuk "cenderung melakukan yang baik untuk jumlah
yang besar", korban-korban dipilih agarsegera bisa ditolong sesuai dengan
kebutuhannya. Prioritas harus diberikan kepada korban yang terancam kehidupannya dan
yang mempunyai kemungkinan besar untuk bertahan bila segera ditolong. Pemilihan
dilakukan oleh seorang "Triage Officer" yang akan memberi label berwarna berdasarkan
beratnya cedera. Label warna tersebut antara lain :

Label merah untuk penderita dengan gangguan "airway", "breathing", "circulation",


dan "disability". Penderita kelompok ini merupakan prioritas pertama yang memerlukan
tindakan mudah, cepat, dan "life saving".
Label putih atau abu-abu untuk penderita dengan cidera berat seperti trauma
kepala berat atau perdarahan intra-abdominal, tetapi diragukan prognosisnya.
Penderita ini memerlukan tindakan yang "super", namun hasilnya diragukan.
Label kuning untuk penderita dengan luka ringan yang memerlukan tindakan bedah
minor.
Label hijau untuk penderita tanpa luka, tetapi mengalami guncangan jiwa dan tidak
memerlukan tindakan bedah.
Label hitam untuk penderita yang sudah meninggal.

2. Basic Life Support.

3. Advanced Life Support.

D. LANGKAH PEMULIHAN. (Post emergency actions)

Langkah pemulihan didalam tanggap darurat atau respon kegawat daruratan medis pada
pasien keadaan darurat adalah untuk mengupayakan langkah-langkah pemulihan apa dan
bagaimana pasca keadaan darurat. Langkah kegiatan/unsur/komponen yang perlu
diupayakan adalah antisipasi potensi lingkungan berbahaya, pemulihan pasca trauma,
peningkatan kesiapan dan kewaspadaan jaringan pelayanan kesehatan darurat, investigasi.

A). Antisipasi potensi lingkungan berbahaya

1. Langkah-langkah atau tindakan yang dapat dilakukan :

a. Dekontaminasi lingkungan.

b. Surveilans dan pemberantasan potensial penyakit/wabah.

c. Imunisasi/vaksinasi.

d. Pemakaian alat pelindung.

B). Pemulihan pasca trauma


Langkah-langkah yang dilakukan:

a. Konseling

b. Rehabilitasi

c. Pemulihan kesehatan fisik, mental, dan psiko-sosial.


C). Peningkatan kesiapan dan kewaspadaan jaringan pelayanan kesehatan
darurat

Langkah-langkah yang dilakukan :

- Preplanning emergency

- Penyediaan obat-obatan dan alat kesehatan darurat yang dibutuhkan.

- Peningkatan pelayanan kesehatan.

- Penyediaan kebutuhan pokok (air bersih, tempat sanitasi pembuangan,

dan sebaginya) serta makanan bergizi.

D). Investigasi

Langkah-langkah yang dilakukan:

a. Membuat pencatatan

b. Membuat pelaporan

c. Dokumentasi
Ilustrasi Kasus Tanggap Darurat Bencana Industri :
A.Puskesmas Badak, Kecamatan Bangunsari, merupakan puskesmas kawasan
industri. Ada sekitar 10 Industri besar petrokimia yang berada di wilayah kerjanya.

Industri-industri tersebut banyak berbahan dasar Klorin dan Amoniak.

Pertanyaan :

1.Jelaskan risiko apa yang dapat terjadi apabila salahsatu Industri tersebut mengalami
peledakan/kebocoran ?

2.Apa yang seharusnya dipersiapkan oleh pihak Puskesmas dalam menghadapi


kemungkinan bencana industri tersebut ?

B.Salahsatu industri besar pengolahan minyak bumi mengalami peledakan dan


kebakaran. Banyak korban berjatuhan terutama di kalangan pekerja dan masyarakat.
Industri tersebut berada di wilayah kerja Puskesmas Jabung, Kecamatan Gunungbatu.
Sebagian korban baik pekerja maupun masyarakat ada yang dibawa ke puskesmas
untuk dapat diberikan pertolongan segera.

Pertanyaan :

1.Jelaskan risiko apa yang dapat terjadi apabila Industri tersebut mengalami
peledakan/kebocoran ?

2.Apa yang seharusnya dilakukan oleh pihak Puskesmas dalam menghadapi bencana
industri tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai