هللا أكــبر كبــيرا والحمــد هلل كثــيرا وســبحان هللا،ال إله إال هللا وهللا أكبر هللا أكبر
ال إلــه إال هللا وال نعبــد إال إيــاه مخلصــين لــه الــدين ولــو كــره.بكــرة وأصــيال
هللا أكبر وهلل الحمد .ال إله إال هللا وهللا أكبر.المشركون
Allahu Akbar……. 3x
Tidak lupa kepada keluarganya yang suci para sahabatnya yang terpercaya juga
kepada kita semua selaku umatnya yang tunduk patuh kepada ajaran Allah dan
Rasul Nya…. Aamin …. !
ALLAHU AKBAR… 3x
Allahu Akbar 3X…, kini sampailah kita pada hari kemenangan, hari bahagia 1
Syawal tahun 1437 H, hari kita kembali pada fitrah, membersihkan diri dari segala
macam kesalahan dan kealpaan. Kita pakai baju baru, pikiran baru dan hidup baru,
kembali untuk berbuat yang lebih baik dan baru.
Lebaran harus kita isi tidak hanya sekedar saling ma’af-mema’afkan atau
saling halal-menghalalkan, tetapi juga harus kita jadikan sebagai momentum
untuk mengevaluasi diri, dalam meningkatkan kualitas keimanan kita kepad Allah
Swt, sehingga terciptanya insan kamil ( manusia yang berkarakter parifurna) yang
menebarkan kesholihan vertika maupun kesholihan sosial.
Gema takbir, tahmid dan tahlil sering kali menggugah sanubari kita menjadi
gemetar, pilu dan sedih. Namun pernahkah kita merasa tertipu oleh kepalsuan
hawa nafsu, yang akhirnya terperosok pada perbuatan yang mencemari kesucian
ibadah puasa kita?, atau pernahkah kita membayangkan, di saat hari lebaran ini,
nasib dan keadaan saudara-saudara kita yang tinggal di rumah-rumah kertas, yang
mukim di lorong-lorong sempit di sepanjang rel-rel kereta api, anak yang masih di
bawah umur hidup sebatang kara tanpa orang tua tanpa saudara
Di balik kegembiraan kita kali ini, ternyata kesedihan dan keterharuan
muncul dan mencekam pula,…, bukan sedih karena tidak berbaju baru, bukan
sedih tidak berkain dan bersepatu baru, melainkan kita merasa di bulan suci itu
sering tertipu oleh hawa nafsu yang mengakibatkan kita terpeleset. Di bulan suci
kita banyak menyeru untuk berbuat baik, tetapi di bulan suci itu pula kita
membiarkan perbuatan-perbuatan mungkar merajalela,.. di bulan suci kita
menyeru persatuan, tetapi di bulan suci itu pula kita biarkan umat terkotak-kotak
karena pagar khilafiyah, dan berbeda aspirasi politik… itu semua kita sadari dan
kita sesali pada hari ini dengan thobat yang sesungguhnya.
Dengan sikap ikhlas dan jujur kita akui, bahwa kita sering kehilangan
keseimbangan antara kepentingan agama dan dunia, sehingga hidup ini terasa
berat sebelah yang pada gilirannya mengakibatkan kehampaan bathin atau
kekurangan keceradasan spiritual dan kecerdasan emosional.
لهم قلوب ال يفقهون بها ولهم أعيون ال يبصــرون بهــا ولهم أذان ال يســــمعون بهــا اولــئـــك كااالنعــام بــل هم
أضل أولئــك هم الغـافلون
Untuk itu, sudah saatnya kita menyadari apa yang kita lakukan selama ini,
saat inilah dan untuk selanjutnya kita kembali pada hakikat yang fitri, menjadi
manusia yang beruhul Islam, manusia yang memiliki citra yang ihsan, bukan
manusia bertabi’at hewan dan Iblis. Dengan demikian, akhlak
Fir’aunisme semacam itu, mudah-mudahan pada pagi hari ini, sirna habis terkuras
percikan kalimat takbir, tahmid dan tahlil.
Puasa bukan hanya menahan dan memindahkan jadwal makan dan minum
dari siang ke malam hari saja, tetapi jauh lebih dari itu puasa juga mengajarkan
pada kita, perlunya sikap disiplin, jujur dan punya integritas moral yang tinggi.
Begitu pula, puasa mendidik kita agar punya sikap tenggang rasa dan kesetia
kawanan antara sesama, sehingga tonggak pembeda antara si kaya dan si miskin
dapat dihapus dengan kesamaan kewajiban sama-sama menahan lapar dalam
bentuk ibadah puasa. Maka di sinilah hati kita akan lunak dan merasa kasihan,…
betapa getir dan pahitnya ketika si fakir miskin mau makan dan minum , namun
tidak punya apa-apa yang akhirnya terpaksa mereka harus menahan lapar…!?
Maka muncullah pikiran dan perasaan kita untuk menolong mereka, yaitu
dengan mengeluarkan zakat fitrah atau zakat mal sebagai bukti kita ikut
mengentaskan kemiskinan, terutama dalam rangka pemerataan ekonomi agar tidak
hanya mengucur pada kelompok tertentu, yang pada gilirannya akan muncul
kesenjangan sosial yang tambah menganga lebar, muncul dominasi kelompok
ekonomi oleh segelintir taipan. Padahal Allah telah berfirman dalam surat Al
Hasyer : 7 :
والـيتـــمى والمســاكين وإبن مـآ افـآ ءهلل عـلى رسـولــه من أهــل الـقــرى فللـــه وللـرســــول ولــذي القـــربى
}7 : السـبيل كي اليكـون دولـة بيـن االغـنيــاء منــكـم {ألحشـر
Artinya : “Apa saja harta rampasan yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya,
yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah untuk Rasul-Nya,
kerabat Rasul, anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
diperjalanan, supaya harta itu tidak hanya berputar (beredar) diantara orang-orang
kaya saja diantara kamu sekalian”.
Telah disinggung di atas, bahwa puasa dan zakat sama-sama mengajar dan
mendidik kita, agar menyeimbangkan antar kehidupan akhirat dan dunia, antar
pemenuhan kebutuhan ruhani dan kebutuhan jasmani, sehingga tidak ada yang
harus dikesampingkan,… kenapa?, karena Islam terletak antara dua aliran besar,
yaitu :
2. Aliran Materialisme, yaitu suatu aliran yang lebih mementingkan harta benda
sebagai kebutuhan jasmani. Tentu ini juga bertentangan dengan fitrah manusia.
Maka yang terbaik adalah kita satukan, agar ia hidup seiring dan sejalan, saling
mengisi dan saling mendukung satu sama lainya dan tidak ada yang perlu
diabaikan.
Dengan kalimat takbir, tahmid dan tahlil yang disertai dengan tobat
(memohon ampun) kepada Allah SWT. Mudah-mudahan segala kotoran habis
bersih tidak nampak, yang tertinggal hanya satu, yaitu denyutan jantung
penyesalan penuh luka bekas langkah kepalsuan dan dosa. Dengan siraman takbir,
tahmid dan tahlil, jiwa kita menjadi pasrah rasanya menyerah kalah, tunduk
dihadapan Allah Yang Maha Besar.
Hati berbisik tanpa suara, menyodorkan noda dan dosa disertai harapan
suci, yaitu inayah, hidayah dan maghfirah-Nya agar senantiasa tercurah,
ketahanan iman terjaga kemampuan untuk membuktikan bahwa Islam itu tinggi
lebih terasa dan agar kehidupan kita sebagai umat Islam, sekaligus sebagai bangsa
Indonesia tercipta sejahtera.
Kini di hadapan kita terbentang padang karya yang luas, tugas suci yang
murni yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Modal pokoknya adalah kesucian hati dan
ketabahan jiwa sebagai hasil dari pembinaan ibadah puasa ramadhan satu bulan
penuh khususnya.
Amar ma’ruf nahi mungkar itu merupakan tugas kita bersama, menyeru orang
untuk berbuat baik dan mencegah agar tidak berbuat jahat, baik di lingkungan
keluarga maupun di sekitar tetangga, warga bangsa dan umat sejagat raya. Oleh
karena itu, segala hikmah ibadah dalam ajaran islam harus mampu menjadi
motifator dan inofator bagi kelangsungan pelaksanaan tugas suci ini.
Dan jangan sampai Iddul Fitri ini dicemari oleh limbah perbuatan dosa dan noda,
yang menghilangkan kesucian ibadah kita.
يـــا سيـــدنا من: إن إبليـــس عليـــه اللعنـــة هللا يصـــيح فى كــل يـــوم عـــيد فيجـتمـــع أهـــله عـنـــده فيـــقولون
إنــا نكســـره فيـــقول ال شيـــئ ولـــكن هللا تعـــالى غفــر لهـــذه األمــــة فى هــــذه اليـــوم فعـليـــكم أن أغـضبـــك
تشـتغلـوهـم باللـذات والشـهـوات وشـرب الخـمر حـتى يبغـضـهم أهلل
Artinya : “Bahwa sesungguhnya Iblis yang dilaknat Allah, setiap hari lebaran ia
menjerit/menangis, kemudian berkumpulah keluarga iblis tersebut di
sekelilingnya lalu bertanya “Wahai tuanku siapakah yang membuat marah,
sungguh kami akan pecahkan dia”, Iblis menjawab tidak ada sesuatu kecuali
Allah mengampuni umat Muhammad pada hari lebaran ini. Oleh karena itu kamu
harus membuat mereka sibuk oleh berbagai kelezatan, hawa nafsu dan minuman
homer, sehingga Allah membenci mereka kembali”.
…… itulah rayuan bujuk iblis sebagai tipu muslihatnya untuk menyeret kita
kepada kesesatan dan kehinaan. Na’uju billah Minjallik.
Maka lewat deklarasi hari raya Iddul Fitri ini, mari kita bentengi iman-islam
kita dengan penuh keyakinan, agar tidak mudah tergoyah, mari kita landasi iman-
islam kita dengan ilmu dan amal agar tidak mudah terbawa arus, terutama kepada
generasi muda, remaja masjid, sebagai manusia masa depan dan sebagai generasi
pejuang, mari kita menuntut ilmu dan belajar bersama, demi meningkatkan
harkat- martabat Agama dan diri kita.
“Allahumma Ya Allah, bila selama ini kami berjalan di tanah yang engkau
hamparkan dengan luas tidak habis mata memandang, namun sering kami rasakan
sempit dan kaku.
Tidak heran Ya Rahim.... bila kemana kami berpijak serasa goyah tanah ini,
kemana kami melangkah disitu kami tersandung ……. Musibah datang silih
berganti, belum selesai krisis ekonomi dan badai narkoba tertangani, Allahu
Akbar…., sungguh tidak menentu hari depan bangsa kami, kecuali gelap juga
buntu”!
Bila hari kemarin kami biarkan hati kami membeku, kami biarkan akal kami mati
tanpa ajal, sekarang kami sadar Ya Allah……. Itu semua terjadi karena ulah kami
yang sombong dan angkuh kurang bersujud dan bersyukur kepada-Mu Ya Allah.
Ya Allah Ya Tuhan kami…. Masukanlah kami kedalam Islam dengan cara yang
baik, dan keluarkanlah kami ke tengah-tengah masyarakat dengan cara yang baik
pula.
Kepada-Mu lah kami curahkan isi hati kami, yang dapat dan yang tidak
dapat kami lahirkan dengan ungkapan kata-kata. Engkau Maha Mendengar dan
Maha Mengetahui.
Singkapkanlah hati kami Ya Allah, supaya kami dapat mensyukuri ni’mat karunia
yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan kepada ke dua orang Tua kami,
serta masukanlah kami ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih dengan
cara kasih sayang-Mu…
Tahun dan hari kemarin kami telah lalui, janganlah kami birkan dalam kelalaian,
berilah kami peringatan sebagai tanda kasih sayang-Mu, dan janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang kami tidak mampu memikulnya.
ب