Anda di halaman 1dari 66

‫أين نحن من هؤلء؟‬

DIMANAKAH POSISI KITA JIKA DIBANDINGKAN


MEREKA..?

Syaikh Abdul Malik Al Qasim Hafidzahullah


Penerjemah: Yuni Santoso Waffaqahullah

Yogyakarta, 1 Ramadhan 1439

1
5
DIMANAKAH POSISI KITA JIKA DIBANDINGKAN MEREKA

Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan para
shahabatnya seluruhnya, amma ba`du:

Sungguh Allah Azza wa Jalla telah mudahkan dalam


mengeluarkan untaian yang berseri dari sebuah kumpulan yang
bertemakan Aina Nahnu Min Ha-ula -dimanakah posisi kita
dibandingkan dengan mereka-?! Semua ini menceritakan ibadah
orang-orang shalih terdahulu, penyebutan zuhudnya mereka dalam
kehidupan dunia, dan bersegeranya dalam menyambut kehidupan
akhirat.

Termasuk di antara keutamaan dan karunia Allah, tersebar


luasnya buku ini dan telah dicetak berulang kali. Sebagian teman
berkeinginan agar buku ini dikumpulkan dalam beberapa jilid saja
agar lebih mudah diresapi, dipelajari bersamaan materi-materi
yang ada di dalamnya tetap ada dan terjaga.

Inilah yang sekarang berada di hadapan pembaca suatu


susunan yang saling menyempurnakan lengkapnya terdiri dari dua
puluh dua judul, aku biarkan sebagaimana asalnya, kecuali ada
sedikit perbaikan yang sederhana dan penambahan yang sifatnya
bebas/seperlunya saja.

Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menjadikan


usaha/karya tersebut ikhlash berharap kepada wajah-Nya yang
2
mulia dan semoga Allah memberikan manfaat dengan adanya
buku tersebut.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi


kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga
beliau dan para shahabatnya seluruhnya.

3
SAAT-SAAT YANG MENENTRAMKAN

Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang berfirman:
‫اخر اب ليناكفم او اتكاا فثر وف لالام او و‬ ‫و‬
‫ال او لالا لو الد‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ب او ال ل يو او وزينا ية او ات اف ف ي‬ ‫ا لع ال فموا اأن احم ل ا‬
‫ال ايا فة الدا لن ايا الع ي‬

“Ketahuilah oleh kalian bahwasanya kehidupan dunia itu


hanyalah permainan, kesia-siaan dan perhiasan, saling
berbangga di antara kalian dan berbanyak-banyakan dalam
masalah harta dan anak-anak”. QS Al Hadid (57): 20

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi


dan utusan yang paling mulia, adapun setelah itu: Sungguh telah
menjadi sesuatu realita/fenomena bahwasanya aspek materialistik
adalah sesuatu hal yang menguasai kehidupan manusia, demikian
itu sekaligus merupakan peran yang amat besar dalam menjauhkan
mereka dari memikirkan tempat kembali dan akhir dari sebuah
perjalanan mereka (kehidupan akhirat), konsekuensi darinya
adalah dengan melemahnya semangat dalam mencari akhirat, dan
rapuhnya tekad terhadapnya, serta semakin bertambah banyak
orang yang jauh dari Allah Azza wa Jalla.

Allah mudahkan bagi aku untuk menelaah sebagian kisah-


kisah tentang zuhud dan hadits-hadits yang berkaitan kelembutan
hati, yang hal ini telah dikumpulkan para ulama umat ke dalam
banyak jilid tebal, sebagiannya berada dalam kitab tersendiri dan
yang lebih banyak dari itu tertebar dalam kitab yang berbicara
tentang kisah hidup, biografi dan selain darinya.

Menjadi sesuatu yang sulit (bagi seseorang untuk) mengambil


manfaat dari hal itu semua dikarenakan tebalnya jilid-jilid kitab
itu, begitu juga karena jauhnya dari jangkauan manusia,
sebagaimana bahwasanya sebagian kitab itu mengandung padanya

4
sebagian ungkapan yang berlebihan dan ekstrem pada sebagian
makhluq, demikian juga ada penyimpangan dan berita
dusta/khurafat dari kalangan sufi dan selain dari mereka. Aku pun
berusaha untuk mengumpulkan kumpulan-kumpulan ini dari
kitab-kitab induknya, kemudian aku kembalikan ke sumber
aslinya, (dilakukan) dalam rangka menjaga keontetikannya, dan
sebagai bentuk bantuan bagi siapa saja yang menginginkan
tambahan informasi darinya.

Kemudian aku memilih suatu judul teruntuk silsilah ini 1 -yang


semuanya terdiri lebih dari dua puluh bagian-, diambilkan dari
perkataan yang suatu ketika disebutkan kepada Imam Ahmad
rahimahullah tentang akhlaqnya orang-orang yang wara` semasa
hidup di dunia dari orang-orang sebelum beliau, kemudian
beliaupun berkata:

‫ اأ لي ان ن لاح فن وم لن اه فؤلا وء؟؟؟‬،‫اأ لس اأ فل الا اأ لن لا ايم فق اتناا‬

Aku memohon kepada Allah..semoga Allah tidak murka kepada


kita, karena siapakah kita dibanding dengan mereka?.2

Aku pun membatasi kabar (kisah-kisah) salaf selain riwayat-


riwayat yang sudah populer/terkenal, meskipun sebenarnya ada di
sana begitu banyak riwayat-riwayat yang populer dari kisah ulama
salaf, dan tidaklah posisi aku jika dibandingkan dengan mereka,
melainkan sebagaimana ucapan Imam asy Syafi`i rahimahullahu:

‫ ال اع نل اأ لن اأن ااال وبو لم اش افا اع له‬... ‫ي او ال لست ومن فله لم‬ ‫ال ا‬ ‫فأ وحب الص و‬
‫ا ح‬
‫اصااا اوإو لن فكنحا اس اواء وف ا للبو اضا اع له‬ ‫او اأك الر فه ام لن و ات اار فت فه اللا اع و‬

Aku mencintai orang-orang shalih meskipun aku tidak termasuk


1
Tulisan yang beragam: Beberapa topik dalam masalah ibadah, muamalah, dan berkaitan
dengan adab, adapun topik pertama dari tulisan itu ada di hadapan anda.
2
Siyar A`lami an Nubalaa (juz 11 halaman 226).

5
bagian dari mereka
mudah-mudahan aku dapat menggapai syafa`at karena sebab
kecintaanku kepada mereka
Dan aku pun tidak suka dengan orang-orang yang bisnisnya
berupa kemaksiatan
meskipun sebenarnya kami sama dalam hal barang
dagangan/sama berbuat kemaksiatan.1

Hendaknya anda jangan merasa asing (heran) wahai saudaraku


pembaca, dari kabar/kisah yang ada dalam kumpulan ini, (kisah-
kisah) yang menceritakan zuhudnya para salaf, keshalihan yang
ada pada mereka, dan apa saja yang telah melekat pada mereka
berupa rajinnya dalam beribadah kepada Allah.

Ketika mereka (salafush shalih) telah mencapai kepada suatu


tingkatan yang sangat besar dalam hal rasa takutnya kepada Allah,
sikap zuhud dan ketaqwaannya, (dapat diketahui) dari situlah letak
kelemahan kita pada masa sekarang ini, kita memiliki kelemahan
yang begitu besar dalam hal tersebut, (kenyataannya) pada saat
membaca kisah-kisah tersebut menjadilah kita seolah merasa
asing/aneh dan menganggapnya sebagai sesuatu yang banyak (luar
biasa).

Secara keseluruhan, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk


Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, jalan apapun yang
menyelisihi petunjuk beliau niscaya ditolak/dikembalikan kepada
pelakunya. Dalam kitab ini, terkandung penyemangat/motivasi
bagi seseorang untuk (semakin giat) beribadah, pengingat akan
utamanya kehidupan akhirat, dan mengenalkan jati diri orang-
orang shalih sebelum kita. Semoga Allah jadikan amalan ini
ikhlash semata berharap kepada wajah-Nya yang mulia.

Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim.



1
Khasiyah ash Shaawi `ala syarkh ash shaghir juz 4 halaman 735.

6
Topik Yang Pertama

KEMATIAN

Dikatakan kepada Hasan: Wahai Aba Sa`id, bagaimana sikap


kita? Di saat kita duduk bersama kaum-kaum yang mereka terus-
menerus membuat kami takut hingga hampir-hampir hati (jantung)
kami terbang/copot, maka beliau pun berkata: "Demi Allah,
sungguh ketika engkau berbaur dengan suatu kaum yang terus-
menerus membuatmu takut hingga pada suatu waktu nanti
keamananlah yang akan menjumpaimu, hal demikian keadaannya
lebih baik daripada engkau bergaul dengan kaum yang mereka
senantiasa membuatmu merasa aman hingga pada suatu saat nanti
ketakutanlah yang akan menjumpaimu”.



7
KEMATIAN

Sesungguhnya kematian itu pada hakikatnya merupakan


peristiwa yang menyakitkan lagi menakutkan, ia akan menjumpai
setiap makhluq yang hidup, maka tidaklah ada yang kuasa untuk
menolak datangnya kematian itu, tidak pula seorang pun yang
berada di sekitarnya mampu menolak kematian itu bila telah tiba.

Kematian itu sering berulang-ulang pada setiap saat, kematian


itu datang silih berganti sebagaimana silih bergantinya waktu,
semua orang akan mengalaminya baik anak kecil, dewasa, orang
yang kaya maupun miskin, orang-orang yang kuat maupun yang
lemah, orang-orang yang sedang dirundung sakit dan yang
berkeadaan sehat-sehat saja, Allah berfirman:

‫الش اها اد وة اف فينا نب فئك لفم بو ام‬ ‫ون ومنل فه افإو حن فه فم ال وقيك لفم فث حم ت افر اد ا‬
‫ون إو ال اع و‬
‫الو ا لل اغ لي و‬
‫ب او ح‬ ‫فق لل إو حن اللا لو ات ا حل وذي ت واف ار ا‬
‫فكنلت لفم ات لع ام فل ا‬
‫ون‬

“Katakanlah sesungguhnya kematian yang kalian berusaha lari


darinya, sungguh ia akan menjumpai kalian, kemudian kalian
akan dikembalikan kepada Dzat yang Maha Tahu tentang hal
yang ghaib dan yang tampak, kemudian Allah akan kabarkan
kepada kalian terhadap apa yang kalian dahulu kerjakan”, QS Al
Jum`ah (62): 8.

Sungguh akhir dari kehidupan itu hanyalah satu, seluruh yang


hidup akan mengalami kematian:
‫ك افل ان لفس اذ وائ اق فة اللاو و‬
‫ت‬ ‫ل‬

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan kematian” QS Al


`Imran (3): 185.

Hanya saja yang menjadi masalah adalah bahwasanya tempat


kembali setelah kematian itulah yang berbeda,
8
‫الس وع وي‬ ‫اف ور ييق وف ل و‬
‫النحة او اف ور ييق وف ح‬
‫ا‬

“ Sebagian kelompok menempati surga dan sebagian yang lain


mendiami api neraka yang menyala-nyala”.
QS Asy Syura (26): 7.

Allah menciptakan kematian dan penghidupan untuk suatu


perkara yang agung dan suatu urusan yang penting, Allah
berfirman:
‫ا حل وذي اخ ال اق اللاو ات و ل و‬
‫ال ايا اة ل اي لب فل اوك لفم اأ ايك لفم اأ لح اس فن اع امل او فه او ا لل اع وز فيز ا لل اغ فف ف‬
‫ور‬ ‫ل ا ا‬

“Dia-lah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk


menguji kalian, siapakah di antara kalian yang paling baik
amalanya, dan Dia-lah Zat yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang”. QS Al Mulk (67):2

Allah mensifati dahsyatnya kematian di dalam empat ayat:


1. Maha Benar Allah yang berfirman:
‫و‬
‫او اجا اء لت اسك الر فة اللا لوت بو ل ا‬
‫ال ّق‬

“Dan telah datang sakaratul maut dengan sebenar-benarnya”


QS Qaf (5): 19.

2. Maha Benar Allah yang berfirman:


‫ون وف اغمر و‬
‫ات اللا لوت‬ ‫الو ا‬
‫او ال لو ت اارى إو وذ ال حظ ف‬
‫اا‬

“Dan seandainya engkau melihat orang-orang yang zalim


tatkala menjelang kematian dalam keadaan tersiksa ”. QS Al
An`am (6) : 93.

9
3. Firman-Nya:

‫و‬
‫اف ال لو ال إو اذا اب ال اغت ل ف‬
‫ال لل فقو ام‬

“Maka tidakkah mereka perhatikan, saat nyawa itu sampai pada


tenggorokan”. QS Al Waqi`ah (56): 83.

4. Firman Allah Ta`ala:

‫الت واق اي‬ ‫و‬


‫ك حال إو اذا اب ال اغت ح ا‬

“Sekali-kali kita tidak (dapat kembali untuk beramal lagi), yaitu


jika nyawa itu berada pada ujung tenggorokan” QS Al Qiyamah
(75): 26.1

Karena sebab besarnya perkara yang akan kita hadapi dan


tempat kembalinya kita nanti, rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersaba:

‫ون اما اأ لع ال فم ال اض وح لكت لفم اق وليل اول اب اك ليت لفم كاثويا‬


‫ال لو ات لع ال فم ا‬

“Seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui, niscaya kalian


akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.2

Di dalam peristiwa kematian, ada padanya pelajaran dan


pengingat, perhatian dan peringatan, cukuplah dengan kematian
itu demi Allah sebagai pemberi peringatan, rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam pernah bersabda:
‫تو و‬ ‫و‬
‫اعظا‬ ‫اك افى بواللا لو ا‬

“Cukuplah kematian itu sebagai pelajaran/pemberi


peringatan”. 3

1
At Tadzkirah li akhwaali al maut wa umuuri al akhirah hal 20.
2
HR. Bukhari: 1044, Muslim: 426.
3
Dikeluarkan oleh At Thabrani dan Ibn `Asakir dalam kitabnya ta`ziyatu al muslim

10
Ayat dan hadits masalah itu begitu banyak dan terkenal.
Sesungguhnya kematian merupakan fenomena yang sangat
mengerikan, suatu peristiwa yang sangat menyeramkan, ibarat
kematian itu suatu gelas yang baunya paling tidak enak dan
teramat busuk.

Kematian adalah suatu peristiwa yang paling menghancurkan


segala kelezatan, menyudahi semua bentuk kesantai-santaian,
sesuatu yang paling dapat menghilangkan/mencabut perkara yang
tidak mengenakan.

Kematian itu juga suatu peristiwa yang akan memutuskan


sendi-sendi tubuhmu, mencerai-beraikan anggota badanmu,
menghancurkan tulang-tulang yang membangun tubuhmu, benar-
benar kematian itu merupakan suatu perkara yang dahsyat,
kejadian yang menyakitkan, dan sungguh hari kematian itu benar-
benar suatu hari yang sangat mengerikan.1

Akan tetapi yang menjadi masalah, kita itu sering melupakan


kematian atau pura-pura lupa terhadapnya, kita tidak suka
mengingat dan berjumpa dengan kematian, padahal kita yakin
betul bahwa kematian itu tidak dapat dihindarkan, suatu peristiwa
yang pasti terjadi, pasti akan mengalaminya, tidak ada tempat
berlari dari kematian, tidak ada yang dapat menghalanginya.

Sungguh suatu yang mengherankan bagi orang yang berakal di


saat melihat peristiwa kematian menghampiri teman-temannya,
tetangganya, bagaimana mungkin seorang yang biasa melihat
peristiwa kematian lantas (kemudian) akan merasa tentram
hidupnya?, Terlebih lagi bila keadaan seorang (memang) sudah tua
umurnya.

Suatu perkara yang amat mengherankan pula, bagi orang yang


1
At Tadzkirah hal 28

11
melihat ular mendekatinya sedangkan ia tidak terkejut dengan
kedatangannya, di pihak lainnya seorang yang sudah tua renta itu
akan melihat rayapan kematian dalam anggota tubuhnya, karena
telah keluar/berkurang kekuatan dalam tubuhnya dan dia (pun)
menempati sisi kelemahan dalam tubuhnya, dan warna hitam
rambutnya telah berubah menjadi putih, kemudian dalam setiap
hari yang ia lalui semakin bertambahlah kekuranganya
(lemahnya).1

Kekurangan ini semakin bertambah sampai ia melewati


jembatan kematian yang seorang mesti melaluinya hingga ia
sampai ke negeri akhirat. Ibnu Mas`ud radhiyallahu anhuma
berkata:

‫احة دون لو اقاء ال‬ ‫ال لي اس لو لل فم و‬


‫ؤمن ار ا‬

“Tidak ada waktu bersantai bagi seorang mu`min kecuali ketika


bertemu dengan Allah di surga kelak.”2

Tidaklah mungkin untuk bertemu dengan Allah melainkan


setelah seorang melewati peristiwa kematian dan merasakan
perihnya kematian, akan tetapi kita itu lalai darinya, dikarenakan
tenggelam (kesibukan) dan perhatiannya hanya dalam kesenangan
dunia, diombang-ambingkanlah dengan ketertipuan dunia.

Seorang yang menggandrungi kesenangan dunia, (niscaya)


hatinya akan lalai, (bahkan) tentu saja lalai dari mengingat
kematian, maka ia pun tidak berupaya mengingat adanya peristiwa
kematian, kalau ia diingatkan dengan kematian ia pun tidak
menyenanginya, (namun) justru ia akan menghindar darinya,
mereka itulah yang Allah firmankan tentang keadaan mereka:
‫بو ح و‬ ‫و‬ ‫ون ومنل فه افإو حن فه فم ال وقيك لفم فث حم ت افر اد ا‬
‫فق لل إو حن اللا لو ات ا حل وذي ت واف ار ا‬
‫ ل‬r‫الش اها ادة اف فينا نب فئ فك‬
‫م‬r ‫ون إو ال اعالو ا لل اغ لي و ا‬
1
Shaid al khatir hal.533
2
Syarh as suduur 1/21 maktab syamila

12
‫بو ام فكنلت لفم ات لع ام فل ا‬
‫ون‬

“Katakanlah sesungguhnya kematian yang kalian berupaya lari


darinya maka sungguh kematian itu akan menemui kalian,
kemudian kalian dikembalikan kepada Zat yang Maha Tahu
perkara yang Ghaib dan yang Tampak, kemudian Allah kabarkan
kepada kalian terhadap apa yang kalian dulu lakukan di dunia”. 1
QS Jum`ah (62): 8.

Kemanapun engkau pergi kematian akan menjumpaimu,


bagaimanapun engkau berusaha untuk menjauh maka ia akan
memanggilmu, akan tetapi:

ْ ‫ ني‬r‫ اس لو لل اح‬r‫ فه ال لي‬r‫ت اأ حن‬r


‫ و‬r‫ال وازم الستعدف اقدل اتبينل‬
‫اح‬
‫و‬
‫اس اع لي ْ لن ااجاة اف ل ا ف‬
‫و‬ ‫و‬
‫اس ات لعدن ي ايا ان لف فس ل لل ام لوت او ل‬
‫ل‬
‫ت بدف‬‫فخ فلود و ال ومن اللاو و‬
‫ا ل‬ ‫ي ا‬

Bersiaplah wahai jiwa untuk menghadapi kematian


Berusahalah untuk menggapai keselamatan, karena orang yang
kuat dan penuh kesiapan, sungguh telah nampak baginya bahwa
tidak ada manusia yang mengalami keabadian
Dan tidak ada pula yang dapat menjauhkan dari datangnya
kematian2

Saudaraku yang kucintai,


Suatu perkara yang paling mengherankan di saat
kesenanganmu justru dalam keadaan tertipu, kelalaianmu dalam
kesia-siaan yang engkau lakukan, engkau lalai terhadap apa yang
disimpan untukmu kelak di akhirat nanti, tertipu dengan
kesehatanmu, lupa dengan dekatnya rasa sakit/kebinasaan itu,
engkau merasa senang dengan kesehatanmu, dalam keadaan lalai
dengan dekatnya perasaan pedih itu (kematian).

1
Al Ihya jilid 4 hal 477.
2
Al bidayah wan Nihayah 13/129 maktab syamila

13
Sungguh kematian selainmu telah memperlihatkan kepadamu,
yang itu semua mengingatkanmu, bahwa kelak juga akan
mengalami kematian, begitu pula tempat pembaringan orang lain
telah menampakkan kepadamu sebelum orang-orang meninggal
dunia, itu semua menampakkan kepadamu tempat pembaringanmu
(kelak), akan tetapi perbuatanmu (itu) telah menyibukkanmu
dalam hal meraih kelezatan-kelezatan nafsu, sehingga engkau lupa
dari sesuatu yang menghancurkan jiwamu,

‫كأنك ل تسمع بأخبار من مض ااا ول تر ف الباقي ما يصنع الدهر‬


‫فإن كنت ل تدري فتلك ديارهم ااا ماها مال الريح بعدهم والقب‬

Seolah-olah engkau wahai saudaraku tidak pernah mendengar


kisah orang-orang yang telah terdahulu
Tidak pula engkau lihat pada manusia yang masih tersisa ini,
apa yang akan dilakukan oleh masa itu 1
Jika engkau tidak sadar juga, ketahuilah bahwa tempat itulah
kediaman mereka tiupan angin dan kuburan itu seolah-olah telah
menghapuskan jejak mereka.2

Kita mendengar adanya kematian, namun kita lupa


terhadapnya, kita melihat adanya berbagai pelajaran yang datang
bertubi-tubi, beriringan, akan tetapi amatlah disayangkan tidak ada
seorang pun di antara kita yang takut terhadap Allah melainkan
orang-orang yang dirahmati oleh Rabbku.

Di sana ada orang-orang yang tidak terlalaikan dengan


kehidupan dunia, tidak tertipu dengan angan-angan yang panjang,
kemudian ia mempersiapkan diri dengan mencampakkan dosa dan
kemaksiatan, bersiap-siap (mengambil bekal) dengan melakukan
amalan shalih, sebagaimana Al Qa`qa bin Hakim yang beliau
berkata:
1
Yaitu akan menggilas mereka dalam peristiwa kematian
2
Shaid al Khatir hal.26.

14
‫قد استعددت للموت منذ ثلثي سنة فلو أتان ما أحببت تأخي شء عن شء‬

Sungguh aku bersiap-siap menyambut kematian semenjak tiga


puluh tahun lamanya, maka kalau saja kematian itu datang
kepadaku, aku tidak senang bila menunda kematian (karena)
hanya ingin mengakhirkan sesuatu dari sesuatu lain berupa
kesenangan/angan-angan yang belum didapat selama di dunia. 1

Kita menganggap sebagai sesuatu yang menyusahkan, hanya


semata adanya penyebutan kematian dan pembicaraan masalah
kematian, bahkan kebanyakan orang justru marah jika kematian
itu disebutkan di sisinya, ia memandang bahwasanya tidaklah
perlu merusak ketentraman hidup seseorang, merusak obrolan
mereka dengan menyebutkan adanya kematian dan pelajaran-
pelajaran darinya. Pernah suatu kali dikatakan kepada Hasan
rahimahullah:

‫ك إن‬rr‫ال وال إن‬rr‫يا أبا سعيد كيف نصنع نجالس أقواما يوفونا حتى تكاد قلوبنا تطي فق‬
‫تى‬rr‫ك ح‬rr‫تالط أقواما يوفونك حتى يدركك أمن خي لك من أن تصحب أقواما يؤمنون‬
‫يدركك الوف‬

“Wahai Aba Sa`id, bagaimana yang semestinya kami lakukan?


kami duduk-duduk dengan banyak kaum, akan tetapi mereka
membuat kami takut sampai-sampai jantung kami hampir copot,
kemudian beliau pun berpesan: "Demi Allah bahwasanya jika
engkau berbaur dengan banyak kaum yang mereka terus-menerus
membuatmu takut sehingga keamananlah yang menjumpaimu, hal
itu lebih baik daripada engkau bergaul dengan banyak kaum yang
terus menerus membuatmu merasa aman hingga ketakutanlah
yang justru menjumpaimu”.2

1
Ihya `ulumu ad diin 4/456 maktab syamila
2
Ihya `ulumu ad diin 4/162 maktab syamila

15
Jika engkau tidak mengingat-ingatnya pada hari ini, (niscaya)
kematian itu akan mengejutkanmu pada hari besok, sementara
engkau dalam keadaan lalai terhadap urusan akhiratmu. Ambillah
pelajaran dengan orang yang melakukan persiapan dalam
menyambut datangnya kematian dan orang-orang yang telah
melakukan perjalanan menuju alam kubur, meninggalkan dirimu.
Hasan rahimahullah berkata:

‫اجتو وه‬ ‫و‬ ‫وو‬ ‫و‬


‫ ا‬r ‫ فث حم اي اتن حاحى لا‬،‫اان اأ احدف فه لم اي لأ فخ فذ اماء ل فو فضوئه‬ ‫ ك ا‬،‫ون اه اذا لالا لم ار‬‫اان اق لب الك لفم اي لق ار فب ا‬
‫اان ام لن ك ا‬ ‫ك ا‬
‫ افإو اذا اف ار اغ ت ااو حض اأ‬،‫اماا اف اة اأ لن اي لأتو اي فه اأ لم فر الحو او فه او اع ال اغ ل وي اط اه اارة‬

“Dahulu orang-orang sebelum kalian yakni orang-orang shalih


terdahulu, mereka itu menganggap dekat hari kematian itu,
salah seorang dari mereka mengambil air yang akan ia gunakan
untuk berwudhu, kemudian ia berpindah tempat untuk
menunaikan hajatnya, dalam keadaan khawatir bila saja datang
urusan Allah (kematian) itu kepadanya, maka ketika ia selesai
tunaikan hajatnya ia pun segera berwudhu”.1

‫ إذا مدحوا الياة فأكثروا‬:‫قد قلت‬


‫ف الوت ألف فضيلة ل تعرف‬

Sungguh telah aku katakan:


“Jika mereka memuji kehidupan, maka perbanyaklah dalam
mengingat kematian, karena dalam kematian (itu) ada seribu
keutamaan yang tak terungkapkan”.2

Rabi` bin Bazzah mengatakan: “Aku merasa heran dengan


orang-orang, bagaimana mereka lupa dengan sesuatu yang pasti
akan terjadi, (padahal) mata-mata mereka telah melihatnya,
relung-relung hati mereka pun menyaksikannya dalam keadaan
1
Az Zuhd libni Al Mubarak 1/99 maktab syamila
2
Al `Uzlah wal Infirad...

16
penuh dengan keimanan dan pembenaran terhadap wahyu yang
dibawa oleh para rasul, kemudian (seperti) inilah keadaan mereka,
tenggelam dalam kelalaian akan datangnya kematian, dalam
keadaan sebagaimana orang yang sedang mabuk yang mereka (itu)
terus-menerus dalam suasana main-main saja!”.

Kemudian ia berkata:

‫ي‬r‫ك للف‬r‫ول ذل‬rr‫ما ول‬r‫ن ال عليه‬r‫ة م‬r‫وأيم ال ما تلك الغفلة إل رحة من ال لم ونعم‬
‫ش‬rr‫وت بعي‬rr‫الؤمنون طائشة عقولم طائرة أفئدتم منخلقة علوبم ل ينتفعون مع ذكر ال‬
‫أبدا‬

“Demi Allah, tidaklah hikmah dari kelalaian melainkan


rahmat dari Allah untuk mereka, dan suatu kenikmatan dari Allah
yang tercurah kepada mereka, dan jika saja kelalaian itu tidak
ada..niscaya akan didapati orang-orang beriman kacau pada akal-
akal mereka, hati-hati mereka seolah terbang, hati-hati mereka
seolah copot, mereka tidak dapat memetik manfaat selamanya dari
peringatan kematian ketika hidup di dunia”.1
Hal itu sebagaimana penyair yang mengatakan:

‫الا لل وق فك ال فه فم ا لل افناا فءااا اف ام اأ احدي ايدف و فم ال فه ا لل اب اقا فء‬


‫اسبو فيل ل‬
‫ااااو فيدل نويناا إو ال لي وه حن اللا اسا فء‬
‫اح إو ال اللاناا اي ا‬ ‫في اق نر فبناا ح‬
‫الص اب ف‬
‫اب اه او ا‬
‫ اااا اف ال لي اس فم اقدح ير ال اك اما ت ااشا فء‬.‫اك او فك لن فم اعد‬ ‫افل ت لارك ل‬
‫يش او اأ اي فغ لصنااا اع ال الا حيا وم اط اال ال فه الن احم فء‬ ‫اأت لاأ ام فل اأ لن ت واع ا‬
‫تاراه اأ لخ اض ا لل وعيدا و‬
‫ضاااا اف في لصبو فح او فه او فم لس او لد فغ اثا فء‬. ‫ان اغ‬ ‫ا‬ ‫ا ف‬

1
Shifat ash shafwah 2/209 Maktab Syamila

17
Jalan setiap makhluq itu seluruhnya berakhir kepada kematian
maka tidak ada seorang pun yang terus menerus dalam
keabadian
Waktu shubuh mendekatkan kita kepada kematian
dan waktu sore itu semakin menjadikan kita dekat kepada
kematian
Maka janganlah engkau terus-menerus menunggangi hawa
nafsumu, namun hendaklah engkau menjadi orang yang
senantiasa bersiap-siap menyambut kematianmu
tidaklah setiap sesuatu yang engkau inginkan itu akan
ditaqdirkan untukmu
Engkau melihatnya seolah bagaikan pohon yang hijau lagi
penuh kesegaran
lalu tak lama kemudian ia menjadi hitam bagaikan sampah di
tepi lautan
Apakah engkau berangan-angan untuk terus merasakan
nikmatnya kehidupan
sementara ranting manapun seiring berjalannya hari, ranting itu
pun tua dan tidak ada padanya kemanfaatan.1

Iya demi Allah sampai pun malaikat maut, yang ditugasi untuk
mencabut ruh-ruh ia (pun) akan mengalami kematian, Allah
berfirman:
‫ال ال ول او ل و‬
(27) ‫الك الرا وم‬ ‫( او اي لب اقى او لج فه ار نب اك فذو ل ا‬26) ‫ك افل ام لن اع ال لي اها افان‬

“Segala sesuatu yang hidup di atas bumi ini akan berakhir


kepada kematian, dan wajah Rabbmu yang memiliki kemuliaan
dan kemurahan (itulah) yang akan tetap ada”. QS Ar Rahman
(55): 26-27

Akan tetapi di manakah orang yang dapat mengambil


pelajaran, di manakah orang yang mau merenung pada masa ini,
semisal para pendahulu yang shalih dalam (hal) mengingat,
mengambil pelajaran dan perenungan mereka terhadap tempat
kembalinya? Al Hakim bin Nuh telah berkata kepada sebagian
1
At Tabshirah libni al Jauzi 1/303.

18
teman-temannya:

‫ ونحن معه ف‬،‫اتكأ مالك بن دينار ليلة من أول الليل إل آخره ل يسجد فيها ول يركع فيها‬
،‫ فبكى‬:‫ قال‬،‫ لقد طالت ليلتك ل مصليا ول داعيا‬،‫ يا مالك‬:‫ فلم أصبحنا قلت له‬،‫البحر‬
‫ت‬rr‫ا رأي‬rr‫ ل‬-‫وال‬- ‫ إن‬،‫دا‬rr‫ش أب‬rr‫ذوا بعي‬rr‫ لو يعلم اللئق ماذا يستقبلون غدا ما ل‬:‫ثم قال‬
‫ذ‬rr‫ل امريء يومئ‬rr‫ وك‬،‫ك‬rr‫ر هنال‬rr‫ ذكرت به الوقف وشدة الم‬،‫الليل وهوله وشدة سواده‬
‫م‬rr‫ ثم شهق شهقة فل‬،‫ ل يغني والد عن ولد ول مولود هو جاز عن والده شيئا‬،‫تمه نفسه‬
‫ا‬
‫ه‬rr‫ أنت تعلم أن‬:‫ وقالوا‬،‫عل أصحابنا ف الركب‬
‫ فحمل ح‬،‫ ثم هدأ‬،‫يزل يضطرب ما شاء ال‬
‫ل يمل ن‬
‫ فكنت بعد ذلك ل أكاد أذكر له شيئا‬:‫الذكر فلم تيجه؟ قال‬

Malik bin Dinar pada suatu malam hanya bersandar/duduk


santai sejak awal hingga akhir malam dalam keadaan ia tidak
melakukan sujud dan ruku` pada waktu itu, kami berada
bersamanya di atas lautan, maka ketika kami memasuki waktu
shubuh, aku pun berkata kepadanya: "Wahai Malik, malam
engkau itu amatlah panjang namun demikian engkau tidak
dalam keadaan shalat tidak juga berdoa", Malik berbicara,
kemudian ia pun menangis, kemudian ia berucap: "Seandainya
orang-orang itu tahu apa yang mereka akan hadapi pada hari
besok, niscaya mereka tidak merasakan kenikmatan hidup
selamanya, sesungguhnya aku ini demi Allah, di saat aku melihat
waktu malam dengan kengeriannya dan suasana (yang) telah
mencapai puncak kegelapannya, aku pun teringat dengannya
posisi dan dahsyatnya urusan itu di hari kiamat nanti, dan setiap
orang pada saat itu hanya perhatian terhadap dirinya sendiri,
seorang ayah tidak dapat memberikan manfaat kepada anaknya,
tidak pula setiap yang dilahirkan itu dapat membalas kebaikan
sedikit pun kepada orangtuanya",

Kemudian Malik pun menangis sejadi-jadinya, ia terus-menerus


dalam keadaan demikian pada rentan waktu yang lama,
kemudian setelah itu keadaan (menjadi) reda, setelah itu teman-

19
temanku justru mencelaku di kapal itu, sembari berkata: "Engkau
itu tahu bahwasanya Malik itu amatlah mudah tersentuh dengan
suatu peringatan dan nasihat, lalu mengapa engkau itu justru
mengganggu jiwanya"?
Ia pun berkata: "Aku pun setelah kejadian itu hampir-hampir
tidak menyampaikan sebuah peringatan apapun kepadanya".1

Tidaklah seorang mu`min merasa khawatir di kehidupan dunia


melainkan pada waktu mendatang (di akhirat) ia jumpai rasa aman
karena sebab baiknya mengambil pelajaran dan baik amalannya,
karena sesungguhnya kita itu berada pada suatu tempat yang Allah
longgarkan untuk kita dengan sekian banyak kenikmatan yang
Allah sempurnakan untuk kita, baik di waktu pagi maupun
sorenya, sementara kita itu justru menyia-nyiakan umur kita dalam
perkara yang bukan merupakan tujuan kita diciptakan, kemudian
jika kematian telah mengejutkan kita, maka ketidaksukaanlah
yang tampak jelas dari diri kita, (sebagaimana yang Allah
ceritakan dalam firman-Nya):

‫رب ار وجع و‬
(99) ‫ون‬ ‫ا ن ل ف‬

“Wahai Rabbku kembalikanlah aku”.


QS Al Mu`minun (23): 99.

Mengapa engkau ingin kembali dan berulang hidup di dunia?

‫الا فو ايم ت اارك ف‬


‫لت‬ ‫الع نل اأ لعم فل ص و‬
‫ا ا‬ ‫ا‬

“Barangkali aku dapat beramal shalih pada segala macam amalan


yang dahulu telah aku tinggalkan” QS Al Mu`minun (23): 100.

Di manakah posisi anda pada hari ini? Bukankah engkau


telah sadari bahwa urusanmu ini longgar, begitu juga badanmu
1
Jannat ar Ridha jilid 1 hal 98.

20
(sedang) dalam keadaan sehat? Kemudian (yang menjadi
pertanyaan adalah) belumkah dekat malaikat maut darimu setelah
itu?

Allah Ta`ala menjadikan peristiwa kematian sebagai penutup


kehidupan atas semua hamba, maka kematian itu merupakan akhir
dari perjalanan hidup seseorang dan puncak tujuan dari kehidupan
dunia (tempat bagi setiap orang untuk mengumpulkan bekal).

Namun demikian, Allah-lah yang menentukan jalan hidup


seseorang, boleh jadi Allah buat seorang yang sehat menjadi sakit,
dan sebaliknya boleh jadi Allah kehendaki kesembuhan bagi
seorang yang sudah lama jatuh sakit, dan Allah membagi para
hambanya ke dalam dua golongan: Golongan yang condong
kepada ketaatan dan satu golongan condong untuk melakukan
dosa dan kemaksiatan, begitu juga Allah jadikan tempat kembali
mereka ke dalam dua tempat: Satu tempat yang penuh dengan
kenikmatan dan satu tempat yang padanya api menyala-nyala,
maka tidak ada bagi seorang pun tempat berlari dari datangnya
kematian dan tidak juga keselamatan (darinya), berdasarkan
firman Allah Ta`ala:

(26) ‫ك افل ام لن اع ال لي اها افان‬

“Segala yang berada di atas muka bumi ini akan binasa”


QS Ar Rahman (55): 26.

Allah samakan perihal kematian itu menimpa orang yang


merdeka juga budak, anak kecil, orang dewasa, orang yang kaya
dan yang miskin, semua itu sesuai dengan ketetapan dari Zat yang
Maha Tahu:

(11) ‫ص وم لن فع فم ور وه إو حل وف وكتااب إو حن اذلو اك اع ال الحو اي وس يي‬ ‫و‬


‫او اما في اع حم فر م لن فم اع حمر او ال فينل اق ف‬

“Dan tidaklah dipanjangkan umur orang yang dipanjangkan

21
umurnya dan tidaklah dikurangi dari jatah umurnya melainkan
itu semua telah tercatat di kitab lauhul mahfudz, sungguh hal
yang demikian itu amatlah mudah bagi Allah”.
QS Fathir (35): 11.

Maka orang yang cerdas adalah;

‫من دان نفسه وعمل لا بعد الوت والازم من بادر بالعمل قبل حلول الفوت والسلم من‬
‫استسلم للقضاء والقدر والؤمن من تيقن بصبه الثواب عل الصائب والضرا‬

Orang yang mengendalikan hawa nafsunya, dan beramal


menyambut waktu yang akan terjadi setelah kematian, dan
orang yang tegar adalah orang yang bersegera untuk beramal
sebelum hilangnya segala sesuatu dengan datangnya kematian,
dan seorang muslim yang sebenarnya adalah seorang yang
pasrah terhadap qadha dan qadar, adapun seorang yang
beriman adalah seorang yang senantiasa berkeyakinan dengan
kesabaran yang dilakukan niscaya akan mendapatkan pahala
dari berbagai musibah dan bahaya yang menimpanya.1

‫تذكر يوم تأت ال فردااااوقد نصبت موازين القضاء‬


‫وهتكت الستور عن العاصاااوجاء الذنب فانكشف الغطاء‬

Ingat-ingatlah kamu wahai saudaraku, suatu hari engkau


datang kepada Allah dalam keadan kesendirian
sungguh timbangan-timbangan itu akan ditegakkan sebagai
pemutusan hukuman
Ketika itulah akan tersingkap penutup-penutup atas segala dosa
dan kemaksiatan
dan datanglah dosa yang telah dilakukan itu, sehingga
dengannya tabirpun akan tersingkapkan .2

Sebagian mereka mengatakan: "Suatu yang


1
Shaidul khatir hal 8
2
At Tadzkirah hal 365.

22
mengherankan/aneh, bagi orang yang tahu bahwasanya kematian
itu benar adanya, bagaimana seorang merasa senang? Suatu yang
mengherankan, bagi yang mengetahui bahwasanya neraka itu pasti
datang, bagaimana seorang tertawa-tawa? Suatu yang
mengherankan, bagi orang yang melihat berbolak-baliknya dunia
terhadap penghuninya, bagaimana seorang merasa tentram
terhadap dunia? Dan suatu hal yang aneh pula bagi orang yang
tahu bahwasanya ketetapan itu benar adanya, bagaimana seorang
terlalu percaya diri/merasa pasti akan selamat?” 1

Kita melihat pintu kematian dalam keadaan terbuka,


sementara kubur semakin hari semakin bertambah, inilah dia
(kematian) setiap hari mengetuk kita, setiap kesempatan
memperingatkan kita, akan tetapi apakah kita sudah bertanya
kepada diri kita sendiri, negeri apakah yang kedua nanti,
sementara kita pun telah mengetahui bahwasanya:

‫الوت باب وكل الناس داخلهااا يا ليت شعري بعد الوت ما الدار‬
‫ت فالنار‬ ‫الدار جنة خلد إن عملت بمااا يرر الله وإن ق‬

"Kematian itu merupakan sebuah pintu yang setiap manusia


pasti memasukinya, duhai andai saja aku tahu rumah (yang
manakah) setelah kematian itu
Negeri surga yang kekal jika aku beramal dengan amalan yang
membuat rida Allah, namun jika aku teledor maka hendaknya
waspada dari neraka itu”.2

Jika engkau mau mengingat-ingat (kematian) dalam keadaan


hati terbuka (penuh kesadaran), maka sungguh merupakan tanda
baik dan keberuntungan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ad
Daqa`:

1
Mukaasyafat al Qulub hal 157.
2
Dhiwan Abi al Atahiyah hal 868.

23
‫ن‬rr‫ا ادة اوم‬r ‫اط ا لل وع اب‬rr‫من اأكثر ذكر اللا لوت أكلرم بو اث ال اثة اأ لش اياء ات لع وجيل الت لحو ابة وقناعة ا للقلب ونش‬
‫الر اضا بالكفاف والتكاسل وف ا لل وع ابا ادة‬ ‫ب بو اث ال اثة اأ لش اياء تسويف الت لحو ابة اوترك ن‬
‫و‬
‫نس اللا لوت فعوق ا‬

Siapa yang banyak mengingat kematian niscaya akan


dimuliakan dengan tiga perkara: "Bersegera bertaubat, hati merasa
qana`ah, dan semangat dalam beribadah, adapun orang yang lupa
akan hari kematiannya niscaya ia akan ditimpakan hukuman
dengan tiga perkara: Dia akan menunda taubat, tidak rida dengan
keadaan, dan malas dalam mengerjakan ibadah".

Inilah yang kita lihat pada realita kehidupan, tidaklah kita


mengingat kematian kecuali ketika terjadinya peristiwa yang
mengejutkan kita dan ketika terjadinya bencana, bahkan terkadang
jika disebutkan bahwasanya si fulan telah meninggal dunia kita
pun beristirja` dalam keadaan ingat akan adanya kematian,
(namun) di sisi lain seolah-olah kematian itu jalannya si fulan saja,
oleh karenanya kita pun bersedih atasnya, dan kita tidak
merenungkan apa yang akan kita alami di esok pagi atau di hari
berikutnya.

Sungguh seorang yang merenungi akhir dari kehidupan dunia


ini niscaya ia akan mengambil sikap waspada, dan siapa yang
berkeyakinan (beriman) akan panjangnya perjalanan niscaya ia
akan bersiap-siap mengambil bekal untuk sebuah perjalanan.

‫ت اأ حر اقنوي ااا اف فق لل فت لولدح م وع اأ لس وعدل ون اف اأ لس اعدا ون‬ ‫إو نن اأ ور لق فت و وذكلر اللاو و‬


‫ا ف ل‬
‫إو لن ال اأب وك لونا لف وس م لش وعرا ح لزنا ااا اقب ال اللام و‬
‫ت او ال ل اأ ور لق الاا اف ام ون‬ ‫ل ا‬ ‫ف‬ ‫ف‬ ‫ل ل‬
‫ال لز ون‬ ‫وت او ال ل ف لت وز لن فه ومي ات فت فه ااا او ام لن اي فم ف‬
‫وت اف ام اأ لو ال فه بو ل ف‬ ‫ايا ام لن اي فم ف‬
‫الزم و‬ ‫و‬ ‫و‬
‫ان الاا بوا لل او اه ون اوا لل اع اف ون‬ ‫إو نن الف لرق فع اأ لث او واب او فيلل فق اها ااا اجدا فب ح ا‬

24
‫ج فع اها ااا الو لن اأ لر او فح الو لن اأ لغدف الو لن الو ون‬‫الو لن فأ لث وم فر اأ لم او وال او اأ ل ا‬
‫الذ لق ون‬ ‫تكفنوي ااا ا لت ات ال حث ارى ت وار اب ل‬
‫الادح لي ون او ح‬ ‫لدي او اي ل ف‬
‫وقع وب ا و‬
‫ل‬
‫و‬
‫ال لن اس في ف‬
‫و‬

Sungguh aku tidak dapat tidur, dan mengingat kematian itu


semakin membuat aku tidak dapat tidur karena memikirkannya
dan memikirkan kejadian setelahnya berupa perkara-perkara
yang amat mengerikan
lalu aku katakan kepada air mataku, menangislah untuk diriku,
maka air mata itu pun tidak kuasa melainkan mengucur karena
ketakutan dan kengerian perihal kematian
Jika aku tidak menangisi diriku sendiri dan bersedih sebelum
datangnya kematianku, sementara aku tidak merasa sedih bila
kematian itu mendatangiku,
Dan siapakah yang menyadari bahwa setiap jiwa itu akan mati
lalu kemudian ia tidak pantas untuk bersedih
Sesungguhnya aku ingin memperbagus pakaianku, sementara
musim gersang semakin membuatnya suram dan rusak
Untuk siapa aku kembangkan hartaku dan rela untuk terus
mengumpulkannya
Untuk siapa rasa capek yang tiada padanya manfaat itu, untuk
siapa aku bersikap serakah untuk menumbuh kembangkannya,
untuk siapa..untuk siapa
Untuk orang-orang yang akan meletakkan aku di kuburan
kemudian ia pun meninggalkan aku.
Di bawah lapisan tanah dalam keadan pipi dan dagu tertutup
tanah.1

Wahai saudaraku tercinta,


Sudah sepantasnya untuk diingat, bahwa kematian itu
merupakan tempat kembalinya, tanah sebagai tempat
pembaringannya, cacing sebagai teman dekatnya, malaikat
Munkar dan Nakir sebagai teman duduknya, kuburan sebagai
tempat tinggalnya, perut bumi sebagai tempat berdiam, hari
kiamat merupakan waktu yang telah dijanjikan, dan surga ataukah
1
Muhasabatun Nafs libni Abi Ad Dunya 1/127 Maktab Syamila

25
neraka yang seorang akan berpulang pada akhirnya.

Karena perkara inilah hendaknya seorang tidak berfikir


melainkan dalam sambutan akan datangnya kematian, tidaklah
(berupaya) mengingat melainkan untuk peristiwa kematian, tidak
mengambil perbekalan melainkan karenanya, tidaklah mengatur
urusan melainkan untuk menyambut datangnya kematian, tidak
mencermati dengan penuh seksama melainkan dalam hal peristiwa
kematian, dan tidaklah seorang berhenti dari kehidupannya
melainkan pada kematiannya.

Sudah layak bagi seorang untuk menyiapkan dirinya untuk


menghadapi hari kematiannya, ia pandang dirinya seolah-olah
sebagai penghuni kubur, karena sesungguhnya setiap perkara yang
akan datang itu keadaannya dekat, adapun suatu yang jauh itu
adalah perkara yang tidak akan datang nantinya, dan tidaklah
mudah bagi seorang untuk mengambil persiapan kepada sesuatu
melainkan ingatan tentangnya senantiasa terbaharui dalam
hatinya, dan tidaklah pikiran seseorang senantiasa segar melainkan
bila seseorang mau merenungkan dengan seksama kepada hal-hal
yang mengingatkan kepada kematian, dan memandang perkara-
perkara yang dapat memperingatkannya. 1
Berikut wasiat untukmu wahai saudaraku yang kucintai,
(wasiat) dari Yahya bin Mu`adz, beliau pernah berkata:

‫ش وه وميزا فن فه‬
‫ال ات فك لن وم ح لن اي لف اض فح فه اي لو ام ام لوتو وه وميا فث فه او اي لو ام اح ل و‬

Janganlah engkau termasuk di antara orang yang pada hari


kiamat nanti dipermalukan oleh harta warisannya, dan pada
hari kebangkitan ia dipermalukan oleh timbangannya.2

Karena rasa takut yang besar inilah dan rasa khawatir yang
1
Ihya `Ulumu ad Diin 4/448 Maktab syamila.
2
Hilyat al Auliya 10/63 Maktab Syamila

26
terus menerus, adalah Muhammad bin Nadhar, jika beliau
diingatkan tentang kematian, bergoncanglah sendi-sendi tubuhnya,
hingga goncangannya itu tampak jelas padanya.

‫ولدتك أمك يا ابن آدم باكيااااوالقوم حولك يضحكون سورا‬


‫فاعمل ليوم أن تكون إذا بكوااااف يوم موتك ضاحكا مسورا‬

Ibumu melahirkanmu wahai anak adam, dalam keadaan engkau


menangis
sementara orang-orang yang berada di sekitarmu mereka
tertawa penuh bahagia
Maka beramallah untuk suatu hari di saat mereka menangis
karena telah tiba hari kematianmu sementara engkau penuh
tawa dan bahagia.1

Tangisilah dirimu sebelum engkau ditangisi, bawalah dirimu


kepada ketaatan kepada Allah sebelum engkau dibawa di atas
pundak/keranda, dan hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau
dihitung.

Saat-saat (sebentar) yang engkau mau menghitung dirimu,


(hal) itu lebih baik dibanding dengan hari-hari yang berlalu
dengan kesia-siaan yang tentunya engkau (kelak) akan dihukum
karena waktu yang berlalu tanpa mau menghitung diri.

Abdullah bin Masyid berkata: "Aku mendengar bapakku


berkata: "Wahai orang yang terperdaya karena semata sehatnya
badan, tidakkah engkau lihat adanya orang yang mati tanpa
disertai (diawali) dengan sakit terlebih dahulu? Wahai orang yang
terperdaya dengan penundaan waktu yang panjang, tidakkah
engkau lihat adanya seorang yang dicabut nyawanya sementara ia
dalam keadaan lalai?
1
Shaid al Khatir hal 203.

27
Apakah karena semata sebuah kesehatan mereka kemudian
tertipu? Ataukah karena panjangnya angan-angan kemudian
mereka merasa aman? Ataukah kalian berani berbuat lancang
dengan perihal kematian (kalian tidak takut dengannya, seolah
kalian terus akan hidup dan tidak pernah akan mati) ?"

Sungguh jika malaikat maut datang, niscaya tidaklah


menghalanginya dari menunaikan tugasnya semata karena
berharganya harta engkau, semata banyak orang yang
membelamu, tidakkah engkau tahu, bahwasanya saat-saat
kematian itu merupakan saat yang menyusahkan, saat yang
menyakitkan, dan penyesalan dari keteledoran seorang semasa
hidupnya, kemudian ia pun akan berkata: "Semoga Allah
merahmati hamba yang beramal untuk saat-saat kematiannya".

Di antara perkara yang paling puncak adalah di saat seorang


hendak melalui kematiannya, karena pada saat itu ia benar sadar
namun dengan kesadaran yang tidak dapat digambarkan, ia
gundah dengan kegundahan yang tidak dapat dikira, ia pun juga
terkenang-kenang akan waktu yang telah ia jalani di masa lalu,
dan ia sangat berkeinginan seandainya ia ditinggalkan (tidak
dicabut nyawanya, agar supaya dapat mengejar apa yang telah
terluput darinya, ia kemudian jujur dalam taubatnya dengan kadar
yakin betul karena saat itu ia akan mati, dan amat disayangkan
hampir-hampir ia ingin membunuh dirinya.

‫ متى حط ذا عن نعشه ذاك يركب‬...‫هو الوت ما منه ملذ ومهرب‬


‫نؤمل آمال ونرجو نتاجهااااوعل الردي ما نرجيه أقرب‬

Itulah kematian tidaklah ada tempat berlindung dan berlari


darinya
kapan kehidupan seseorang telah digariskan, garis itullah yang
seorang akan melaluinya

28
Kita itu banyak berangan-angan dan kita juga berharap akan
hasilnya
namun kebinasaan/kematian itu lebih dekat keadaanya dari
angan-angan yang kita semua berharap darinya

Segala yang kita persaksikan dalam banyak kuburan, tidak lain


itu merupakan nasihat yang paling agung dan sesuatu yang paling
besar untuk dipetik darinya pelajaran, maka seorang pembawa
jenazah pada hari ini kelak ia akan dibawa pula, dan siapa saja
yang kembali dari kuburan ini menuju rumahnya pada hari ini,
kelak ia dikembalikan dari rumahnya menuju kuburan, dan ia pun
akan ditinggalkan dalam keadaan sendirian, dalam keadaan
tergadaikan dengan amalannya.

Jika saja amalannya baik maka kebaikanlah yang kelak ia akan


dapatkan, namun sebaliknya bila saja amalannya itu buruk, maka
keburukan pulalah yang kelak ia akan dapatkan, akan tetapi amat
disayangkan, betapa sedikitnya orang yang mau mengambil
pelajaran!, dan betapa jarangnya orang-orang yang mau
bersungguh-sungguh dalam menyambut kematiannya!.

Tsabit Al Bunani semoga Allah merahmatinya pernah berucap:

‫ت إو حل فر وئ اي اذلو اك وف اع ام ول وه‬
‫ت وما اأ لك اثر اعبدي وذكلر اللاو و‬
‫ا ل‬ ‫ا ل‬
‫و‬ ‫و‬
‫فطو ابى ال لن اذك اار اسا اع اة اللا لو ا ا‬

Beruntunglah bagi orang yang mau mengingat saat-saat akan


datangnya kematian, dan tidaklah seorang hamba
memperbanyak untuk mengingat kematian melainkan hal itu
akan terlihat dalam amalannya.1

Maka siapa saja yang telah yakin dengan datangnya kematian


pada hari esok, niscaya ia akan berbuat ketaatan kepada Allah
pada hari-hari yang ia jalani, dan demikianlah keadaanya hari
demi hari seorang berbuat taat hingga kematian itu
1
Hilyat al Auliya 2/325 Maktab Syamila.

29
mendatanginya, sebagai pembenar dari firman Allah Ta`ala:

‫اوا لع فبدل ار حب اك احتحى اي لأتو اي اك ا لل اي وق ف‬


(99 ‫ي‬

“Dan sembahlah Rabbmu hingga kematian itu mendatangimu”.


QS.Al-hijr (15): 99.

Dari Anas semoga Allah meridainya, beliau berkata: "Nabi


shallallahu alaihi wa sallam membuat garis-garis", kemudian
beliau berkata: "Ini garis yang menunjukkan cita-citanya, dan ini
adalah ajalnya, ketika seseorang (dalam keadaan) seperti itu
(dalam cita citanya), maka datanglah (terlebih dahulu) garis yang
lebih dekat (yaitu ajalnya)".

Dalam upaya mengingat kematian itu, meskipun mengacaukan


hari-harimu dan membubarkan mimpi-mimpimu, bagaimanapun
juga kematian itu akan menempatkanmu pada suatu posisi yang
sejatinya tidak ada tempat berlari darinya.

‫ف أذكار الوت تقصي المل‬...‫واذكر الوت تد الراحة‬

Dan ingatlah akan kematian, niscaya engkau akan merasa


nyaman
dalam mengingat kematian akan memperpendek angan-angan. 1

Maka siapa saja yang memperpendek angan-angannya, dan ia


jadikan kematian itu senantiasa terpampang dalam pandangannya,
niscaya ia akan segera beramal untuk kehidupan akhiratnya, ia
akan berupaya untuk mengambil manfaat dari setiap saat-saat dari
umur hidupnya dalam ketaatan kepada Allah, dan ia pun
menyesali atas setiap waktu yang disia-siakan tanpa amalan shalih
yang dapat mendekatkannya kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya, dan terhadap apa yang ia lakukan berupa usaha
1
At Tadzkirah lil Qurthubi hal 10.

30
pendekatan diri kepada Allah, kelak ia akan berada dalam
kebahagiaan dan penuh suka cita di saat ia berpindah menuju
negeri Akhirat.

Oleh karenanya Khalid bin Ma`dan berkata: "Aku tidaklah


suka bila suatu ketika ada seekor binatang, baik di darat dan tidak
pula di lautan, ia menebus diriku untuk menghadapi kematian,
meskipun kematian itu merupakan puncak yang seorang berlomba
untuk sampai kepadanya, tidaklah ada seorang pun yang dapat
mendahuluiku melainkan seorang yang (memang) mampu untuk
mendahuluiku dengan sebab kelebihan kekuatan (beramal) yang
ada padanya”.1

Semua ini merupakan keinginan yang besar agar dapat meraih


banyak kenikmatan yang ada di surga yang surga itu luasnya
sebagaimana luas langit-langit dan bumi, berharap untuk bertemu
Allah Azza wa Jalla, dan rasa senang terhadap amalan-amalan
shalih yang diusahakan dengannya seorang menunggu balasan dan
ganjaran dari pahala itu, serta kasih sayang dari Allah.

Meskipun seberapa besar semangat dan kegembiraan


seseorang untuk bertemu dengan Allah dengan apa yang ada di sisi
Allah teruntuk orang-orang yang beriman dan bertauhid, sungguh
Hasan pernah mengatakan: "Tidaklah jiwa anak adam keluar dari
kehidupan dunia melainkan ia akan menyesali tiga keadaan:
"Bahwasanya ia tidak merasakan rasa puas dalam hidupnya, ia
tidak mencapai apa yang ia inginkan, dan ia (pun) merasa belum
banyak mengambil perbekalan untuk menyambut kematian yang
akan datang kepadanya".2

‫عل سفر يفنيه باليوم والشهر‬...‫وما الرء إل راكب ظهرعمره‬

1
Hilyah al Auliya jilid 5 hal 210.
2
Mukasyafat al Qulub hal 158.

31
‫يبيت ويضحي كل يوم وليلةااابعيدا عن الدنيا قريبا إل القب‬

Tidaklah seorang melainkan sedang mengendarai punggung


umurnya
mengarungi perjalanan seiring berjalannya hari dan bulan
dalam menghabiskan umurnya
Seorang memasuki waktu malam dan dhuha pada setiap siang
dan malamnya
semakin seorang jauh dari kehidupan dunia dan mendekat
kepada kuburannya

Kuburan adalah rumah kedua setelah rumah di dunia, lalu


bagaimana kita ingin mengabaikan bangunannya, dan justru
berkeinginan merobohkan tiang-tiangnya? Tidaklah ada suatu
batas antara kita dan perpindahan seorang dari kehidupan dunia
menuju kuburnya melainkan seorang akan disebut-sebut: "Fulan
telah meninggal".

Maka berapa banyak pada setiap harinya kita membawa


orang-orang yang kita cintai dan teman-teman kita menuju ke
kuburan itu, namun seolah-seolah kematian ini tidaklah mengetuk
melainkan pintu-pintu mereka saja, dan tidaklah membuat seorang
gelisah melainkan pembaringan-pembaringan mereka saja, adapun
kita ini seolah-olah tidak pernah sama-sekali.

Hasan rahimahullah pernah berkata: "Tidaklah aku melihat


suatu keyakinan yang mirip dengan sebuah kedustaan daripada
suatu keyakinan orang-orang terhadap perihal kematian,
bersamaan mereka itu lalai dari mengingat kematian, dan tidaklah
aku melihat suatu kejujuran yang mirip dengan sebuah kedustaan
daripada ucapan mereka: "Sungguh kita itu ingin kenikmatan
surga, namun mereka itu lemah terhadap sesuatu yang dapat
mengantarkan kepadanya dan mereka juga teledor dalam

32
pencarian surga itu".1

‫ال وف ك نفل ال اظة ااا و اأيامناا فت لطوى و فهن مر و‬


‫اح فل‬ ‫ن واسي إو ال لال اج و‬
‫ا ا ح اا‬ ‫ا ح ف‬ ‫ل‬ ‫ف‬
‫ان اباطو فل‬ ‫و‬
‫ت حط لت فه لالا ام ا‬ ‫قا ك ااأ حن فه ااا إو اذا اما ا ا‬. ‫ت اح‬‫و ال اأر وم لث ال اللاو و‬
‫ل‬ ‫ا ل ا‬
‫س اش و‬
‫ب لو حلر لأ و‬ ‫ف بو وه او ح‬
‫ام فل‬ ‫الش لي ف‬ ‫الص ابا ااا اف اك لي ا‬‫يط وف از ام ون ن‬ ‫او اما اأ لق اب اح ال حت لف ور ا‬
‫ت اار حح لل وم ان الدا لن ايا بو ازاد وم ان ال ات اقى ااا اف فع لم فر اك اأ حيا يم او فه حن اق ال وئ فل‬

Kita itu menuju ajal di setiap saatnya


sementara hari-hari itu terus dilipat dan pada hari itu pula ada
tahapan-tahapan yang seorang akan melaluinya
Tidaklah aku melihat kematian sebagai sebuah kepastian namun
seolah-olah kematian itu menjadi sebuah kebatilan bila saja
angan-anganlah yang telah mendahuluinya
Betapa jeleknya keteledoran itu bila terjadi pada masa mudanya
lalu bagaimana lagi bila keteledoran itu ada dalam keadaan
uban telah memenuhi kepalanya
Hendaknya engkau meninggalkan dunia dengan perbekalan
taqwa
karena umurmu itu dalam hitungan hari sementara hari itu
amat sedikit bilangannya2

Maka lihatlah jalan yang sempit itu, rute yang menyulitkan,


jembatan yang tidak karuan, dan rintangan yang susah payah itu,
yang mana kaki-kaki tidaklah kokoh dalam melewatinya, dan
tidak pula dapat melaluinya hanya dengan angan dan khayalan
semata, dan tidaklah seorang dapat kokoh untuk melewatinya
melainkan siapa saja yang telah Allah kokohkan atasnya dengan
ucapan yang kokoh, sehingga pada hari itu kedua kaki seorang
kokoh di saat banyak kaki tergelincir darinya.3

1
Al Aqibah hal 95.
2
Jami` al Ulum wal Hikam hal 464.
3
Tasliyat Ahli al Mashaib hal 233.

33
Amar bin Yasir pernah berkata: "Cukuplah kematian sebagai
sebuah pemberi peringatan, cukuplah keyakinan sebagai sesuatu
hal yang mencukupi seorang, dan cukup pulalah peribadahan
sebagai hal yang menyibukkan seseorang".1

Maka siapa saja yang berusaha untuk senantiasa mengingat


kematian, ia pun khawatir dengan berlalunya waktu yang ia tidak
dapat memetik faidah darinya, maka cukuplah peribadahan itu
sebagai sesuatu hal yang menyibukkan, dalam rangka ia
mempersiapkan untuk suatu jalan yang boleh jadi ia akan diketuk
(datang ajalnya) sementara ia sedang dalam kelalaian, dan dapat
mengejutkan seseorang dalam kesukariaannya.

Kematian itu tidak mengenal antara pemimpin ataukah ia


merupakan bawahan, tidak pula membedakan antara orang yang
sudah dewasa ataukah anak yang masih dalam susuan, bahkan
seluruh dari mereka sama keadaannya, maka siapa saja yang telah
dekat dengan kematiannya maka itulah ajalnya, dan siapa yang
ajalnya itu telah dekat maka seorang tidaklah dapat lepas darinya
selama ajalnya itu telah dekat kepadanya.

‫ليت شعري فإنني لست أدريااا أي يوم يكون آخر عمري‬


‫وبأي البلد تقبض روحياااوبأي البلد يفر قبي‬

Jika sekiranya jiwa ini saja tahu, karena sebenarnya aku ini
tidaklah tahu
hari manakah yang merupakan hari terakhir dari umurku
Negeri manakah akan dicabutnya ruhku
dan di negeri mana pulakah akan digalikan untuk kuburku2

1
Jami` al Ulum wal Hikam hal 353, dan Zuhd hal 257.
2
Diwan Abi al Atahiyah hal 172.

34
Betapa panjangnya kelalaian itu! mereka banyak tidur di
setiap malamnya, kemudian pada waktu siangnya mereka banyak
berlibur, seolah tidak ada tugas sama sekali sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Ibrahim bin Adham: "Hati-hati kita telah
ditutupi dengan tiga penutup, maka sekali-kali seorang hamba itu
tidak dapat menyingkap keyakinan hingga bila penutup-penutup
ini terangkat darinya: "Terlalu senang dengan sesuatu yang telah
ada/berbangga dengan hasil upayanya, sedih berlebihan atas
sesuatu yang luput darinya, dan gila hormat/suka dengan pujian".

Maka apabila anda itu merasa berbangga dengan hasil yang


ada, ketahuilah engkau itu termasuk orang yang ambisius, dan jika
anda bersedih terhadap sesuatu yang luput maka ketahuilah itu
berarti menandakan ketidakpuasan terhadap ketentuan Allah,
sementara seorang yang senantiasa bersikap tidak puas seperti ini,
kelak akan disiksa, dan jika anda dibuat senang dengan pujian
maka ketahuilah bahwa telah melekat pada diri anda sikap ujub,
sementara sikap ujub itu amalnya akan terhapus. 1

Dengan mengingat-ingat kematian akan dapat menanamkan


pohon keikhlasan pada hati orang yang beriman, buah darinya
adalah amalan. Mengingat hari-hari itu terus dilipat, tahapan-
tahapan kehidupan seorang/dunia akan diakhiri, maka siapa saja
yang menjadikan kematian ini sebagai pacuannya, niscaya ia akan
senantiasa bersiap dan fokus untuk menyambut kedatangannya,
dan ia jadikan binatang tunggangannya (sebagai wasilah) yang
dengannya ia gunakan untuk berjalan menuju surga yang luasnya
seluas langit-langit dan bumi.

Silah bin Asyam pernah berkata kepada Mu`adzah:


"Hendaknya engkau jadikan slogan engkau itu adalah kematian,
karena sungguh jika engkau senantiasa demikian (keadaannya)
niscaya engkau tidak terlalu memperdulikan di saat engkau
1
Al Ihya jilid 4 hal 236.

35
memasuki waktu pagi dalam keadaan mudah ataukah kesulitan
dalam hal kehidupan dunia".

Karena sungguh siapa saja yang mengingat-ingat kematian


niscaya dunia dan rintangan-rintangan yang ada padanya terasa
ringan saja, dan ia pun akan bersikap zuhud dalam harta, emas,
perabot dan hal-hal yang menyertainya, dikarenakan ia
mengetahui bahwa apa yang ada di sisi Allah itulah yang lebih
baik dan abadi.

Oleh karenanya akan anda jumpai bahwasanya orang yang


mengingat kematian termasuk orang yang tinggi cita-citanya,
begitu kuat tekadnya, tidaklah dunia itu menjadi suatu hal yang
menguasainya sedikitpun, dan tidak juga membuat ia terbelakang
darinya melainkan bila ada dari kenikmatan dunia itu yang ia
dapat gunakan beramal shalih yang amalan itu mencocoki apa
yang telah dibawa oleh rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam keadaan ia jauh dari riya dan sum`ah. Lalu untuk apa
seorang itu berbuat riya` dan berbangga diri, sementara di sana
ada yang menunggunya?

Harits bin Idris pernah berkata: "Aku katakan kepada Dawud


Ath Thaiy: "Nasihatilah aku", beliaupun berkata: "Tentara
kematian itu senantiasa menunggumu".1

Maka seorang itu semenjak keluar dari perut ibunya, ada sisi
lain dari hal itu yang malaikat maut telah menunggu ajalnya,
kapan ajal itu tiba, sampai (waktu) nantinya (maka) ialah yang
akan mencabut ruhnya, oleh karenanya Aun bin Abdillah pernah
berkata: "Tidaklah seorang dianggap menempatkan kedudukan
kematian/menghormati bila suatu ketika ia ditanya tentang ajalnya
maka ia dengan gampangnya menjawab ajalku besok, berapa
banyak orang yang menghadapi suatu hari namun disayangkan ia
1
Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 141.

36
tidak menyempurnakan harinya itu, berapa banyak orang yang
berangan-angan untuk dapat berjumpa hari esok, namun ia tidak
mendapatinya, sungguh seandainya saja kalian mau melihat ajal
dan perjalanannya, niscaya kalian tidak suka dengan angan-angan
dan hal-hal yang dapat menipunya".1

Angan-angan inilah yang merupakan sebab seorang


meremehkan dan bersikap malas-malasan, maka berapa banyak
orang yang berangan-angan bertaubat pada hari besok, namun ia
meninggal terlebih dahulu sebelum ia bertaubat, dan berapa
banyak orang yang mengatakan; "Setelah ini aku akan bertaubat,
tiba-tiba kematian itu datang kepadanya sebelum ia bertaubat".

Abu Darda pernah berkata: "Siapa saja yang memperbanyak


untuk mengingat kematian niscaya akan sedikit rasa senangnya,
dan sedikit pula seorang mau berbuat hasad.2

Dikarenakan orang yang mau mengingat akhir-akhir/ujung


dari kehidupan dan ia juga jadikan kematian itu terpampang di
kedua matanya, lantas ia pun akan berpikiran; "Buat apa ia merasa
senang"? dan untuk apa ia berbuat hasad? Sementara ia mengingat
kengerian-kengerian dan terputusnya dari kehidupan dunia, dan di
saat itu ia sedang berada dalam suatu kondisi sebagaimana
sebagian mereka melukiskan dengan ucapannya: "Aku itu
sebagaimana seorang yang memanjangkan/meletakkan lehernya
sementara pedang telah berada di atasnya, ia menunggu kapan
(pedang itu) akan menebas batang lehernya".3

Pedang ini tidaklah samar atas kita, karena sungguh kita telah
melihatnya pada setiap keseharian kita, dalam keadaan pedang itu
telah menebas banyak dari orang-orang yang kita cintai, kerabat
1
Jami` al Ulum wal Hikam hal 465, Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 103 dan Syarh ash Shudur hal
21.
2
Siyar al A`lam an Nubala` jilid 2 hal 353.
3
Al Ihya jilid 4 hal 483.

37
dan teman-teman, untuk memutus hubungannya dari kehidupan
dunia dan menjauhkannya dari orang-orang yang dicintainya dan
sahabatnya, sementara Allah telah memberikan waktu untuk kita
di dalam pemberian umur, akan tetapi pelonggaran waktu itu
hingga waktu tertentu saja, jika sudah tiba saatnya kematian itu
datang, maka waktu itu tidak akan dapat dimajukan dan tidak pula
diakhirkan.

‫كأن النايا قد قصدن إليكاااا يردنك فانظر مالن لديكا‬


‫سيأتيك يوم لست فيه بمكرمااا بأكثر من حشو التاب عليكا‬

Seakan-akan kematian itu hendak mendatangimu


benar-benar kematian itu akan membidikmu, maka semestinya
engkau melihat apa yang sudah ada pada dirimu untuk
menyambut kematian itu
Akan datang suatu hari dalam keadaan tidak adanya pemuliaan
untukmu
kecuali dengan banyaknya orang yang mengisikan tanah di atas
jasadmu1

Maka wahai saudaraku yang mulia, engkau sejatinya sedang


berada dalam sebuah perjalanan, sejak terbit fajar duniamu, akan
tetapi:

‫وماتدري وإن أجعت أمراااا بأي الرض يدركك القيل‬

Engkau tidak akan pernah tahu.., walaupun engkau kumpulkan


segala urusanmu
Di bumi manakah tempat peristirahatan itu akan
menghampirimu

Apakah kamu sudah bersiap-siap untuk menghadapi kematian,


1
Diwan Abi al Atahiyah hal 301.

38
mengambil bekal untuk meniti perjalanan ini?, Kematian itu demi
Allah, merupakan peristiwa yang sangat agung dan suatu perkara
yang mengerikan. Barangsiapa yang kematian itu dekat pada
hatinya niscaya ia tidak menganggap banyak apa yang ada di
kedua tangannya -merasa cukup dengannya-.1

Mengingat-ingat kematian itu termasuk amalan shalih, yang


engkau bersiap-siap untuk menuju kepada suatu negeri yang
engkau akan datang dalam keadaan seorang diri, engkau tidak
membawa harta, pangkat, tidak ada teman-teman, engkau sendiri
dalam kuburmu, sampai orang yang terdekat darimu sekalipun,
sekali-kali tidak dapat menenangkan kerisauanmu dalam
kuburmu.

Bilal bin Sa`ad pernah berpesan dalam nasihatnya; "Wahai


orang-orang yang akan abadi, wahai orang-orang yang akan
lestari, sungguh kalian itu tidak dicipta untuk suatu yang fana,
hanya saja kalian ini berpindah dari satu tempat menuju tempat
lainnya”.2

Pada saat perpindahan ini, (alam dunia-akhirat) orang akan


merasakan berbagai perasaan sakit, berat, susah, Allah sajalah
yang tahu, sebagaimana Anas bin Malik berkata: "Ibnu Adam
tidak pernah menjumpai rasa sakit semenjak Allah
menciptakannya lebih berat daripada beratnya kematian".3 Karena
kengerian-kengerian inilah kita memikirkan tentang penyelamatan
diri dan (bagaimana) melalui semua jalannya, akan tetapi;

‫فهن النايا أي واد حللتهااا عليها القدوم او عليك ستقام‬

Di lembah manakah engkau akan tautkan kematianmu


1
Syarh ash Shudur hal 21.
2
Syarh ash Shudur hal 21.
3
Syarh ash Shudur hal 34.

39
atas lembah itu akan tiba kematianmu ataukah justru (ajallah)
yang akan menjemputmu

Saudaraku yang kucintai,


Janganlah kesehatan, kekuatan, dan keselamatan menipumu,
janganlah pula masa muda dan ucapan (godaan, rayuan) temanmu
itu membuatmu terpedaya

‫ل يغرنك عشاء ساكنااا قد يواف بالنيات السحر‬

Janganlah membuat dirimu tertipu malam yang tenang itu


sungguh di waktu sahur boleh jadi kematian mendatangimu 1

Boleh jadi kematian itu mengejutkan dirimu di waktu engkau


lalai dari (tujuan) kehidupanmu, sementara engkau tidaklah
melihat kematian itu akan datang kepadamu dalam waktu yang
dekat, bahkan engkau memandang (kematian itu) masih jauh dan
sangat-sangat jauh (kedatangannya), janganlah pula mendominasi
dalam pikiranmu (tibanya ajal itu) hingga anak panah itu benar-
benar membidikmu, dan sakaratul maut menyakitkanmu.

Abu Darda berkata: "Aku suka miskin demi mewujudkan


perendahan diri kepada Allah, suka mati (tidak takut untuk
berjihad) karena rindu akan bertemunya aku dengan Rabbku,
senang dengan keadaan sakit karena sakit itu sebagai penghapus
kesalahan-kesalahanku".2

Kita telah saksikan (di kebanyakan orang) menaruh


kecemburuan dalam hal menumpuk harta, dan perhiasan dunia,
adapun para salaf ash shalih kita -semoga Allah meridai mereka-
dalam hal apakah mereka saling berlomba atau menaruh
kecemburuan itu, mari kita mencoba mencermatinya.
1
Tarikh Umar hal 208.
2
Syarh ash Shudur hal 15.

40
Masruq berkata: "Tidaklah aku cemburu kepada sesuatu
seperti (keadaan) orang beriman yang sudah ada di liang
kuburnya, (karena) orang sudah mati itu jika dia seorang yang
beriman (dalam lisan, hati dan amalan) niscaya akan selamat dari
azab Allah, dan ia pun istirahat (terhenti) dari gangguan yang ada
di kehidupan dunia ini".1

Kita ini -demi Allah- sedang hidup di sebuah negeri yang


penuh dengan cobaan dan ujian, dan tidak ada pilihan bagi kita
selain menundukkan diri kita dengan banyak berdoa kepada Allah,
agar terjaga dari berbagai macam fitnah, baik fitnah yang nampak
dan yang tersembunyi, banyak berdoa agar Allah kokohkan kita di
atas agama-Nya, beramal di atas ketaatan kepada-Nya, karena
kehidupan di dunia itu tidak lain hanya berupa tahun-tahun yang
sedikit saja/dapat dihitung (waktunya).

Siapa saja yang Allah Ta`ala panjangkan umurnya, (sehingga)


kematian itu melewatinya pada usia anak-anak, dan masa
mudanya (mati di usia tua), maka ubanlah yang kelak akan datang
kepadanya sebagai bentuk peringatan akan kematian,

‫تقول النفس غي لون هذاااا عساك تطيب ف عمر يسي‬


‫ولست مسودا وجه النذير‬...‫فقلت لا الشيب نذير عمري‬

Ubahlah warna rambut ini, kata hawa nafsu itu


supaya engkau bahagia, yaa walaupun dalam waktu sebentar itu
Aku katakan kepada hawa nafsu; orang yang beruban itu
memperingatkan tentang umurku,
sementara dengan rambut hitam itu tidak akan membawa
peringatan kepadaku2

Sungguh uban ini adalah saksi baginya, warna putihnya yang


1
Syarh ash Shudur hal 17.
2
Syarh ash Shudur hal 47.

41
kita sendiri merasa tidak senang, merasakan khawatir dengannya,
rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sabdakan tentangnya:
"Barangsiapa yang beruban dalam keadaan ia sebagai seorang
muslim, maka ubannya itu akan menjadi cahaya baginya pada hari
kiamat kelak"1, karena (itulah) siapa saja yang Allah panjangkan
umurnya hingga ia dapat menyaksikan putih rambut dan
jenggotnya, hendaknya dia memuji Allah, dan kembali kepada
Allah dengan kepulangan yang terpuji.

Betapa banyak dari teman-teman yang sebaya telah digalikan


untuknya liang lahat semenjak belasan tahun lalu (meninggal
mendahului dirinya), namun Allah tetap memberikan tangguh
pada umurmu, dengannya engkau pun dapat memperbanyak
shalat, berpuasa, berdoa dan beristighfar hingga detik ini. Betapa
banyak amalan shalih yang dapat engkau kerjakan, dan betapa
banyak ucapan istighfar yang dengannya engkau dapat meminta
ampun dari dosa-dosa yang diperbuat.

‫لصاحبه وحسبك من نذير‬...‫رأيت الشيب من نذر النايا‬

Aku memandang orang yang beruban itu termasuk bagian


pengingat kematian
bagi pemiliknya dan cukuplah bagimu hal (uban) itu sebagai
peringatan2

Cukuplah bagimu -insyaallah- bahwasanya umur yang kamu


lalui itu penuh dengan amalan shalih yang engkau akan dapati
pada hari kiamat, amalan shalih itu sebagai perbendaharaanmu,
sebagaimana perkataan Sufyan Ats Tsauri:

‫عند الصباح يمد القوم السى وعند المت يمد القوم التقى‬

1
Shahih dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dan an Nasai dari Ka`ab bin Murrah..
2
At Tadzkirah hal 46.

42
"Pada waktu pagi orang-orang memuji suksesnya perjalanan
di waktu malam, dan di waktu kematian orang-orang pun memuji
ketaqwaan seseorang".1

‫ويذهب هذا كله ويزول‬...‫فمهي إل ساعة ثم تنقض‬

Tidaklah umur kehidupan seorang itu melainkan waktu yang


kemudian akan berakhir (lenyap)
dan semua ini seluruhnya akan hilang dan lenyap2

Maka dunia itu (ibarat) mimpi, yang engkau melaluinya


seperti lewatnya awan, sesaat saja waktu itu berlalu kemudian
akan berakhir, ketahuilah wahai saudaraku, kehidupan dunia itu
(ibarat) suatu perjalanan yang diawali dengan permulaan dan
perjalanan yang akan ada akhirnya.

‫أظلك الوت وأنت لعب‬...‫أخي ل تذهب بك الذاهب‬


‫أخي إن الوت قد أظلكااا هل لك أن تعنى به لعلك‬

Hai adikku, janganlah berbagai macam pamahaman/kemauan-


kemauan orang itu menggodamu
karena kematian itu menunggumu, meliputi dirimu, sementara
engkau gandrung dengan permainanmu
Wahai adikku, sungguh kematian itu meliputi dirimu
apakah ucapan; "Besoklah" sebagai sesuatu yang dapat
mencukupimu

Khalid Al Ashri berkata: "Kita semuanya menyakini akan


adanya kematian, namun kita tidak melihat (di kebanyakan) orang
antusias melakukan persiapan, kita semua yakin akan adanya
surga namun kita tidak melihat (di kebanyakan) orang serius
1
Al Ihya jilid 4 hal 435.
2
Raudhat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqiin hal 20.

43
beramal untuk menggapai kenikmatannya, kita yakin akan neraka
(dan siksaannya) namun kita tidak melihat (di kebanyakan) orang
merasa takut terhadap neraka.

Lantas di atas (bekal) apa mereka akan naik (bertemu Allah),


harapan apakah yang mereka tunggu?, kematian (itulah) yang
merupakan awal kali menghampiri kalian dalam hal perjumpaan
kepada Allah, apakah di atas kebaikan ataukah kejelekan, oleh
sebab itulah, wahai saudaraku hendaknya kalian berjalan menuju
Allah dengan perjalanan yang indah (di atas ketaatan). 1

Tidaklah diragukan bahwasanya di antara sesuatu yang dapat


membangkitkan semangat/cita2, dan memperkuat tekad adalah
dengan banyak mengingat sang penghancur kelezatan (kematian),
dan memikirkkan akhir kesudahan dari orang-orang yang
terdahulu.

‫ولتغرنك ف دنياك بالمل‬...‫اعمد لنفسك واذكر ساعة الجل‬


‫سابق حتوف الردى واعمل عل مهلااا مادمت ف هذه الدنيا عل مهل‬

Persiapkanlah dirimu dan ingatlah saat datangnya ajalmu,


janganlah sekali-kali engkau tertipu dengan berbagai angan-
angan kehidupan yang semu
Bersegeralah untuk menutupi dosa-dosamu, dan beramallah
selama waktu di duniamu
selama kamu di kehidupan dunia, itulah kesempatan (beramal)
bagimu2

Sesungguhnya dunia itu merupakan tempat lewat, bukan


tempat untuk menetap, berapa banyak orang-orang yang telah
meninggalkan dunia ini dari para embah, para bapak, dan anak-
anak, telah pergi pula meninggalkan dunia ini dari kalangan para
1
Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 231.
2
Diwan Abi al Atahiyah hal 261.

44
pembesar, orang terpandang, yang di antara mereka ini semua
sudah tidak tersisa lagi seorang pun, siapa saja yang berjalan
(lahir) di atas muka bumi, niscaya di hari esoknya akan berada di
perut bumi.

‫كل حي إل الفناء يؤولااا فتزود إن القام قليل‬


‫ينقض جيل ويدث جيل‬...‫نحن ف دار غربة كل يوم‬

Setiap yang hidup tempat kembalinya kepada kematian, maka


hendaknya kamu berbekal, sungguh teramat sedikit kesempatan
itu
Kita berada di suatu negeri keterasingan, setiap hari habislah
generasi dan tumbuhlah generasi yang baru itu

Siapa saja yang kematiannya melampaui usia kecil dan masa


mudanya, dan Allah panjangkan umurnya, niscaya seiring
berjalannya waktu ia akan dapati dirinya yang sebelumnya kuat
menjadi loyo, dari energik berubah menjadi tidak energik, dari
sehat berubah penyakit.

Oleh karenanya, perhatikanlah wahai orang yang lalai dari


kematian, sungguh kematian itu sedang berjalan menuju dirimu,
sementara engkau tertidur darinya (tidak memikirkannya), boleh
jadi dia mengejutkanmu sedang engkau dalam keadaan sehat-
sehatnya, selamat (tidak terluka sedikitpun), terang-terangan
bermaksiat, lalai dari ketaatan, engkau tinggalkan amalan sunnah,
dan engkau tinggalkan berbagai macam amalan ibadah.

‫ياراقد الليل مسورا بأولهااا إن الوادث قد يطرقن أسحارا‬


‫لتفرحن بليل طاب أولهااا فرب آخر ليل أجج النار‬
‫عادت ترابا أكف اللهياتااا وقدكأنت ترك عيذانا وأوتارا‬

45
Wahai orang yang tidur di malam hari dalam keadaan gembira
di awalnya, sesungguhnya kecelakaan itu dapat menimpamu di
akhir malamnya,
Janganlah engkau terlalu bergembira dengan malam yang
engkau merasa senang di bagian awalnya
betapa seringnya akhir malam justru ketika itu dinyalakan
apinya,
Kembali menjadi tanah sementara ia mengambil alat-alat yang
melalaikannya
dan sungguh seakan-akan engkau menggerakkan kecapi dan
senarnya1

Hasan pernah ditanya; "Wahai Aba Sa`id, bagaimana engkau


melihat keadaan dirimu"?, beliau menjawab; "Keadaan orang yang
menunggu kematian jika telah memasuki waktu sore, dan ketika
masuk waktu shubuh tidaklah dia ketahui apakah ia akan sampai
hingga waktu sore hari? Dan keadaan bagaimana ia akan
meninggal?".

Betapa tepatnya jawaban beliau itu, betapa besarnya persiapan


yang beliau lakukan, kita ini semenjak keluarnya ke alam dunia
ini, kita ketahui bahwa kematian itu menghimpit kita di segala sisi
dan tempat, akan tetapi kita ini lalai akan perkara ini, dunia ini
seperti suatu waktu di siang hari dari hari-hari yang ada.

Seandainya saja dikatakan kepada orang yang hidup di waktu


siangnya (yang ia merupakan hakikat umurmu di kehidupan dunia
ini) sungguh di sana ada musuh yang akan menyerangmu di setiap
saat dari hari ini, niscaya engkau akan bersiap-siap menyambutnya
(menghadangnya), bersiap sedia untuk menyambut kedatangan
yang mengejutkan, inilah dunia dan itulah kematian, dengan apa
engkau akan menyambutnya, dengan apa engkau mempersiapkan
bekalmu.

1
Thabaqat al Hanabilah jilid 4 hal 192.

46
Mutharrif bin Abdillah asy Syikhir berkata: "Sungguh
kematian ini dapat membuat lupa orang yang sedang tenggelam
pada kenikmatannya, maka carilah suatu kenikmatan yang tidak
ada kematian di dalamnya, maka bagaimana lagi dengan suatu
kenikmatan yang dibalik itu ada suatu hari yang akan lenyap pada
hari itu jawaban (tidak ada lagi jawaban), dan goncanglah hati-hati
manusia (keadaan kebingungan), habislah untuk menjelaskan pada
hari itu pena dan buku-buku, dan telah meninggalkan pandangan
terhadapnya yaitu para wali dan orang-orang yang disenangi dan
dicintai.1

Barangkali nasihat (mengingat kematian) itu dapat terserap di


hati kita dengan baik, boleh jadi kita akan kembali kepada Allah
(berpulang) dengan cepat, betapa gembiranya Allah ketika seorang
yang berdosa (itu) mau bertaubat kepadanya,

‫تزود قرينا من فعالكااا إنم قرين الفتى ف القب ماكان يعمل‬


‫ألإنم النسان ضيف لهلهااا يقيم قليل عندهم ثم يرحل‬

Carilah perbekalan amal sebagai teman


karena sesungguhnya yang akan menyertai dalam kubur adalah
apa yang telah ia amalkan
Ketahuilah hanya saja manusia itu seperti tamu di tengah
keluarganya,
ia tinggal sebentar di sisi mereka, kemudian pergi meninggalkan
keluarganya.

Wahai saudaraku, ketahuilah kematian itu pasti datang,


bahayanya itu besar, banyak manusia lalai darinya karena
sedikitnya obrolan mereka seputar kematian, dan amat jarangnya
mengingat kematian, (kalaulah ada) yang mau mengingat
kematian, tidaklah ia mengingat dengan hati yang kosong (penuh
1
Al Aqibah hal 26.

47
perhatian), akan tetapi (hatinya) disibukkan dengan kesenangan
dunia, maka mengingatnya tentang kematian tidak dapat
menyembuhkan hatinya (yang sakit).

Maka jalan pengobatan hati yang sakit itu adalah dengan


seorang hamba (itu) berupaya mengosongkan hatinya dari segala
sesuatu kecuali perihal mengingat kematian (itu) saja yang
memang berada di hadapanya, sebagaimana seorang yang hendak
bepergian jauh yang padanya terdapat banyak resiko, rintangan,
atau sebagaimana seorang yang ingin naik kapal, sehingga
pikirannya tidaklah tertuju kecuali kepada keselamatannya."

Dari Humaid, beliau berkata: "Suatu ketika Hasan berada di


masjid menghela nafas berat kemudian menangis hingga bergetar
pundaknya, kemudian berkata, seandainya hati itu hidup, hati itu
baik, niscaya akan membuat kalian menangis di waktu malamnya
tatkala hari kiamat datang di esok harinya, sungguh malam yang
membuat orang merenung dan memikirkan akhir dari kehidupan
-karena boleh jadi esok hari adalah hari kiamat-, tidaklah manusia
mendengar ada suatu hari yang di waktu itu semua aurat manusia
tampak, dan mata-mata manusia menangis lebih banyak daripada
hari kiamat".1

Said bin Abdirrahman menafsirkan kelalaian ini dengan


kesibukan-kesibukan dunia, di saat beliau berkata: "Sungguh
dunia ini dimakmurkan karena sedikitnya akal para
penduduknya".

Seandainya manusia (itu) mau berhenti dari mengejar


(menghiasi) dunia, dan dia memikirkan kubur, liang lahat dan apa
yang terjadi setelahnya, pasti dia tidak akan merasakan senangnya
kehidupan, dan tidak akan tegak kemaslahatan manusia, pasar
tidak akan ramai, akan tetapi Allah anugerahkan kita (sifat) lupa
1
Al Ihya hal 282.

48
sebagai bentuk kasih sayang dari-Nya, oleh sebab itu Allah
ingatkan orang yang lupa, Allah ingatkan orang yang lalai.

‫ياساهيا ياغافل عم يراد لهااا حان الرحيل فم أعددت من زاد‬


‫تظن أنك تبقى سمدا أبداااا هيهات أنت غدا فيمن غدا غادي‬

Wahai orang yang lupa, orang yang lalai dengan apa yang
dimaksudkan
kematian itu dekat, lantas perbekalan apakah yang sudah kamu
siapkan
Engkau menyangka akan hidup selama-lamanya
mustahil, boleh jadi di esok hari engkau termasuk orang yang
telah tergadaikan amalannya1

Wahai manusia, beramallah dengan segera, hendaknya kalian


merasa takut kepada Allah, jangan kalian terperdaya dengan
angan-angan kosong dan lupa akan ajal, sungguh dunia itu menipu
dan mengelabui, dunia itu menghiasi dirinya untuk menipu kalian,
dengan angan-anagan dunia itu pun membuat kalian terfitnah,
dunia itu menghiasi diri sehingga menarik bagi orang yang hendak
melamarnya, menjadilah dunia itu ibarat sebagaimana pengantin
yang dihiasi, mata-mata pun memandang tertuju kepadanya, hati-
hati manusia cenderung kepadanya, jiwa manusia rindu kepada
dunia, betapa banyak seorang yang rindu dengan dunia lantas
kemudian dia terbunuh, berapa banyak orang yang merasa tentram
dengan kehidupan dunia kemudian dia dibuat kecewa, hendaknya
kalian melihat kehidupan dunia dengan kacamata sebenarnya.

Kehidupan dunia adalah suatu negeri yang banyak


gangguannya, suatu negeri yang dicela oleh penciptanya, suatu
yang baru di kehidupan dunia, itu pun nantinya akan usang
1
Az Zuhd al Faaih hal 59.

49
(rusak), kerajaan dunia akan sirna, kemuliaan yang ada padanya
akan berujung kepada kerendahan, sesuatu yang banyak akan
menjadi sedikit, kasih sayang di dunia akan punah, kebaikan yang
ada padanya akan berlalu, maka sadarlah kalian -semoga Allah
merahmati kalian- dari tidur kalian, sebelum dikatakan; "Fulan
sakit atau kondisinya sudah kritis, maka adakah bimbingan untuk
mengobatinya?

Apakah ada jalan untuk seorang dokter (mengobatinya) ketika


sudah sakaratul maut?, maka dipanggillah para dokter untuk
mengobatimu, sementara waktu itu sudah tiada harapan
kesembuhan bagimu, kemudian dikatakan; "Fulan hendak
berwasiat, sementara dirinya terhalang ketika hendak
menyampaikan wasiat itu, kemudian dikatakan: "Sungguh
lisannya telah berat, maka ia pun tidak mampu berbicara kepada
saudara-saudaranya, tidak pula mengenali tetangganya, dan
(ketika itu) dahinya basah berkeringat, rintihanmu (itu) terus
menerus, keyakinanmu semakin kokoh, lisanmu yang kering ingin
sekali dapat berbicara, persangkaanmu pun membenarkannya,
lisanmu mulai tidak jelas, dan saudara-saudaramu menangisimu.

Dikatakan kepadamu: "Ini adalah anakmu si fulan, dan ini


adalah saudaramu fulan, sementara engkau terhalang dari
berbicara, dikuncilah lisanmu sehingga engkau pun tidak mampu
berbicara, kemudian putusan itu berjalan kepadamu, sehingga
tercabutlah nyawa dari anggota badanmu, kemudian diangkatlah
nyawa itu ke langit, kemudian berkumpullah seketika itu saudara-
saudaramu, lalu dihadirkanlah kain kafanmu, kemudian mereka
memandikan dan mengkafanimu, berakhirlah orang yang
mengunjungimu, beristirahatlah orang-orang yang selama ini
hasad terhadapmu, keluargamu pun mulai berpaling mengurusi
hartamu, dan engkau tersisa dalam keadaan tergadai dengan
amalan yang dahulu lakukan”.1
1
Al Ihya jilid 3 hal 225.

50
Maka berhati-hatilah wahai saudaraku,

‫أشدد حيازمك للموتااا فإن الوت آتيك‬


‫ولتزعن من الوتااا إذا حل بواديك‬

Perbaikilah perbekalanmu untuk menyambut kematian


karena kematian itu pasti akan datang menemuimu
Janganlah sekali-kali kamu resah perihal kematian itu,
jika telah tiba lembah kematianmu1

Akan tetapi apa yang sudah kita persiapkan untuk hari ini?
Bagaimana persiapan kita untuk perjalanan ini? Apakah persiapan
kita sebagaimana persiapan Hausyab di sisi Malik bin Dinar ketika
beliau berkata: "Aku mendengar seorang penyeru yang
memanggil": "Wahai manusia, "Perjalanan jauh-perjalan jauh",
tidaklah aku lihat seruan/perkataan itu kecuali Muhammad bin
Wasiqlah yang antusias menyambutnya, kemudian Malik pun
menangis sampai hampir hampir jatuh.2

Bukanlah kita di setiap hari diseru: "Perjalanan-perjalanan


(karena sebab banyaknya orang yang meninggal)", semoga Allah
merahmati orang yang bersegera bangkit dari kelalaian, berbuat
taat, dan menyambut akan datangnya suatu hari yang ia akan
meninggalkan tempat ini menuju kuburan.

Dimanakah posisi kita ini wahai saudaraku yang kucinta


dari keadaan yang diceritakan oleh Sufyan ats Tsauri: "Suatu hari
aku melihat orang tua yang sedang berada di masjid Kufah yang
pada waktu itu ia mengatakan: "Aku tinggal di masjid ini
(menunaikan shalat dan berbagai amalan ketaatan lainnya) selama
tiga puluh tahun lamanya untuk menunggu kematian tiba,
1
Shifat ash Shafwah jilid 1 hal 337.
2
Az Zuhd hal 456, dan Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 267.

51
seandainya saja kematian itu datang kepadaku niscaya aku tidak
akan memerintahkan sesuatu apapun, tidak juga aku melarangnya
dari sesuatu apapun, aku juga tidak mau ada seorang pun ada
urusan denganku, aku tidak ingin ada hak seorang pun (yang
belum tertunaikan).

Kita ini kecuali yang Allah rahmati, seandainya kematian itu


datang kepada kita kemudian Allah berikan tangguh waktu kepada
kita niscaya kita pun akan butuh waktu lama untuk mengatur
urusan kita, menunaikan hak kita dengan baik, berbuat ketaatan
dengan sebaik-baiknya, akan tetapi hal demikian itu tiada lain
adalah rahmat Allah untuk kita, sebagaimana yang diucapkan oleh
Mutharrif bin Abdillah: "Seandainya aku tahu kapan kematian itu
datang kepadaku, niscaya aku khawatir akan hilangnya akalku,
akan tetapi Allah menganugerahkan kepada para hambanya sifat
lalai dari kematian, seandainya saja tidak ada sifat lalai pada
seorang hamba niscaya mereka tidak merasakan nikmatnya hidup,
dan tidak pula akan tegak pasar-pasar.1

Kita sekarang ini berada pada suatu tempat beramal di


dalamnya, akan tetapi kita ini membuat longgar urusan kita, dan
kita pun bermalas-malasan dalam hal amalan, lalu kapan mau
beramal? apakah setelah mati (baru) mau beramal?, apakah di saat
kematian hendak menghampiri kita? Atau ketika kita berada dalam
kubur (baru) mau beramal?

Kita sekarang ini berada dalam urusan yang lapang, dalam


keadaan mencari bekal (amal shalih), taubat dan kesungguhan
dalam beribadah, perihal ini telah diketahui betul oleh Yazid ar
Raqasy, pernah suatu ketika ia berbicara pada dirinya sendiri,
"Tangisilah dirimu sendiri wahai Yazid, sebelum tiba waktu
penyesalan yang sebenarnya”, wahai Yazid; “Siapa yang akan
tunaikan shalat untukmu kalau sudah mati?, Atau siapakah yang
1
Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 225.

52
akan berpuasa untukmu”, wahai Yazid; “Siapakah yang kelak akan
mau loyal kepadamu dengan tunduk beribadah kepada Allah
sepeninggalmu”?, “Siapa yang berdoa memohonkan ampun atas
dosa-dosamu?”.1

(‫األ كل اح ّي اهالك اوا لبن اهالك ااا او فذو نسب وف الالكي عريق‬
(‫افقل لغريب الدح ار اأنحك راحل ااا إو ال منزل نأى اللحل سحيق‬
(‫هلها ااا شوان حريق اأو فدخان حريق‬ ‫او اما تعدم الدا لن ايا الدنبة اأ ا‬
(‫يها اهالكا فقد اهالك ااا وتشجى فريقا ومن فلهم بفريق‬ ‫و‬
‫ترع ف ا‬
(‫اف ال تسب الدا لن ايا إوذا اما سكنتها ااا قرارا اف ام دنياك غي اط وريق‬
(‫إوذا امتحن الدا لن ايا البويب تكشفت ال فه ااا اعن اعدو وف ثو اياب صديق‬

‫اع ال ليك بدار ال ايزال ظللا ااا او ال يت ااأ حذى اأ ا‬


(‫هلها بمضيق‬
(‫اف ام يبلغ الرار ور اضا فه ببلغة ااا او ال ينفع الصادي صداه بريق‬

Ketahuilah, setiap yang hidup pasti mati dan anak yang akan
mati
orang yang mulia itu pun pada akhirnya akan berkeringat di
antara orang-orang yang binasa (mati)
Maka katakanlah kepada orang yang asing di negeri ini, kamu
nanti akan pindah kepada suatu tempat yang tidak menarik,
tempat yang jauh
Dunia yang rendah ini tidak akan merasa kehilangan
penduduknya, karena api yang membakar atau asap yang
meliputinya
Perlahan orang-orang pun binasa di dalamnya dan sebagian
orang
berduka cita atas berpisahnya di antara mereka
Janganlah kamu mengira dunia ini ketika engkau tidak
menempatinya akan terus menerus ada, kecuali sebuah jalan

1
Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 290.

53
Seandaianya orang yang cerdas mau menguji dunia, niscaya ia
akan tersingkap baginya, ternyata dunia itu memang musuh
yang memakai baju kawan,
Hendaknya engkau berkonsentrasi kepada suatu negeri yang
tidak akan bergeser bayangannya, tidak akan merasa kesusahan
penduduknya sebagaimana kehidupan dunianya
Maka orang yang puas itu tidak akan pernah sampai kepada
kepuasannya dengan perbekalan yang ada pada dirinya
(sedikitnya perbekalan) dan orang yang berburu tidak akan
mengambil (banyak) manfaat dari buruannya semata dengan
keringatnya.1

Dahulu Mutharrif bin Abdillah berkata: "Sungguh kematian


ini telah menghancurkan kenikmatan orang yang hidup dengan
segala kenikmatannya, maka hendaknya kalian mencari suatu
kenikmatan yang tidaklah ada kematian di dalamnya". 2

Hal demikian dapat diperoleh dengan seorang itu mau


berkonsentrasi beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya
peribadahan (tulus dan sesuai bimbingan nabi shallallahu alaihi
wasallam), jujur dalam kembali kepada-Nya Jalla wa Alla,
sebagaimana yang dikatakan oleh al Alaa bin Ziyad rahimahullah:
"Hendaknya setiap salah seorang dari kalian memposisikan
jiwanya seolah-olah kematian hendak menghampirinya, kemudian
meminta maaf kepada Rabbnya lalu Allah pun memaafkannya,
sehingga ia pun melakukan amalan taat kepada Allah (di sisa-sisa
umurnya).3

Seandainya kita memposisikan diri kita pada posisi seperti ini


(seolah telah mati), kita pun juga memberhentikan jiwa kita pada
pemberhentian ini, niscaya akan berubahlah amalan kita, akan
benar niat kita, dan kita akan mengetahui seberapa besar
keteledoran kita yang kita ini berada di dalamnya, demikian juga
1
Al Mudhisy hal 198.
2
Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 224.
3
Al Aqibah hal 90.

54
kita akan menjadikan amalan kita senantiasa berkesinambungan
yang tidak mengenal futur dan rasa bosan di dalamnya, hingga
kita pun sebagaimana keadaan yang dikatakan oleh Sufyan, yang
dahulu pernah diungkapkan: "Kematian itulah saat istirahat bagi
setiap hamba".1

Maka lihatlah hari esokmu, dekatnya ajalmu, sedikitnya


amalanmu, sungguh ada sebagian orang yang bijak menulis surat
kepada saudaranya: "Wahai saudaraku waspadailah kematian di
negeri ini sebelum engkau berpindah kepada suatu tempat yang di
dalamnya engkau mengangankan kematian kemudian engkau
sendiri tidak mendapatkannya".

Iya, sampaipun kematian ada padanya rasa berat dan perihnya,


kematian di waktu itu diangan-angankan akan tetapi sudah tiada
lagi kematian; Allah Ta`ala berfirman:

‫ض اع اليناا رب اك اق اال إو حنكفم م و‬ ‫و و‬


‫اك فث ا‬
(77 ‫ون‬ ‫ل ا‬ ‫اوناا اد لوا ايا امال فك ل اي لق و ل ا ا‬

“Para penduduk neraka menyeru: "Hai Malik, biarlah Rabbmu


mematikan kami saja, Malik menjawab: "Kalian ini akan tetap
tinggal di dalamnya (merasakan azab abadi selama-lamanya)”.
QS.Azh-Zhuhruf (43):77.

Kekekalan hidup itu hanyalah ada di surga -semoga Allah


jadikan kita termasuk penghuninya- atau di neraka yang panas
-yang kita semua berlindung darinya-.

(7 ‫الس وع وي‬ ‫اف ور ييق وف ل و‬


‫النحة او اف ور ييق وف ح‬
‫ا‬

“Sebagian orang akan masuk di surga dan sebagian akan


menempati neraka yang menyala-nyala”. QS.Asy-Syura (42):7

1
Syarh ash Shudur hal 18.

55
Adapun yang engkau usangkan dari masa mudamu,
kesehatanmu, dan usiamu dalam pengumpulan harta, maka kalau
saja harta yang telah dikumpulkan itu tidak dibelanjakan dalam
amalan shalih sungguh keadaannya sebagaimana yang dikatakan
oleh Yahya bin Mu`adz: "Dua musibah yang belum pernah
didengar oleh orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan
semisal musibah itu bagi seorang hamba dalam hal hartanya di
saat kematian (menghampirinya), ditanyakan: Musibah apakah
keduanya itu? Beliau menjawab: " Diambil semua hartanya, dan
akan ditanyakan semua hartanya yang ia habiskan di dunia.". 1

Sungguh dikatakan kepada Abdullah bin Umar: "Si fulan dari


penduduk Anshar telah wafat", ia berkata: "Rahimahullah", orang-
orang mengatakan: "Ia meninggalkan harta sebanyak seratus ribu",
Ia berkata: "Akan tetapi sebenarnya ia tidak meninggalkan harta
yang seratus ribu itu", bagaimana ia meninggalkan hartanya
sementara di sana ada kitab yang tidak meninggalkan perkara
besar ataupun kecil kecuali ia mencatatnya"?.

Siapa yang ingin masuk surga maka harus melewati kematian,


betapapun rasa sakit, kengeriannya, pedihnya kematian dan
ketakutannya, Ibn Abdi Rabbih pernah berkata kepada Makkhul:
"Apakah engkau menyenangi surga?, Ia berkata: "Siapa yang tidak
menyenangi surga, Ibn Abdi Rabbih berkata: "Kalau begitu
cintailah kematian, karena sesungguhnya engkau sekali-kali tidak
akan pernah melihat surga hingga engkau mati".2

Jalan menuju Allah itu kosong dari keraguan, kosong dari


orang-orang yang diliputi hawa nafsu, jalan itu akan diisi
(termakmurkan) oleh orang-orang yang yakin, sabar, mereka itu
berada di atas jalan yang lurus, seperti halnya para pemimpin,

1
Al Ihya jilid 3 hal 248.
2
Syarh ash Shudur hal 17.

56
‫ون بو اأم ورناا لاحا صبوا وكاانفوا بوآياتوناا ي و‬ ‫و‬ ‫و‬
‫وقن ا‬
(24 ‫فون‬ ‫ا ف‬ ‫ا اف ا‬ ‫او اج اع للناا من فله لم اأئ حمة ا ليدف ا ل‬

“Kami jadikan di antara mereka para pemimpin, mereka


memberi petunjuk dengan syariat kami, ketika mereka bersabar
dan adalah mereka itu terhadap ayat-ayat Kami mereka yakin”.
QS As Sajdah (32): 24.1

Saudaraku sesama muslim,

ّ ‫وما هي ّإل ليلة‬


‫[ ااا وحول إل حول وشهر إل شهر‬2 ‫ثم يومها‬
‫يقربن الديد إل البل ااا ويدني أشلء الكرام إل القب‬
ّ ‫مطايا‬
ّ ‫ويتكن أزواج الغيور لغيه ااا ويقسمن ما يوي‬
‫الشحيح من الوفر‬

Dunia ini tidak ubahnya seperti satu malam, kemudian siangnya,


dan suatu tahun yang satu menuju tahun yang lain, bulan yang
satu menuju bulan lainnya
tunggangan itu semakin mendekatkan suatu yang baru kepada
yang usang, semakin mendekatkan orang yang mulia kepada
kuburannya
seorang pasti akan meninggalkan istri-istrinya yang penuh
cemburu itu kepada yang lainnya
dan pasti akan dibagi-bagi harta yang dibawa oleh orang yang
pelit, meskipun amat melimpah hartanya2

Suatu hari Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu anhu- naik


mimbar, kemudian ia memuji Allah, beliau menyanjung-Nya dan
Ali pun mengingatkan perihal kematian, kemudian beliau berkata:
"Hai hamba Allah, "Kematian itu tidak dapat dilewatkan, kalau
kalian mencari kematian maka ia akan menyergap kalian,
walaupun kalian berusaha lari darinya kematian itu pasti
menghampiri kalian, carilah keselamatan-carilah keselamatan,
1
Al Fawaid hal 73.
2
Syadzarat adz Dzahab jilid 1 hal 276.

57
bersegeralah-bersegeralah (untuk beramal), sesungguhnya di
belakang kalian ada penuntut yang cepat yaitu kubur, hendaknya
kalian itu waspada darinya, himpitannya, kegelapannya, dan
kesepian yang ada di kubur.

Ketahuilah sesungguhnya kuburan itu salah satu di antara


lubang-lubang neraka, atau kubur itu merupakan satu di antara
taman taman surga, ketahuilah bahwasanya kuburan itu di setiap
harinya berbicara sebanyak tiga kali, kubur itu mengatakan: "Aku
ini rumah yang penuh dengan kegelapan, aku adalah rumah yang
penuh dengan cacing, aku adalah rumah yang diliputi kesepian,
ketahuilah bahwasanya di belakang hal itu ada suatu hari yang
akan membuat anak kecil itu beruban, dan membuat orang tua
menjadi mabuk”, Allah Ta`ala berfirman;

‫ل اذ و‬r r‫اي لو ام ت اار لو اناا ت لاذ اه فل ك افل فم لر وض اعة اع حم اأ لر اض اع لت اوت ا‬


‫اس‬r ‫ ا‬r‫ ا او ات‬r‫ح ال اه‬
‫ ا‬r‫رى النح‬r ‫ل ا ل‬r‫ح‬
‫ات ا ل‬ ‫ ا‬r‫اض فع فك‬
(2 ‫اب الحو اش وديدي‬ ‫و‬
‫اارى او الك حن اع اذ ا‬ ‫اارى او اما فه لم بو فسك ا‬ ‫فسك ا‬

“Pada hari yang kalian melihat keguncangannya, menjadi


lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang
disusukannya, dan gugurlah kandungan semua wanita yang
mengandung dan kamu akan melihat setiap orang dalam
keadaan mabuk padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan
tetapi azab Allah sangatlah keras.” QS Al Hajj (22): 2.

Ketahuilah bahwasanya di balik itu ada sesuatu yang lebih


keras lagi, api yang panasnya amat dahsyat, jurang (nerakanya)
sangatlah dalam, belenggu dan cambuk-cambuk neraka dari besi,
air minumnya nanah, penjaganya malaikat Malik, tidak ada rasa
kasih sayang di dalamnya, kemudian ia menangis dan menangis
pula umat islam sekelilingnya, kemudian ia berkata: "Ketahuilah
dibelakang itu ada surga yang luasnya seluas langit-langit dan
bumi (hal demikian) Allah sediakan untuk orang yang bertaqwa.

58
Semoga Allah jadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang
bertaqwa, dan menyelamatkan kita dan juga kalian dari azab yang
pedih.1

Saudaraku yang kucintai


Kapankah kita bertaubat, apakah engkau sendiri sudah
menjawab pertanyaan ini pada suatu hari? (kalaulah belum) mari
kita lihat jawabannya (bersama). Bilal bin Sa`d -rahimahullah-
berkata: Dikatakan kepada salah seorang di antara kita: "Engkau
ingin mati"?, lalu ia menjawab: "Tidak", kemudian dikatakan
kepadanya: "Mengapa"? dia berkata: "Sampai aku bertaubat
terlebih dahulu dan beramal shalih (baru mati)", maka dikatakan
kepadanya: "Beramallah", kemudian ia berkata: "Kelak aku akan
beramal, padahal orang ini (tadi) tidak mencintai kematian dan
juga tidak senang beramal, sehingga ia pun menunda beramal,
sementara berkaitan dengan kehidupan dunianya dia tidak mau
ketinggalan”.2

Dikatakan kepada Utbah: "Perbanyaklah mengingat kematian,


jika engkau berada dalam kehidupan yang lapang, dengan
mengingat kematian akan menyempitkan keadaanmu, dan jika saja
engkau berada dalam kehidupan yang sempit, dengan mengingat
kematian niscaya Allah luaskan keadaanmu”. 3

‫وكل جع عليها سوف ينتش‬...‫مال أرى الناس والدنيا مولية‬


‫يوما وإن نقصت دنياهم شعورا‬...‫ليغرون إذا ما دينهم نقصوا‬

Ada apa aku melihat manusia, sementara dunia itu akan pergi
semua yang dilkumpulkan di dunia ini akan hilang dan tercerai
berai
Mereka tidaklah sadar ketika agamanya rusak, sekalipun sehari
1
Al Bidayah wan Nihayah jilid 7 hal 149.
2
Al Aqibah hal 91.
3
Al Aqibah hal 40.

59
tapi kalau dunia mereka yang berkurang, mereka pun sadar diri 1

Kebanyakan orang dari kita sedih karena perihal kurangnya


dunia dan perhiasannya, Betapa jarang (keadaannya) kita melihat
seorang bersedih bila ketinggalan shalat jama`ah atau suatu
ketaatan, bahkan menjadilah di masa kita ini kesedihan di mana-
mana merata di kebanyakan manusia berkutat pada kehidupan
dunia saja.

Sebagian orang berkata: "Wahai manusia, sungguh hukum


(kematian) itu pasti akan datang, dan boleh jadi kematian itu
sudah dekat, sementara umur kita semakin hari semakin habis,
betapa banyak seorang merasa kecewa dengan umurnya, dan
betapa banyak orang yang melihat dirinya dengan pandangan
penuh rasa kasihan, sesungguhnya ketika umur kita semakin habis,
hal demikian itu dapat memendekkan angan-angan orang yang
bodoh, dan itu dapat memadukan tekad atau kesedihan orang yang
berakal, hal itu dapat juga melepaskan pelajaran-pelajaran”.

Semoga Allah merahmati siapa saja yang seorang menangisi


kepergiannya, sehingga yang menangisi kepergiaanya kemudian
bersegera beramal, beristiqamah, merenungkan (perbekalannya)
dan bertaubat.

Di manakah posisi kita sekarang ini, sudahkah kita


memikirkan hari akhirat kita, tempat kembali kita sebagaimana
para ulama salaf terdahulu memikirkan (kehidupan akhiratnya)
dan tempat kembali mereka, mereka pun bersegera dalam
beramal?, Yusuf bin Asbath berkata: "Suatu ketika Sufyan berkata
kepadaku, sementara kami selesai shalat isya pada akhir waktu,
beliau berkata: "Berikan kepadaku alat untuk bersuci (ciduk yang
berisikan air), kemudian Sufyan memegang ciduk itu dengan
tangan kanannya, dan meletakkan tangan kirinya di atas pipinya
1
Irsyad al Ibad hal 36.

60
(sebelum tidur), dan aku pun tidur, kemudian aku bangun
sementara fajr telah terbit, kemudian aku lihat di waktu itu alat
untuk bersuci (ciduknya) berada di tangan kanannya, sementara
tangan kirinya (tetap) berada di pipinya, kemudian aku katakan:
"Wahai Abu Abdillah, sekarang ini fajar telah terbit", ia berkata:
"Aku senantiasa terus dalam keadaan seperti ini sejak engkau
berikan kepadaku ciduk itu, aku memikirkan kehidupan akhirat
hingga hari kiamat itu".1

Suatu hal yang memadukan seluruh kebaikan ini semuanya


ada pada firman Allah:

‫ايا اأ ا ايا ا حل وذي ان آ امنفوا ا حت فقوا الحا او لل اتنل فظ لر ان لف يس اما اقدح ام لت لو اغد اوا حت فقوا الحا إو حن الحا اخبو يي بو ام ات لع ام فل ا‬
‫ون‬
(18

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah,


dan hendaknya setiap diri memperhatikan amalan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kalian
kepada Allah, sungguh Allah Zat yang Maha Mengetahui atas
apa saja yang kalian lakukan”.QS.Al-Hasyr (59):18.

Hasan -rahimahullah- berkata kepada ibunya: "Wahai ibunda,


apakah engkau suka bertemu kepada Allah?", ibunya berkata:
"Tidak, karena aku telah banyak berbuat kemaksiatan"

Rabi` bin Khusyaim berkata: "Perbanyaklah oleh kalian


mengingat perkara ini, yang kalian belum pernah merasakan
semisalnya di waktu sebelumnya (merasakan kematian), dan
sekali-kali kalian tidak akan merasakannya melainkan satu kali
saja".2

1
Shifat ash Shafwah jilid 3 hal 148.
2
Hilyat al Auliya jilid 2 hal 114.

61
Hasan Al Basri menghasung kita dengan berucap: "Wahai
anak adam, juallah kesenanganmu sekarang dengan kesenangan
yang akan datang, niscaya kamu akan dapatkan dunia dan akhirat,
janganlah jual akhiratmu dengan kehidupan duniamu sehingga
engkau pun akan merugi keduanya sekaligus (dunia dan akhirat),
tinggal dunia ini sementara saja, sungguh telah dipercepat
(diwafatkan) orang-orang yang terbaik di antara kalian, lalu apa
yang hendak kalian tunggu? Inginnya melihat kematian secara
langsung (di saat kematian datang baru beramal), seolah kematian
itu demi Allah telah terjadi, hanyalah orang yang terdahulu dari
kalian itu menunggu-nunggu, orang yang terakhir di antara kalian
akan menyusul mereka.1

Maka pikirkanlah sekarang mengenai apa yang menimpa


dirimu, berupa kekejutan yang dialami oleh hatimu, apabila pada
saat ini kamu melihat shirath dan ketajamannya, kemudian
pandanganmu tertuju di bawah shirat itu, betapa gelapnya neraka
jahannam, kemudian jeritan-jeritan dan pergolakan neraka itu
memekakkan telingamu, sementara engkau diperintahkan untuk
berjalan di atas shirat bersamaan keadaan lemahnya dirimu,
goncangnya hatimu, tergeser-gesernya telapak kakimu, beratnya
punggungmu karena tumpukan dosa.2

‫مثل وقوفك يوم العرض عريانا ااا مستوحشا قلق الحشاء حيانا‬
‫والنار تلهب من غيظ ومن حنق ااا عل العصاة ورب العرو غضبانا‬
‫اقرأ كتابك ياعبدي عل مهل ااا فهل ترى فيه حرفا غي ما كانا‬
‫لا قرات ول تنكر قراءته ااا إقرار من عرف الشياء عرفانا‬
‫للنار عطشانا‬ ‫ خذوه يا ملئكتي ااا وامضوا بعبد ع‬:‫نادى الليل‬

1
At Tabsyirah jilid 1 hal 368.
2
At Tadzkirah hal 385.

62
‫الشكون غدا ف النار يلتهبوا ااا والؤمنون بدار اللد سكانا‬

Perumpamakanlah (di waktu) menghadap Allah dalam keadaan


telanjang, kesepian, dan penuh dengan rasa kegalauan
Neraka itu melalap dengan penuh amukan dan kemarahan
kepada para ahli maksiat, sementara Rabbnya Arsy (di kala itu)
penuh dengan kemurkaan
Ia berkata; Bacalah catatan amalanmu wahai hambaku dengan
keseriusan
apakah dalam catatan itu kamu lihat satu hurufpun sesuatu yang
tidak sesuai kenyataan
Pada saat kamu baca catatan itu, kamu pun tidak akan
mengingkarinya sebagai bentuk pengakuan orang yang
mengetahui sesuatu berdasar pengetahuan
Ketika itu Zat yang Maha Mulia menyeru; Siksa dia wahai
malaikatku, dan bawalah hamba durhaka itu ke dalam neraka
dalam keadaannya penuh kehausan
Orang-orang musyrik di akhirat akan berada di neraka yang
akan membakarnya, sementara orang-orang yang beriman
selamanya akan berada di negeri keabadian1

Ya Allah jadikanlah kami bersama orang-orang yang Engkau


beri nikmat kepada mereka dari kalangan para nabi, shiddiqin,
para syuhada dan orang-orang yang shalih, mereka itulah sebaik-
baik teman. Ya Allah jadikanlah kami, para bapak kami, ibu-ibu
kami dan keturunan kami termasuk pewaris surga yang penuh
dengan kenikmatan, dan haramkanlah wajah-wajah kami dari
panasnya api neraka.

Hasan berkata: "Kalau bukan karena tiga perkara, manusia


tidak akan pernah menundukkan kepalanya yaitu kematian, sakit
dan kemiskinan". Sungguh setelah itu manusia akan mendapatkan
pahala yang banyak dari itu semua2.
1
At Tadzkirah hal 294.
2
Al Hasan al Bashri hal 41.

63
Peristiwa kematian ini, Allah jadikan sebagai penghujung
akhir dari semua yang hidup, kematian itu juga merupakan salah
satu tanda kebesaran Allah, yang itu menunjukkan kemahakuatan-
Nya, kebesaran-Nya, dan keperkasaan-Nya, maka segala puji bagi
Allah, dengan kematian itu Allah patahkan leher-leher orang yang
suka menindas/orang-orang kejam/para diktator, Allah pecahkan
dengan kematian itu para penguasa (yang cinta dengan
kekuasaannya), dengan kematian Allah patahkan pula angan-
angan para kaisar, yang mereka itu cinta pada kekuasaan, yang
senantiasa hatinya lari dari mengingat kematian, hingga janji yang
benar itu datang (tiba-tiba) kepada mereka dan melemparkan
mereka ke dalam liang kubur, maka dengan datangnya kematian
itu dipindahlah mereka dari istana menuju liang kubur, dan dari
terangnya kehidupan (buaian) menuju gelapnya liang lahat. 1

Ya Allah jadikanlah sebaik-baik amalan kami di akhir


kehidupannya, dan jadikanlah sebaik baik hari yaitu hari yang aku
berjumpa dengan-Mu, ya Allah aku berlindung kepada-Mu jangan
sampai setan mengganggu kami ketika kematian tiba.



1
Al Ihya jilid 4 hal 475.

64
Petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam Seputar Merawat
Jenazah1

Petunjuk nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hal merawat


jenazah merupakan sebaik-baik petunjuk, berbeda dengan
petunjuk/tata cara seluruh umat yang lainnya, yang petunjuk nabi
itu mencakup hal berbuat baik kepada mayyit, bermuamalah
dengannya dengan sesuatu yang memberikan manfaat kepadanya
di dalam kuburnya dan hari kembalinya mayit, begitu juga
mencakup berbuat baik kepada keluarganya, karib kerabatnya, dan
juga mengajarkan untuk orang-orang yang masih hidup untuk
menunaikan ibadah kepada Allah saja dalam hal bermuamalah
dengan mayit (mendoakannya, tidak dengan menyembahnya).

Termasuk di antara petunjuknya dalam mengurusi jenazah


adalah dengan menegakkan ubudiyah kepada Allah dengan
sebaik-baiknya, berbuat baik kepada si mayit dan mempersiapkan
untuk menghadap kepada Allah dengan sebaik-baik keadaan dan
seutama-utamanya (dalam hal pemakaian kafan).

Berdirinya beliau (ketika shalat jenazah) dan para shahabat


dengan bershaf-shaf, mereka memuji Allah, memintakan ampun
untuk mayit, memintakan ampunan, rahmat dan pemaafan dari-
Nya, kemudian beliau berjalan di hadapan mayit untuk berpisah
mempersiapkan liang kuburnya, kemudian setelah kuburannya
siap, beliau dan para shahabat berdiri di atas kuburnya,
memintakan keteguhan untuk si mayit, mengingat pada keadaan
tersebut doa keteguhan bagi mayit teramat sangat dibutuhkan,
kemudian beliau tetap berinteraksi dengan mayit yaitu dengan
mengunjunginya, mengucapkan salam, dan mendoakan kebaikan
baginya sebagaimana seorang yang masih hidup berinteraksi
dengan temannya di kehidupan dunia.

1
Zadul Ma`ad jilid 1 hal 498 dan halaman berikutnya

65
Awal dalam hal ini (kehidupan dunia) yaitu mengunjunginya
ketika masih sakit, mengingatkan tentang perkara akhirat,
memerintahkan kepada yang sakit (hendak meninggal) agar
berwasiat, bertaubat, dan memerintahkan kepada orang yang hadir
di hadapannya untuk mentalqinkan syahadat laa ilaaha illallah,
supaya laa ilaha illallah sebagai ucapan terakhirnya.

Kemudian beliau melarang dari kebiasaan banyak umat yang


tidak beriman dengan hari kebangkitan dan hari kiamat, berupa
menampar-nampar pipi, merobek baju, menggunting rambut
kepala, berteriak-teriak, meratapi mayit dan hal-hal yang serupa
dengan hal itu.

Beliau mensunahkan agar khusyu terhadap mayyit dan boleh


saja menangis selama tidak mengangkat suara (histeris), boleh
bersedih hati. Hal demikian pernah nabi lakukan dan beliau
mengatakan: "Mata menangis, hati bersedih, dan tidaklah kita
berucap kecuali kalimat yang diridhai Rabb".1

Beliau mensunahkan teruntuk umatnya agar memuji Allah dan


mengucapkan kalimat istirja` (inna lillahi wa inna ilaihi raji`un),
rida dengan ketetapan Allah, dan tidaklah hal demikian itu
menjadi bertentangan dengan menetesnya air mata, sedihnya hati,
oleh karenanya beliau adalah orang yang paling rida terhadap
Allah dalam ketetapan-Nya, dan beliau pula merupakan orang
yang paling hebat dalam memuji Allah. 2


1
Dikeluarkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad dari Anas radhiyallahu anhu .
2
Tiada tulisan yang sempurna selain Kitabullah, kami memohon maaf atas kesalahan yang terjadi
di dalam terjemahan ini, kami mengucapkan selamat menyimak serta mengambil faedah yang ada
pada buku ini, dan begitu juga kami memohon kepada Allah agar menjadikan amal ini hanya untuk
mengharap wajah-Nya dan sebagai simpanan kebaikan kami (semua yang membantu selesainya
terjemahan ini) di kehidupan akhirat kelak.
Alhamdulillahilladzi bini`matihi tatimmush shalihaat
(Segala puji bagi Allah, dengan kenikmatan-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna).

66

Anda mungkin juga menyukai