Anda di halaman 1dari 13

USAHA MENGATASI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SAINS

DI SEKOLAH DAN PERGURUAN TINGGI

Milya Sari

Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang


e.mail: milyasari.iain@gmail.com

Abstract: Science holds an important role in the age of globalization. Countries that ruled the science
will dominate the economy. Indonesia including State lagging in science and technological literacy. A lot
of things that cause less maximum learning science during this time. Eleven science education policy
issues from Unesco in 2008, all the problems of the science education in Indonesia. The largest factor is
the teacher, then the policy leadership and Government. Attempts to overcome this of course relates to
the improvement of the quality of teachers and better government policy prioritizing science education

Abstrak: penguasaan dan teknologi penting dalam era globalisasi. Negara yang menguasai saintek akan
menguasai dunia. Indonesia termasuk Negara yang rendah dalam penguasaan saintek ini. Salah satu yang
menyebabkan kondisi ini terjadi adalah belum maksimalnya pembelajaran sains yang dilakukan.
Berdasarkan sebelas isu kebijakan pendidikan sains UNESCO tahun 2008. Semua isu yang menjadi
permasalahan pendidikan sains tersebut terjadi di Indonesia. Faktor terbesar adalah guru, kepemimpinan
dan pemerintah. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam pendidikan sains
adalah meningkatkan kualitas guru dan keberpihakan kebijakan pemerintah terhadap pendidikan sains.

Kata Kunci: Problematika, Pendidikan Sains, Sekolah, Perguruan Tinggi.

PENDAHULUAN Merujuk kepada Unesco Science Report


Mengamati kilas balik perkembangan 2008, oleh Fensham (2008) menyatakan ada
sains dan teknologi dari tahun 2005-2010, sebelas isu penting dalam kebijakan pendidikan
dalam UNESCO Science Report 2010 sains:
dinyatakan, kunci kejayaan suatu bangsa atau 1. Issue a: science in schooling and its
negara dalam era globalisasi terletak pada educational purposes (tujuan pendidikan
kualitas sumber daya manusia yang menguasai sains di sekolah). Tujuan yang jelas
saintek. Negara yang maju dalam sains akan memberikan gambaran konten, strategi
maju dalam ekonomi. Banyak negara-negara pembelajaran, sistem evaluasi yang akan
maju yang telah lama menginsafi perlunya sains dilaksanakan.
dan teknologi dalam pengembangan industrinya 2. Issue b: access and equity in science
dan bagi dukungan ekonominya, hubungan itu education (akses untuk pendidikan sains).
tampak amat jelas. Indonesia tidak termasuk Masih banyak negara di dunia yang belum
negara yang diperhitungkan dalam memberikan kesempatan yang luas untuk
perkembangan saintek tersebut. Ada apa dengan warganya dalam mendapatkan pendidikan
pendidikan saintek kita? Karena pendidikanlah termasuk pendidikan sains
yang sangat berperan untuk menciptakan SDM 3. Issue c: interest in, and about science
yang mengusai saintek tersebut. Sukro Muhab (ketertarikan terhadap sains rendah).
(dalam La tansa, 2010), menyatakan tantangan Banyak siswa dan orang tua khawatir
dunia pendidikan sains di Indonesia di era dengan karir yang bisa dijalani anaknya
globalisasi dalam upaya pengembangan saintek melalui pendidikan sains.
adalah kesenjangan kemajuan saintek dengan 4. Issue d: how technology relates to science
dunia pendidikan, prestasi pendidikan kita in education (bagaimana mengaitkan
tertinggal dan isu global pendidikan. teknologi dengan pendidikan sains).

74
75 | Jurnal Al-Talim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 74-86

Pendidikan sains harus lebih progresif dan sains, dan 1 (satu) isu berkaitan dengan faktor
menjadikan sains dekat dengan kehidupan siswa dan latar belakang keluarganya. Guru
nyata (kontekstual) dan bisa diaplikasikan merupakan faktor kunci dalam pembelajaran
5. Issue e: the nature of science and inquiry sains, walaupun ia bukanlah faktor satu-satunya.
(hakikat Sains dan inkuiri). Pembelajaran Karena kinerjanya sangat ditentukan oleh faktor
sains di sekolah banyak mengajarkan ilmu lain, seperti kebijakan pemerintah dan kinerja
sains, tetapi proses sains tidak pernah atau kepala sekolah. Tujuan telaah artikel ini adalah
jarang diperlihatkan sehingga terputus memberikan gambaran kondisi pendidikan sains
antara sains dengan kehidupan sehari-hari di Indonesia secara umum, masalah yang
siswa dihadapi pendidikan sains di sekolah maupun
6. Issue f: scientific literacy (melek Sains). perguruan tingginya serta solusi yang bisa
Tujuan utama pendidikan sains adalah ditawarkan.
menciptakan generasi muda yang melek
sains
7. Issue g: quality of learning in science
(kualitas pembelajaran sains). Perlu KONDISI PENDIDIKAN SAINS
peningkatan kualitas pembelajaran sains INDONESIA
terutama sistem asesmen Sukro Muhab (dalam La tansa,
8. Issue h: the use of ict in science and 2010)menyatakan, dunia pendidikan di
technology education (penggunaan ICT Indonesia saat ini masih belum mampu
dalam Pembelajaran sains). ICT salah satu mengimbangi laju perkembangan saintek yang
upaya agar pendidikan sains bersifat dinamikanya tidak lagi dihitung per hari. Setiap
kontektual tidak lagi bersifat abstrak. 5 menit jurnal-jurnal penelitian internasional
9. Issue i: development of relevant and menerbitkan penemuan-penemuan baru di
effective assessment in science education bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
(mengembangkan asesmen yang tepat dan Sementara para guru masih menerangkan
efektif untuk pendidikan sains). Perlu pelajaran yang berkaitan sains berdasarkan
pengembangan instrumen asesmen yang referensi buku yang masih memuat teori-teori
bersifat autentik, dan bervariasi sehingga yang dihasilkan puluhan bahkan ratusan tahun
tidak hanya menilai kemampuan kognitif silam. Ketertinggalan sains yang diajarkan di
10. Issue j: science education in the primary or sekolah-sekolah terkait dengan ketertinggalan
elementary years (pendidikan sains mulai akses infromasi seputar perkembangan saintek.
dari sekolah dasar). Pendidikan sains Ketertinggalan akses ini secara fundamental
dimulai dari tahun tahun awal pendidikan di disebabkan oleh dua hal, pertama penguasaan
SD diyakini akan membangun ketertarikan operasional guru terhadap perangkat teknologi
siswa terhadap sains informasi, kedua karena belum semua sekolah
11. Issue k: professional development of mampu memenuhi ketersediaan perangkat
science teachers (meningkatkan teknologi informasi yang mampu memberikan
profesionalisme guru). Profesionalisme akses informasi global yang memadai, semisal
guru dalam pembelajaran sains berpengaruh jaringan internet. Hal ini pun disebabkan oleh
besar terhadap minat siswa pada sains. faktor fundamental lainnya yaitu kualitas SDM
dan ketersediaan finansial.
Banyak isu yang harus diperhatikan Selanjutnya prestasi pendidikan Indonesia
dalam pendidikan sains. Dari sebelas isu yang yang rendah. Rendahnya prestasi pendidikan
dipaparkan, banyak isu yang menjadi masalah akibat dari kesenjangan kemajuan saintek
dalam pendidikan sains di Indonesia. Jika dengan dunia pendidikan. Rendahnya prestasi
dikelompokkan masalah pendidikan sains, pendidikan Indonesia bisa dilihat dari hasil
adalah : 3 (tiga) isu berkaitan dengan kebijakan survey beberapa even internasional, yaitu :
pemerintah dan pimpinan lembaga pendidikan, a. PISA (Programme for International
7 (tujuh) isu berkaitan dengan kualitas dari guru Student Assessment),
Sari, Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains di Sekolah dan Perguruan Tinggi | 76

Kriteria penilaian PISA ini mencakup Menurut survei PERC, yang merupakan
kemampuan kognitif (knowledge) dan juga lembaga konsultan Hongkong
keahlian siswa di bidang reading, mengemukakan bahwa kualitas pendidikan
matematika dan scientific literacy di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari
(kemampuan sains/literasi sains/melek 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada
sains). Literasi sains itu sendiri yang di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan
ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga The World Economic Forum Swedia (2000),
dimensi besar literasi sains yaitu : konten Indonesia memiliki daya saing yang rendah,
sains, proses sains, dan konteks sains. yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari
Survei yang dilakukan di tahun 2003, dari 57 negara yang disurvei di dunia. Jadi
49 negara yang disurvei, kemampuan Indonesia hanya berpredikat sebagai
mayoritas siswa Indonesia di mata pelajaran follower bukan sebagai pemimpin teknologi
matematika berada pada urutan ke-43, dan dari 53 negara di dunia. Kualitas
dilihat dari literasi sains, berada pada pendidikan Indonesia berada pada peringkat
peringkat ke-49. Hasil PISA 2009, dari 65 16 di tingkat Asia dan berada di urutan 160
negara peserta, peringkat Indonesia untuk untuk tingkat dunia. Ironisnya, kedudukan
membaca 57, matematika 61 dan sains 60. itu berada di bawah negara Vietnam yang
b. TIMSS (Trend International Mathematics sering mengalami kekacauan politik dan
Science Study), peperangan itu.

TIMSS diselenggarakan empat tahun sekali, Kualitas pendidikan Indonesia yang


sejak tahun 1995. Indonesia masuk sebagai rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang
negara partisipasi sains TIMSS tahun (dalam Hamid, 2010) bahwa tahun 2003 dari
1999. Posisi Indonesia tahun 1999 berada 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan
pada peringkat 34 dari 38 negara, tahun sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia
2003 berada pada peringkat 35 dari 46 dalam kategori The Primary Years Program
negara, dan tahun 2007 berada pada (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata
peringkat 36 dari 49 negara. juga hanya delapan sekolah yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Middle
c. HDI (Human Development Index). Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA
HDI adalah pengukuran perbandingan dari ternyata hanya tujuh sekolah saja yang
harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
standar hidup untuk semua negara seluruh Diploma Program .
dunia yang dilakukan oleh UNDP. Jika Bagaimana dengan Perguruan Tinggi di
dibandingkan dari tahun 1980 hingga 2011 Indonesia. Sebanyak 100 universitas terbaik di
index Indonesia selalu meningkat. Namun seluruh wilayah Asia Tenggara didata oleh
nilai HDI Indonesia selalu diawah rata Webometrics. Webometrics melakukan
negara kawasan Asia Tenggara dan Fasifik penilaian peringkat diukur dalam empat
maupun negara di dunia. Di antara 174 indikator, yaitu size (jumlah halaman publikasi
negara di dunia, Indonesia menempati elektronik yang terdapat dalam domain
urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 perguruan tinggi), visibility (jumlah halaman
(1998), dan ke-109 (1999). Tahun 2003, lain yang mencantumkan alamat domain
Indonesia pada urutan ke-112 dari 175 perguruan tinggi yang dinilai), rich files
negara, tahun 2007 berada pada peringkat (relevansi sumber elektronik dengan kegiatan
ke-111 dari 182 negara, tahun 2010 akademik dan publikasi perguruan tinggi
urutan108 dari 169 negara, dan tahun 2011 tersebut), dan scholar (jumlah publikasi dan
peringkat 124 dari 187 negara. sitasi bermutu pada domain perguruan tinggi).
d. Political and Economic Risk Consultant Tahun 2011, sebanyak 29 perguruan tinggi di
(PERC), Indonesia telah masuk dalam 100 daftar itu.
Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil
menduduki peringkat ke-7, Univeritas Indonesia
77 | Jurnal Al-Talim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 74-86

(UI) yang menempati peringkat ke-8, kemudian kemampuan riset, karena riset di dalamnya
Univestitas Airlangga pada peringkat ke-22 dan mencakup kemampuan pemecahan masalah
disusul Universitas Diponegoro pada peringkat (problem solving).
ke-23. Tahun 2012, di Indonesia UGM Kemampuan riset yang dimiliki oleh
peringkat pertama, tingkat Asia Tenggara siswa akan sangat berpengaruh pada upaya
peringkat 8, tingkat Asia peringkat 30 untuk dan melahirkan penemuan-penemuan baru yang
tingkat dunia peringkat 249. ITB di Indonesai datang dari dunia pendidikan.Siswa-siswa
peringkat 2, Asia Tenggara peringkat 9, Asia Indonesia baru mampu mengingat pengetahuan
peringkat 33, dan untuk dunia peringkat 277. IU ilmiah berdasarkan fakta sederhana. Mungkin
di Indonesai peringkat 3, Asia Tenggara guru-guru Indonesia masih belum bisa
peringkat 10, Asia peringkat 53, dan untuk menerapkan metode problem solving dan
dunia peringkat 365. keahlian menganalisis terhadap suatu pelajaran
Jumlah penelitian dan publikasi ilmiah pada siswa serta budaya membaca dan menulis
menentukan peringkat suatu universitas. Fasli yang masih kurang ditanamkan pada siswa.
Jalal dalam Antaranews (2008) mengemukakan Aspek ketiga dari tantangan pendidikan
Penelitian yang dilakukan dosen yang mengajar sains di Indonesai adalah isu global pendidikan.
di perguruan tinggi negeri dan swasta masih Menurut Sukro Muhab (dalam La Tansa, 2010),
rendah. Jumlah dosen yang tercatat meneliti isu global pendidikan ini terkait dengan
belum mencapai 10 persen dari sekitar 150.000 penerapan metode pembelajaran (dapat juga
dosen tetap di perguruan tinggi negeri dan dikatakan sistem pendidikan) yang secara global
swasta di seluruh Indonesia. Baru sekitar 12.000 saat ini diadopsi oleh negara-negara maju atau
dosen yang terdata melakukan penelitian. negara-negara yang peringkat HDI-nya masih di
Akibatnya, penerbitan jurnal ilmiah kita juga atas Indonesia, namun penerapannya belum
rendah," Selanjutnya Fasli menyebutkan, sejauh terjadi di Indonesia. Seperti di Malaysia, sistem
ini kontribusi Indonesia baru 0,8 artikel per satu pendidikan di Malaysia saat ini memiliki sistem
juta penduduk. Angka tersebut jauh disbanding- pendidikan yang lebih terevaluasi dan mampu
kan dengan India yang berjumlah penduduk 1,1 menghantarkan pada tujuan pendidikan yang
miliar, kontribusinya mencapai 12 artikel per dicita-citakan. Sistem evaluasi pembelajaran di
satu juta penduduk. Menurut Fasli, dosen di Malaysia, Ujian (sejenis UN) di Malaysia tidak
perguruan tinggi swasta sangat minim terlibat menjadi syarat kelulusan, ujian hanya dijadikan
dalam penelitian. Selain itu, perguruan tinggi sebagai instrumen untuk membuat peringkatan
swasta juga umumnya hanya berorientasi saja, lain dengan di Indonesia, soal ujian yang
sebagai perguruan tinggi pengajaran atau dibuat tidak dalam bentuk pilihan ganda, tapi
teaching university, belum ke arah perguruan essay dan bersifat analitik-praktik, tidak
tinggi penelitian (research university). didominasi oleh hafalan dan pemahaman
Peringkat Indonesia dari berbagai konspetual saja. Penilaian kualitas sekolah akan
penilaian ini bisa mencerminkan bagaimana ditentukan oleh hasil ujian siswanya, jika siswa
sistem pendidikan Indonesia yang sedang suatu sekolah banyak yang mendapat nilai A
berjalan saat ini. Skill membaca, dari data (standar kelulusan yang baik sekali), maka
terlihat bahwa budaya baca kita begitu rendah. kualitas sekolah tersebut akan juga dinilai baik
Budaya baca terkait dengan kemauan 'memaksa sekali dan mendapatkan label sertifikasi
diri' untuk membeli buku dan kemauan tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah.
meluangkan waktu untuk membacanya. Sistem pendidikan yang terjadi di Malaysia
Kemampuan matematika sangat penting karena belum teraktualisasi dalam sistem pendidikan
kemampuan berhitung sangat menunjang Indonesia. Di Indonesia ujian (UN) adalah
disiplin ilmu manapun. Kemampuan matema- segalanya, persoalannya lain adalah validitas
tika juga akan berpengaruh terhadap logika dan dan reliabilitas soal UN yang diujikan secara
sistematika berpikir seseorang. Begitupun nasional, kurang lengkapnya fasilitas sekolah
literasi sains, kemampuan problem solving dan keberagaman metodologi pembelajaran
dalam sains, hal ini terkait juga dengan
Sari, Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains di Sekolah dan Perguruan Tinggi | 78

yang dilakukan oleh setiap guru di sekolahnya Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas
masing-masing di seluruh wilayah Indonesia. tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya
Isu global pendidikan juga terkait dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
wacana integrasi ilmu pengetahuan. Tahun Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered,
2020, diprediksi akan terjadi upaya integrasi guru hanya menyampaikan sains sebagai produk
ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu agama, dan peserta didik menghafal informasi faktual.
SAINS (sains), matematika, IPS, sastra dan Peserta didik hanya mempelajari sains pada
disiplin ilmu lainnya tidak akan lagi berdiri domain kognitif yang terendah. Peserta didik
sendiri, terpisah secara sporadis, namun akan tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi
akan menjadi suatu kesatuan ilmu yang berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan
melahirkan produk ilmu pengetahuan yang bahwa banyak peserta didik yang cenderung
merupakan hasil integrasi dari berbagai disiplin menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara
ilmu. Jika prediksi itu terjadi pada tahun 2020, berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan
maka proses integrasi itu secara tidak disadari belajar belum menyentuh domain afektif dan
sebenarnya telah terjadi dan sedang diupayakan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan
oleh para pakar pendidikan di belahan bumi oleh para guru adalah keterbatasan waktu,
sana. Untuk itu Indonesia telah menyusun sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta
KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional didik per kelas yang terlalu banyak. Yang
Indonesia) yang berlaku tahun 2012, sehingga terjadi selama ini adalah pembelajaran sains
lulusan kita bisa setara dengan lulusan dari luar tanpa memperhatikan bagaimana hakekat
negeri. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran sains yang seharusnya.
pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta Rivai dan Murni (2009) menetapkan 9
didik untuk melek saintek, mampu berpikir logis, (sembilan) butir kekeliruan pendidikan Nasio-
kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara nal: (1) Pengelolaan pendidikan pada masa
benar. lampau yang berlebihan pada aspek kognitif,
Namun bagaimana dengan kualitas SDM mengabaikan dimensi lainnya sehingga meng-
guru di Indonesia? Apakah para guru telah hasilkan generasi split personality (kepribadian
memiliki wawasan yang utuh dan terintegrasi yang pecah, IQ tinggi, EQ rendah), (2) Pendidi-
untuk melaksanakan kebijakan ini? Jika tidak kan terlalu sentralistik sehingga melahirkan
disiapkan dengan baik disertai dengan kesiapan generasi yang hanya memandang Jakarta
infrastruktur dan sarana lainnya maka output sebagai satu-satunya tumpuan harapan tanpa
pendidikan, dan produk serta perkembangan mampu melihat peluang dan potensi besar di
ilmu pengetahuan kita relatif sulit diterima dan daerah masing-masing, (3) Gagal melahirkan
mampu bersaing dalam konstelasi kehidupan SDM yang siap berkompetisi di dunia global, (4)
global yang kompetitif. Kenyataan lain dalam Pendidikan gagal meletakkan sendi-sendi dasar
pendidikan sains adalah banyak peserta didik pembangunan masyarakat yang berdi-siplin, (5)
yang kurang menyukai bidang kajian sains. Pengelolaan pendidikan menga-baikan
Sains dianggap dianggap sebagai mata pelajaran demokratisasi dan HAM. Contoh zaman orba di
yang sukar, bisa karena keterbatasan kemam- diknas 1 guru: 14 siswa, di Depag (madrasah) 1
puan peserta didik, atau karena mereka tak guru: 2000 siswa, (6) Pember-dayaan
berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. masyarakat dalam pengembangan pendidikan
Banyak faktor yang menyebabkan terjadi- dan SDM dikalahkan oleh uniform-mitas yang
nya kondisi tersebut. Di antaranya; kecende- sangat sentralistik. Kreativitas masyarakat
rungan pembelajaran sains pada masa kini dalam pengembangan pendidikan menjadi tidak
adalah peserta didik hanya mempelajari sains tumbuh, (7) Sentralistik pendidikan
sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan mengakibatkan tumpulnya gagasan-gagasan
hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembela- otonomi daerah, (8) Pendidikan nasional kurang
jaran yang beriorientasi pada tes/ujian. menghargai kemajemukan budaya bertentangan
Akibatnya sains sebagai proses, sikap, dan dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, dan (9)
aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Muatan indoktrinasi nasionalisme dan
79 | Jurnal Al-Talim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 74-86

patriotisme yg dipaksakan melalui PPKN/PMP tantangan. Permasalahan guru saat ini berasal
terlalu kering sehingga justru kontraproduktif. dari input guru yang masuk LPTK. Kenyataan
yang terlihat saat ini adalah calon guru berasal
dari generasi muda kelas bawah (karena gaji
guru rendah) dengan kemampuan yang rendah
pula. Jadi, walaupun ikut berbagai pelatihan
hasilnya tidak maksimal karena kemampuan
dasarnya yang lemah.
PERMASALAHAN DALAM PEMBE- Pemasalan guru menurut Lufri (2011)
LAJARAN SAINS DI INDONESIA berkaitan dengan: strategi pembelajaran guru
Pembelajaran sains dalam Kurikulum kurang tepat, kurang bervariasi (kurang profe-
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sional); gaya mengajar guru kurang menye-
pengajaran yang mengajarkan siswa bagaimana nangkan peserta didik; afeksi guru belum bisa
belajar, bagaimana mengingat, bagaimana diteladani; penerapan tugas guru (sebagai
berfikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka. pendidik, pengajar dan pelatih) belum berjalan
Pengajaran sains merupakan proses aktif yang optimal; kecakapan guru menentukan dan
berlandaskan konsep konstruktivisme yang menyajikan materi esensial relatif kurang; tugas
berarti bahwa sifat pengajaran sains adalah yang terlalu padat bagi anak didik;
pengajaran yang berpusat pada siswa (student mengandalkan LKS yang dijual penerbit
centered instruction). Oleh karena itu tertentu (yang seharusnya dibuat guru); kurang
diperlukan guru-guru sains yang kompeten, menerapkan disiplin bagi anak; sains disajikan
yang profesional dibidangnya. Dukungan secara teoritis, belum menggunakan labora-
pemerintah dan pimpinan lembaga dalam torium secara optimal. Ini artinya guru mengajar
pengadaan sarana prasarana terutama pengadaan masih belum profesional, belum bisa menerap-
laboratorium sains beserta peralatannya, supaya kan empat kompetensi yang sudah ditetapkan
pembelajaran sains sesuai dengan hakekat yang pemerintah.
seharusnya.
Jika melihat laporan Unesco tahun 2008, Permasalahan guru menurut Rivai dan
masalah dalam pendidikan sains di Indonesia Murni (2009), berasal dari input guru yang
kalau dikelompokkan berkaitan dengan: masuk LPTK. Kenyataan yang terlihat saat ini
kebijakan pemerintah dan pimpinan lembaga adalah calon guru berasal dari generasi muda
pendidikan, kualitas dari guru sains, dan faktor kelas bawah (karena gaji guru rendah) dengan
siswa beserta latar belakang keluarganya. Lufri kemampuan yang rendah pula. Jadi, walaupun
(2011) menyatakan ada tujuh permasalahan ikut berbagai pelatihan hasilnya tidak maksimal
pembelajaran sains di Indonesia. Tujuh perma- karena kemampuan dasarnya yang lemah. Guru
salah tersebut berkaitan dengan: guru, kuriku- yang bermutu adalah : sejak awal tidak perlu
lum, peserta didik, manajerial, orang tua/ ditara atau ikut berbagai pelatihan karena dari
keluarga, pemerintah (pusat dan daerah), lingku- awal sudah mampu memahami dan
ngan luar/ masyarakat, dan sanpra. menerjemahkan pesan-pesan kurikulum dengan
cerdas; mampu mencari, menemukan, dan
Sedangkan Rivai dan Murni (2009)
mengembangkan bahan ajar dan media pem-
mengemukakan ada sebelas permasalahan yang
belajaran yang bermutu; mampu mengem-
berkaitan dengan pendidikan nasional, yaitu;
bangkan tes dan sistem pengujian yang tepat;
problematika pendidikan Indonesia, pergeseran
dan terus mengembangkan wawasan untuk
paradigma pendidikan, paradigma pengem-
menunjang profesinya
bangan sekolah unggulan, masa lalu pendidikan
Berkaitan dengan hal ini, Syamsuri (2010)
nasional, mengikuti perkembangan teknologi,
mengemukakan tidak semua guru yang ada di
mutu guru, kondisi pendidikan Indonesia, UU
sekolah saat ini dihasilkan oleh LPTK
guru sebagai solusi, filosofi dasar pendidikan,
berkualitas. Padahal populasi guru yang belum
manajemen pendidikan, problematika, dan
Sari, Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains di Sekolah dan Perguruan Tinggi | 80

profesional ini lebih besar dibandingkan dengan Hal ini disebabkan karena beberapa alasan yang
guru profesional alumni LPTK berkualitas. sering dikemukakan para guru sebagai berikut:
LPTK yang kurang berkualitas itu (tidak (a) Latar belakang siswa (intake rendah, dari
mumpuni untuk menghasilkan guru profesional) keluarga menengah ke bawah, dari desa/daerah
begitu mudahnya merekrut mahasiswa baru terpencil) yang sulit untuk diajak aktif dan
(yang gagal memasuki LPTK bermutu) walau kreatif; (b) Guru tidak memiliki waktu cukup
dosen, sarana, prasarana, dan profesionalitasnya untuk menerapkan metode, pendekatan dan
tidak dimiliki. Ada Perguruan Tinggi yang model-model pembelajaran yang disarankan.
menerima 12 kelas (12 kelas dalam satu jurusan Jika diterapkan, waktunya lama sehingga guru
dalam bidang MSAINS) walau hanya memiliki tidak dapat menyelesaikan penyampaian materi
beberapa dosen dan mempercayakan kuliahnya pembelajaran yang cukup banyak kepada siswa;
dibina oleh mahasiswa senior. Pada waktu (c) Jika menghadapi UN, guru cenderung
kegiatan kuliah para mahasiswa sepi namun mengadakan drill dan latihan soal-soal ujian,
terasa ramai dan semarak ketika wisuda karena itu target yang ditetapkan oleh pimpinan,
berlangsung. Kapan mereka kuliah? Di mana sehingga pembelajaran sains yang seharusnya
mereka praktek? Apakah mereka siap menjadi diabaikan; (d) Media dan laboratorium tidak
guru profesional? mencukupi/tidak ada; dan (e) Jam mengajar
guru terlalu banyak karena tuntutan 24 jam pada
Syamsuri (2010) juga mengemukakan program sertifikasi, sehingga tidak punya cukup
hasil survey di kota Malang di kota Malang dari waktu untuk mempersiapkan pembelajarannya.
FebruariMaret 2010, diperoleh beberapa temu- Sedangkan Yulaelawati (2000) menyata-
an, yaitu: secara umum dapat disimpulkan kan problem dan isu dalam pendidikan sains
bahwa proses sosialisasi KTSP dari tingkat adalah: Guru sains kurang kompeten, belum
pusat, provinsi, ke kota dan sekolah berlangsung bisa memperlihatkan proses sains dalam
baik. Setiap tim pengembang mulai dari pusat pembelajaran di kelas (terutama SD). Masalah
hingga ke kota melakukan DIKLAT secara umum lainnya adalah: Pre-sevice
penyusunan KTSP. Secara normatif dan training of teachers & In-service training
administratif segalanya berjalan baik, namun menggunakan top-down model sehingga tidak
dalam prakteknya dilapangan kendala sesuai dengan yang dibutuhkan guru yang
pembelajaran sains bersumber dari guru. kemampuan dan latar belakang yang beragam.
Umumnya para guru masih belum bisa Asesmen yang dilakukan guru masih fokus pada
menyususn perangkat pembelajaran dengan baik. penilaian hasil belajar, masih kurang pada
Belum bisa melaksanakan apa yang ditulis penilaian proses.Masih mengutamakan aspek
dalam RPP dengan apa yang dilakukan di kelas. kognitif, afektif dan psikomotor sangat kurang.
Pengelolaan kelas dilakukan secara konvensio- Asesmen alternatif masih belum terlaksana.
nal sehingga tidak memungkinkan terjadinya Rendahnya kinerja guru disebabkan karena
interaksi antar siswa. Dalam melakukan faktor Laboratorium belum memadai, ada
evaluasi/ assesmen, umumnya guru menggu- laboratorium dengan peralatan mahal tetapi
nakan tes secara tertulis, sehingga tes hanya belum dimanfaatkan secara optimal karena
berorientasi ke ranah kognitif, hanya beberapa keterbatasan kemampuan guru mengoperasikan
guru yang menggunakan rubrik untuk assesmen. alat; dan karena kurikulum lebih mengutamakan
Ini berarti bahwa pemahaman guru tentang sain secara teoretis.
asesmen hanya pada ranah kognitif, tidak Kualitas guru mempengaruhi bagaiman
sampai pada ranah afektif dan psikomotor siswa belajar di kelas. Permasalahan yang pada
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu aspek siswa ini berkaitan dengan minat baca
guru, pemerintah melakukan inservis training relatif rendah. Motivasi belajar relatif rendah.
dengan menyelenggarakan penataran, pelatihan, Daya nalar relatif rendah. Kemandirian belajar
workshop dalam beberapa minggu sehingga kurang.Tidak punya strategi belajar yang jitu.
guru meninggalkan kelasnya, namun setelah Tidak pandai memanfaatkan waktu belajar
kembali ke sekolah para guru tidak menerapkan secara efektif. Belum pandai menanfaatkan
ilmunya untuk mengefektifkan pembelajaran.
81 | Jurnal Al-Talim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 74-86

sumber belajar secara optimal. Aktivitas terhadap guru jika mereka tidak kompeten?
bertanya relatif rendah. Tidak percaya diri Apakah supervisi dilakukan oleh para
belajar disekolah bila tidak mengikuti les di luar Pengawas?. Pengamatan di lapangan menunjuk-
sekolah. Kurangnya minat untuk belajar sains, kan bahwa para Pengawas juga tidak melakukan
karena peluang lapangan kerja yang sedikit pengawasan sesuai dengan TUPOKSInya.
(Lufri, 2011). Mengapa hal ini terjadi? Jawabannya karena
perekrutan KS (juga Pengawas, DIKNAS
Selanjutnya Lufri (2009) menyatakan kabupaten/kota) tidak dilakukan berdasarkan
permasalahan pembelajaran sains juga datang keprofesionalan mereka sesuai dengan keten-
dari kurikulum. Aspek kurikulum berkaitan tuan, melainkan berdasar faktor-faktor lain,
dengan: isi kurikulum yang terlalu padat dan misalnya faktor politik. Sejak diberlakukannya
luas, menuntut guru mengejar target kurikulum; otonomi daerah, pengangkatan KS (juga
pelaksanaan kurikulum cenderung berorientasi DIKNAS kabupaten/kota) ditentukan oleh
pada kognitif, dan cenderung kognitif tingkat Bupati atau Walikota. Pengawas yang diangkat
rendah; karena padatnya kurikulum, guru tidak oleh DIKNAS biasanya terdiri dari guru yang
dapat menerapkan berbagai model pembe- sudah hampir pensiun, bukan atas dasar
lajaran. Evaluasi cenderung didominasi oleh kemampuannya dalam melakukan supervisi
ranah kognitif; Kesesuaian materi kurikulum pembelajaran. Dalam kondisi demikian, para
dengan kemampuan anak. Sinkronisasi antara guru melakukan pembelajaran di kelas tanpa
kurikulum proses pembelajaran dengan evaluasi adanya supervisi yang memadai. Para KS tidak
danUN. Perubahan kurikulum tidak berdasarkan pernah menjenguk proses pembelajaran di kelas
evaluasi penerapam kurikulum yang sebelum- (di Kabupaten Pasuruan hanya 5 KS dari 125
nya. KS yang pernah mengunjungi guru mengajar di
kelas, Pengawas tidak tahu apa yang harus
Selain kurikulum, faktor lain yang
dilakukan terhadap problem guru di kelas.
mempengaruhi pembelajaran sains yang
dilaksanakan guru di kelas adalah faktor Pemerintah juga memberikan sumba-
manajerial. Aspek manajerial berkaitan dengan : ngan dalam masalah pendidikan sains ini. Hal
kurangnya perhatian pimpinan terhadap sarana ini terlihat dari: kurang optimalnya perhatian
dan prasarana sains (laboratorium dan media); pemerintah dalam pengadaan sarana dan
Sulitnya guru meminta pengadaan alat dan fasilitas laboratorium, kurang optimalnya
bahan laboratorium; pelatihan guru belum perhatian pemerintah dalam pengadaan
merata; kebijakan sekolah dipengaruhi oleh perpustakaan, adanya intervensi pemerintah
kepentingan birokrasi; tidak ada reward bagi yang lebih jauh terhadap kebijakan pendidikan
guru yang berprestasi dan punishment bagi guru (sebagai dampak otonomi daerah dalam
yang kinerjanya jelek; tidak ada tagihan pendidikan), misalnya; pengangkatan kepala
terhadap pada guru yang sudah mengikuti sekolah; mengupayakan rangking pendidikan
pelatihan untuk mensosialisasikan dan dengan cara yang tidak cocok dengan hakekat
mengimplementasikan apa yang diperoleh pendidikan. Kurang optimalnya perhatian
selama pelatihan (Lufri, 2011). pemerintah kepada kegiatan penelitian, terutama
kegiatan sains murni dibanding sains terapan
Syamsuri (2010) juga menyatakan
karena lebih bernilai ekonomi (jangka pendek)
Faktor Kepala Sekolah (KS) (juga Pengawas)
kondisi ini terlihat dari kurangnya pendanaan
memiliki hubungan komando yang tegas dalam
untuk kegiatan sains murni dan kurangnya kerja
menentukan bentuk kegiatan guru di kelas.
sama pemerintah dengan perusahaan-perusa-
Hasil uji kompetensi yang dilakukan oleh Dirjen
haan besar pengguna hasil penelitian sains
PMPTK menunjukkan bahwa 70% dari 250.000
murni (Lufri, 2011).
KS tidak kompeten, terutama di bidang
manajerial dan supervisi, sebagai kompetensi Rendahnya perhatian pemerintah juga
yang paling menentukan kualitas pendidikan. dapat dilihat dari keberadaan Laboratorium dan
Bagaimana KS dapat melakukan supervisi
Sari, Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains di Sekolah dan Perguruan Tinggi | 82

perpustakaan sekolah. Laboratorium ada tetapi tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12%
terbatas, peralatan dan bahan tidak lengkap, berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% menga-
sementara di dalam perpustakaan yang ada lami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237
hanyalah buku yang digunakan guru dalam atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau
proses pembelajaran. Tidak ada pilihan buku kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya
yang ditawarkan kepada siswa yang dapat lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk
digunakan sebagai sumber belajar. Kebijakan daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga
Pemerintah tentang pengadaan buku cenderung terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK
mengarahkan sekolah untuk memiliki buku meskipun dengan persentase yang tidak sama.
seragam, tanpa variasi yang memadai. Banyak
buku teks sains saat ini memberikan penekanan Faktor kebijakan pemerintah yang cukup
berlebihan pada fakta ilmiah dan formula mengganggu proses pembelajaran adalah Ujian
matematis. Hubungan konsep-konsep sains Nasional (UN). Menjelang UN, semua perhatian
dengan pengalaman atau fenomena alam sehari- sekolah tertuju pada persiapan menghadapi UN.
hari, banyak tidak dijelaskan. Para guru yang biasanya aktif di MGMP
menjadi tidak aktif. Mereka sibuk mengadakan
Adisendjaja (2010) melakukan peneli- dril dan latihan menyelesaikan soal untuk para
tian terhadap buku ajar Biologi kelas X. siswanya. Tindakan guru sebelum UN, melaku-
Penyusunan materi pendidikan sains sebagai kan dril dan latihan penyelesaian soal. Dril dan
bahan ajar hendaknya merupakan akumulasi latihan soal bukanlah upaya pembela-jaran
dari pengetahuan sains, penyelidikan hakikat siswa dan tidak mendidik pendidikan. Siswa
sains, sains sebagai cara berpikir, dan interaksi hanya disuruh menghafal fakta-fakta dalam ilmu
sains, teknologi dan masyarakat. Hasil melalui dril, padahal kemampuan seseorang
penelitian menunjukkan bahwa tema literasi menghafal ada batasnya. Menghafal tidak dapat
sains yang paling banyak muncul pada buku ajar bertahan lama.
yang dianalisis adalah Pengetahuan sains yakni
sebesar 82%, Penyelidikan hakikat sains sebesar Soal-soal dalam UN yang hanya berupa
2%, Sains sebagai cara berpikir sebesar 8% dan soal kognitif tidak banyak mengungkap apa saja
Interaksi sains, teknologi dan masyarakat yang dilakukan siswa ketika belajar di
sebesar 8%. Dengan demikian dapat disimpul- laboratorium dan menggunakan media. Di
kan bahwa buku ajar Biologi yang dianalisis kelas para guru melatih siswa melakukan
lebih menekankan pada pengetahuan sains, pengamatan, menganalisis, merumuskan
yakni menyajikan fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, melakukan eksperimen, tetapi soal-
hipotesis, teori, model dan pertanyaan- soal UN tidak pernah mempermasalahkannya.
pertanyaan yang meminta siswa untuk Akibatnya para guru enggan untuk melatih
mengingat pengetahuan atau informasi. siswa berkegiatan karena soal UN tidak pernah
beranjak dari hafalan di buku? Akhirnya guru
Untuk sarana fisik, banyak sekali kembali ke pola lama: berceramah, menyajikan
sekolah dan perguruan tinggi kita yang semua materi yang banyak agar target tercapai
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan dan melakukan drill untuk para siswanya.
media belajar rendah, buku perpustakaan tidak
lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, Orang tua juga memberikan andil dalam
pemakaian teknologi informasi tidak memadai pendidikan sains. Kurang bimbingan belajar,
dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah karena kesibukan atau pendidikan orangtua
yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak yang tidak mendukung.Kurang menyediakan
memiliki perpustakaan, tidak memiliki laborato- fasilitas belajar, seperti ruang belajar dan buku-
rium dan sebagainya. Data Balitbang Depdiknas buku (salah satunya karena tidak ada biaya).
(dalam Hamid, 2010) menyebutkan untuk Kurang bisa membimbing anak mengerjakan PR
satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang di rumah. Kurangnya orang tua memantau
menampung 25.918.898 siswa serta memiliki kegiatan anak di luar sekolah, karena kesibukan.
865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas Kurangnya disiplin orangtua terhadap anak.
83 | Jurnal Al-Talim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 74-86

Kuatnya pengaruh televisi, game online, catting 1. Memperbaiki mutu calon guru dan mutu
di internet dan media lainnya (komik, novel, dll). LPTK.
Menganggap kalau anak sudah sekolah berarti Rivai dan Murni (2009) menyatakan
segala hal pada anaknya menjadi tanggung permasalahan guru saat ini berasal dari
jawab sekolah, segala kesalahan anak input guru yang masuk LPTK. Tindakan
ditimpakan ke sekolah, misalnya tawuran dll yang perlu dilakukan supaya guru bermutu
(padahal waktu anak lebih banyak dengan adalah : gaji guru ditinggikan, jabatan guru
orangtuanya) (Lufri, 2011). dievaluasi secara periodik, karir guru jelas,
seleksi calon guru harus ketat, dan hanya
Ahli psikologi dan ahli pendidikan LPTK bermutu yang boleh
menyatakan sikap dan cara orang tua mendidik menyelenggarakan pendidikan guru. Sapa'at
anak dirumah mempengaruhi perilaku anak (2012) menyatakan, jika calon guru yang
disekolah. Jika pendidikan di rumah tepat dan masuk sudah punya komitmen yang tinggi
benar, umumnya anak akan bersikap & terhadap profesinya, gaji kecil atau
berperilaku normal disekolah, dapat bergaul keterbatasan alat tidak menjadi kendala
yang baik dengan temannya kehadirannya dalam mendidik siswanya. Seperti yang
disekolah tidak menjengkelkan. Menurut terjadi di SDN 8 Langkahan (Aceh Utara),
Kenner (dalam Rivai & Murni, 2009) cara seorang guru honorer di daerah terpencil,
mendidik yang tidak edukatif dapat jarang mengikuti training guru, buku
menimbulkan dampak negatif, yang terlihat dari referensi hampir jarang ditemukan, dan
pergaulan anak di sekolah. Jadi jika tidak ingin sedikitnya supervisi dari kepala sekolah.
anak anda mengalami kesulitan dan hambatan Namun guru ini berhasil membuat media
disekolahnya, maka berikanlah mereka yang bisa membantu siswa memahami
pendidikan yang tepat dirumah konsep gaya, dari bahan yang sangat
sederhana. Jadi kreativitas tidak ditentukan
Masyarakat juga berpengaruh dalam
oleh fasilitas, tapi oleh komitmen atau
pendidikan sains. Kondisi yang terjadi
ikhtiar dari guru itu sendiri untuk menjadi
lingkungan kurang mendukung untuk
guru yang baik merubah paradigma
terciptanya suasana belajar yang nyaman,
pendidik
pengaruh TV terhadap anak didik, pengaruh
2. Tuntutan era globalisasi yang harus dijawab
teknologi informasi (internet & HP), kurang
berdayanya masyarakat untuk menciptakan oleh dunia pendidikan adalah Kompetisi
Global. Sukro Muhab (dalam La Tansa,
suasana belajar yang kondusif atau kegiatan
2010) menyampaikan beberapa tuntutan
yang dilakukan masyarakat yang kurang
dunia global yang harus dijawab oleh dunia
menguntungkan bagi peserta didik, misalnya
pendidikan. Paradigma yang secara teoritik
sampah dekat sekolah, pedangan makanan kaki
dan praktik sudah dilakukan di sekolah-
lima. Pendidikan agama peserta didik untuk
sekolah yang dinilai mampu menjawab
tingkat SMP dan SMA tidak memadai (kalau
tantangan global. Paradigma tersebut dapat
sudah SMA dianggap mengajai tidak perlu lagi)
sebagai berikut:
(Lufri, 2011).
a. Sistem pendidikan yang saat ini lebih
USAHA-USAHA PENINGKATAN PENDI- memprioritaskan kemampuan kognitif
DIKAN SAINS DI INDONESIA hafalan, sepatutnya diarahkan pengua-
Proses menuju peningkatan saan pengetahuan dan kompetensi
pembelajaran melalui perbaikan mutu guru bidang studi.
bukanlah kerja perseorangan, melainkan b. Sistem pendidikan yang saat ini lebih
membutuhkankerja kolektif semua pihak mengarahkan keterampilan mekanistik,
termasuk daripara pemangku kepentingan untuk sepatutnya diarahkan ke arah pembe-
terus berupayabersama-sama meningkatkan kalan life skill, pola pikir kreatif dan
kualitas pendidikan diIndonesia.Usaha-usaha inovatif
yang bisa dilakukan antara lain:
Sari, Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains di Sekolah dan Perguruan Tinggi | 84

c. Sistem pendidikan yang saat ini kurang tinggi, sains diperlukanaannya jauh
memperhatikan nilai, sepatutnya di- sebelumnya; dan penguasaan sains
arahkan ke arah pembentukan sikap memerlukan waktu kesiapan yang lama.
mulia terhadap diri sendiri, orang lain, Oleh karenanya perlu adanya upaya untuk
lingkungan, bermoral dan beretos kerja. mengadakan reorientasi terhadap berbagai
d. Sistem pendidikan yang saat ini kurang prioritas pembangunan. Langkah-langkah
memperhatikan metode pembelajaran yang perlu diambil oleh Pemerintah antara
interaktif, sepatutnya diarahkan bagai- lain;
mana membentuk hubungan yang
interaktif, dialogis dan terbuka dalam a. meningkatkan dana penelitian untuk
proses belajar . ilmu-ilmu dasar dan terapan, melalui
3. Melakukan dampingan/pelatihan terhadap departemen keuangan, BAPPENAS-
guru. Cara yang bisa dilakukan yaitu: Kemendiknas bagi para peneliti
a. Lesson Study; Guru berkolaborasi universitas, dosen dan lembaga non
dengan guru, dibimbing oleh dosen departemen. Sekarang mulai
pendamping bagaimana menyusun RPP, diakomodasi dengan anggaran
LKS yang efektif dan membelajarkan pendidikan 20% dari dana APDN/
siswa. Guru membelajarkan siswa APBD.
berpedoman kepada RPP yang telah b. Mengirimkan sarjana-sarjana pilihan
disusun bersama. Observer tidak
dalam bidang-bidang yang relevan untuk
mengamati guru, melainkan mengamati mengikuti pendidikan doktor di luar
siswa. Apakah siswa benar-benar
negeri dan setelah lulus membiarkan
belajar. Semua observer mereka magang pada tokoh ilmuwan
mengungkapkan temuannya dan jalan
kenamaan di cabang-cabang ilmu yang
keluar yang disarankan akan bersangkutan, sehingga mereka matang
dipergunakan untuk merevisi RPP.
dan dapat berdiri sendiri sebelum
RPP hasil revisi dapat diterapkan untuk kembali ke tanah air. Di samping itu kita
proses pembelajaran di kelas lain.
harus memprsiapkan fasilitas riset di
Demikian seterusnya. (Syamsuri, 2010), calon tempat tugas mereka masing-
b. Decentralized Basic Education Three
masing di dalam negeri, dengan mengisi
(DBE3); Proyek DBE3 dengan perpustakaan dengan buku serta majalah
program 'Better Teaching and
sains dan matematika yang terbaru.
Learning' (BTL). Program tersebut
menggunakan pendekatan 'whole c. Laboratorium tempat mereka bekerja
school' di mana guru semua mata harus dilengkapi dengan peralatan yang
pelajaran pokok, serta kepala sekolah memadai, dan imbalan yang dapat
dilibatkan bersama untuk mencapai visi bersaing. Ini harus diberikan kepada
dan tujuan yang sama. Program BTL mereka baik sebagai tenaga edukatif
menggunakan berbagai pendakatan maupun sebagai peneliti. Dan mereka
pelatihan, termasuk studi banding, juga harus diberi kesempatan secara
pelatihan lokakarya yang praktis, dan periodic untuk berkunjung ke luar negeri
praktik mengajar didampingi fasilitator agar mereka dapat mengikuti pertemuah
daerah langsung di sekolah. ilmiah atau kursus penyegaran, pena-
4. Reorientasi terhadap berbagai prioritas taran atau peningkatan, dan
pembangunan berpartisipasi dalam kegiatan riset untuk
menghindarkan mereka dari keterkucilan
Menurut Baiquni (1997) kebutuhan bangsa dari sains internasional; sebab isolasi
kita akan sains masih jauh; karena industry
dari bidang keahliannya bagi seorang
yang berkembang masih itu-itu saja ilmuwan akan menimbulkan stagnasi,
jenisnya. Jika industry yang ingin
dikembangkan adalah industry teknologi
85 | Jurnal Al-Talim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 74-86

dan stagnasi di dalam sains berarti dalam keberhasilan proses pendidikan. Ketiga,
kematian intelektual. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara
lain pembenahan mutu pendidikan melalui
d. Memperbaiki manajemen kegiatan sains. perbaikan input calon guru dan LPTK. Semua
pertama-tama harus menciptakan itu harus ditunjang oleh kebijakan pimpinan dan
kegiatan sains untuk pengembangan pemerintah yang mendorong terlaksananya
sains; seperti: peningkatan jumlah kegiatan sains.
ilmuwan tiap bidang sains sehingga me-
lampaui masa kritis yang diperlukan dan DAFTAR RUJUKAN
mendatangkan tokoh-tokoh ilmuwan Adisendjaja, Yusuf Hilmi. 2010. Analisis Buku
luar dalam rangka cuti sabatikal yang Ajar Biologi SMA kelas X di kota
dapat dipergunakan untuk meningkatkan Bandung berdasarkan Literasi Sains.
kemampuan universitas-universitas men- Online (http://yusuf-hilmi.blogspot.com.
cetak doktor dalam negeri, serta mening- di Akses 3 Maret 2012).
katkan kemampuan lembaga-lembaga Antaranews. 2008. Kurang dari 10 Persen,
riset untuk meraih temuan-temuan Dosen yang Melakukan Penelitian. Online
teknologi baru yang mengumpani (www.antaranews.com. Diakses 20
industri dalam negeri. peraturan-pera- Desember 2008).
turan birokrasi yang tidak tepat jangan Anonime. 2006. Review of Science Education
sampai dikenakan pada jalur sains Literature and Report; Executive
seperti pembatasan umur pada pejabat Sumary. Online
yang mengendalikan sains, mengenai (Http://www.dest.gov.au/.../publications
kenaikan pangkat para peneliti dan lain resources/science in australia
sebagainya. schools/executive sumary.htm. diakses
31 Oktober 2011).
5. Nelson Tamsu (dalam Rivai dan Murni, Baiquni, Achmad. 1997. Al Quran dan Ilmu
2009) menyatakan yang harus dilakukan Pengetahuan Kelaman. Jakarta: Dana
Indonesia bangsa Indonesai untuk mening- Bhakti Prima Yasa.
katkan mutu pendidikannya adalah harus Decentralized Basic Education Three (DBE3).
mampu memiliki PT bermutu terbaik (top 2011. Newsletters. Jakarta, Edisi BI
10 or top 5) di tingkat Asia. Dengan adanya Final. No 11 September 2011. Online (di
PT top 5 atau 10 di tingkat Asia, maka www.inovasipendidikan.net. Diakses 22
SDM terbaik Indonesia dapat berkarya di Januari 2012)
dalam negeri dan juga SDM terbaik luar Hamid, Huzaifah. 2010. Ciri-ciri dan masalah
negeri dapat ditarik untuk berkonstribusi pendidikan indonesia. Tersedia di
dalam meningkatkan mutu generasi muda Biologo Online, Blog Pendidikan
mendatang. Biologi. Online
(http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/.
SIMPULAN
Diakses 3 Maret 2012).
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik
Human Development Index (HDI). 2011.
beberapa kesimpulan pertama, adanya
Indonesia. HDI values and rank changes
permasalahan dalam pendidikan sains di
in the 2011Human Development Report.
Indonesia, yaitu : kesenjangan kemajuan saintek
Online (http://hdr.undp.org/en/. Diakses 1
dengan dunia pendidikan, prestasi pendidikan
Maret 2012).
kita tertinggal dan isu global pendidikan.
La Tansa. 2010. Visi pendidikan global. Online
Pembelajaran sains belum diajarkan sebagai-
(http://www.pesantren-latansa.sch.id/
mana mestinya. Kedua, Faktor utama terjadinya
index.php /opini. Diakses 3 Maret 2012).
kondisi tersebut adalah rendahnya mutu guru
Lufri. 2011. Problematik Pendidikan MIPA.
yang mengajarkan sains di sekolah. Faktor guru
(Bahan Kuliah S3, Problematik
ini bukan satu-satunya permasalahan dalam
Pendidikan MIPA. Prodi Ilmu
pendidikan sains, namun merupakan penentu
Sari, Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains di Sekolah dan Perguruan Tinggi | 86

Pendidikan, konsentrasi Pendidikan


MIPA. PPs UNP). Tidak dipublikasikan.
PISA. 2009. Ranking by Mean Score for
Reading, Mathematics and Science.
Online
(http://www.pisa.oecd.org/pages/0,3417,e
n_32252351_32235731_1_1_1_1_1,00.ht
ml
Diakses 1 Maret 2012).
Peringkat Webometrics Perguruan Tinggi Indonesia
2012 Online (http://lcwcu.um.ac.id/?cat=7 .
Di akses. 23 Maret 2012).
Political and Economic Risk Consultant (PERC),
2000. Online. Diakses 2010).
Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. 2009.
TeoriManagementAnalisisTeori
&Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Unesco. 2010. The Growing Role of Knowledge
Perkasa. in The Global Economy. By Hugo
Sapa'at, Asep. 2012. Mudahnya Jadi Guru Hollanders and Luc Soete. Online
Kreatif. Republika online.
(www.unesco.org. Di akses 29 Januari
(www.republika.co.id. Diakses 16
Januari 2012). 2012).
Syamsuri, Istamar. 2010. Peningkatan
Yulaelawati, Ella. 2000. Indonesia. (dalam
Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan
Minat Siswa Pada Bidang MIPA. Science Education For Contemporary
(makalah disampaikan dalam lokakarya Sociaty: Problems, Issues and Dilemas.
MIPAnet 2010, The Indonesian Final Report of The Internatinal
Network Of Higher Educations Of Workshop on The Reform in The
Mathematics And Nanutal Sciences, Teaching of Science and Technology at
tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor). Primary and Seconderary Level in Asia:
TIMSS. 2011. TIMSS and PIRLS in
Comparative References to Europe.
2011Development Completed Into the
Field!.TIMSS & PIRLS International Beijing, 27 31 March 2000. Edited by
Study Center, Lynch School of Education, Muriel Poisson.
Boston College. IEA International
Association for the Evaluation of
Educational Achievement. Online
(http://www.iea.nl. Diakses 1 Maret 2012).
Unesco. 2008. Science Education Policy-
Making. Eleven Emerging Issues. By
Peter. J.Fensham.Online (Error!
Hyperlink reference not valid.. Di akses
29 Januari 2012).

Anda mungkin juga menyukai