Anda di halaman 1dari 12

Khutbah Jumat: Berteman yang Baik, Cara Memperbaiki Kualitas Diri

Khutbah I

‫ َو َص َّلى ُهللا َو َس َّلَم َع َلى َح ِبْيِبنَا‬،‫ َو َبَّلَغُهْم ِبَبَر َك ِة َنِبِّيِه ُك َّل ُأْم ِنَّيٍة‬،‫ َاْلَحْم ُد ِهلل اَّلِذ ْي َأْو َصَل اْلُم ْقِبِلْيَن إَلْيِه ِبَفْض ِلِه ِإَلى اْلَم َر اِتِب اْلَع ِلَّيِة‬،‫َاْلَحْم ُد ِهلل‬
‫ َو َأْش َهُد‬،‫ َأْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِرْيَك َلُه‬. ‫ َو آِلِه َو َص ْح ِبِه َخْيِر اْلَبِرَّيِة‬،‫ُم حّمٍد اْلَع ْبِد الَّصاِلِح اْلَقاِئِم ِبَم ا اْسَتَطاَع ِم ْن َح ِّق الُّر ُبْو ِبَّيِة‬
‫ َأَّم ا َبْعَده‬.‫ َاَّلِذ ْي اَل َنِبَّي َبْع َد ْه‬،‫َأَّن َس ِّيَدَنا َو َم ْو اَل َنا ُمَحَّم دًا ﷺ َص اِح ُب اَأْلْخ اَل ِق الَّسِنَّيِة‬

‫ َو َم ا‬، ‫ ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح َم ِن الَّر ِحْي ِم‬، ‫ َقاَل ُهللا َت َع اَلى ِفْي ِك َت اِبِه اْلَك ِر ْي ِم‬. ‫ َفَقْد َفاَز اْلُم َّت ُقْو َن‬،‫ ُأْو ِص ْيِنِي َن ْف ِس ْي َو ِإَّياُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهللا‬،‫َفَي ا ِع َب اَد ِهللا‬
‫َأْر َس ْلَن اَك ِإاَّل َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِميَن‬

Ma’asyiral hadirin jamaah Jumah hafidhakumullah,

Pada hari Jumat yang mulia ini, di tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada pribadi kami
sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah
subhânahu wa ta’âlâ dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya.

Hadirin jamaah jumah hafidhakumullah,

‫َقاَل َب ْع ُض اْلُح َك َم اِء ِإَّن َهللا َق َس َم َب ْي َن ُك ُم اَأْلْخ اَل َق َك َم ا َق َس َم َب ْي َن ُك ُم اَاْلْر َز اَق‬

Artinya: “Sebagian ulama ahli hikmah berkata, ‘Sesungguhnya Allah membagi-bagi akhlak
kalian sebagaimana Ia membagikan rezeki kepada kalian’.”

Secara material, ada orang yang diberikan rezeki melimpah ruah, serba kecukupan; ada pula
yang sederhana, tak begitu banyak. Demikian pula akhlak. Ada orang yang diberi anugerah
oleh Allah mempunyai akhlak yang sangat bagus, menjadi orang yang shalih. Ada juga yang
akhlaknya lumayan bagus. Dan ada pula yang kurang punya adab.

Mari kita introspeksi diri kita masing-masing, kita termasuk golongan orang yang mana?
Sayyidina Umar ibn Khattab mengatakan:

‫َح اِس ُبْو ا َأْنُفَس ُك ْم َقْب َل َأْن ُتَح اَس ُبْو ا‬

Artinya: “Introspeksilah pribadi kalian masing-masing sebelum kalian dihisab pada hari kiamat
nanti.”

Hadirin,

Di sini Sayyidina Umar tidak mengatakan:

‫َح اِس ُبْو ا َغْي َر ُك ْم َقْب َل َأْن ُت َح اَس ُبْو ا‬

Artinya: “Hitung-hitunglah amal orang lain sebelum kalian dihisab.”

Maksudnya Sayyidina Umar supaya kita tidak suka mengoreksi pribadi orang lain. Namun kita
koreksi pribadi kita masing-masing. Ar-Rafi’i berkata:

‫ َك ُثَر ْت ُعُيْو ُبُه َو ُه َو َال َي ْد ِر ْي‬، ‫َم ْن َشَغ َلُه ِبُعُيْو ِب الَّن اِس‬

Artinya: “Barangsiapa sibuk mencari kekurangan orang lain, cacat pribadinya akan menumpuk
banyak sedangkan ia sendiri tidak mengetahui.”

Pepatah mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak terlihat.”
Menggambarkan bagaimana orang yang suka mencari kesalahan orang lain namun lupa
mengoreksi dirinya sendiri.

Hadirin hafidhakumullah,

Baginda Nabi Agung Muhammad ‫ ﷺ‬adalah pribadi sangat mulia. Ia diciptakan sebagai teladan
atau prototipe orang yang akhlaknya benar-benar diakui oleh Allah dalam Al-Quran dengan
sanjungan Allah berupa:

‫َو ِإَّن َك َلَع َلى ُخ ُلٍق َع ِظ يٍم‬


Artinya: “Sesungguhnya kamu (Muhammad) pasti mempunyai akhlak yang sangat agung.” (QS
Al-Qalam: 4)

Nabi Muhammad adalah pribadi yang perhatiannya kepada masyarakat di sekitarnya sangat
besar. Keberadaannya membuat orang yang di sekitarnya merasa terayomi. Ia tidak pernah
merugikan orang lain. Apalagi sampai merugikan, mengecewakan saja Nabi tidak pernah
kecuali jika memang pribadi orang yang kecewa adalah orang yang iri atau hasud atas
kebaikan dan kerasulan Baginda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Suatu ketika Nabi Muhammad pernah mendapatkan uang 90.000 dirham atau setara dengan
sekitar Rp350 juta. Rasulullah kemudian membagikannya kepada masyarakat di sekitar sampai
benar-benar habis. Setelah uang habis, tiba-tiba ada seorang miskin datang sowan kepada
Nabi.

“Ya Rasulallah, kami belum dapat.”

Kata Nabi, “Wah, ini sudah habis semua. Tapi kamu tetaplah tenang. Jangan khawatir! Sana
pergilah ke toko. Belanjalah sesuai dengan kebutuhanmu. Dan bilang sama penjualnya, nanti
insyaallah aku yang akan membayar.”

Seperti demikianlah profil Rasulullah yang all out dalam membela masyarakat. Tidak
menumpuk kekayaan pribadi sedangkan di sampingnya susah, diabaikan pura-pura tidak tahu.
Banyak orang yang inginnya ditokohkan di tengah-tengah masyarakat. Namun belum mau
meneladani bagaimana Nabi memposisikan dirinya sebagai tokoh masyarakat.

Nabi Muhammad bukanlah tokohnya umat Islam saja. Dalam membangun peradaban Madinah,
Nabi Muhammad berdiri di atas semua golongan. Orang-orang non-Muslim pun, asalkan
dzimmi atau tidak melawan, memerangi Islam, akan mendapat perlindungan penuh dari
Rasulullah ‫ﷺ‬.
Hadirin jamaah Jumah hafidhakumullah,

Para sahabat, orang yang hidup pada generasi terbaik sepanjang sejarah juga berusaha
melakukan hal-hal yang dicontohkan oleh baginda Nabi Agung Muhammad ‫ﷺ‬. Sahabat Abud
Darda’ mengaku:

‫ِإِّن ْي َأَلْد ُعْو َس ْبِعْي َن ِمْن ِإْخ َو اِنْي ِفْي ُسُجْو ِدْي ُأَس ِّمْي ِه ْم ِبَأْس َماِئِه ْم َو اِحًد ا َب ْع َد َو اِحٍد (أو كما قال) ـ‬

Artinya: “Sesungguhnya aku mendoakan 70 orang dari saudara-saudaraku dalam sujudku.


Saya sebut nama mereka masing-masing satu persatu.”

Potret orang shalih adalah orang yang berkepribadian baik. Entah itu saat di depan khalayak,
atau pun bahkan saat sendirian di tengah malam, saat memanjatkan doa-doa munajat, saat
sujud dalam sunyi, mereka tetap berkepribadian baik. Orang baik bukanlah orang yang apabila
ada orang lain ia menghardik setan namun saat mereka sendiri di kamar atau sejenisnya, ia
justru memuja setan.

Hadirin hafidhakumullah,

Agar kita menjadi orang baik, salah satu caranya adalah melalui berteman dengan orang-orang
baik. Ciri-ciri orang yang baik adalah orang yang jika kita semakin mendekat, semakin hari
semakin dekat, saat itu pula akan semakin tampak kebaikan-kebaikan yang terkuak, berarti
orang yang demikian adalah orang baik.

Sebaliknya, apabila kita berteman kepada seseorang, semakin hari semakin lama semakin
tampak keburukan-keburukan yang ia lakukan, berarti orang yang mempunyai tipe seperti ini
adalah orang buruk.

Di antara cara kita untuk menyeleksi teman itu termasuk baik atau tidak adalah dengan cara
melihat siapa saja teman yang ia kumpuli. Jika kita lihat teman-teman orang tersebut baik,
setidaknya kita bisa menilai secara umum bahwa orang itu adalah orang baik. Sebaliknya, jika
perkumpulannya adalah orang-orang buruk, suka minuman keras, narkoba dan lain
sebagainya, secara umum ia masuk kategori mereka. Adapun orang-orang khusus yang dalam
rangka dakwah atau misi-misi tertentu, itu adalah pengecualian.

Dalam sebuah syair dikatakan:

‫ َفُك ُّل َقِر ْي ٍن ِباْلُم َقاَر ِن َي ْه َت ِدْي‬# ‫َع ِن اْلَم ْر ِء َال َت ْس َأْل َو َس ْل َع ْن َق ِر ْيِنِه‬

Artinya: “Jangan menanyakan tentang profil seseorang secara langsung. Tanyakan saja
bagaimana profil kawan-kawannya. Sebab setiap teman akan selalu mengekor kepada sikap
orang yang ditemani.”

Hadirin…

Ada sebuah ilmu yang membahas tentang hipnotis. Hipnotis yang kita kenal bisa memasuki
alam bawah sadar tersebut bentuknya beraneka ragam. Ada yang melalui tangan, gerakan,
maupun perkataan.
Ada iklan satu produk yang diiklan di televisi dengan diulang-ulang bisa jadi sampai 100 kali
sehari. Tujuannya apa? Kalau hanya mengenalkan satu produk, cukup sekali atau lima kali
tayang sudah cukup. Namun bukan begitu tujuannya. Ia mempunyai tujuan menghipnotis.
Memasukkan satu produk ke dalam alam bawah sadar kita dengan cara disampaikan melalui
audio visual secara masif, berulang-ulang. Dengan begitu, jika sudah tertanam, penonton akan
membeli produk sesuai perintah alam bawah sadarnya.

Begitu pula orang berteman. Orang yang berteman atau mempunyai lingkungan baik, karena
kebaikan selalu diulang secara terus menerus di depan mata baik siang maupun malam, secara
otomatis alam bawah sadar seseorang akan memerintahkan kebaikan. Begitu pula orang yang
kumpulnya dengan preman yang suka berkelahi, biasa bergumul dengan tetangga yang suka
ngerumpi, senang menonton sinetron yang isinya pacaran, berkelahi, KDRT, dan lain
sebagainya, jika hal ini berkesinambungan secara terus menerus, akan merusak kepribadian
seseorang.

Oleh karena itu, Nabi Ibrahim sampai meninggalkan istrinya Hajar dan Ismail di samping Ka’bah
persis. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka untuk menuju Palestina karena wahyu dari Allah.
Nabi Ibrahim tega meninggalkan mereka di lembah nan tandus, tidak ada sumber mata air dan
tumbuh-tumbuhan. Tekad Ibrahim sangat kuat. Hanya ada satu alasan meninggalkan mereka di
situ, yaitu di lembah yang berada di sisi Baitul Haram, di samping Ka’bah yang mulia. Sehingga
harapan Ibrahim adalah karena dekat Ka’bah, nantinya mereka rajin melakukan ibadah kepada
Allah berupa shalat.

Dalam Al-Quran disebutkan doa Ibrahim:

‫َر َّب َن ا ِإِّن ي َأْس َك ْن ُت ِمْن ُذ ِّر َّيِتي ِبَو اٍد َغْي ِر ِذي َز ْر ٍع ِع ْن َد َب ْي ِتَك اْلُم َح َّر ِم َر َّب َن ا ِلُيِقيُموا الَّص اَل َة َفاْج َع ْل َأْف ِئَد ًة ِمَن الَّن اِس َت ْه ِو ي ِإَلْي ِه ْم‬
‫َو اْر ُزْق ُهْم ِمَن الَّث َمَر اِت َلَع َّلُهْم َي ْشُك ُروَن‬

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami menempatkan keturunan kami di sebuah lembah
yang tandus, tidak ada tanaman di samping Baitul Haram. Tuhan kami supaya mereka
menunaikan shalat. Jadikan hati-hati manusia ingin mendatangi mereka. Berilah mereke rezeki
supaya mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)

Dengan demikian, sudah semestinya kita membangun komunitas-komunitas, pertemanan-


pertemanan kita dengan komunitas dan pertemanan yang isinya orang-orang baik. Supaya kita
bisa ikut-ikutan berubah menjadi semakin lebih baik-lebih baik.

Hadirin…

Semoga kita senantiasa diberi pertolongan oleh Allah untuk selalu berbuat baik secara
istiqamah, nantinya kita diberi anugrah oleh Allah pada saatnya kita kembali kelak kita
meninggal, kita dan keluarga kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Amin Allahumma
amin.

.‫ إنه هو الَبُّر الَّت َّو اُب الَّر ُؤ ْو ُف الَّر ِحْيم‬.‫ وجعلني وإياكم بما فيه من اآليات والذكر الحكيم‬،‫بارك هللا لي ولكم في القرأن العظيم‬
‫) ِإاَّل اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َعِم ُلوا‬٢( ‫) ِإَّن اِإْلْن َس اَن َلِفي ُخ ْس ٍر‬١( ‫ َو اْلَع ْص ِر‬،‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬،‫أُعوُذ ِباِهلل ِمَن الَّش ْيطاِن الَّر ِجْيم‬
‫) ـ‬٣( ‫الَّصاِلَح اِت َو َت َو اَص ْو ا ِباْلَح ِّق َو َت َو اَص ْو ا ِبالَّصْب ِر‬
‫َو ُقْل َر ِّب اْغ ِفْر َو اْر َح ْم َو َأْن َت َأْر َح ُم الّراِحِمْي َن ـ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫الحمد ِهلل َع لَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َع لَى َت ْو ِفْيِقِه َو ِاْم ِتَن اِنِه‪َ .‬و َأْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد أَّن َس ِّيَد َن ا ُم َح َّم ًد ا‬
‫َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ي إلَى ِر ْض َو اِنِه‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد ِو َع َلى َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َت ْس ِلْيًما ِك ثْيًر ا‬

‫َأَّما َب ْع ُد َفيَا َاُّيَه ا الَّن اُس ِاَّتُقوا َهللا ِفْي َم ا َأَمَر َو اْن َت ُهْو ا َع َّما َن َه ى َو اْع َلُمْو ا َأَّن َهللا َأَمَر ُك ْم ِبَأْم ٍر َب َد َأ ِفْيِه ِبَن ْف ِس ِه َو َث ـَن ى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل‬
‫َت عَاَلى ِإَّن َهللا َو َمآلِئَكَت ُه ُي َص ُّلْو َن َع لَى الَّن ِبى يآ َاُّيَه ا اَّلِذْي َن آَم ُن ْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُمْو ا َت ْس ِلْيًما‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َص َّلى ُهللا‬
‫َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِدنَا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َاْن ِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َمآلِئَك ِة اْلُم َقَّر ِبْي َن َو اْر َض الَّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء الَّر اِش ِدْي َن َأِبى َب ْك ٍر َو ُع َم ر‬
‫َو ُع ْث َم ان َو َع ِلى َو َع ْن َب ِقَّيِة الَّصَح اَبِة َو الَّت اِبِعْي َن َو َت اِبِعي الَّت اِبِعْي َن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َي ْو ِم الِّدْي ِن َو اْر َض َع َّن ا َمَع ُهْم ِبَر ْح َمِتَك َي ا َأْر َح َم‬
‫الَّر اِحِمْي َن‬

‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت َو اْلُمْس ِلِمْي َن َو اْلُمْس ِلَماِت َاَالْح يآِء ِم ْن ُهْم َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َأِع ِّز ْاِإلْس َالَم َو اْلُمْس ِلِمْي َن َو َأِذَّل الِّش ْر َك‬
‫َو اْلُم ْش ِر ِكْي َن َو اْن ُصْر ِع َب اَد َك اْلُم َو ِّح ِدَّي َة َو اْن ُصْر َم ْن َن َص َر الِّدْي َن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْالُمْس ِلِمْي َن َو َد ِّمْر َأْع َد اَئ َك َأْع َد اَء الِّدْي ِن َو َأْع ِل‬
‫َك ِلَم اِتَك ِإَلى َي ْو َم الِّدْي ِن ‪ .‬اللُهَّم اْد َفْع َع َّن ا ْالَب َالَء َو ْالَو َب اَء َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفَت ِن َو ْالِمَح ِن ‪َ ،‬م ا َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن ‪َ ،‬ع ْن َب َلِد َن ا‬
‫ِاْن ُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُب ْلَد اِن ْالُمْس ِلِمْي َن عآَّم ًة َي ا َر َّب ْالَع اَلِمْي َن ‪َ .‬ر َّب َن ا آِتنَا ِفى الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفى ْاآلِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر ‪.‬‬
‫َر َّب َن ا َظ َلْم َن ا َاْنُفَس َن ا َو ِإْن َلْم َتْغ ِفْر َلَن ا َو َت ْر َح ْم َن ا َلَن ُك ْو َن َّن ِمَن ْالَخ اِس ِر ْي َن ‪ِ .‬ع َب اَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ْأُمُر َن ا ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإلْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذي ْالُقْر بَى‬
‫َو َي ْن َه ى َع ِن ْالَفْح شآِء َو اْلُم ْن َك ِر َو ْالَب ْغ ِي َيِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَع ِظ ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَع ِمِه َي ِز ْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا‬
‫َأْك َب ْر‬

‫‪Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang‬‬

‫‪Khutbah Jumat: Berteman yang Baik, Cara Memperbaiki Kualitas Diri‬‬

‫)‪Ilustrasi: (Foto: Romzi Ahmad‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫َاْلَح ْمُد ِهلل‪َ ،‬اْلَح ْم ُد ِهلل اَّلِذْي َأْو َص َل اْلُم ْق ِبِلْي َن إَلْيِه ِبَفْض ِلِه ِإَلى اْلَمَر اِتِب اْلَع ِلَّيِة‪َ ،‬و َب َّلَغ ُهْم ِبَبَر َك ِة َن ِبِّيِه ُك َّل ُأْم ِنَّيٍة‪َ ،‬و َص َّلى ُهللا َو َس َّلَم َع َلى‬
‫َح ِبْي ِبنَا ُمحّمٍد اْلَعْبِد الَّصاِلِح اْلَقاِئِم ِبَم ا اْس َت َط اَع ِمْن َح ِّق الُّر ُبْو ِبَّيِة‪َ ،‬و آِلِه َو َص ْح ِبِه َخ ْي ِر اْلَب ِر َّيِة‪َ .‬أْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك‬
‫َلُه‪َ ،‬و َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد َن ا َو َم ْو اَل َن ا ُم َح َّمدًا ﷺ َص اِحُب اَأْلْخ اَل ِق الَّس ِنَّيِة‪َ ،‬اَّلِذْي اَل َن ِبَّي َب ْع َد ْه‪َ .‬أَّما َب ْع َد ه‬

‫َفَي ا ِع َب اَد ِهللا‪ُ ،‬أْو ِص ْيِنِي َن ْف ِس ْي َو ِإَّياُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهللا‪َ ،‬فَقْد َفاَز اْلُم َّت ُقْو َن ‪َ .‬قاَل ُهللا َت َع اَلى ِفْي ِك َت اِبِه اْلَك ِر ْي ِم ‪ِ ،‬بْس ِم ِهللا الَّر ْح َم ِن الَّر ِحْي ِم ‪َ ،‬و َم ا‬
‫َأْر َس ْلَن اَك ِإاَّل َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِميَن‬

Ma’asyiral hadirin jamaah Jumah hafidhakumullah,

Pada hari Jumat yang mulia ini, di tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada pribadi kami
sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah
subhânahu wa ta’âlâ dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya.

Hadirin jamaah jumah hafidhakumullah,

‫َقاَل َب ْع ُض اْلُح َك َم اِء ِإَّن َهللا َق َس َم َب ْي َن ُك ُم اَأْلْخ اَل َق َك َم ا َق َس َم َب ْي َن ُك ُم اَاْلْر َز اَق‬

Artinya: “Sebagian ulama ahli hikmah berkata, ‘Sesungguhnya Allah membagi-bagi akhlak
kalian sebagaimana Ia membagikan rezeki kepada kalian’.”

Secara material, ada orang yang diberikan rezeki melimpah ruah, serba kecukupan; ada pula
yang sederhana, tak begitu banyak. Demikian pula akhlak. Ada orang yang diberi anugerah
oleh Allah mempunyai akhlak yang sangat bagus, menjadi orang yang shalih. Ada juga yang
akhlaknya lumayan bagus. Dan ada pula yang kurang punya adab.

Mari kita introspeksi diri kita masing-masing, kita termasuk golongan orang yang mana?
Sayyidina Umar ibn Khattab mengatakan:

‫َح اِس ُبْو ا َأْنُفَس ُك ْم َقْب َل َأْن ُتَح اَس ُبْو ا‬

Artinya: “Introspeksilah pribadi kalian masing-masing sebelum kalian dihisab pada hari kiamat
nanti.”

Hadirin,
Di sini Sayyidina Umar tidak mengatakan:

‫َح اِس ُبْو ا َغْي َر ُك ْم َقْب َل َأْن ُت َح اَس ُبْو ا‬

Artinya: “Hitung-hitunglah amal orang lain sebelum kalian dihisab.”

Maksudnya Sayyidina Umar supaya kita tidak suka mengoreksi pribadi orang lain. Namun kita
koreksi pribadi kita masing-masing. Ar-Rafi’i berkata:

‫ َك ُثَر ْت ُعُيْو ُبُه َو ُه َو َال َي ْد ِر ْي‬، ‫َم ْن َشَغ َلُه ِبُعُيْو ِب الَّن اِس‬

Artinya: “Barangsiapa sibuk mencari kekurangan orang lain, cacat pribadinya akan menumpuk
banyak sedangkan ia sendiri tidak mengetahui.”

Pepatah mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak terlihat.”
Menggambarkan bagaimana orang yang suka mencari kesalahan orang lain namun lupa
mengoreksi dirinya sendiri.

Hadirin hafidhakumullah,

Baginda Nabi Agung Muhammad ‫ ﷺ‬adalah pribadi sangat mulia. Ia diciptakan sebagai teladan
atau prototipe orang yang akhlaknya benar-benar diakui oleh Allah dalam Al-Quran dengan
sanjungan Allah berupa:

‫َو ِإَّن َك َلَع َلى ُخ ُلٍق َع ِظ يٍم‬

Artinya: “Sesungguhnya kamu (Muhammad) pasti mempunyai akhlak yang sangat agung.” (QS
Al-Qalam: 4)
Nabi Muhammad adalah pribadi yang perhatiannya kepada masyarakat di sekitarnya sangat
besar. Keberadaannya membuat orang yang di sekitarnya merasa terayomi. Ia tidak pernah
merugikan orang lain. Apalagi sampai merugikan, mengecewakan saja Nabi tidak pernah
kecuali jika memang pribadi orang yang kecewa adalah orang yang iri atau hasud atas
kebaikan dan kerasulan Baginda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Suatu ketika Nabi Muhammad pernah mendapatkan uang 90.000 dirham atau setara dengan
sekitar Rp350 juta. Rasulullah kemudian membagikannya kepada masyarakat di sekitar sampai
benar-benar habis. Setelah uang habis, tiba-tiba ada seorang miskin datang sowan kepada
Nabi.

“Ya Rasulallah, kami belum dapat.”

Kata Nabi, “Wah, ini sudah habis semua. Tapi kamu tetaplah tenang. Jangan khawatir! Sana
pergilah ke toko. Belanjalah sesuai dengan kebutuhanmu. Dan bilang sama penjualnya, nanti
insyaallah aku yang akan membayar.”

Seperti demikianlah profil Rasulullah yang all out dalam membela masyarakat. Tidak
menumpuk kekayaan pribadi sedangkan di sampingnya susah, diabaikan pura-pura tidak tahu.
Banyak orang yang inginnya ditokohkan di tengah-tengah masyarakat. Namun belum mau
meneladani bagaimana Nabi memposisikan dirinya sebagai tokoh masyarakat.

Nabi Muhammad bukanlah tokohnya umat Islam saja. Dalam membangun peradaban Madinah,
Nabi Muhammad berdiri di atas semua golongan. Orang-orang non-Muslim pun, asalkan
dzimmi atau tidak melawan, memerangi Islam, akan mendapat perlindungan penuh dari
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Hadirin jamaah Jumah hafidhakumullah,

Para sahabat, orang yang hidup pada generasi terbaik sepanjang sejarah juga berusaha
melakukan hal-hal yang dicontohkan oleh baginda Nabi Agung Muhammad ‫ﷺ‬. Sahabat Abud
Darda’ mengaku:
‫ِإِّن ْي َأَلْد ُعْو َس ْبِعْي َن ِمْن ِإْخ َو اِنْي ِفْي ُسُجْو ِدْي ُأَس ِّمْي ِه ْم ِبَأْس َماِئِه ْم َو اِحًد ا َب ْع َد َو اِحٍد (أو كما قال) ـ‬

Artinya: “Sesungguhnya aku mendoakan 70 orang dari saudara-saudaraku dalam sujudku.


Saya sebut nama mereka masing-masing satu persatu.”

Potret orang shalih adalah orang yang berkepribadian baik. Entah itu saat di depan khalayak,
atau pun bahkan saat sendirian di tengah malam, saat memanjatkan doa-doa munajat, saat
sujud dalam sunyi, mereka tetap berkepribadian baik. Orang baik bukanlah orang yang apabila
ada orang lain ia menghardik setan namun saat mereka sendiri di kamar atau sejenisnya, ia
justru memuja setan.

Hadirin hafidhakumullah,

Agar kita menjadi orang baik, salah satu caranya adalah melalui berteman dengan orang-orang
baik. Ciri-ciri orang yang baik adalah orang yang jika kita semakin mendekat, semakin hari
semakin dekat, saat itu pula akan semakin tampak kebaikan-kebaikan yang terkuak, berarti
orang yang demikian adalah orang baik.

Sebaliknya, apabila kita berteman kepada seseorang, semakin hari semakin lama semakin
tampak keburukan-keburukan yang ia lakukan, berarti orang yang mempunyai tipe seperti ini
adalah orang buruk.

Di antara cara kita untuk menyeleksi teman itu termasuk baik atau tidak adalah dengan cara
melihat siapa saja teman yang ia kumpuli. Jika kita lihat teman-teman orang tersebut baik,
setidaknya kita bisa menilai secara umum bahwa orang itu adalah orang baik. Sebaliknya, jika
perkumpulannya adalah orang-orang buruk, suka minuman keras, narkoba dan lain
sebagainya, secara umum ia masuk kategori mereka. Adapun orang-orang khusus yang dalam
rangka dakwah atau misi-misi tertentu, itu adalah pengecualian.

Dalam sebuah syair dikatakan:


‫ َفُك ُّل َقِر ْي ٍن ِباْلُم َقاَر ِن َي ْه َت ِدْي‬# ‫َع ِن اْلَم ْر ِء َال َت ْس َأْل َو َس ْل َع ْن َق ِر ْيِنِه‬

Artinya: “Jangan menanyakan tentang profil seseorang secara langsung. Tanyakan saja
bagaimana profil kawan-kawannya. Sebab setiap teman akan selalu mengekor kepada sikap
orang yang ditemani.”

Hadirin…

Ada sebuah ilmu yang membahas tentang hipnotis. Hipnotis yang kita kenal bisa memasuki
alam bawah sadar tersebut bentuknya beraneka ragam. Ada yang melalui tangan, gerakan,
maupun perkataan.

Ada iklan satu produk yang diiklan di televisi dengan diulang-ulang bisa jadi sampai 100 kali
sehari. Tujuannya apa? Kalau hanya mengenalkan satu produk, cukup sekali atau lima kali
tayang sudah cukup. Namun bukan begitu tujuannya. Ia mempunyai tujuan menghipnotis.
Memasukkan satu produk ke dalam alam bawah sadar kita dengan cara disampaikan melalui
audio visual secara masif, berulang-ulang. Dengan begitu, jika sudah tertanam, penonton akan
membeli produk sesuai perintah alam bawah sadarnya.

Begitu pula orang berteman. Orang yang berteman atau mempunyai lingkungan baik, karena
kebaikan selalu diulang secara terus menerus di depan mata baik siang maupun malam, secara
otomatis alam bawah sadar seseorang akan memerintahkan kebaikan. Begitu pula orang yang
kumpulnya dengan preman yang suka berkelahi, biasa bergumul dengan tetangga yang suka
ngerumpi, senang menonton sinetron yang isinya pacaran, berkelahi, KDRT, dan lain
sebagainya, jika hal ini berkesinambungan secara terus menerus, akan merusak kepribadian
seseorang.

Oleh karena itu, Nabi Ibrahim sampai meninggalkan istrinya Hajar dan Ismail di samping Ka’bah
persis. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka untuk menuju Palestina karena wahyu dari Allah.
Nabi Ibrahim tega meninggalkan mereka di lembah nan tandus, tidak ada sumber mata air dan
tumbuh-tumbuhan. Tekad Ibrahim sangat kuat. Hanya ada satu alasan meninggalkan mereka di
situ, yaitu di lembah yang berada di sisi Baitul Haram, di samping Ka’bah yang mulia. Sehingga
harapan Ibrahim adalah karena dekat Ka’bah, nantinya mereka rajin melakukan ibadah kepada
Allah berupa shalat.
Dalam Al-Quran disebutkan doa Ibrahim:

‫َر َّب َن ا ِإِّن ي َأْس َك ْن ُت ِمْن ُذ ِّر َّيِتي ِبَو اٍد َغْي ِر ِذي َز ْر ٍع ِع ْن َد َب ْي ِتَك اْلُم َح َّر ِم َر َّب َن ا ِلُيِقيُموا الَّص اَل َة َفاْج َع ْل َأْف ِئَد ًة ِمَن الَّن اِس َت ْه ِو ي ِإَلْي ِه ْم‬
‫َو اْر ُزْق ُهْم ِمَن الَّث َمَر اِت َلَع َّلُهْم َي ْشُك ُروَن‬

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami menempatkan keturunan kami di sebuah lembah
yang tandus, tidak ada tanaman di samping Baitul Haram. Tuhan kami supaya mereka
menunaikan shalat. Jadikan hati-hati manusia ingin mendatangi mereka. Berilah mereke rezeki
supaya mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)

Dengan demikian, sudah semestinya kita membangun komunitas-komunitas, pertemanan-


pertemanan kita dengan komunitas dan pertemanan yang isinya orang-orang baik. Supaya kita
bisa ikut-ikutan berubah menjadi semakin lebih baik-lebih baik.

Hadirin…

Semoga kita senantiasa diberi pertolongan oleh Allah untuk selalu berbuat baik secara
istiqamah, nantinya kita diberi anugrah oleh Allah pada saatnya kita kembali kelak kita
meninggal, kita dan keluarga kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Amin Allahumma
amin.

.‫ إنه هو الَبُّر الَّت َّو اُب الَّر ُؤ ْو ُف الَّر ِحْيم‬.‫ وجعلني وإياكم بما فيه من اآليات والذكر الحكيم‬،‫بارك هللا لي ولكم في القرأن العظيم‬
‫) ِإاَّل اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َعِم ُلوا‬٢( ‫) ِإَّن اِإْلْن َس اَن َلِفي ُخ ْس ٍر‬١( ‫ َو اْلَع ْص ِر‬،‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬،‫أُعوُذ ِباِهلل ِمَن الَّش ْيطاِن الَّر ِجْيم‬
‫) ـ‬٣( ‫الَّصاِلَح اِت َو َت َو اَص ْو ا ِباْلَح ِّق َو َت َو اَص ْو ا ِبالَّصْب ِر‬

‫َو ُقْل َر ِّب اْغ ِفْر َو اْر َح ْم َو َأْن َت َأْر َح ُم الّراِحِمْي َن ـ‬

Khutbah II

‫ َو َأْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد أَّن َس ِّيَد َن ا ُم َح َّم ًد ا‬.‫الحمد ِهلل َع لَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َع لَى َت ْو ِفْيِقِه َو ِاْم ِتَن اِنِه‬
‫ اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد ِو َع َلى َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َت ْس ِلْيًما ِك ثْيًر ا‬.‫َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ي إلَى ِر ْض َو اِنِه‬
‫َأَّما َب ْع ُد َفيَا َاُّيَه ا الَّن اُس ِاَّتُقوا َهللا ِفْي َم ا َأَمَر َو اْن َت ُهْو ا َع َّما َن َه ى َو اْع َلُمْو ا َأَّن َهللا َأَمَر ُك ْم ِبَأْم ٍر َب َد َأ ِفْيِه ِبَن ْف ِس ِه َو َث ـَن ى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل‬
‫َت عَاَلى ِإَّن َهللا َو َمآلِئَكَت ُه ُي َص ُّلْو َن َع لَى الَّن ِبى يآ َاُّيَه ا اَّلِذْي َن آَم ُن ْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُمْو ا َت ْس ِلْيًما‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َص َّلى ُهللا‬
‫َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِدنَا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َاْن ِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َمآلِئَك ِة اْلُم َقَّر ِبْي َن َو اْر َض الَّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء الَّر اِش ِدْي َن َأِبى َب ْك ٍر َو ُع َم ر‬
‫َو ُع ْث َم ان َو َع ِلى َو َع ْن َب ِقَّيِة الَّصَح اَبِة َو الَّت اِبِعْي َن َو َت اِبِعي الَّت اِبِعْي َن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َي ْو ِم الِّدْي ِن َو اْر َض َع َّن ا َمَع ُهْم ِبَر ْح َمِتَك َي ا َأْر َح َم‬
‫الَّر اِحِمْي َن‬

‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت َو اْلُمْس ِلِمْي َن َو اْلُمْس ِلَماِت َاَالْح يآِء ِم ْن ُهْم َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َأِع ِّز ْاِإلْس َالَم َو اْلُمْس ِلِمْي َن َو َأِذَّل الِّش ْر َك‬
‫َو اْلُم ْش ِر ِكْي َن َو اْن ُصْر ِع َب اَد َك اْلُم َو ِّح ِدَّي َة َو اْن ُصْر َم ْن َن َص َر الِّدْي َن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْالُمْس ِلِمْي َن َو َد ِّمْر َأْع َد اَئ َك َأْع َد اَء الِّدْي ِن َو َأْع ِل‬
‫َك ِلَم اِتَك ِإَلى َي ْو َم الِّدْي ِن ‪ .‬اللُهَّم اْد َفْع َع َّن ا ْالَب َالَء َو ْالَو َب اَء َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفَت ِن َو ْالِمَح ِن ‪َ ،‬م ا َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن ‪َ ،‬ع ْن َب َلِد َن ا‬
‫ِاْن ُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُب ْلَد اِن ْالُمْس ِلِمْي َن عآَّم ًة َي ا َر َّب ْالَع اَلِمْي َن ‪َ .‬ر َّب َن ا آِتنَا ِفى الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفى ْاآلِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر ‪.‬‬
‫َر َّب َن ا َظ َلْم َن ا َاْنُفَس َن ا َو ِإْن َلْم َتْغ ِفْر َلَن ا َو َت ْر َح ْم َن ا َلَن ُك ْو َن َّن ِمَن ْالَخ اِس ِر ْي َن ‪ِ .‬ع َب اَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ْأُمُر َن ا ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإلْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذي ْالُقْر بَى‬
‫َو َي ْن َه ى َع ِن ْالَفْح شآِء َو اْلُم ْن َك ِر َو ْالَب ْغ ِي َيِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَع ِظ ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَع ِمِه َي ِز ْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا‬
‫َأْك َب ْر‬

‫‪Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang‬‬

Anda mungkin juga menyukai