1
manusia-manusia terbaik dari sejarah kemanusiaan dan sejarah kemantapan iman. Dialah Nabi
Ibrahim .
Setiap kali hari suci Idul Adha menyapa ingatan kita, pasti kita akan diingatkan dengan kisah
beliau dan keluarganya. Hari ini, di saat jutaan saudara kita kaum muslimin bergegas
melaksanakan prosesi ibadah haji yang agung di tanah suci. Maka di tanah air ini, kita duduk
sejenak untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang dititipkan Allah kepada kita, melalui kisah
monumental Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Allah Ta’ala berfirman:
ِذ ِه
َقْد َك اَنْت َلُك ْم ُأْس َو ٌة َح َس َنٌة يِف ِإْبَر ا يَم َو اَّل يَن َمَعُه
“Sungguh bagi kalian terdapat teladan yang baik dalam (diri) Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya…” (al-Mumtahanah: 4)
Momen-momen fenomenal dalam berkorban demi pengabdian pada Sang Ilahi Robbi,
menjadikan Nabi Ibrahim sebagai pribadi panutan sepanjang zaman. Bahkan Allah pun
mensyari’atkan melalui Nabi kita tercinta Muhammad , ibadah Qurban yang penuh makna dan
hikmah, dimana hari ini, Insya Allah, kita akan melaksanakannya.
Semangat berqurban, pada intinya, adalah semangat bertauhid yaitu mengesakan Allah
dalam hal ibadah, semangat pengabdian kepada Pencipta, penghambaan kepada Ilahi, dan
pendekatan hanya kepada Allah Azza Wa Jalla. Tanpa semangat bertauhid, maka semua ibadah dan
pengamalan itu menjadi tidak berarti.
Kekhawatiran dan kewaspadaan terhadap lawan dari tauhid yaitu KESYIRIKIAN, adalah
suatu yang mutlak harus melekat pada diri setiap mukmin. Karena virus-virus kesyirikan inilah
yang paling dangerous (paling berbahaya) dalam kehidupan seorang insan, dosa yang paling BESAR.
) سورة النساء48( } {ِإَّن َهّللا َال َيْغ ِفُر َأن ُيْش َر َك ِبِه َو َيْغ ِفُر َم ا ُد وَن َذ ِلَك ِلَم ن َيَش اء َو َم ن ُيْش ِرْك ِباِهّلل َفَقِد اْفَتَر ى ِإْثًم ا َع ِظ يًم ا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.
Menyadari hal ini, Ibrahim berdoa kepada Allah sebagaimana yang diabadikan dalam Al
Quran surat Ibrahim : 35 :
) سورة إبراهيم35( } َو اْج ُنْبِني َوَبِنَّي َأن َّنْع ُبَد اَألْص َناَم
Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Semangat berkurban juga sejatinya harus menjadi pendorong yang paling kuat untuk
semakin dekat dengan Allah Azza Wa Jalla. Bukankah arti kata QURBAN sendiri adalah “Sesuatu
yang mendekatkan”? Oleh karena itu, ambil hikmah dari hari bersejarah ini. Mari mengangkat
bendera pengorbanan, kita berkorban demi meraih rido Ilahi yaitu dengan selalu taat kepada Allah,
melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Dan ingatlah, jangan sampai pula kita yang menjadi korban, korban praktek kesyirikan,
korban adat istiadat yang melanggar syariat, korban kerakusan harta, korban ambisi pangkat,
korban kursi jabatan, korban pergaulan bebas, korban mode dan gaya, korban teknologi, korban
jejaring sosial, korban internet, korban facebook, dan korban kemaksiatan lainnya.
Hindari semua itu! Jangan kita menjadi salah satu korban-korban perkara tersebut terutama
sekali korban dalam tiga hal berikut :
- korban tidak mau berkurban,
- korban tidak ikhlas dalam berkurban,
2
- dan korban praktek kesyirikian dalam berkurban.
Korban pertama : Korban tidak mau berkurban. Jangan sampai kita tidak mau berkurban,
jangan sampai selama hidup kita tidak pernah berkurban, jangan sampai berniat kurban pun tidak
ada dalam hati kita, apa lagi kalau kita termasuk orang yang berada, harta punya tapi niat kurban
tak punya. Malulah kita kepada Allah, kalau hanya bisa menerima daging kurban, tapi tidak bisa
berkurban. Pikirkanlah dan usahakan untuk hari ke depan agar kita bisa berkurban.
Rasulullah bersabda :
اَّل َن اَل ٌة َل َك َل
رواه ابن ماجه وأحمد. ف َي ْق َر َبَّن ُم َص ا، َم ْن اَن ُه َس َع َو ْم ُي َض ِّح
Saudaraku, ingatlah! Bukankah Ibadah kurban selalu mengingatkan kita kepada Nabi
Ibrahim yang bersedia mengorbankan Ismail, putra semata wayang yang sangat disayanginya.
Bagaimana tidak, setelah Ibrahim menunggu sekian lama akan kehadiran seorang anak dalam
keluarganya, tiba-tiba Allah mewahyukan kepada beliau untuk mengorbankan dan mengurbankan
anaknya, justru ketika sang anak baru tumbuh dan sedang lucu-lucunya. Pada awalnya, Ibrahim
bingung dan guncang jiwanya, namun akhirnya kecintaan beliau pada Allah menuntunnya untuk
mengalahkan ego kebapakannya demi menjalankan perintah Allah .
Kalau Ibrahim berani mengorbankan Ismail, maka sekarang apa yang akan kita korbankan.
Apa ‘Ismail’ kita? Kedudukan kah? Harga diri? Profesi? Uang? Rumah? Sawah dan kebun? Mobil?
Keluarga? Citra diri? Masa muda? Keelokan para rupa? Rokok? Hape? Mungkin sampai saat ini,
kebanyakan kita belum tahu pasti, apa ‘Ismail’ kita yang patut kita korbankan demi kecintaan kita
kepada Allah ?
Ada beberapa petunjuk untuk mengetahuinya. ‘Ismail’ kita adalah setiap sesuatu yang
melemahkan iman kita, setiap sesuatu yang membuat kita hanya memikirkan kepentingan diri
sendiri, setiap sesuatu yang membuat kita tidak dapat mendengar perintah Allah, dan setiap sesuatu
yang membutakan mata kita dan telinga kita untuk melihat dan mendengar kebenaran. Kalau kita
ini Ibrahim, maka korbankalah ‘Ismail-Ismail’ kita itu? Guna berkurban/mendekatkan diri kepada
Allah.
Kalau kita mau jujur, dalam hakikat kehidupan kita sehari-hari, bisa kita dapatkan banyak
kekurangan kita. Oleh karena itu, kurban yang diperintahkan buat kita, bukanlah anak kita untuk
disembelih, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu,
kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita,
- Memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban saja, kita masih terlalu
banyak berfikir.
- Memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya.
- Memotong sedikit saja waktu kita untuk sholat lima waktu ke mesjid, kita masih keberatan.
- Memotong sedikit saja waktu main kita untuk ikut majelis taklim, mendengerkan ceramah
agam, itupun masih sering terlambat atau tak hadir
- Memotong sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya
- Bagaimana pula kalau pengeluaran rokok dikurangi dikit saja supaya ada dana berkurban,
padahal tidak sebanding banyaknya, rokok sebulan bisa sekitar 300 sampai 900 ribu rupiah,
sedangkan kurban cuman kurang dari 200 ribu saja, belum sanggup kita. Kredit HP dengan
harga mahal sanggup kita, tapi kredit kurban masih entah dimana niat kita?!!
Begitu banyak kelalaian kita, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah. Ghufranaka ya rob.
Mudah-mudahan kita menjadi lebih baik mulai detik ini. Amin. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Walillahilhamd.
Selain itu, digantinya Ismail dengan hewan sembelihan (domba besar dan gemuk)
mengisyaratkan bahwa yang harus dihilangkan dari diri kita sebagai muslim adalah segala sifat
buruk kebinatangan. Sikap materialistis (hubud dunya), gila jabatan (hubbul jah), serakah,
sombong, ingin menang sendiri, tidak mengenal belas kasihan, serta tidak saling menghargai dan
3
menghormati sesama manusia, KKN, menumpuk kekayaan, sedangkan orang lain menderita, semua
itu harus segera ditinggalkan.
5