Anda di halaman 1dari 4

Pelajar Calon Pemimpin Masa Depan

Khutbah Pertama
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫ َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َس ِّي َد َنا م َُح َّم ًدا‬.‫ك اَألعْ لَى ْال َعظِ ي ِْم‬ُ ِ‫ك لَ ُه ْال َمل‬َ ‫ َأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه إاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِر ْي‬.‫ ْال َق ِويِّ ْالغَ نِيِّ ْال َح ِكي ِْم‬،‫َّاِئم ْال َعال ِِم ْال َق ِدي ِْم‬ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬
ِ ‫هلل الد‬
‫َأ‬ ْ َّ َ ‫َأ‬ َ َ ِّ ّ ‫ُأ‬ ُ
‫ مَّا‬.‫وي ِْم‬2 ِ 2‫ ِت َقا َم ِة َوالتق‬2‫ َح ِاب ِه ذ ِوى اِإل ْس‬2‫ص‬ ْ ‫ ِه َو‬2ِ‫ك م َُح َّم ٍد َو َعلى آل‬ َ ِ‫ ْول‬2‫ِك َو َر ُس‬
َ ‫ص ِّل َو َسل ْم َعلى َع ْبد‬ َ ‫ اَلل ُه َّم‬.‫َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه الرَّ ُؤ ْوفُ ِب َّم ِت ِه الرَّ ِحي ِْم‬
‫َبعْ ُد‬
‫رحمن‬2‫م هللا ال‬22‫رجيم بس‬2‫يطان ال‬22‫وذ باهلل من الش‬2‫ريم اع‬22‫ َقا َل هللا َتعاَلَى في القران الك‬. ‫از ْال ُم َّتقُ ْو َن‬ ِ ‫َف َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ُأ ْوصِ ْي ُك ْم ِب َت ْق َوى‬
َ ‫هللا َف َق ْد َف‬
‫الرحيم والعصر إن اإلنسان لفي خسر إال الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر‬.

Jamaah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah...


Dalam kesempatan khutbah ini, saya kembali mengajak seluruh jamaah –khususnya diri saya
sendiri– agar senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya secara maksimal dan menjauhi seluruh larangan-Nya
secara total.

‫َمعَاشِ َر ْالمُسْ لِ ِمي َْن ْالمُعْ َت ِكفِي َْن َر ِح َم ُك ُم هللا‬


Kita tahu bahwa al-Qur’an, sebagai pedoman paripurna bagi manusia, memuat banyak sekali hal
yang utama. Di antaranya adalah kisah teladan orang-orang terdahulu. Dari sekian banyak kisah
teladan, sebagian besarnya adalah kisah para nabi. Namun, pernahkah kita memperhatikan, ternyata
kebanyakan kisah tersebut bukanlah saat para nabi telah menua, melainkan saat mereka masih
muda.
Misalnya, kisah Ibrahim muda, yang mengajak kaumnya berlogika menemukan Tuhan Yang Maha
Esa.[1] Kisah Yahya muda, yang semenjak kecil telah dikaruniai hikmah dan kebijaksanaan.[2] Kisah
Nabi Yusuf yang menjadi pejuang kebenaran semenjak mudanya.[3] Kisah Ismail muda, yang begitu
hebat meyakini perintah Allah dan taat kepada ketentuan-Nya.[4] Kisah para pemuda Ashabul Kahfi,
legenda remaja yang mempertahankan aqidah tauhid.[5] Dan, masih banyak lagi kisah para pemuda
lainnya.
Ini menjadi bukti bahwa masa muda merupakan masa vital dan produktif untuk berkarya. Pelajar
adalah bagian dari proses produktif pada masa muda. Semangat pelajar adalah semangat para
pemuda. Jiwa pelajar adalah jiwa para pemuda. Dan, darah para pelajar juga menjadi darah para
pemuda. Oleh karena itu, menjadi keniscayaan bagi para pelajar agar meneladani kisah para pemuda
yang diabadikan oleh al-Qur’an.
Dari sisi kuantitas, jumlah pelajar dan kaum muda sangat besar. Bahkan Indonesia diprediksi akan
mengalami bonus demografi; jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar jika dibandingkan
dengan penduduk usia nonproduktif. Pelajar menjadi penyumbang jumlah penduduk produktif
tersebut.
Menyadari potensi besar yang dimiliki oleh kaum muda, Sang Proklamator, Bung Karno, pernah
berorasi dengan lantang, “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri
aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Kata-kata yang tidak kalah lantang juga digemakan oleh Syaikh Mushthofa al-Ghulaiyaini, seorang
ulama besar dari Beirut Lebanon. Dalam karya visionernya yang berjudul ‘Izhatun Nasyi’in ( ‫عِ َظ ُة‬
‫) ال َّناشِ ِئين‬, beliau berkarta:
‫ ِل َتحْ َي ِب ُك ُم‬2 ‫َّالص‬
ِ ‫ت الص‬ ِ ‫ َتحْ تَ َذا‬,‫ا‬22‫ض الرَّ َوا َي‬ ُ ‫ َفَأ ْق ِدم ُْوا ِإ ْقدَ ا َم اَأل َس ِد ْالبَاسِ ِل َوا ْن َه‬,‫ َوفِى ِإ ْقدَ ا ِم ُك ْم َح َيا َت َها‬,ِ‫ِإنَّ فِى َي ِد ُك ْم َأمْ َر اُأل َّمة‬
َ ‫و‬2ْ 2‫ ْوا ُن ُه‬2 ‫ض‬
‫ُأل‬
‫ا َّم ُة‬
“Di tanganmulah, wahai generasi muda, segala urusan bangsa. Dalam langkahmu tertanggung masa
depan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, melangkahlah kalian bagaikan seekor harimau yang gagah
berani, yang tidak pernah mundur setapak pun. Bangkitlah laksana para pemegang panji perang,
yang berangkat menuju medan juang dengan penuh tanggung jawab. Dengan usaha dan hasil
karyamu, bangsa kalian akan hidup bahagia.”

Namun ironisnya, saat ini pelajar di Indonesia dihadapkan pada banyak permasalahan. Di antaranya
adalah masalah ketidakjujuran akademik, pergaulan yang kelewat batas hingga meledakkan angka
kehamilan di luar nikah, kenakalan yang berujung pada tindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba,
dan lain-lain.
Permasalahan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi sudah mewabah secara sistemik
hingga ke pelosok desa. Oleh karena itu, perlu ada usaha sungguh-sungguh yang dilakukan secara
sistemik dan melibatkan seluruh pihak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Setidaknya ada empat usaha nyata untuk mengembangkan kualitas kaum muda.

Pertama, mematangkan spiritualitas kaum muda.


Pemuda dengan spiritualitas yang baik tidak akan pernah membiarkan dirinya terkontaminasi oleh
hal-hal buruk, seperti narkoba, pergaulan bebas, serta tindakan anarkis dan tak bermoral yang
mengganggu stabilitas sosial.
Di sisi lain, spiritualitas memberi kekuatan kepada seseorang sehingga ia akan tunduk, patuh, dan
takut, hanya kepada Allah Ta’ala. Adanya pejabat yang melakukan korupsi dan penyalahgunaan
jabatan adalah bukti lemahnya spiritualitas mereka. Andai spiritualitas mereka kokoh dan
mendalam, tentu mereka akan takut dan tunduk hanya kepada Allah. Jika nafsu membujuk agar
mencuri, seketika dia takut kepada Allah. Saat nafsu mendorong untuk melakukan korupsi, dia pun
akan malu karena dilihat oleh Allah.
Inilah yang oleh para ulama disebut dengan muraqabah (merasa selalu diawasi oleh Allah). Jika
muraqabah ini tertanam kuat dalam jiwa setiap pelajar dan kaum muda, niscaya kelak mereka akan
tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang amanah.

Usaha kedua, memotivasi pelajar agar tidak berhenti mencari ilmu.


Tidak ada manusia yang tinggi derajatnya dan mampu mengubah dunia tanpa dibekali dengan ilmu.
Demikian pula tidak ada pemimpin hebat yang tidak dipondasi dengan ilmu. Tidak mengherankan
jika wahyu yang diterima pertama kali oleh Nabi Muhammad Saw adalah perintah untuk berilmu.
Iqra’, bacalah! Membaca berarti meluaskan cakrawala, meluaskan pengetahuan, serta meluaskan
hati dan pikiran untuk mengenal Tuhan melalui keagungan-keagungan-Nya. Spirit Iqra’ inilah yang
harus terus digelorakan di dalam jiwa pelajar dan kaum muda.
Sayangnya, semangat belajar kaum muda belum sepenuhnya sesuai harapan. Masih banyak pelajar
yang semangat belajarnya hanya berorientasi pada angka-angka di dalam raport atau di atas
selembar ijazah. Padahal, hakikat ilmu bukanlah pada angka-angka tersebut, melainkan pada apa
yang terserap dan tertanam di dalam hati lalu terejawantahkan dalam perilaku dan kepribadian
sehari-hari. Itulah hakikat ilmu yang sebenarnya.
Apa jadinya jika generasi muda ogah-ogahan mencari ilmu? Pastilah sekian tahun ke depan nasib
bangsa tersebut akan tersisih dari percaturan dunia. Hampa dari prestasi dan sepi dari kemajuan.
Bahkan, tidak mustahil bangsa tersebut akan lenyap dan tenggelam.
Di sinilah produktivitas generasi muda hari ini benar-benar ditantang. Kreativitas dan kematangan
jiwa mereka benar-benar diharapkan. Apa yang mereka lakukan hari ini adalah cerminan bangsa di
masa depan. “‫شبَّانُ ْال َي ْو ِم ِر َجا ُل ْالغَ ِد‬
ُ (syubbanul yaum rijalul ghad), pemuda hari ini adalah pemimpin di
masa depan,” demikian kata pepatah Arab.
Sebagai calon pemimpin masa depan, sudah selayaknya kaum muda tidak henti-hentinya membekali
diri dengan ilmu. Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah berkata:
‫َت َف َّقه ُْوا َق ْب َل َأنْ َتس ُْود ُْوا‬
“Belajarlah kalian sehingga berilmu sebelum kalian menjadi pemimpin.”

Bahkan, secara lebih tegas lagi Imam Syafi’i berkata melalui bait-bait syairnya:

‫َو َمنْ َفا َت ُه ال َّتعْ لِ ْي ُم َو ْقتَ َش َب ِاب ِه ** َف َكبِّرْ َعلَ ْي ِه َأرْ َبعا ً ل َِو َفا ِت ِه‬
‫ار ل َِذا ِت ِه‬َ ‫ات ْال َف َتى َوهَّللا ِ ِب ْالع ِْل ِم َوال ُّت َقى** ِإ َذا لَ ْم َي ُك ْو َنا اَل اعْ ِت َب‬
ُ ‫َو َذ‬
“Barangsiapa menyia-nyiakan waktu menuntut ilmu di masa mudanya, maka bertakbirlah empat kali
atas kematiannya.”
“Demi Allah, hakikat seorang pemuda terletak dalam ilmu dan ketakwaannya. Bila keduanya tidak
ada maka keberadaan sang pemuda dianggap tiada.”

Mereka yang tidak memiliki ilmu laksana orang yang telah mati. Raga mereka memang hidup, namun
hati dan pikiran mereka telah dijemput maut. Karena itulah mereka layak dishalatkan dengan
bertakbir empat kali.

Usaha yang ketiga, menanamkan keluhuran akhlak.


Masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Dalam
kondisi seperti itu, peluang terjerumus ke dalam keburukan dan kesesatan sangatlah besar. Oleh
karena itu, dibutuhkan pondasi moral yang benar-benar andal, atau akhlak yang benar-benar kuat.
Bukankah di antara misi utama Rasulullah Saw adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak?
Beliau bersabda:
‫ار َم اَأل ْخالَق‬ ‫َّن َما ُبع ِْث ُ ُأل‬
ِ ‫ت َت ِّم َم َم َك‬ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Syauqi Beik, seorang penulis dan penyair ternama berkebangsaan Mesir, pernah berkata dalam
syairnya:
‫ت َأ ْخالَقُ ُه ْم َذ َهب ُْوا‬ْ ‫ َفِإنْ ُه ُم َذ َه َب‬¤ ‫ت‬ ْ ‫ِإ َّن َما اُأل َم ُم اَأل ْخالَ ُق َما َبقِ َي‬
“Sesungguhnya kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlak manusianya. Jika mereka telah
kehilangan akhlaknya maka hancurlah bangsanya.”

Usaha keempat, membekali pelajar dengan aneka keterampilan dan keahlian.


Modernisasi menjadi tantangan yang tidak terelakkan. Para pelajar dan kaum muda harus berani
berkompetisi dengan bangsa lain agar tidak tertinggal. Oleh karena itu, selain membekali diri dengan
spiritualitas, ilmu, dan akhlak, mereka juga harus membekali diri dengan aneka keahlian dan
keterampilan, yang sering disebut pula dengan istilah life skills (kecakapan hidup).
Tentang profesionalitas ini, Rasulullah Saw telah bersabda:
‫ِإنّ هَّللا َ َت َعالى ُيحِبُّ ِإ َذا َع ِم َل َأ َح ُد ُك ْم َع َمالً َأنْ ُي ْتقِ َن ُه‬
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja ia mengerjakannya secara
profesional.” (HR. Thabrani dan al-Baihaqi)
Oleh karena itu, para pelajar dan kaum muda tidak boleh putus harapan. Tidak boleh menjadi
pemuda yang mudah frustasi dan pesimistis. Karena, dalam jiwa pemuda terdapat jantung yang
terus berdetak kencang. Ada darah yang mengalir deras dengan dada yang terus berkobar. Ada
semangat yang terpendam seperti api dalam sekam. Terus membara sampai batu bata menjadi
merah dan mengokohkan bangunan-bangunan megah, simbol kemajuan.

Sebagai kalimat pungkasan dari khutbah pertama ini, marilah kita resapi pesan Nabi berikut ini.
َ ‫ك َق ْب َل َم ْو ِت‬
‫ك‬ َ ‫ َو َح َيا َت‬،‫ك‬ ُ ‫ك َق ْب َل‬
َ ِ‫ش ْغل‬ َ ‫ك َق ْب َل َف ْق ِر‬
َ ‫ َو َف َرا َغ‬،‫ك‬ َ ‫ َوغِ َنا‬،‫ك‬
َ ‫ك َق ْب َل َس َق ِم‬
َ ‫ َوصِ حَّ َت‬،‫ِك‬
َ ‫ك َق ْب َل َه َرم‬ ٍ ‫ َق ْب َل َخ‬2‫ا ِْغ َت ِن ْم َخمْ ًسا‬
َ ‫ َش َبا َب‬:‫مْس‬
‫‪“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara; yakni masa mudamu sebelum datang‬‬
‫‪masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu‬‬
‫)‪sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. al-Hakim‬‬

‫‪Semoga Allah memberi kekuatan dan kemudahan kepada kita dalam mewarisi tongkat‬‬
‫‪kepemimpinan para tetua sehingga menjadikan bangsa ini bermartabat dan berjaya. Aamiin ya‬‬
‫‪Rabbal ‘alamin..‬‬

‫ت َو ِّ‬
‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪ِ ،‬إ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬ ‫آن ْال َعظِ ي ِْم‪َ ،‬و َن َف َعنِيْ َوِإيَّا ُك ْم ِباآل َيا ِ‬
‫ك هللاُ لِى َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬
‫ار َ‬
‫‪َ .‬ب َ‬
‫‪khutbah-jumat‬‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ك َل‪ُ 2‬ه َواَ ْش‪َ 2‬ه ُد اَنَّ َس‪ِّ 2‬ي َد َنا م َُحم ًَّدا َعبْ‪ُ 2‬دهُ‬ ‫لى َت ْو ِف ْي ِق ِه َوا ْم ِت َنا ِنهِ‪َ .‬واَ ْش َه ُد اَنْ الَ ِا َل َه ِاالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ‪َ 2‬دهُ الَ َش‪ِ 2‬ر ْي َ‬
‫لى اِحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر َل ُه َع َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ‬
‫هلل َع َ‬
‫ُ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ص ِّل َعلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ِو َعلى اَلِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه َو َسل ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا اَمَّا َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َه‪22‬ا ال َّناسُ ِا َّتقواهللاَ فِ ْي َم‪22‬ا‬ ‫ِلى ِرضْ َوا ِنهِ‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى ا َ‬
‫هللا َو َمآل‬ ‫اَ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ لَم ُْوا اَنَّ هللاّ اَ َم َر ُك ْم ِباَمْ ٍر َبدَ َأ فِ ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه ‪َ .‬قا َل هللا َتع ‪2‬اَلَى في الق‪22‬ران الك‪22‬ريم اِنَّ َ‬
‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‪ .‬الل ُه َّم َ‬
‫لى ال َّن ِبى يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َ‬ ‫ُصلُّ ْو َن َع َ‬
‫ِئ َك َت ُه ي َ‬

‫ك َو ْالم ُْش‪ِ 22‬ر ِكي َْن‬ ‫ت الل ُه َّم اَعِ َّز ْاالِسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬‫ت اَالَحْ يآء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَم َْوا ِ‬ ‫اغفِرْ ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬
‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‪2‬‬ ‫اَلل ُه َّم ْ‬
‫ْن‪ .‬اللَّ ُه َّم ْاد َف‪22‬عْ َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َب‪22‬ا َء‬
‫ك ِالَى َي‪2ْ 2‬و ِم ال‪ِّ 2‬دي ِ‬ ‫اخ‪ 2‬ذ ْل َمنْ َخ‪َ 2‬ذ َل ْالم ُْس‪2‬لِ ِمي َْن َو دَ مِّرْ اَعْ دَ ا َءال‪ِّ 2‬دي ِ‬
‫ْن َواَعْ‪ِ 2‬ل َكلِ َما ِت‪َ 2‬‬ ‫ُ‬ ‫ص َر ال‪ِّ 2‬دي َْن َو ْ‬ ‫َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬
‫ان ْالمُسْ لِ ِمي َْن عآم ًَّة َي‪22‬ا َربَّ ْال َع‪22‬الَ ِمي َْن‪َ .‬ر َّبن‪22‬اَ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫اِئر البُل َد ِ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن َوس ُْو َء الفِت ِن َما ظ َه َر ِمن َها َو َما َبط َن َعنْ َبل ِدنا ِاندُو ِنيْسِ يَّا خآصَّة َو َس ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َو َّ‬
‫ار‬‫اب ال َّن ِ‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫‪.‬آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َنة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َس َنة َوقِ َنا َع َذ َ‬

‫ْأ‬
‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت‪َ 2‬ذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا َ‬
‫هللا‬ ‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ ش‪2‬آ ِء َو ْال ُم ْن َك‪2‬ر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ان َوِإيْت‪2‬آ ِء ذِى ْالقُ‪2‬رْ َ‬
‫هللا َي ُم ُر َنا ِباْ َلع ْد ِل َو ْاالِحْ َس‪ِ 2‬‬
‫هللا ! اِنَّ َ‬
‫عِ َبادَ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫لى ِن َع ِم ِه َي ِز ْدك ْم َولذِك ُر ِ‬
‫هللا اك َبرْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ا َلعظِ ْي َم َيذكرْ ك ْم َواشكر ُْوهُ َع َ‬ ‫ْ‬

Anda mungkin juga menyukai