Anda di halaman 1dari 8

Memahami Kembali Keagungan Hari Idul Adha

Oleh: KH. Drs. Muhammad Nawawi Syafi’i

Khutbah I
... ‫اَهلل أ َ ْكبَ ُر اَهلل أ َ ْكبَ ُر اَهلل أ َ ْكبَ ُر‬
... ‫اَهلل أ َ ْكبَ ُر اَهلل أ َ ْكبَ ُر اَهلل أ َ ْكبَ ُر‬
... ‫اَهلل أ َ ْكبَ ُر اَهلل أ َ ْكبَ ُر اَهلل أ َ ْكبَ ُر‬
ُ‫ ا َ ْل َح ْم ُد هلل َح ْم َد َم ْن َوفقَه‬. ‫ان للا بُ ْك َرة َوأ َص ْيل‬ ُ ‫َكب ْيرا َوا ْل َح ْم ُد هلل َكث ْيرا َو‬
َ ‫س ْب َح‬
َ ‫ش َه ُد أ َن ُم َحمدا‬
ُ‫ع ْب ُده‬ ْ َ ‫ َوأ‬، ُ‫شر ْيكَ لَه‬ َ ‫ش َه ُد أ َ ْن َلإلَهَ إل للاُ َو ْح َدهُ َل‬ ْ َ ‫ أ‬. ُ‫فَعَ َرفَه‬
‫سيدنَا‬ َ ‫علَى‬ َ ‫سل ْم‬ َ ‫صل َو‬ َ ‫ ا َلل ُهم‬. ‫سلَهُ للاُ بالرأْفَة َوالر ْح َمة‬ َ ‫س ْولُهُ نَبي أ َ ْر‬ ُ ‫َو َر‬
... ‫ص َحابه أ ُولى الت ْق َوى َوا ْل َم ْعرفَة‬ ْ َ ‫علَى آله َوأ‬ َ ‫ُم َحمد َو‬
. ‫سل ُم ْو َن‬ ْ ‫اس اتقُوا للاَ َحق ت ُقَاته َو َلت َ ُم ْوت ُن إل َوأ َ ْنت ُ ْم ُم‬ ُ ‫أ َما بَ ْع ُد فَيَا آي َها الن‬
‫س ما‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ُ ‫ين آ َمنُوا اتقُوا للاَ َو ْلتَن‬ َ ‫ يَاأَي َها الذ‬: ‫قَا َل للاُ تَعَالى ف ْي كتَابه الكَر ْيم‬
ٌ ‫ َواتقُوا للاَ إن للاَ َخب‬,‫قَد َمتْ لغَد‬
َ ُ‫ير ب َما ت َ ْع َمل‬
‫ون‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha... As’adakumullah ...
Gemuruh takbir, tahmid dan tasbih sejak Subuh Arofah kemarin telah
bergema dan menggetarkan hati setiap jiwa yang beriman dan takut
kepada Allah swt. Seluruh Umat Islam, mulai anak-anak hingga orang
tua, laki-laki maupun perempuan, sendiri-sendiri maupun berjamaah,
sama mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Bahkan bebatuan,
tumbuhan dan seluruh alam raya juga mengumandangkan takbir untuk
menghidupkan sunnah Rasulullah saw.

Kalimat takbir “Allahu Akbar” adalah lafadh yang sangat agung. Islam
telah mengajarkan takbir kepada kita -sebagai umatnya- agar kita
senantiasa mengagungkan asma Allah swt. Saat adzan kita
kumandangkan takbir, saat iqamah kita lafadhkan takbir, saat membuka
shalat kita ucapkan takbir, saat bayi lahir kita tiupkan kalimat takbir
pada kedua telinganya, saat menyembelih hewan kita baca takbir,
bahkan saat di medan laga kita juga pekikkan takbir.

Ketika kita membaca takbir “Allahu Akbar”, maka sesungghnya kita


sedang menanamkan keyakinan dalam hati bahwa hanya Allah swt
pemilik kebesaran dan keagungan. Sungguh hanya Allah yang Maha
Besar dan Maha Agung, dan selain Allah adalah kecil dan lemah.
1
Segala apa yang sering kita bangga-banggakan, berupa harta
kekayaan, mobil mewah, rumah megah, kedudukan dan pangkat yang
tinggi, semuanya adalah kecil dan tidak berarti apa-apa di hadapan
Allah swt. Kekayaan yang seringkali menjadikan pemiliknya bersikap
sombong, bisa saja dalam sesaat habis dan lenyap. Pangkat dan
jabatan yang seringkali menyebabkan pemiliknya merasa hebat, pada
saatnya pasti akan lepas dan sirna dari dirinya. Dan hanya Allah swt
yang tetap Maha Agung dan Maha Hebat selamanya.

Namun demikian kalimat takbir “Allahu Akbar” yang agung itu terkadang
digunakan dan diucapkan sembarangan. Kadang kalimat yang mulia
tersebut diteriakkan seseorang ketika melakukan demo anarkis, sambil
merusak fasilitas umum, melempar batu dan mengganggu ketenangan
orang lain. Apakah pantas kalimat takbir “Allahu Akbar” yang agung
tersebut diucapkan pada saat seperti itu?
Jelas tidak layak dan bukan pada tempatnya ...!
‫ وهلل ال َح ْمد‬... ‫ اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬... ‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt ...

Di bulan Dzulhijjah ini ada dua gambaran Umat Islam. Bagi umat Islam
yang saat ini mendapatkan kesempatan memenuhi panggilan Allah ke
Tanah Suci, mereka akan sibuk dengan rangkaian ritual ibadah haji,
mulai dari kegiatan Umroh lalu melaksanakan Wukuf di Arafah, Mabit di
Muzdalifah, Mabit dan Lempar Jumrah di Mina hingga melakukan
Thawaf Ifadlah. Sedang bagi umat Islam yang lain termasuk kita, sibuk
juga dengan rangkaian kegiatan ibadah, mulai dari puasa Arafah,
mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid, melaksanakan
shalat Idul Adha dan dilanjutkan dengan memotong hewan-hewan
kurban setelah shalat ini.

Hari ini adalah hari yang sangat mulia. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim diceritakan ; Ketika Rasulullah
saw berkhutbah saat Idul Adha tiba-tiba beliau bertanya, “Bulan apa
sekarang?” “Allah dan RasulNya lebih tahu?” jawab para sahabat. Nabi
saw diam beberapa saat sehingga para sahabat menduga-duga,
jangan-jangan beliau akan menyebut nama yang bukan sebenarnya.
“Tidakkah ini Bulan Dzulhijjah?” tanya beliau memecah kesunyian.”
“Ya,” jawab para sahabat. “Negeri apa ini?” tanya beliau lagi. “Allah dan
RasulNya lebih tahu?” jawab sahabat. Beliau diam sehingga para
2
sahabat mengira beliau akan menyebut nama yang bukan sebenarnya.
“Bukankah ini Negeri Haram (mulia)?” kata beliau. “Ya,” jawab sahabat.
“Hari apakah ini?” beliau bertanya untuk ketiga kali. “Allah dan
RasulNya lebih tahu?” para sahabat menjawab. Lagi-lagi beliau diam
agak lama. Dan lagi-lagi para sahabat menyangka beliau akan
menyebut nama yang bukan sebenarnya. “Tidakkah ini Hari
Penyembelihan (Yaumul Adha)?” tandas beliau. “Ya,” jawab para
sahabat. Beliau bersabda, “Sungguh... darah, harta dan kehormatan
kalian adalah HARAM (mulia) bagi kalian sebagaimana haram /
mulianya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini.
Sungguh kalian akan menghadap Tuhan kalian, lalu Dia akan
menanyakan kepada kalian mengenai amal perbuatan kalian.”

Hari Idul Adha benar-benar hari yang agung. Ini bukan hari biasa
seperti hari-hari lainnya. Marilah kita mencoba kembali untuk
menghayati kebesaran, kewibawaan dan kemuliaan hari yang agung
ini. Demikian kiranya Nabi saw mengingatkan pada kita dengan
khutbah beliau diatas.
‫ وهلل ال َح ْمد‬... ‫ اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬... ‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah swt ...
Kebesaran Hari Idul Adha ini mestinya membawa dampak yang positif
pada perilaku kita - sebagai Umat Islam yang merayakannya. Dengan
merenungi akan kebesarannya mestinya mendorong kita untuk
tertunduk malu di hadapan Allah swt atas dosa-dosa dan kesalahan-
kesalahan yang selama ini masih terus kita lakukan.
Tetapi sekarang ini tampaknya, kebesaran dan kemuliaan Hari Idul
Adha ini seolah tak berbekas di hati kita. Kita semakin tidak merasakan
kebesaran dan keagungannya. Mungkin kita masih tetap melakukan
ritual rutin pada hari ini: dengan melakukan Shalat Idul Adha dan
Berkurban. Namun selebihnya kita tidak merasakan apa-apa. Yang
melanggar larangan tetap saja melanggar. Yang mengabaikan perintah
tetap saja tak peduli dengan perintah Allah. Yang biasa mengambil hak
milik orang lain secara tidak sah (entah dengan mencuri, menipu,
korupsi dan semacamnya) tetap saja melakukan hal itu meski telah
melewati hari nan besar ini. Yang biasa menindas orang lain, menghina
dan melecehkan kehormatan orang lain, tetap saja melakukan
kebiasaan buruknya itu, meski telah melewati hari nan amat besar dan
agung ini.

3
Hari Raya Idul Adha rasanya seakan menjadi hambar bagi kita. Hari
Raya Idul Adha seakan tak banyak berarti lagi bagi kita. Yang mencaci
tetap mencaci karena merasa lebih hebat dan lebih baik. Padahal
hanya Allah yang Maha Hebat. Apalagi ketika menjelang pemilu
kemarin, ramai cacian, makian dan hinaan antar sesama Muslim, hanya
karena beda pilihan. Padahal Rasulullah saw mengingatkan bahwa
orang muslim itu mulia, yang mestinya kita homati dan kita muliakan.
Kenapa kita tidak memperhatikan peringatan Rasulullah saw itu? Dan
diantara kita sesama muslim masih saling mencaci dan menghujat?
Marilah kita hentikan perilaku yang sangat buruk ini wahai saudaraku
Muslimin semuanya...!!
‫ وهلل ال َح ْمد‬... ‫ اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬... ‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha... A’azzakumullah ...
“Qurban” dalam bentuk penyembelihan hewan merupakan ibadah yang
diperintahkan Allah swt sejak zaman Nabi Adam as. Bahkan setiap nabi
yang diutus Allah swt memiliki perintah qurban.

Ibadah Qurban yang diikuti Nabi Muhammad saw adalah napak tilas
dari peristiwa historis Nabi Ibrahim as. Rasulullah saw saat ditanya oleh
sahabat mengenai apa udlhiyah (penyembelihan kurban) itu? Beliau
menjawab : “Ini adalah sunnah Bapak kalian, Nabi Ibrahim as.”

Nabi Ibrahim as hidup pada masa persimpangan jalan pikiran umat


manusia tentang berkurban. Banyak ritual pada saat itu yang
menjadikan manusia sebagai kurban yang dipersembahkan kepada
dewa-dewa atau tuhan-tuhan mereka. Dan kita tahu dari ayat Al Qur’an
(As-Shaaffat: 102) pada mulanya Allah swt perintahkan kepada Nabi
Ibrahim as untuk menyembelih anaknya, yaitu Nabi Ismail as. :
ُ ‫فَلَما بَلَ َغ َمعَهُ الس ْع َي قَا َل يَابُنَي إني أ َ َر ٰى في ا ْل َمنَام أَني أ َ ْذبَ ُحكَ فَا ْن‬
‫ظ ْر َماذَا‬
َ ‫شا َء ّللاُ م َن الصابر‬
‫ين‬ َ ‫ستَجدُني إ ْن‬ ْ ‫ت َ َر ٰى ۚ قَا َل يَاأَبَت‬
َ ۖ ‫افعَ ْل َما ت ُ ْؤ َم ُر‬
“Maka tatkala anak itu sampai (umur sanggup berusaha/dewasa) dia
(Ibrahim) berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkan apa pendapatmu?” Ia
(Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu!, In syaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-
orang yang bersabar”.

4
Kemudian pada akhir kisah tersebut Allah swt mengganti Nabi Ismail as
yang akan disembelih sebagai “qurban” dengan seekor domba besar
seperti diungkap Al-Quran (As-Shaaffat: 107) :
‫َوفَ َد ْينَاهُ بذ ْبح عَظيم‬
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.

Para mufassir menyatakan, perintah Allah swt kepada Ibrahim as agar


menyembelih putranya sendiri hendak menyampaikan pesan kepada
kita, bahwa betapapun besarnya cinta seseorang kepada anak atau
apapun yang dimiliki, bukanlah sesuatu yang berarti bila dibanding
dengan melaksanakan perintah Allah as. Meraih ridlo dan cinta Allah
swt adalah sesuatu yang paling berarti dan bernilai dalam hidup ini.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as adalah
bukti keimanan keduanya kepada Allah swt dengan mengorbankan
apapun jika memang diperintahkan.
Kemudian ketika Allah swt mengganti Nabi Ismail as dengan seekor
domba, maka peristiwa itu juga mengandung ‘ibrah (pelajaran) bahwa
Allah swt menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia,
sehingga Dia tidak memperkenankan manusia ini dijadikan kurban
penyembelihan atau sebagai tumbal untuk dikurbankan.
Oleh karena itu Agama Islam tidak pernah mentolerir terjadinya
kekerasan, kebrutalan, dan penindasan dalam bentuk apapun yang
mengakibatkan pertumpahan darah dan penderitaan umat manusia,
terlebih sampai melayangnya nyawa. Ia dengan tegas mengharamkan
dan mengutuk perbuatan bunuh diri, membunuh sesama atau membuat
kerusakan apapun di muka bumi ini. Intinya kejahatan kemanusiaan
maupun kejahatan lingkungan secara tegas dilarang Al-Qur’an.
Dengan menangkap pesan dari peristiwa besar itu maka dapat
dikatakan bahwa seorang Muslim Sejati adalah yang memiliki cinta dan
kepatuhan mutlak kepada Allah swt melebihi kecintaannya kepada
siapapun dan apapun. Dan tidak dengan ringan dan mudah untuk
mengubankan jiwa atau nyawa orang lain, apalagi sesama muslim. Dia
sangat menghormati dan menghargai kehidupan ini sebagai anugerah
yang sangat besar dari Allah swt.
‫ وهلل ال َح ْمد‬... ‫ اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬... ‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah swt ...
Setiap individu yang mengaku beriman pasti akan diuji oleh Allah swt.
Sebagai bapak akan diuji, sebagai Ibu akan diuji, sebagai suami akan
5
diuji, sebagai istri akan diuji dan sebagai anak juga akan diuji. Ujian
tersebut untuk membuktikan kebenaran imannya kepada Allah swt.

Perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim As dan putranya, Nabi Ismail As


mari kita jadikan sarana introspeksi diri atas ketaatan kita kepada Allah
swt selama ini. Untuk selanjutnya ritual kurban diharapkan mampu
membentuk karakter kepribadian kita sebagai manusia yang peka
terhadap lingkungan dan masyarakat sekeliling kita.

Yang perlu kita perhatikan dalam Ibadah Qurban ini adalah makna
kurban yang mengandung nilai pengorbanan. Kurban yang kita niatkan
untuk Allah dan hanya ingin mendapatkan ridlo Allah swt,

bukan hanya memotong kambing atau sapi pada Hari Raya Idul Adha
ini saja. Menyembelih kambing atau sapi lalu dagingnya untuk
dibagikan kepada orang miskin hanyalah sarana latihan dan pengingat
saja. Mengorbankan harta, raga bahkan jiwa hendaknya dilakukan
setiap saat, untuk membuktikan derajat keimanan kita kepada Allah
swt.

Apa lagi pada saat banyak bencana dan musibah terjadi. Di situlah
saatnya keimanan kita diuji, seberapa besar keimanan kita kepada
Allah swt. Saat itulah adalah waktu yang tepat untuk berkorban dengan
segala yang kita miliki demi kebahagiaan mereka yang terkena
bencana dan musibah. Bukan hanya kambing atau sapi saja yang kita
kurbankan, namun juga kekayaan lainnya harus siap kita kurbankan
demi mencapai keimanan kepada Allah yang sempurna.

Dan saat ini, mari kita menata kembali keimanan kita untuk menghargai
kehidupan yang damai dan aman di negri yang kita cintai ini. Marilah
wahai semua saudaraku kaum muslimin khususya, mari kita bersatu
dan berdamai dengan sesama saudara kita sebangsa.

Dalam kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan


mendoakan mudah-mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita tidak
hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya saja, tapi bisa
lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak memang tidak mudah,
dan berjuang dalam rangka mensejahterahkan umat memang
memerlukan pengorbanan semua pihak. Semoga kita semua mampu
6
‫‪menjadi orang mukmin yang sanggup berkorban demi kesejahteraan‬‬
‫‪bersama.‬‬
‫‪Dan mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah‬‬
‫‪kita untuk rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan‬‬
‫‪negara. Aamiin 3x ya Rabbal ‘alamin.‬‬

‫اركَ للا لي َولَ ُك ْم فى اْلقُ ْرآن اْلعَظ ْيم ‪َ ،‬ونَفَعَني َوإيا ُك ْم ب َما ف ْيه م ْن اآليَات‬ ‫بَ َ‬
‫َوالذ ْكر ا ْل َحك ْيم ‪َ ,‬وتَقَب َل للاُ منا َوم ْن ُك ْم تلَ َوتَهُ إنهُ ُه َو السم ْي ُع العَل ْي ُم ‪ ،‬أَقُ ْو ُل‬
‫قَ ْولي َهذَا فَأ ْ‬
‫ست َ ْغف ُروا للاَ العَظ ْي َم ‪ ,‬إنهُ ُه َو الغَفُ ْو ُر الرح ْيم ‪.‬‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫اَهلل أ َ ْكبَ ُر ‪ ...‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ...‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪...‬‬
‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ...‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪ ...‬اَهللُ أ َ ْكبَ ُر ‪...‬‬
‫س ْب َحا َن للا بُ ْك َرة َوأَص ْيل ‪.‬‬‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر كَب ْيرا َوا ْل َح ْم ُد هلل كَث ْيرا َو ُ‬
‫ش َه ُد أ َ ْن لَ الَهَ إل للاُ‬
‫َلى ت َ ْوف ْيقه َوا ْمتنَانه ‪ .‬أ َ ْ‬
‫سانه َوالش ْك ُر لَهُ ع َ‬ ‫َلى إ ْح َ‬ ‫ا َ ْل َح ْم ُد هلل ع َ‬
‫س ْولُهُ الداعى َ‬
‫إلى‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫سي َدنَا ُم َحمدا َ‬‫ش َه ُد أن َ‬ ‫َوللاُ َو ْح َدهُ لَ شَر ْيكَ لَهُ َوأ َ ْ‬
‫ض َوانه ‪.‬‬ ‫ر ْ‬
‫سل ْيما كث ْيرا ‪...‬‬ ‫سل ْم ت َ ْ‬ ‫علَى اَله َوا َ ْ‬
‫ص َحابه َو َ‬ ‫سيدنَا ُم َحمد و َ‬ ‫علَى َ‬ ‫صل َ‬ ‫الل ُهم َ‬
‫‪7‬‬
‫اس اتقُوللاَ ف ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا عَما نَ َهى َو َحذ َر ‪َ ,‬وا ْعلَ ُم ْوا أَن‬ ‫أَما بَ ْع ُد فَيا َ اَي َها الن ُ‬
‫للاَ أ َ َم َر ُك ْم بأ َ ْمر بَدَأ َ ف ْيه بنَ ْفسه َوثَـنى ب َمآلئكَته بقُدْسه ‪ ,‬قَا َل تَعاَلَى إن للاَ‬
‫سل ْيما ‪.‬‬ ‫علَ ْيه َو َ‬
‫سل ُم ْوا ت َ ْ‬ ‫صل ْوا َ‬ ‫َلى النبى يآاَي َها الذ ْي َن آ َمنُ ْوا َ‬ ‫صل ْو َن ع َ‬ ‫َو َمآلئ َكتَهُ يُ َ‬
‫علَى ا َ ْنبيآئكَ َو ُر ُ‬
‫سلكَ‬ ‫سيدنا َ ُم َحمد َو َ‬ ‫علَى آل َ‬ ‫سيدنَا ُم َحمد َو َ‬ ‫علَى َ‬ ‫سل ْم َ‬ ‫صل َو َ‬ ‫الل ُهم َ‬
‫ع َمر‬ ‫ض الل ُهم عَن اْل ُخلَفَاء الراشد ْي َن أ َبى بَ ْكر َو ُ‬ ‫ار َ‬ ‫َو َمآلئ َكتكَ اْل ُمقَرب ْي َن َو ْ‬
‫سان الَى‬ ‫عثْ َمان َوعَلى ‪َ ,‬وع َْن َبقية الص َحابَة َوالتابع ْي َن ‪َ ,‬والتابع ْي َن لَ ُه ْم با ْح َ‬ ‫َو ُ‬
‫ض عَنا َم َع ُه ْم ب َر ْح َمتكَ َياا َ ْر َح َم الراحم ْي َن ‪...‬‬ ‫ار َ‬ ‫َي ْوم الد ْين َو ْ‬
‫سل َمات اَلَ ْحيآء م ْن ُه ْم‬ ‫سلم ْي َن َواْل ُم ْ‬ ‫اَلل ُهم ا ْغف ْر ل ْل ُم ْؤمن ْي َن َواْل ُم ْؤمنَات َواْل ُم ْ‬
‫َواْلَ ْم َوات ‪,‬‬
‫ص ْر عبَادَكَ‬ ‫سلم ْي َن َوأَذل الش ْركَ َواْل ُمشْرك ْي َن ‪َ ,‬وا ْن ُ‬ ‫سلَ َم َواْل ُم ْ‬ ‫الل ُهم أَعز اْإل ْ‬
‫سلم ْي َن ‪َ ,‬ودَم ْر أ َ ْعدَا َء‬ ‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل اْل ُم ْ‬ ‫ص َر الد ْي َن ‪َ ,‬و ْ‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫ين ‪َ ,‬وا ْن ُ‬ ‫اْل ُم َوحد َ‬
‫لوبَا َء‬ ‫عنا ا ْلغَ َل َء َواْلبَلَ َء َواْ َ‬ ‫الد ْين ‪َ ,‬واعْل كَل َماتكَ إلَى يَ ْو َم الد ْين ‪ .‬الل ُهم ا ْدفَ ْع َ‬
‫سائر‬ ‫َوا ْلفت َ َن َواْلم َح َن ‪َ ,‬ما َظ َه َر م ْن َها َو َما بَ َط َن ‪ ,‬ع َْن بَلَدنَا ا ْندُون ْيسيا خآصة ‪َ ,‬و َ‬
‫ارب اْلعَالَم ْي َن ‪.‬‬ ‫سلم ْي َن عآمة يَ َ‬ ‫بُ ْلدَان اْل ُم ْ‬
‫ب النار ‪.‬‬ ‫عذَا َ‬ ‫سنَة ‪َ ,‬وقنَا َ‬ ‫سنَة ‪َ ,‬وفى اْآلخ َرة َح َ‬ ‫َربنَا آتنا َ فى الد ْنيَا َح َ‬
‫سنَا َوا ْن لَ ْم ت َ ْغف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَك ُْونَن م َن اْل َخاسر ْي َن ‪.‬‬ ‫َربنَا َظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ‬
‫بى َويَ ْن َهى عَن اْلفَ ْحشآء‬ ‫سان َوإ ْيتآء ذي اْلقُ ْر َ‬ ‫عبَادَللا ‪ ,‬إن للاَ يَأ ْ ُم ُر باْلعَدْل َواْإل ْح َ‬
‫شك ُُر ْوهُ‬ ‫ظ ُك ْم لَعَل ُك ْم تَذَك ُر ْو َن ‪َ ,‬وا ْذك ُُروا للاَ اْلعَظ ْي َم يَ ْذك ُْر ُك ْم َوا ْ‬ ‫َواْل ُم ْنكَر َواْلبَ ْغي يَع ُ‬
‫َلى نعَمه يَز ْد ُك ْم ‪...‬‬ ‫ع َ‬
‫َولَذ ْك ُر للا أ َ ْكبَ ْر ‪...‬‬
‫‪- o0o -‬‬

‫‪8‬‬

Anda mungkin juga menyukai