Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Idul Adha

Menghayati Kebesaran Hari Besar

‫×) ُهللا َاْك َب ْر ُك َّلَم ا َه َّل ِه َالٌل َو َاْبَد َر ُهللا َاْك َب ْر ُك َّلمَا َص اَم َصاِئٌم‬3( ‫×) ُهللا َاكَب ْر‬3( ‫×) ُهللا َاْك َب ْر‬3( ‫ُهللا َاْك َب ْر‬
‫َو َاْفَط ْر ُهللا َاْك َب ْر ُك َّلمَا َت َر اَك َم َس َح اٌب َو َاْم َط ْر َو ُك َّلمَا َن َب َت َن َب اٌت َو َاْز َه ْر َو ُك َّلَم ا َاْط َع َم َق اِنُع ْالُمْع َت ْر‬..
‫ َاْش َه ُد َاْن َال‬. ‫َاْلَح ْم ُد ِهلل اَّلِذى َج َع َل ِلْلُمْس ِلِمْي َن ِع ْيَد ْالِفْط ِر َب ْع َد ِص يَاِم َر َمَض اَن َو ْع يَد ْاَالْض َح ى َب ْع َد َي ْو ِم َعَر َف َة‬
‫ِاَلَه ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َلُه ْالَم ِلُك ْالَعِظ ْي ُم ْاَالْك َب ْر َو َاْش َه ٌد َاَّن َس ِّيَدنَا ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّش اِفُع ِفى‬
‫ْالَم ْح َش ْر َن ِبَّي َقْد َغ َفَر ُهللا َلُه َم ا َتَقَّد َم ِمْن َذْن ِبِه َو َم ا َت َأَّخ َر‬.

‫ َف َي ا ِع َب اَد ِهللا‬. ‫ َاَّما َب ْع ُد‬. ‫اللُهَّم َص ِّل َع لَى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه اَّلِذْي َن َاْذ َهَب َع ْن ُهُم الِّر ْج َس َو َط َّهْر‬
‫ ِاَّتُقواَهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُمْو ُتَّن ِاَّال َو َاْنُتْم ُمْس ِلُمْو َن‬،

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah

Marilah kita panjatkan puji syukur kita ke Hadirat Allah subhanahu wata'ala karena
pada pagi hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat iedul ‘Adha
secara berjama’ah.

Saudara-saudara kaum Muslimin dan muslimah, Gemuruh takbir, tahmid dan tasbih
sejak kemarin sore menggetarkan hati setiap jiwa yang beriman dan takut kepada Allah
‫ﷻ‬. Seluruh kaum Muslimin tanpa terkecuali, mulai anak-anak hingga orang tua, laki-laki
maupun perempuan, yang sehat maupun yang sakit, baik sendiri-sendiri maupun
berjamaah, baik berdiri, duduk ataupun tiduran, mengumandangkan takbir, tahlil dan
tahmid. Bahkan bebatuan, tumbuhan dan seluruh alam raya mengumandangkan takbir
untuk menghidupkan sunah Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan mengagungkan dan mensucikan
asma Allah ‫ﷻ‬. Saudara-saudara kaum Muslimin dan muslimah yang berbahagia,
Kalimat takbir adalah lafadz yang sangat agung. Islam telah mengajarkan takbir kepada
kita agar senantiasa mengagungkan asma Allah ‫ﷻ‬. Saat adzan kita mengumandangkan
takbir, saat iqamah kita melafalkan takbir, saat membuka shalat kita mengucapkan
takbir, saat bayi lahir kita tiupkan kalimat takbir pada kedua telinganya, saat
menyembelih hewan kita membaca takbir, bahkan saat di medan perang kita juga
mengumandangkan suara takbir. Ketika kita membaca takbir, ‫أكبر‬ ‫ هللا‬maka kita
tanamkan keyakinan dalam hati bahwa hanya Allah yang memiliki keagungan dan
kebesaran. Sungguh hanya Allah yang Mahabesar dan Mahaagung, sedangkan selain
Allah adalah kecil dan lemah. Segala hal yang sering kita bangga-banggakan, berupa
kekayaan harta, mobil mewah, rumah megah, kedudukan dan pangkat yang tinggi,
semuanya adalah kecil dan tidak berarti apa-apa dihadapan Allah ‫ﷻ‬. betapa banyak
orang kaya jatuh miskin mendadak, betapa banyak orang memiliki pangkat dan
kedudukan diturunkan dari jabatannya dan menjadi orang biasa. Kedudukan akan
hilang, kekayaan akan sirna dan kecantikan pun akan habis. Dan hanya Allah ‫ ﷻ‬yang
tetap maha Agung selamanya. Namun demikian lafadz takbir yang mengandung
kemuliaan dan kebesaran tersebut, mulai sering digunakan dan diucapakan dengan
sembarangan. Kadang lafadz yang agung tersebut diteriakan ketika demo anarkis,
sambil merusak fasilitas umum, melempar batu dan dengan mengganggu orang orang
lain, bersamaan dengan itu mereka bertakbir. Apakah pantas kebesaran lafadz takbir
tersebut diucapkan bersamaan dengan mengganggu orang lain dan merusak. Tentu
tidak.

ُ‫ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر و ِهلل الَح ْم د‬

Hadirin yang dimuliakan Allah ‫ﷻ‬.

Di bulan Dzulhijjah ada dua gambaran bagi umat Islam. Bagi yang dipanggil Allah ke
Tanah Suci, mereka sibuk dengan rangkaian ritual ibadah haji, mulai wukuf di Arah,
mabit di Muzdalifah, Mina hingga tawaf ifhadah. Sedangkan umat Islam yang lain
termasuk kita, kita sibuk dengan ibadah puasa arafah, sedekah dan perayaan Idul adha
serta memotong kurban setelah ini.

Hari ini adalah hari yang sangat mulia. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim diceritakan; ketika Rasulullah berkhutbah, tiba-tiba beliau bertanya, “Hai,

bulan apa sekarang?” “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?” jawab para sahabat. Nabi ‫ﷺ‬
diam beberapa saat sehingga para sahabat menduga-duga, jangan-jangan beliau akan
menyebut nama yang bukan nama sebenarnya. “Tidakkah ini bulan Dzulhijjah?” tanya
beliau memecah kesunyian.” “Ya,” jawab sahabat.

“Negeri apa ini?” beliau bertanya lagi.

“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?” jawab sahabat. Beliau diam sehingga para sahabat
mengira beliau akan menyebut nama yang bukan nama sebenarnya dari negeri
dimaksud. Ternyata tidak. “Bukankah ini negeri haram (mulia)?” kata beliau. “Ya,” jawab
sahabat.

“Hari apakah ini?”

Beliau bertanya untuk ketiga kali. “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?” para sahabat
menjawab. Lagi-lagi beliau diam agak lama. Lagi-lagi para sahabat menyangka beliau
memelesetkan nama hari itu. Tetapi tidak. “Tidakkah ini hari penyembelihan (kurban)?”
kata beliau. “Ya,” jawab para sahabat. Beliau bersabda, “Sungguh darah, harta dan
kehormatan kalian adalah barang terlarang (untuk dilanggar) bagi kalian sebagaimana
terlarangnya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini. Sungguh kalian
bakal menghadap pada Tuhan kalian, lalu Dia akan menanyai kalian mengenai amal
perbuatan kalian.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Idul Adha benar-benar hari yang besar. Ini bukan hari biasa, seperti hari-hari lainnya.
Coba rasakan kebesarannya, kewibawaannya, kemuliaannya, demikian kira-kira Nabi ‫ﷺ‬
menganjurkan pada kita.

Hadirin yang dimuliakan Allah ‫ﷻ‬.

Kebesaran hari itu mestinya membawa dampak pada perilaku kita. Merasakan
kebesarannya mendorong kita tertunduk malu di hadapan Allah atas pelanggaran-
pelanggaran yang kita lakukan selama ini.

Tetapi sekarang, tampaknya, kebesaran dan kemuliaan hari seolah tak berbekas di hati
kita. Kita semakin tidak merasakan kebesarannya. Mungkin kita melakukan ritual rutin
pada hari itu: dengan melakukan shalat Idul Adha dan berkurban. Namun selebihnya,
kita tidak merasakan apa-apa. Yang melanggar larangan tetap saja melanggar larangan.
Yang mengabaikan perintah tetap saja tak peduli dengan perintah Allah.

Yang selama ini biasa mengambil hak milik orang lain secara tidak sah (entah dengan
mencuri, menipu, korupsi dan semacamnya) tetap saja melakukan hal itu meski telah
melewati hari nan besar itu. Yang biasa menindas orang lain, melecehkan kehormatan
orang lain, tetap saja melanjutkan kebiasaannya, meski telah melewati hari nan besar.
Idul Adha menjadi hambar bagi kita. Idul Adha menjadi tak banyak berarti bagi kita.

Yang mencaci tetap mencaci karena merasa lebih hebat dan lebih baik. Padahal Allah
yang lebih segalanya. Apalagi menjelang pemilu, semakin ramai cacian, makian dan
hinaan antarsesama Muslim, hanya karena beda pilihan. Padahal Rasul mengingatkan
bahwa sesama Muslim adalah mulia. Kenapa justru kita sendiri yang saling caci dan
menghujat?

‫ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر و ِهلل الَح ْم د‬


Saudara-saudara kaum Muslimin dan muslimah yang berbahagia.

Ibadah kurban merupakan ibadah yang diperintahkan Allah sejak jaman Nabi Adam AS.
Bahkan setiap Nabi yang diutus Allah ‫ ﷻ‬memiliki perintah kurban. Ibadah kurban yang
diikuti Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tidak terlepas dari peristiwa historis Nabi Ibrahim As.
Rasulullah ‫ﷺ‬. suatu saat ditanya oleh sahabatnya mengenai apa udlhiyah
(penyembelihan kurban) itu? Beliau menegaskan: ‫هذه سّن ة أبيكم إبراهيم‬ (ini adalah
sunnah bapakmu, Nabi Ibrahim As).

Nabi Ibrahim As hidup pada abad 23 SM. Masa persimpangan jalan pikiran umat
manusia tentang kurban-kurban manusia yang dipersembahkan kepada dewa-dewa
atau tuhan-tuhan mereka, sementara perintah Allah ‫ﷻ‬. kepada Nabi Ibrahim As untuk
menyembelih anaknya, Nabi Ismail lantaran diilhami dari suatu ru’yah (mimpi)
sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran (As-Shaaffat: 102) :

‫َفَلَّما َب َلَغ َمَع ُه الَّسْع َي َقاَل َي ا ُبَن َّي ِإِّن ي َأَر ٰى ِفي اْلَم َن اِم َأِّن ي َأْذ َب ُح َك َفاْن ُظ ْر َم اَذ ا َت َر ٰى ۚ َقاَل َي ا َأَبِت اْف‬
‫َع ْل َم ا ُتْؤ َم ُر ۖ َس َت ِج ُد ِني ِإْن َش اَء ُهَّللا ِمَن الَّصاِبِر يَن‬

Nabi Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu, maka pikirkan apa pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah Engkau akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang bersabar”.

Hadirin yang dimuliakan Allah ‫ﷻ‬.

Setiap individu yang mengaku beriman pasti akan diuji oleh allah ‫ﷻ‬. Sebagai bapak
akan diuji, sebagai Ibu dan istri akan diuji dan juga sebagai anak juga akan diuji. Ujian
tersebut untuk membuktikan kebenaran iman kepada Allah ‫ﷻ‬.

Para mufassir menyatakan, perintah Allah ‫ ﷻ‬kepada Ibrahim agar menyembelih


putranya sendiri hendak menyampaikan pesan kepada kita, bahwa betapapun
besarnya cinta seseorang kepada anak atau apapun yang dimiliki, bukanlah sesuatu
yang berarti bila Allah menghendakinya. Ridho dan mahabbah Allahlah yang sejatinya
yang paling berarti dalam hidup ini.

Disebutkan juga dalam akhir kisah tersebut, Allah ‫ ﷻ‬memberikan pengganti seekor
domba besar atas keberhasilan Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan perintah dan
ujian yang amat berat itu, seperti diungkap Al-Quran (As-Shaaffat: 107):

‫َو َفَدْي َن اُه ِبِذ ْب ٍح َع ِظ يٍم‬


artinya “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.

Selain sebagai bukti keimanan kepada Allah ‫ ﷻ‬dengan mengorbankan apapun jika
memang diperintahkan, maka peristiwa Nabi Ibrahim as, juga mengandung ‘ibrah
(pelajaran) bahwa Allah ‫ ﷻ‬menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia,
sehingga sama sekali tidak memperkenankan manusia dijadikan kurban
penyembelihan atau pembantaian serta sebagai tumbal apapun yang pada akhirnya
mengakibatkan pertumpahan darah atau melayangnya nyawa manusia. Karena itu,
Islam tidak pernah mentolerir terjadinya kekerasan, kebrutalan, dan penindasan dalam
bentuk apapun yang mengakibatkan pertumpahan darah dan penderitaan umat
manusia. Ia dengan tegas mengharamkan dan mengutuk perbuatan bunuh diri,
membunuh sesama atau membuat kerusakan apapun di muka bumi ini. Intinya
kejahatan kemanusiaan maupun kejahatan lingkungan secara tegas dilarang Al-Qur’an.

Dengan menangkap pesan dan ‘ibrah dari peristiwa besar yang tidak ada duanya dan
tidak akan terulang kedua kalinya dalam sejarah umat manusia itu, dapat disinyalir
bahwa Muslim sejati adalah yang memiliki kecintaan dan kepatuhan mutlak kepada
Allah ‫ ﷻ‬melebihi kecintaannya kepada siapapun dan apapun. Perjuangan Nabi Ibrahim
As dan putranya, Nabi Ismail As hendaknya juga dapat dijadikan sarana introspeksi diri
atas ketaatan kita, untuk selanjutnya ritualitas kurban diharapkan mampu membentuk
karakter kepribadian kita sebagai manusia yang peka terhadap lingkungan dan
masyarakat sekeliling kita, sebagai manusia yang gemar berkorban dan mengulurkan
tangan kepada mereka yang lemah dan yang tertindas.

ُ‫ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر و ِهلل الَح ْم د‬


Saudara-saudara kaum Muslimin dan muslimah yang dimuliakan Allah.

Yang perlu kita perhatikan dalam Ibadah Kurban adalah makna kurban yang
mengandung nilai pengorbanan. Kurban, yang kita niatkan untuk Allah dan hanya ingin
mendapatkan ridha Allah bukan hanya memotong kambing atau sapi pada hari raya
Idul Adha saja. Ajaran mengorbankan kambing atau sapi dan dagingnya untuk
dibagikan kepada orang miskin hanyalah sarana latihan dan pengingat saja.
Pengorbanan jiwa, raga dan harta harus dilakukan setiap saat, untuk membuktikan
derajat ketaqwaan dan keimanan kita.

Apa lagi pada saat ini, banyak bencana dan musibah melanda bangsa kita. Banjir
bandang dipulau NTB, Kekeringan, kapal tenggelam, angin topan, wabah penyakit
hingga kebakaran atau gedung yang runtuh. Di sinilah saat pengujian keimanan kita,
seberapa besar ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah. Saat ini adalah waktu yang
tepat untuk berkorban dengan segala yang kita miliki demi kebahagiaan mereka yang
terkena bencana. Bukan hanya kambing atau sapi saja yang harus dikurbankan, namun
juga kekayaan lainnya, baik uang, makanan, pakaian bahkan tenaga kita harus juga kita
kurbankan demi mencapai ketaqwaan dan keimanan yang sempurna.

Kita harus menata kembali keimanan, membina negara, umat dan bangsa. Kita harus
bersatu dan berdamai dengan sesama saudara kita. Karena kita semua kaum Muslimin
di seluruh dunia sedang dijajah orang-orang Barat. Kaum Muslimin sedang diinjak-injak
dan sedang dalam kesengsaraan. Hal ini disebabkan perpecahan dan permusuhan
diantara kita. Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah, Tepatlah apabila
perayaan Idul Adha digunakan menggugah semangat kita untuk berkorban bagi negeri
kita tercinta yang saat ini sedang dirundung kesusahan. Krisis moral yang terus
menggerogoti, beban ekonomi masyarakat yang semakin berat, dan kulitas pendidikan
di negeri kita yang belum hebat, narkoba merajalela dan kenakalan remaja di mana-
mana.

Dalam kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-
mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara.
Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak tidaklah mudah, berjuang dalam rangka
mensejahterahkan umat memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Semoga kita
semua mampu menjadi orang yang bertakwa yang sanggup berkorban demi kemajuan
bersama.

Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela
berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.

Akhirnya, semoga ibadah kurban kita diterima Allah ‫ﷻ‬, dikuatkan iman kita, semoga
Allah senantiasa menjaga kita semua, anak-anak kita, keluarga kita, saudara-saudara
kita, tetangga-tetangga kita dari musibah dan bencana dan semoga kita semua diberi
rezeki yang membawa berkah untuk beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬.

‫اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِدنَا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َاْن ِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك‬
‫َو َمآلِئَك ِة ْالُم َقَّر ِبْي َن َو اْر َض اللُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء الَّر اِش ِد ْي َن َاِبى َب ْك ٍر َو ُع َم رَو ُع ْث َم ان َو َع ِلى َو َع ْن َب ِقَّيِة‬
‫الَّص َح اَبِة َو الَّت اِبِع ْي َن َو َت اِبِعي الَّت اِبِع ْي َن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َي ْو ِم الِّد ْي ِن َو اْر َض َع َّن ا َمَع ُهْم ِبَر ْح َمِتَك َي ا َا‬
‫ الّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت َو اْلُمْس ِلِم ْي َن َو اْلُمْس‬.‫ و الحمد هلل رب العالمين‬. ‫ْر َح َم الَّر اِحِم ْي َن‬
‫ِلَماِت َو َأْص ِلْح َذ اَت َب ْي َن ُهْم َو َأِّلْف َب ْي َن ُقُلْو ِبِه ْم َو اْج َع ل ِفي ُقُلْو ِبِه م اِإلْي َم اَن َو اْلِح ْك َم َة َو َث ِّب ْت ُهْم َع َلى ِم َّل‬
‫ِة َر ُسْو ِلَك َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلْم َو َأْو ِز ْع ُهْم َأْن ُيْو ُفْو ا ِبَع ْه ِدَك اَّلِذي َع اَه ْد َت ُهْم َع َلْي ِه َو اْن ُصْر ُه ْم َع َل‬
‫ى َع ُد ِّو َك َو َع ُد ِّو ِه ْم ِإلَه اْل َح ِّق َو اْج َع ْلَن ا ِم ْن هم‬

Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, Muslimin dan Muslimat, perbaikilah di

hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu ‫ﷺ‬, berikanlah mereka agar mampu
antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan

menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-
Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang haq jadikanlah kami termasuk dari mereka.
‫‪Khudbah 2‬‬

‫ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ُهللَا َأْك َب ُر ‪َ .‬اْل َح ْم ُد ِهلل َع لَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر‬
‫َلُه َع لَى َت ْو ِفْي ِقِه َو ِاْم ِتَن اِنِه ‪َ .‬و َأْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َدُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد أَّن َس ِّيَد َن ا ُم َح َّم‬
‫ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ى إلَى ِر ْض َو اِنِه ‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد ِو َع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم‬
‫َت ْس ِلْيًما ِك ثْيًر ا‬

‫َأَّما َب ْع ُد َفيَا َاُّي َه ا الَّن اُس ِاَّتُقواَهللا ِفْي َم ا َأَمَر َو اْن َت ُهْو ا َع َّما َن َه ى َو اْع َلُمْو ا َأَّن َهللا َأَمَر ُك ْم ِبَأْم ٍر َب َد َأ ِفْي ِه ِبَن‬
‫ْف ِس ِه َو َث ـَن ى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َت عَاَلى ِإَّن َهللا َو َمآلِئَكَت ُه ُيَص ُّلْو َن َع لَى الَّن ِبى يآ َاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن آَم ُنْو‬
‫ا َص ُّلْو ا َع َلْي ِه َو َس ِّلُمْو ا َت ْس ِلْيًما‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِدن‬
‫َا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َاْن ِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َمآلِئَك ِة ْالُم َقَّر ِبْي َن َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء الَّر اِش ِد ْي َن َأِبى َب ْك ٍر‬
‫َو ُع َم ر َو ُع ْث َم ان َو َع ِلى َو َع ْن َب ِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّت اِبِع ْي َن َو َت اِبِعي الَّت اِبِع ْي َن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلىَي ْو ِم الِّد ْي ِن‬
‫َو اْر َض َع َّن ا َمَع ُهْم ِبَر ْح َمِتَك َي ا َاْر َح َم الَّر اِحِم ْي َن‬

‫َأ‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو ْالُمْؤ ِم َن اِت َو ْالُمْس ِلِم ْي َن َو ْالُمْس ِلَماِت َاَالْح يآُء ِم ْن ُهْم َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم ِع َّز ْاِإل‬
‫ْس َالَم َو ْالُمْس ِلِم ْي َن َو َأِذَّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِر ِك ْي َن َو اْن ُصْر ِع َب اَد َك ْالُم َو ِّح ِدَّي َة َو اْن ُصْر َم ْن َن َص َر الِّد ْي َن‬
‫َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْالُمْس ِلِم ْي َن َو َد ِّمْر َأْع َداَء الِّد ْي ِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َي ْو َم الِّد ْي ِن ‪ .‬اللُهَّم اْد َفْع َع َّن ا ْالَب َال‬
‫َء َو ْالَو َب اَء َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْت َن ِة َو ْالِمَح َن َم ا َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن َع ْن َب َلِد َن ا ِاْن ُد وِنْي ِس َّيا‬
‫خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَداِن ْالُمْس ِلِم ْي َن عآَّم ًة َي ا َر َّب ْالَع اَلِم ْي َن ‪َ .‬ر َّب َن ا آِتنَا ِفى الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفى ْاآلِخَر ِة‬
‫َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر ‪َ .‬ر َّب َن ا َظ َلْم َن ا َاْنُفَس َن اَو ِاْن َلْم َتْغ ِفْر َلَن ا َو َت ْر َح ْم َن ا َلَن ُك ْو َن َّن ِمَن ْالَخ اِس ِر ْي َن ‪ِ .‬ع َب ا‬
‫َد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ْأُمُر َن ا ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإلْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذي ْالُقْر بَى َو َي ْن َه ى َع ِن ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْن َك ِر َو ْالَب ْغ ي‬
‫َيِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَع ِظ ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َي ِز ْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َب ْر‬

Anda mungkin juga menyukai