Anda di halaman 1dari 4

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan Jumat kali ini, khatib senantiasa tak lupa dan tak bosan-bosannya
untuk mengajak kepada para jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Allah swt. Wasiat dalam khutbah ini merupakan sebuah kewajiban bagi khatib,
karena memang menjadi salah satu rukun dalam khutbah Jumat. Jika khatib tidak
memberi wasiat atau ajakan untuk bertakwa, maka hilanglah salah satu rukun khutbah
Jumat sehingga konsekuensi dari hal tersebut adalah tidak sahnya ibadah Jumat yang
dilakukan. Selain sebagai salah satu rukun khutbah, ketakwaan juga memiliki peranan
sangat vital dalam menjaga diri kita untuk tetap berada pada jalur atau jalan benar yang
telah ditentukan oleh Allah.

Ketakwaan akan mengarahkan kita senantiasa menapaki petunjuk Allah dengan


mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan
ketakwaan, kita akan memiliki bekal yang kuat dalam mengarungi kehidupan dan
Insyaallah akan menjadi hamba Allah yang disayangi dan dinaungi rahmat serta ridha-
Nya. Jika kita menjadi hamba yang disayang, pasti Allah akan terus menganugerahkan
nikmat dan rezeki sebagai modal kehidupan di dunia.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan mulia ini mari kita terus menguatkan komitmen untuk meningkatkan
ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt. Selain menjadi bekal yang paling baik
untuk kehidupan akhirat nanti, ketakwaan juga akan menjadi wasilah hadirnya solusi
dan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi dalam mengarungi dunia
ini. Allah juga sudah menegaskan bahwa siapa yang bertakwa kemudian bertawakal
kepada-Nya, maka akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah juga
akan mencukupkan hajat dan kebutuhan hidup di dunia.  

Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran Surat At-Talaq ayat 3:  

ُ ‫ْث اَل يَحْ تَ ِس ۗبُ َو َم ْن يَّتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ فَهُ َو َح ْس بُهٗ ۗ اِ َّن هّٰللا َ بَ الِ ُغ اَ ْم ِر ٖ ۗه قَ ْد َج َع َل هّٰللا‬
ُ ‫َّويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
‫لِ ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ْدرًا‬
Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal ngalallāhi fa huwa kḥasbuh,
innallāha bāligu amrih, qad ja'alallāhu likulli syai`ing qadrā

Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”  

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada momentum khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan materi tentang
pentingnya menjaga para generasi muda atau generasi milenial yang merupakan
penerus tongkat estafet peradaban dunia ini. Menjaga di sini bukan hanya berarti
menjaga dari sisi jasmani tetapi juga juga dari sisi rohani, yakni menjaga karakter,
kepribadian, dan kesalehan mereka. Hal ini sangat penting karena di era perkembangan
teknologi yang sangat cepat saat ini, hal-hal yang bisa mempengaruhi karakter generasi
muda juga sangat cepat menyebar seperti virus yang tak tampak oleh mata.   Kualitas
generasi muda saat ini adalah cerminan peradaban di masa depan. Jika generasi muda
saat ini baik, maka baik juga peradaban esok. Sebaliknya, rusaknya karakter para
generasi muda adalah pertanda rusaknya peradaban kelak. Sehingga, perlu bagi kita
saat ini untuk mendidik generasi muda menjadi generasi yang kuat karakter dan
kesalehannya, sampai akhirnya mereka mampu mengemban dengan baik tanggung
jawab yang ditinggalkan generasi tua.   Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang
lemah sehingga cita-cita terwujudnya peradaban mulia bisa saja sirna. Imbauan ini juga
tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 9:  
‫خَلفهم ُذرِّ يَّةً ض ٰعفًا خَ افُوْ ا َعلَ ْيه ۖم فَ ْليتَّقُوا هّٰللا‬
َ َ ِْ ِ ْ ِ ِ ْ ‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ تَ َر ُكوْ ا ِم ْن‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
‫َو ْليَقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َس ِد ْي ًد‬
Walyakh syalladżīna lau tarokụ min kholfihim dżurriyyatan ḍhi'āfan khofụ 'alaihim
falyattaqulloha walyaqụlụ qaulan sadīdā

Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah,
dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”  

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Memiliki para generasi muda dengan karakter dan mental yang kuat serta tak gentar
dalam melawan kemaksiatan dan kebatilan juga telah dicontohkan dalam Al-Qur’an
melalui kisah Ashabul Kahfi. Mereka memiliki prinsip dan keyakinan kuat dengan
menolak perintah Raja Dikyanus untuk menyembah berhala. Tujuh pemuda saleh ini
rela mengasingkan diri di dalam sebuah gua selama 309 tahun. Kuatnya karakter dan
keimanan mereka dikisahkan Allah kepada Rasulullah untuk menjadi inspirasi umat
Islam dalam mencetak dan menjaga para generasi muda. Hal ini termaktub dalam Al-
Qur’an surat Al-Kahfi ayat 13:  

۟ ُ‫ق ۚ نَّهُ ْم فِ ْتيَةٌ َءامن‬


‫وا بِ َربِّ ِه ْم َو ِز ْد ٰنَهُ ْم هُدًى‬ َ ‫نَّحْ ُن نَقُصُّ َعلَ ْيكَ نَبََأهُم بِ ْٱل َح ِّ ِإ‬
Nakhnu nakhuṣṣu 'alaika naba ngahum bil-ḥaqq, innahum fityatun āmanụ birabbihim
wa zidnāhum hudā

Artinya: Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami
tambah pula untuk mereka petunjuk.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Posisi strategis dan spesialnya para pemuda yang saleh ini juga disebutkan dalam
hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa mereka akan menjadi satu dari tujuh
golongan yang bakal mendapatkan perlindungan Allah swt pada hari kiamat

Artinya, “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah swt pada hari tidak
ada naungan kecuali milik-Nya (hari kiamat), yaitu; imam yang adil, pemuda yang
hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya terikat dengan
masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena
Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak wanita yang kaya dan
cantik untuk berzina, maka laki-laki itu berkata, ‘Aku takut kepada Allah, orang yang
bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang
dilakukan tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga
matanya meneteskan air mata.” (HR al-Bukhari).   Hadits ini memang sangat relevan
dengan posisi pemuda yang memang berada pada fase berat dalam kehidupan. Masa
muda adalah masa ketika semangat dan tenaga berada pada posisi yang prima. Saat
itulah mereka dihadapkan pada banyak tantangan, godaan, dan nafsu untuk melakukan
kemaksiatan yang sewaktu-waktu bisa menghantarkan mereka pada posisi salah jalan.
Terlebih di era digital yang semuanya bisa diakses tanpa batas waktu dan tempat.
Pemuda harus sangat berhati-hati dalam melangkah. Salah dalam mengonsumsi
informasi bisa menghantarkannya pada jurang kegelapan di tengah gemilangnya
perkembangan teknologi dunia.   Oleh karenanya, hadirin jamaah Jumat
rahimakumullah, Para pemuda harus dibekali dengan kemampuan menyaring atau
memilih nutrisi pendidikan, khususnya pendidikan agama yang benar sehingga tidak
menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi. Pemuda harus menjadi pelaku
bukan objek yang terombang ambing oleh perubahan zaman. Para pemuda harus
menyadari bahwa kehidupannya bukan hanya di dunia maya dengan mendekatkan
yang jauh dan menjauhkan yang dekat di sampingnya. Interaksi fisik dengan orang-
orang sekitarnya harus terus ditanamkan sehingga kepedulian sosialnya tetap terjaga.
Hal ini akan menghindarkan karakter individualis tumbuh di dalam diri mereka.   Selain
itu penguatan literasi digital juga sangat penting bagi para pemuda. Literasi digital
adalah bekal bagi mereka agar mampu menggunakan media digital, alat-alat
komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat
informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh
hukum sesuai dengan kegunaannya.   Pentingnya literasi dalam menghadapi fenomena
perubahan zaman ini tercermin dalam wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad berupa perintah membaca yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-
Alaq ayat 1-5:  

َ ُّ‫ ا ْق َرْأ َو َرب‬.‫ق‬


 ‫ َعلَّ َم‬.‫ الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬.‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ َ ِّ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ خَ ل‬.َ‫ك الَّ ِذي َخلَق‬
ٍ َ‫ق اِإْل ن َسانَ ِم ْن َعل‬
‫ اِإْل ن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ 
iqra` bismi rabbikallażī khalaq, khalaqal-insāna min 'alaq, iqra` wa rabbukal-akram,
allażī 'allama bil-qalam, 'allamal-insāna mā lam ya'lam.

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah; Yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam (pena); Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."   Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Perlu disadari bahwa membaca di sini bukan hanya membaca secara tekstual, yakni
mencari informasi, megeja huruf, kata, kalimat, hingga paragraf. Membaca di sini juga
bermakna kontekstual, yakni membaca situasi dan kondisi lingkungan serta
perkembangan zaman. Era digital saat ini, zaman ketika informasi yang beredar di
dunia maya sudah overload (berlebihan), perlu disikapi dengan kemampuan membaca
dengan cermat dengan bekal literasi digital (kecakapan digital).   Kecakapan dalam
menerima atau memproduksi informasi digital merupakan tanggung jawab pemuda
sekaligus orang tua secara bersama-sama. Semoga kita bisa memanfaatkan dan
memaksimalkan hal positif dari perkembangan zaman ini sekaligus kita bisa
mengetahui dan menghindari dampak negatif dari era digitl ini. Amin

Barokallohu liwalakum filquranil adzim, wanafaani


waiyyakumbimaafiihi minal ayati wadzikrilhakim, wataqobbalahu
minniwaminkum tilawatahu innahu huwassamii’ul’alim. Aquulu
qoulihadza wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim

Anda mungkin juga menyukai