Anda di halaman 1dari 6

Naskah Khutbah Idul Fitri 1445 H/2024 M

Idul Fitri Menuju Pensucian Jiwa

‫َالَّس َالُم َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُةِهللا َو َبَر َك اُتُه‬


‫( ُهللَا َأْك َبُر‬x9), ‫ اَل ِإلَه‬,‫ُهللَا َأْك َبْر َك ِبْيًرا َو اْلَح ْم ُد ِهلل َك ِثْيًرا َو ُسْبَح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َأِص ْيًال‬
‫ َالِإلَه‬,‫ َو َأَع َّز ُج ْنَد ُه َو َهَز َم اَأْلْح َز اَب َو ْح َد ُه‬,‫ َو َنَص َر َع ْبَد ُه‬,‫ َص َدَق َو ْع َد ُه‬,‫ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه‬
‫ َاْلـَحْم ُد ِهّلِل اَّلِذ ْي َنـْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه‬. ‫ُهللَا َأْك َبُر َو ِهلل ْالَح ْم ُد‬
, ‫ِإَّال ُهللا َو ُهللا َأْك َبُر‬
‫ َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفاَل‬,‫ َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُروِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬,‫َو َنْسَتْغ ِفُر ُه‬
,‫ َأْش َهُد َأْن َّال ِإَلَه ِإَّال هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬.‫ َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬,‫ُمِض َّل َلُه‬
‫ َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع َلى َر ُسْو ِل ِهللا‬. ‫َو َأْش َهُد َأَّن ُم ـَح َّم دًا َع ْبُد ُه َو َر ُسوُلُه َالَنِبَّي َبْع َد ُه‬
‫ َاَّم ا ّبْعُد ; َفَياِع َبَد ِهللا ُأْو ِص ْيُك ْم َو ِأَّياَي‬,‫َنِبِّيَنا ُمَح َّم د َو َع َلى َاِلَه َو َاْص َح ِبَه َو َم ْن َّو ااَل ُه‬
‫ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن‬: ‫ َقاَل ُهللا َتَع اَلى ِفي ِكَتاِبِه اْلَك ِر ْيِم‬, ‫ِبَتْقَو ى اِهللا َح َّق ُتَقاِتِه َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬
‫َء اَم ُنو۟ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم ٱلِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى ٱَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD,
MA’ASYIRAL KAUM MUSLIMIN & MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH.
Marilah kita bersama-sama memuji dan bersyukur ke hadirat Allah Swt. yang Maha
Ghafur, karena dengan Rahmat dan taufik-Nya pada pagi hari yang cukup cerah ini yang
disambut dengan senyumnya mentari di ufuk sebelah Timur dan diiringi dengan merdunya
kicauan burung-burung di pepohonan, Alhamdulillah kita telah dapat berkumpul dan
bermuwajahah duduk bersimpuh rapat bergandengan di atas sajadah kesadaran
berlantaikan tanah pangkuan ilahi guna mengikuti dan melaksanakan shalat Idul Fitri di
tempat yang mulia ini.
Shalawat teriring salam, semoga tercurahkan kepada seorang hamba pembela
kebenaran, penerjang kebatilan, penegak keadilan dan hamba yang telah sukses
membawa obor kemenangan bagi umat manusia di alam sejagat raya ini, tiada lain yaitu
Baginda Nabi Agung Muhammad SAW. Tidak lupa kepada keluarganya yang suci para
sahabatnya yang terpercaya juga kepada kita semua selaku umatnya yang tunduk patuh
kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya…. Aamin …. !
Mari kita tingkatkan kesadaran dan keinsyafan iman kita kepada Allah SWT yang
disertai taqwa yang sebenar-benarnya, karena hanya orang-orang yang bertaqwalah yang
akan dapat menikmati indah dan lezatnya kehidupan dunia dan akhirat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Hadirin Jama’ah Sholat Id’ Yang dimuliakan Allah Swt………
Dalam mengakhiri dan menutup bulan suci Ramadhan ini, kita sambut dengan
takbir, tahmid dan tahlil sebagai pernyataan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan berkah-Nya Alhamdulillah kita telah dapat melaksanakan dan menyelesaikan
ibadah puasa ramadhan, sholat tarawih, dan telah pula menunaikan zakat.
Seruan takbir, tahmid dan tahlil mengagungkan nama Allah, mengangkasa sejak
tadi malam sampai pagi hari ini. Diucapkan oleh ratusan juta umat Islam di seantero dunia.
Tua, muda, laki-laki maupun perempuan sambil turun dan berjalan berduyun-duyun
menuju masjid-masjid dan lapangan terbuka untuk melaksanakan shalat Idul Fitri, sebagai
tanda penutup ibadah puasa dan sebagai bukti selesainya program Ramadhan tahun ini.
Allahu Akbar 3X…, kini sampailah kita pada hari kemenangan, hari bahagia 1
Syawal tahun 1436 H, hari kita kembali pada fitrah, membersihkan diri dari segala macam
kesalahan dan kealpaan. Kita pakai baju baru, pikiran baru dan hidup baru, kembali untuk
berbuat yang lebih baik dan baru.
Lebaran harus kita isi tidak hanya sekedar saling maaf-memaafkan atau saling
halal-menghalalkan, tetapi juga harus kita jadikan sebagai momentum untuk mengevaluasi
Penyusun : Usman Tahir, S.Ag (Ketua Pokjaluh Kab. Gorontalo)
1
diri, dalam meningkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah Swt., sehingga terciptanya
insan kamil (manusia yang berkarakter paripurna) yang menebarkan kesholihan vertika
maupun kesholihan sosial.
Kini kita merasa gembira, karena tugas suci sudah selesai dikerjakan. Sebulan
penuh kita bergaul dengan Ramadhan, sebulan penuh kita bersahabat dengan
kesuciannya, yang ditandai dengan pelaksanaan ibadah puasa dan shalat sunat tarawih.
Gema takbir, tahmid dan tahlil sering kali menggugah sanubari kita menjadi gemetar, pilu
dan sedih. Namun pernahkah kita merasa tertipu oleh kepalsuan hawa nafsu, yang
akhirnya terperosok pada perbuatan yang mencemari kesucian ibadah puasa kita..?, atau
pernahkah kita membayangkan, di saat hari lebaran ini, nasib dan keadaan saudara-
saudara kita yang tinggal di rumah-rumah kertas, yang mukim di lorong-lorong sempit di
sepanjang rel-rel kereta api, dan saudara-saudara kita di yang sedang kesulitan karena
ditimpa oleh berbagai musibah dan bencana. Begitu juga saudara-saudara kita yang ada
di manca negara, yang terkoyak dibunuh dan diperkosa. Seperti saudara kita di Palestina,
yang paling actual menjadi trending tofik dunia Arab bahkan nunia, saat ini. Sungguh
tragis, ..sangat memilukan sekali ketimbang nasib dan keadaan kita pada hari ini.
Hadirin Jama’ah Shalat Idul Fitri yang Berbahagia….
Di balik kegembiraan kita kali ini, ternyata kesedihan dan keterharuan muncul dan
mencekam pula,…, bukan sedih karena tidak berbaju baru, bukan sedih tidak berkain dan
bersepatu baru, melainkan kita merasa di bulan suci itu sering tertipu oleh hawa nafsu
yang mengakibatkan kita terpeleset. Di bulan suci kita banyak menyeru untuk berbuat
baik, tetapi di bulan suci itu pula kita membiarkan perbuatan-perbuatan mungkar
merajalela. Di bulan suci kita menyeru persatuan, tetapi di bulan suci itu pula kita biarkan
umat terkotak-kotak karena pagar khilafiyah, dan berbeda aspirasi politik… itu semua kita
sadari dan kita sesali pada hari ini dengan tobat yang sesungguhnya.
Kini Ramadhan telah pergi, menghadap Illahi Rabbi untuk melaporkan seluruh amal
perbuatan ibadah puasa kita, dan Insya Allah kita nanti akan melihatnya di hadapan
Tuhan Yang Maha Adil dan Bijaksana. Dengan sikap ikhlas dan jujur kita akui, bahwa kita
sering kehilangan keseimbangan antara kepentingan agama dan dunia, sehingga hidup ini
terasa berat sebelah yang dan pada gilirannya mengakibatkan kehampaan bathin atau
kekurangan keceradasan spiritual dan kecerdasan emosional.
Di bidang ilmu pengetahuan, kita terkadang terlalu memusatkan pehatian kepada
pencerdasan akal pikiran. Kita asah otak sehingga menjadi tajam, kita kumpulkan
bemacam disiplin ilmu pengetahuan hingga kita menjadi ilmuwan, tetapi kita lupa
memberikan perhatian kepada ruhani kita. Kita biarkan ia kosong hampa tak berisi,
padahal ruhani itulah yang merupakan ukuran untuk menentukan, apakah kita termasuk
insan kamil (manusia sempurna) atau tidak..? Seorang ahli hikmah berkata:
“Perhatikanlah ruhanimu dan cukupkanlah segala kebutuhannya, engkau dinamakan
manusia sempurna bukan karena jasadmu, tetapi engkau disebut manusia adalah karena
ruhanimu…….!”..
Pada saat ini, kita sedang duduk bersimpuh di atas sejadah kesadaran
bermandikan air mata penyesalan, kita seakan berada dibawah naungan payung
keagungan Rabbul Gafur, sambil memohon ampun ke Hadirat-Nya atas segala kesalahan
dan kealpaan kita. Kita merunduk di hadapan kebesaran-Nya sambil mencoba mengkaji
kembali langkah salah dimasa yang telah sudah. Kini satu persatu muncul di hadapan kita,
ternyata hidup ini penuh dengan noda dan dosa. Kita sering menyalah gunakan nikmat,
gelar kebanggaan hanya digunakan untuk merendahkan martabat teman sesama.
Pangkat, jabatan, kedudukan, lambang dan bahkan kekuasaan pun sering rasanya
digunakan untuk menakut-nakuti bawahan. Bahkan terkadang panca indera sekalipun
tampaknya jarang dipakai untuk kebaikan sesuai dengan fungsinya dan norma Agama.
Allah Swt. telah berfirman dalam surat Al’Araf : 179 :
ۚ‫َلُهْم ُقُلوٌب اَّل َيْفَقُهوَن ِبَها َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُروَن ِبَها َو َلُهْم َء اَذ اٌن اَّل َيْس َم ُعوَن ِبَهٓا‬
‫َٰٓل‬ ‫َٰٓل‬
‫ُأ۟و ِئَك َك ٱَأْلْنَٰع ِم َبْل ُهْم َأَض ُّل ۚ ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلَٰغ ِفُلوَن‬
Penyusun : Usman Tahir, S.Ag (Ketua Pokjaluh Kab. Gorontalo)
2
“…Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Untuk itu, sudah saatnya kita menyadari apa yang kita lakukan selama ini, saat
inilah dan untuk selanjutnya kita kembali pada hakikat yang fitri, menjadi manusia yang
beruhul Islam, manusia yang memiliki citra yang ihsan, bukan manusia bertabi’at hewan
dan Iblis. Dengan demikian, akhlak Fir’aunisme semacam itu, mudah-mudahan pada pagi
hari ini, sirna habis terkuras percikan kalimat takbir, tahmid dan tahlil.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Hadirin Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah…
Sesungguhnya puasa Romadhon akan menghasilkan dua tabiat manusia. Yang
pertama adalah manusia yang puasanya seperti PUASA ULAR. Agar ular mampu
menjaga kelangsungan hidupnya, maka salah satu cara yang harus dilakukannya adalah
ia harus mengganti kulitnya secara berkala. Dan untuk mengganti kulit tersebut sang ular
tidak serta merta bisa langsung menanggalkan kulit lamanya begitu saja. Tetapi ia harus
berpuasa dalam kurun waktu tertentu terlebih dahulu. Setelah puasanya selesai, maka
barulah kulit luarnya terlepas dan muncul kulit yang baru. Namun meskipun sang ular
sering berpuasa dan mengganti kulitnya, anehnya ia tetap seperti ular semula, tidak ada
perubahan, baik tabiat dan kebiasaannya.
Sebuah pelajaran dari puasanya ular : 1) Wajah ular sebelum dan sesudah puasa
tetap sama; 2) Nama ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama yakni ular; 3) Makanan
ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama, masih suka mematuk sana sini; 4) Cara
bergerak ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama; dan 5) Tabiat dan sifat ular
sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Inilah jenis puasa yang belum berbuah
sebagaimana hasil yang dijanjikan Allah, yaitu Taqwa.
Adapun jenis puasa yang kedua, adalah jenis manusia yang puasanya seperti
PUASA ULAT. Pada hakekatnya ulat termasuk hewan yang rakus, karena hampir
sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan. Tapi begitu sudah bosan menjadi ulat, ia
akan melakukan perubahan dengan cara berpuasa untuk menjadi kupu-kupu. Dan puasa
yang ia kerjakan benar-benar sangat berkualitas. Mulai dari mengasingkan diri,
menjauhkan dari tempat makanan, membungkus badannya dengan kepompong.
Sehingga ia benar-bener berpuasa bukan sekedar menahan lapar dan haus saja tetapi
mulut, mata dan anggota tubuh lainnya juga berpuasa, dan berusaha menghindari segala
bentuk hawa nafsu yang dapat mengganggu puasanya.
Setelah berminggu-minggu berpuasa, maka keluarlah dari kepompong seekor
makhluk baru yang sangat indah bernama KUPU-KUPU. Kini sang ulat setelah berpuasa
dan mengganti kulitnya, ia juga mengalami perubahan pada tabiat dan kebiasaannya.
Sebuah pelajaran dari puasanya ulat : 1) Wajah ulat sesudah puasa berubah INDAH
MEMPESONA. 2) Nama ulat sesudah puasa berubah menjadi KUPU-KUPU. 3)
Makanannya ulat sesudah puasa berubah MENGISAP MADU. 4) Cara bergeraknya,
ketika masih jadi ulat menjalar, setelah puasa berubah TERBANG di awang-awang; 5)
Tabiat dan Sifatnya berubah total. Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam pemakan
daun. Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan
tumbuhan dengan cara membantu PENYERBUKAN BUNGA.
Hakikat dari puasa kita harus bisa berubah menjadi lebih baik, bukan tetap pada
sifat dan kebiasaan lama yang sama, sebab puasa bukanlah hanya sekedar menahan
lapar dan haus saja, namun kita juga harus menahan dan meninggalkan kebiasaan-
kebiasaan yang tidak baik, sehingga kedepan kita bisa menjadi lebih baik lagi dari pada
hari hari sebelumnya. Puasa adalah sarana pendidikan untuk melatih diri agar kita bisa
bersabar dan mampu meninggalkan hal-hal yang tidak baik. Dengan puasa menjadikan
pribadi lebih bertaqwa, lebih semangat melakukan amal shalih, dan mampu
mengendalikan diri dari segala bentuk hawa nafsu yang mendatangkan dosa.
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD,
Penyusun : Usman Tahir, S.Ag (Ketua Pokjaluh Kab. Gorontalo)
3
MA’ASYIRAL MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH…
Puasa bukan hanya menahan dan memindahkan jadwal makan dan minum dari
siang ke malam hari saja, tetapi jauh lebih dari itu puasa juga mengajarkan pada kita,
perlunya sikap disiplin, jujur dan punya integritas moral yang tinggi. Begitu pula, puasa
mendidik kita agar punya sikap tenggang rasa dan kesetia kawanan antara sesama,
sehingga tonggak pembeda antara si kaya dan si miskin dapat dihapus dengan kesamaan
kewajiban sama-sama menahan lapar dalam bentuk ibadah puasa. Maka di sinilah hati
kita akan lunak dan merasa kasihan,… betapa getir dan pahitnya ketika si fakir miskin
mau makan dan minum, namun tidak punya apa-apa yang akhirnya terpaksa mereka
harus menahan lapar…!
Maka muncullah pikiran dan perasaan kita untuk menolong mereka, yaitu dengan
mengeluarkan zakat fitrah atau zakat mal sebagai bukti kita ikut mengentaskan
kemiskinan, terutama dalam rangka pemerataan ekonomi agar tidak hanya mengucur
pada kelompok tertentu, yang pada gilirannya akan muncul kesenjangan sosial yang
tambah menganga lebar, muncul dominasi kelompok ekonomi oleh segelintir orang.
Padahal Allah telah berfirman dalam surat Al Hasyer : 7 :
‫َر ُسوِلِهۦ ِم ْن َأْهِل ٱْلُقَر ٰى َفِلَّلِه َو ِللَّرُسوِل َو ِلِذ ى ٱْلُقْر َبٰى َو ٱْلَيَٰت َم ٰى‬ ‫َّم ٓا َأَفٓاَء ٱُهَّلل َع َلٰى‬
‫ٱلَّس ِبيِل َك ْى اَل َيُك وَن ُد وَلًۢة َبْيَن ٱَأْلْغ ِنَيٓاِء ِم نُك ْم‬ ‫َو ٱْلَم َٰس ِكيِن َو ٱْبِن‬
“Apa saja harta rampasan yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, yang
berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah untuk Rasul-Nya, kerabat
Rasul, anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang diperjalanan, supaya harta
itu tidak hanya berputar (beredar) diantara orang-orang kaya saja diantara kamu sekalian”.
Ayat ini jelas menolak terhadap adanya monopoli kelompok dalam sosial ekonomi.
Islam menggugat kecenderungan segelintir orang yang hanya berpihak pada si kaya dan
membiarkan si miskin tergencet lumat. Tentu kita tidak rela melihat dan menyaksikan
sejarah Bangsa kita Indonesia tercinta ini, terkoyak oleh adanya ketimpangan sosial yang
mengakibatkan pecahnya persatuan umat dan bangsa. Untuk itu, marilah kita jadikan
moment Hari Raya Idul Fitri ini sebagai kerangka proses revolusi mental menuju sebuah
upaya pensucian diri, pensucian masyarakat dan akhirnya pensucian jiwa sosial dalam
sebuah komunitas Bangsa.
Sudah seharusnya kita mencontoh puasa ulat, yang setelah dia berpuasa, terjadi
revolusi atau perubahan total, sehingga menjadi indah dan bermanfaat. Pada sebelumnya
ulat adalah binatang perusak dan menjijikkan. Jadi, setelah berpuasa kita berevolusi,
manjadi manusia menyenangkan dan menyejukkan bagi manusia lainya dan juga
bermanfaat bagi sesama.
Telah disinggung di atas, bahwa puasa dan zakat sama-sama mengajar dan
mendidik kita, agar menyeimbangkan antar kehidupan akhirat dan dunia, antar
pemenuhan kebutuhan ruhani dan kebutuhan jasmani, sehingga tidak ada yang harus
dikesampingkan. Kenapa..?, karena Islam terletak antara dua aliran besar, yaitu :
1. Aliran Spiritualisme, suatu aliran yang hanya mengutamakan ruhani dan mengabaikan
kebutuhan jasmani. Hal ini tentu tidak cocok dengan tabia’at manusia, yang terkadang
ingin menikmati dunia.
2. Aliran Materialisme, yaitu suatu aliran yang lebih mementingkan harta benda sebagai
kebutuhan jasmani. Tentu ini juga bertentangan dengan fitrah manusia.
Maka yang terbaik adalah kita satukan, agar ia hidup seiring dan sejalan, saling
mengisi dan saling mendukung satu sama lainya dan tidak ada yang perlu diabaikan.
MA’ASYIRAL MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH…
Dengan kalimat takbir, tahmid dan tahlil yang disertai dengan tobat (memohon
ampun) kepada Allah SWT. Mudah-mudahan segala kotoran habis bersih tidak nampak,
yang tertinggal hanya satu, yaitu denyutan jantung penyesalan penuh luka bekas langkah
kepalsuan dan dosa. Dengan siraman takbir, tahmid dan tahlil, jiwa kita menjadi pasrah
rasanya menyerah kalah, tunduk dihadapan Allah Yang Maha Besar.
Hati berbisik tanpa suara, menyodorkan noda dan dosa disertai harapan suci, yaitu
inayah, hidayah dan maghfirah-Nya agar senantiasa tercurah, ketahanan iman terjaga
Penyusun : Usman Tahir, S.Ag (Ketua Pokjaluh Kab. Gorontalo)
4
kemampuan untuk membuktikan bahwa Islam itu tinggi lebih terasa dan agar kehidupan
kita sebagai umat Islam, sekaligus sebagai bangsa Indonesia tercipta sejahtera.
Kini di hadapan kita terbentang padang karya yang luas, tugas suci yang murni
yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Modal pokoknya adalah kesucian hati dan ketabahan
jiwa sebagai hasil dari pembinaan ibadah puasa ramadhan satu bulan penuh khususnya.
Amar ma’ruf nahi mungkar itu merupakan tugas kita bersama, menyeru orang untuk
berbuat baik dan mencegah agar tidak berbuat jahat, baik di lingkungan keluarga maupun
di sekitar tetangga, warga bangsa dan umat sejagat raya. Oleh karena itu, segala hikmah
ibadah dalam ajaran islam harus mampu menjadi motifator dan inofator bagi
kelangsungan pelaksanaan tugas suci ini. Dan jangan sampai Idul Fitri ini dicemari oleh
limbah perbuatan dosa dan noda, yang menghilangkan kesucian ibadah kita.
Dikisahkan dalam satu riwayat, Nabi Saw telah member peringatan : “Bahwa
sesungguhnya Iblis yang dilaknat Allah, setiap hari lebaran ia menjerit/menangis,
kemudian berkumpulah keluarga iblis tersebut di sekelilingnya lalu bertanya “Wahai
tuanku siapakah yang membuat marah, sungguh kami akan pecahkan dia”, Iblis
menjawab tidak ada sesuatu kecuali Allah mengampuni umat Muhammad pada hari
lebaran ini. Oleh karena itu kamu harus membuat mereka sibuk oleh berbagai kelezatan,
hawa nafsu dan minuman khamar, sehingga Allah membenci mereka kembali”.
Itulah rayuan bujuk iblis sebagai tipu muslihatnya untuk menyeret kita kepada
kesesatan dan kehinaan. Na’uju billah Minjallik.
Maka lewat deklarasi hari raya Iddul Fitri ini, mari kita bentengi iman-islam kita
dengan penuh keyakinan, agar tidak mudah tergoyah, mari kita landasi iman-islam kita
dengan ilmu dan amal agar tidak mudah terbawa arus, terutama kepada generasi muda,
remaja masjid, sebagai manusia masa depan dan sebagai generasi pejuang, mari kita
menuntut ilmu dan belajar bersama, demi meningkatkan harkat- martabat Agama dan diri
kita.
Sayidina Ali R.A. pernah berpesan kepada kita :”Didiklah anak-anak kamu sekalian,
karena sesungguhnya mereka itu diciptakan untuk suatu periode yang berbeda dengan
periode kamu”
Demikian, semoga ibadah puasa kita tahun ini dan seterusnya bisa mensucikan
jiwa kita sehingga menjadi manusia yang fitrah, dan bermanfaat bagi sesama, agama,
bangsa dan negara.... Aamiin Allahumma Aaamiin.
. ‫ َو َنَفَعِنْي َو ِإّياُك ْم ِباآلياِت وِذ ْك ِر الَحِكْيِم‬، ‫بَاَر َك ُهللا ِلْي َو لكْم ِفي الُقْر آِن الَعِظ ْيِم‬
‫إّنُه َتعَاَلى َج ّو اٌد َك ِرْيٌم َم ِلٌك َبٌّر َر ُؤ ْو ٌف َرِح ْيٌم‬

KHUTBAH KEDUA
‫ ُهللا َاْك َبُر كبيًرا َو ْالَح ْم ُد ِهلل َك ِثْيًرا َو ُسْبَح اَن هللا ُبْك َر ًة َو َأْص ْيًال َال ِاَلَه‬,)×7( ‫ُهللا َاْك َبْر‬
‫ِاَّال ُهللا َو ُهللا َاْك َبْر ُهللا َاْك َبْر َو ِهلل ْالَح ْم ُد‬.
Penyusun : Usman Tahir, S.Ag (Ketua Pokjaluh Kab. Gorontalo)
5
‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَّلذي َو َك َفى‪َ ,‬و ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد اْلُم ْص َطَفى‪َ ,‬و َع َلى آِلِه‬
‫َو َأْص َح اِبِه َأْهِل الِّص ْد ِق اْلَو َفا‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَّل إٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‪َ ,‬و َأْش َهُد َأَّن‬
‫َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‪َ .‬أَّم ا َبْعُد ; َفَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ‪ُ ,‬أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى‬
‫ِهللا اْلَع ِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم ‪َ ,‬أَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع َلى‬
‫َنِبِّيِه اْلَك ِرْيِم َفَقاَل ; ِإَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ,‬يا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا‬
‫َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‪َ .‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا‬
‫َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ‪,‬‬
‫ِفْي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّنَك َحِم ْيٌد َم ِج ْيٌد ‪ .‬الّلُهَّم اْر َض َع ِن اْلُخَلَفاِء الَّراِش ِد ْيَن َو َع ْن َج ِم ْيِع‬
‫الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّد ْين‪ .‬اللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم يَن‬
‫َو المْس ِلَم اِت‪َ ,‬و المْؤ ِمِنيَن َو المْؤ ِم َناِت‪ ,‬اَألْح َياِء ِم نْـُهْم َو اَألْم َو اِت‪ .‬الَّلُهَّم َأِّلْف بَـيَن‬
‫قُـُلوِبَنا‪َ ,‬و َأْص ِلْح َذ اَت بَـْيِنَنا‪َ ,‬و اْهِد َنا ُسُبَل الَّس َالم‪َ ,‬و نَّج َنا ِم َن الُّظُلَم اِت ِإلَى الُّنوِر‬
‫َو َج ِّنبْـَنا اْلَفَو اِح َش َم ا َظَهَر ِم نْـَها َو َم ا َبَطنَ‪َ ،‬و َباِرْك َلَنا فِي َأسَم اِع َنا‪َ ,‬و َأْبَص اِرَنا‪,‬‬
‫َو قُـُلوِبَنا‪َ ,‬و َأْز َو اِج َنا‪َ ,‬و ُذ ِّر َّياِتَنا‪َ ,‬و ُتْب‬
‫َع َليْـَنا ِإَّنَك َأْنَت التَّـَّو اُب الَّر ِح يُم ‪َ ,‬و اْج َع ْلَنا َش اِكِر يَن ِلِنَعِم َك ُم ْثِنيَنا َع َلْيَك ‪َ ,‬قاِبِليَن لَها‪,‬‬
‫َو َأتِمْمَها َع َليْـَنا‪ .‬الَّلُهَّم َأْح ِس ْن َع اِقَبتَـَنا فِى اُألُم وِر ُك ِّلَها َو َأِج ْر َنا ِم ْن ِخ ْز ِى الُّد نْـَيا‬
‫‪َ.‬و َع َذ اِب اآلِخ َرِة‬
‫الَّلُهَّم َتَقَّبْل َأْع َم َلَنا ِفي َر َم َض اَن ‪ ,‬الَّلُهَّم َتَقَّبْل َأْع َم َلَنا ِفي َر َم َض اَن ‪ ,‬الَّلُهَّم َتَقَّبْل َأْع َم َلَنا‬
‫ِفي َر َم َض اَن ‪َ .‬ر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفي اآْل ِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر ‪.‬‬
‫َتَقَّبَل ُهللا ِم َّنا َو ِم ْنُك م‪َ ,‬تَقَّبَل ُهللا ِم َّنا َو ِم ْنُك م‪َ ,‬تَقَّبَل ُهللا ِم َّنا َو ِم ْنُك م‪ِ ,‬ع ْيُد ُك ْم ُمَباَر ٌك‬
‫َو َع َس اُك ْم ِم َن الَع اِئِد ْيَن َو الَفاِئِزْيَن ُك ُّل َع اٍم َو َأْنُتْم ِبَخ ْيٍر ‪َ ,‬و َص َّلى ُهللا َع َلى َنِبِّيَنا ُمَح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه وَ َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الّد ْين‪َ .‬و آِخ ُر َد ْع َو اَنا َأِن اْلَح ْم ُد هلل‬
‫‪َ.‬ر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬
‫َو الَّس َالُم َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُةِهللا َو َبَر َك اُتُه‬

‫)‪Penyusun : Usman Tahir, S.Ag (Ketua Pokjaluh Kab. Gorontalo‬‬


‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai