Anda di halaman 1dari 11

Khutbah Idul Adha: Fadilah Haji dan Qurban Dalam

Membina Aqidah, Akhlak dan Solidaritas Sosial

Khutbah Pertama:

Alhamdullillah, Puja dan Puji syukur kita panjatkan


kehadirat Allah Swt yang telah memberikan karunia luar
biasa. Kita dipersatukan melalui Idul Adha, Hari Raya
Kurban, kenikmatan yang kita dapatkan sangat banyak
sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung
nikmat-nikmat itu. Karena itu, Allah SWT tidak
memerintahkan kita untuk menghitung tapi
mensyukurinya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
bagi Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat,
para tabi’in-tabi’in dan para pengikut setia serta para
penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.

Kemudian, tidak bosan-bosannya khotib mengajak


diri khotib sendiri dan kepada jama’ah sekalian untuk
sama-sama meningkatkan kualitas iman dan takwa
kepada Allah SWT. Semakin berganti bulan, semoga iman
dan takwa kita semakin meningkat, sehingga Semakin
bahagia dunia dan akhirat. Amin ya robbal alamin.

Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,

Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1443 Hijriah


seluruh umat Islam di seluruh dunia memperingati hari
raya Idul Adha atau hari raya Qurban. Sehari sebelumnya,
9 Dzulhijah 1443 Hijriah, jutaan umat Islam yang
menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di
Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang
kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada
keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang
lainnya kecuali takwa kepada Allah.

Alhamdulillah wa syukurillah ‘ala nikmatillah. Bahagia


rasanya kita karena bisa melihat keluarga, sanak saudara,
kerabat, hingga teman sesama muslim yang bisa
menunaikan rukun Islam yang kelima, setelah sebelumnya
terhalang oleh pandemi corona.

Kalimat takbir Allahuakbar, membebaskan kita dari


jiwa-jiwa yang kerdil. Kemudian kita mengucapkan
kalimat tahmid walillahilhamd, hanya kepunyaan Alllah
segala pujian-pujian itu. Kalau hari ini, jamaah masih gila
terhadap pujian, gila akan hormat, gila jabatan. Hal itu
tidak pantas, karena segala pujian itu hanya kepunyaan
Alllah.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang Dimuliakan oleh


Allah SWT,

Ibadah haji dan Qurban tidak bisa dilepaskan dari


sejarah kehidupan Nabi Ibrahim as, karenanya sebagai
teladan para Nabi, termasuk Nabi Muhammad saw, Ketika
kita mengenang kembali manhaj Nabiyullah Ibrahim AS,
setidaknya ada tiga hal yang dapat kita ambil hikmahnya
dari peristiwa haji dan Qurban dalam merekonstruksi
kehidupan kita.

Pertama, memelihara kekuatan aqidah, iman kepada


Allah swt. Nabi Ibrahim as telah mencontohkan kepada
kita bagaimana aqidah begitu melekat pada jiwanya
sehingga ia berlepas diri dari siapa pun dari kemusyrikan,
termasuk orang tuanya yang tidak mau bertauhid kepada
Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman Allah
diatas, yang artinya:

“Sesungguhnya Telah ada suri teladan yang baik


bagimu pada Ibrahim dan orangorang yang bersama
dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka:
“Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari
daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja.” (QS Al Mumtahanah
[60]:4).
Ibadah qurban mengajarkan ketulusan dan kepatuhan
kepada Allah dalam segala amal dan perbuatan. Seberat
apapun perintah Allah akan dikerjakan dengan patuh dan
taat, tidak ada tawar-menawar, apalagi menolaknya.

Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, serta Hajar, telah


membuktikannya. Keyakinan yang mendalam bahwa
keputusan Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya, dan
harapan yang kuat bahwa janji Allah pasti akan ditepati,
bahwa Allah tidak akan pernah menelantarkan hamba-Nya
telah menguatkan hati mereka untuk melakukan
pengorbanan yang sangat mahal.

Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,

Yang Kedua, Ketika kita mengenang kembali manhaj


Nabiyullah Ibrahim AS, hikmah yang bisa kita ambil adalah
Akhlaqul Karimah.

Kondisi akhlak masyarakat kita sekarang kita akui


masih amat memprihatinkan Apalagi ditambah dengan
semakin majunya era teknologi dan media sosial. Lihat
saja di negara kita ini. Maksiat semakin merajalela,
perampokan, pembunuhan, korupsi hingga saling umpat
tidak ada habis-habisnya.

Begitu pula di televisi, para DPR, wakil rakyat masih


saja memperebutkan jabatan. Ribut sini ribut sana. Fitnah
sini fitnah sana. Semuanya dipenuhi interupsi, caci maki,
hujatan. Apakah itu layak dilihat masyarakatnya? Bila ini
terus berlangsung, cepat atau lambat yang lemah dan
hancur bukan hanya diri dan keluarga, tapi juga umat dan
bangsa.
Karena itu melanjutkan misi Nabi Muhammad saw
memperbaiki akhlaq menjadi sesuatu yang amat penting.
Profil Nabi Ibrahim dan keluarganya serta dari ibadah haji
yang harus ditunaikan oleh kaum muslimin sekali seumur
hidupnya adalah menjauhi segala bentuk keburukan dan
melakukan segala bentuk kebaikan.

Akhlaq mulia tercermin dari jawaban Ismail as yang


meskipun begitu siap untuk melaksanakan perintah Allah
swt berupa penyembelihan dirinya, namun ia tidak
mengklaim dirinya sebagai orang yang paling baik atau
paling sabar, tapi ia merasa hanyalah bagian dari orang-
orang yang sabar karena generasi terdahulu juga sudah
banyak yang sabar, Allah swt menceritakan masalah ini
dalam firman-Nya:

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur


sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".(QS Ash
Shaffat [37]:102).

Karena buah dari kesabarannya yang dilandasi akhlaq


mulia, Allah SWT, mengganti Ismail AS dengan seekor
kambing, sehingga umat Islam disyariatkan untuk
melakukan ibadah qurban, yakni memotong binatang
ternak, baik kambing, sapi, atau unta, untuk dibagikan
kepada sesama, sebagai ketegasan sikap, bahwa
kesempurnaan keIslaman kita, tidak hanya terletak pada
kualitas ketulusan penghambaan kepada Allah, tetapi juga
kerelaan berbagi kapada sesama.

Pelaksanaan perintah berqurban, mengajarkan kita untuk


tidak menjadikan kecintaan kita kepada hal-hal yang
bersifat duniawi, baik itu berupa keluarga, harta benda,
bahkan jiwa, adalah segala-galanya, dan menjadikannya
sebagai alasan pembenar untuk berbuat dzalim dan aniaya
kepada sesama.

Risalah qurban adalah penegasan bahwa mengorbankan


orang lain untuk dan atas nama apapun, tidak dapat
dibenarkan, dan tidak boleh terjadi. Risalah qurban adalah
perintah untuk memangkas sifat-sifat kebinatangan pada
diri manusia. Semoga Allah SWT membukakan hati kita,
hati saudara kita, hati para pemimpin kita, untuk meresapi
makna perjuangan dan pengorbanan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi sesama, sehingga cita-cita untuk
mewujudkan negeri yang adil dalam kemakmuran, dan
makmur dalam keadilan dapat tercapai.

Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,

Yang Ketiga, Ketika kita mengenang kembali manhaj


Nabiyullah Ibrahim AS, hikmah yang bisa kita ambil adalah
persaudaraan sosial dan persaudaraan Islam
Dalam ibadah haji, kaum muslimin dari seluruh dunia
dengan berbagai latar belakang yang berbeda bisa
bertemu, berkumpul dan beribadah di tempat yang sama,
bahkan dengan pakaian yang sama. Ini semua seharusnya
sudah cukup untuk memberi pelajaran betapa
persaudaraan antar sesama kaum muslimin memang
harus kita bangun.

Dalam konteks kehidupan kita sekarang, mungkin saja


kita berbeda-beda suku dan bangsa, organisasi sosial dan
politik, dalam kelompok-kelompok aliran atau pemahaman
keagamaan, bahkan berbeda dalam penetapan Hari Raya
Idul Adha, tapi semua itu seharusnya tidak membuat kita
menjadi begitu fanatik lalu merasa benar sendiri dan
menganggap kelompok lain sebagai kelompok yang salah.
Harus kita ingat bahwa ukhuwah merupakan bukti
keimanan dan bila ini belum kita wujudkan pertanda
lemahnya keimanan yang kita miliki, Allah swt berfirman:

Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya


bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat ayat 10). Kita
amat menyayangkan bila banyak orang mau jadi pejabat
tapi tidak mampu mempertanggungjawabkannya,
jangankan di hadapan Allah swt, di hadapan masyarakat
saja sudah tidak mampu, inilah pemimpin yang amat
menyesali jabatan kepemimpinannya, Rasulullah saw
bersabda:
Artinya: Abu Dzar RA berkata: Saya bertanya, Ya
Rasulullah mengapa engkau tidak memberiku jabatan?
Maka Rasulullah menepukkan tangannya pada pundakku,
lalu beliau bersabda: Hai Abu Dzar, sungguh kamu ini
lemah, sedangkan jabatan adalah amanah, dan jabatan itu
akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari
kiamat, kecuali bagi orang yang memperolehnya dengan
benar dan melaksanakan kewajibannya dalam jabatannya
(HR. Muslim)

Ibadah haji dan kurban yang disyariatkan bagi umat ini,


diantara pesan tekstual yang Allah sampaikan adalah agar
mampu memberikan manfaat bagi sesama manusia.

 Ketika menjadi anak ia pandai membahagiakan orang


tua, tidak membuatnya susah dan menderita, menjadi
kebanggaan dan pelita hati mereka.
 Ketika menjadi suami, pandai membahagiakan istri
dan anak-anaknya, tidak melakukan perbuatan yang
mengganggu perasaan dan eksistensinya, demikian
juga ketika menjadi istri, ia pandai membahagiakan
suami, dan anak-anaknya, menyayangi dengan penuh
cinta.
 Ketika menjadi tetangga, ia adalah tetanga yang baik
yang tidak menjadi ancaman bagi tetangga lainnya,
mampu menghadirkan rasa aman dan kehormatan
bagi tetangga di sekitarnya. Menjauhi segala
tindakan dan perbuatan yang mengganggu apalagi
melukainya.
 Ketika menjadi pejabat ia berguna bagi rakyatnya,
tidak melakukan perbuatan yang merugikan,
memberatkan, apalagi mendzaliminya. Dan lain
sebagainya.

Akhirnya, Marilah kita jadikan Hikmah Haji dan Qurban


ini sebagai pencerahan dalam memperkuat akidah,
akhlaq, solidaritas dan soliditas keummatan, kebangsaan
dan kemanusiaan kita. Hubungan yang dibangun di atas
landasan iman dan taqwa, dihiasi dengan akhlak mulia
yang tertuang dalam pola saling menghargai dan
menghormati, memahami perbedaan sebagai sebuah
kenyataan, tidak untuk dibenturkan tetapi keniscayaan
yang harus diterima dan dikelola dengan sebaik-baiknya.

Demikian khutbah idul adha kali ini, semoga Allah SWT


melunakkan hati kita untuk menerima hidayah dan
syariahnya, melunakkan hati kita untuk lebih peduli
kepada sesama. Amin ya Rabbal Aalamiin.
Khutbah Kedua:

Ya Allah, kami sadar sungguh begitu banyak nikmat


dan karuniamu yang tidak pernah putus kpd kami, namun
baru sedikit yang kami ikhlaskan, yang kami
persembahkan, dan kami korbankan untuk semata-mata
mengabdi dijalanmu. Ya Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang, kami sering lupa, tidak menghargai
petunjukmu, kami buta, kami bisu, kami sombong di
hadapanmu.

Kami masih merasa paling pintar, paling kuat, egois,


padahal kami paling bodoh, kami paling lemah
dihadapanmu. Kami merasa paling terhormat, paling
berkuasa, paling mulia, padahal kami paling rendah dan
hina dihadapanmu Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim.
Maafkan dan ampuni kami Ya Allah. Jangan jadikan semua
itu halangan kami untuk melewati jembatan shiratal
mustaqim-Mu Ya Allah. Ya Allah, mantapkanlah hati kami,
naungkanlah kami dengan cahayamu Ya Allah, agar kami
bisa membawa diri sebagai khalifahmu di muka bumi ini..

Anda mungkin juga menyukai