Anda di halaman 1dari 13

A.

Biografi Husein Muhammad

1. Pendidkan dan Aktifitas Keilmuan

Husein Muhammad adalah seorang kiai pesantren dan sekaligus

seorang feminis muslim yang berasal dari Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat,

Husein lahir di Arjawinangun pada 9 Mei 1953, dari pasangan K.H.

Muhammad Asyrofudin dan Ummu Salma Syatori, ayah Husein adalah salah

satu ulama’ kota Cirebon yang pernah belajar di Pondok Pesantren Salaf

Kempek Cirebon, dan sekaligus menantu dari pengasuh Pondok Pesantren

tersebut yaitu K.H. Syatori.

K.H. Muhammad Asyrofudin sebelum menikah menjalani profesi

sebagai guru agama, selain itu dia juga adalah sosok yang pandai dalam

menulis syair dan puisi, profesi yang dijalaninya dia dapatkan di Pondok

Pesantren dan pada waktu itu dia memperoleh kesempatan menjadi pegawai

negeri. Sedangkan Ummu Salma Syatori dibesarkan di lingkungan Pesantren

yang teguh dengan prinsip-prinsip agamanya, dan Ummu Salma pernagh

belajar dan tamat Sekolah Rakyat.

Pendidikan Husein dimulai dari Sekolah Dasar yang berada di

Arjawinangun dan tamat pada tahun 1966, setelah tamat dari Sekolah Dasar

Husein melanjutkan pendidikannya di SLTPN I Arjawinangun dan tamat pada

tahun 1969, setelah tamat dari Sekolah Menengah Pertama Husein kemudian

melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren di luar Jawa Barat, hal ini

adalah keinginan oleh kedua orang tuanya, kedua orang tua Husein

menginginkan Husein menjadi anak yang kelak mampu menguasai


pengetahuan agama dan umum serta dapat meneruskan cita-cita orang

tauanya.

Husein melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Lirboyo Kediri Jawa Timur. Pndok Pesantren ini sangat terkenal luas sebagai

Pondok Pesntren yang notabe pendidikannya non Formal, pondok ini juga

banyak menghasilkan lulusan yang hafal Nażam Alfiyah dan ilmu gramatika

(ilmu alat) seperti ilmu Nahwu, Sharaf dan yang lainnya. Dalam kesempatan

ini Husein tidak menyia-nyiakan waktunya di pesantren, Husein sangat tekun

mempelajari beragam kitab-kitab fiqh di bawah asuhan Kiai Marzuki, Kiai

Mahrus Ali dan Kiai Idris, selain menkuni kitab-kitab fiqh Husein juga

menekuni peljaran-pelajaran di Madrasah Aliyah, dimana kurikulum

Madrasah ini di sesuaikan dengan kurikulum Pondok, dari sinilah Husein

mulai mengenal keilmuan klasik dan awal bagi Husein mampu membaca kitab

kuning.

Husein belajar dan mendalami berbagai kitab fiqh dalam kurun waktu

sepuluh tahun, dengan begitu selama kurun waktu yang lama tersebut dalam

mendalami berbagai kitab fiqh Husein dapat menerima perbedaan pendapat.

Husein tamat belajar di Madrasah Aliyah Pesantren Lirboya pada tahun 1973,

namun Husein tidak langsung boyong (kembali ke rumah), hal ini dikarenakan

orang tua Husein menginginkan anaknya lebih lama tinggal di Pesantren,

sebab menurut orang tua Husein untuk menjadi ulama tidak cukup di tempuh

dengan waktu yang singkat. Kepercayaan demikian berdasarkan pandangan

yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim yang sering di ajarkan di


berbagai Pondok Pesantren di Indonesia. Orang tua Husein meyakini bahwa

orang yang belajar tidak akan memperoleh hasil bila hanya di tempuh dalam

waktu yang singkat.

Setelah selesai belajar di Pondok Pesantren Lirboyo Husein

Meneruskan belajr di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, fokus

studi Husein di Perguruan Tinggi ini adalah tentang ilmu-ilmu al-Qur’an,

wawasan Husein semakin bertambah, dimana sebelumnya Husein mempelajari

berbagai macam kitab kuning di Pesantren kini wawasan Husein semakin luas

dengan mempeljari al-Qur’an yang mana al-Qur’an ini di jadikan sebagai

sumber utama hukum Islam dan menjadi rujukan seluruh para ulama’ untuk

melakukan ijtihad. Melalui berbagai diskusi yang di ikutinya Husein semakin

bertambah wawasannya, Husein mulai mengembangkan pengetahuanya secara

aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Dalam kegiatan organisasi Husein

dipercayai menjadi ketua I Dewan Mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Al-

Qur’an pada priode 1978-1979, selama menjabat Dewan Mahasisawa, Husein

banyak terlibat dalam kegiatan diskusi, seminar dan pelatihan-pelatihan. Masa

belajar Husein di Prguruan Tinggi Ilmu al-Quran selesai pada tahun 1980,

adapun karya ilmiahnya dalam studi ini adalah “Pidana Mati Menurut Hukum

Islam”.

Setelah lulus dari Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an, Husein

melanjutkan studinya di Al-Azhar, Kairo Mesir, di tempat ini Husein mengaji

secra individual pada sejumlah ulama Al-Azhar. Namun selain itu Husein

terlibat aktif dengan teman-temannya dalam berbagai diskusi, seminar, kajian


sosial, politik maupun pendidikan, dia juga belajar menulis pada seniornya,

bebrapa tulisannya pernah di muat dalam buletin yang berdear di kalangan

mahasiswa indonesia yang juga belajar di al-Azhar. Hal demikian menjadikan

Husein begitu cepat namanya di kenal para mahasiswa Indonesia. Tahun 1982

Husein dipercaya untuk memimpin Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama

Cabang Kairo Mesir pada priode 1982-1983. Selain itu saat menjabat KMNU

Cabang Mesir, Husein juga di percaya untuk menjadi sekertaris Perhimpuan

Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI). Organisasi ini merupakan

kumpulan para pelajar dan mahasiswa Indonesia dari latar belakang organisasi

yang belajar di Kairo Mesir. Selama kurun waktu tiga tahun Husein berhasil

menyelesaikan studinya di Kairo Mesir tepatnya pada tahun 1983.

Setelah selesai studinya di Kairo Husein kemudian kembali ke

Indonesia dan bergabung dengan pamannya memimpin pendidikan di Pondok

Pesantren Darut Tauhid Arjawinangun, kemudian Husein menikah dengan

Nihayah Fuad Amin dan di Karuniai lima orang anak yaitu, Hilya Auliya

(1991), Layali Hilwa (1992), Muhammad Fayyaz Mumtaz (1994), Najlah

Hammadah (2002) dan yang terakhir Fazla Muhammad (2003), dan samapi

sekarang Husein tingal bersama keluarganya di Arjawinangun Cirebon Jawa

Barat.

2. Kehidupan Sosial

Husein adalah seorang yang aktif diberbagai seminar, diskusi, kajian

sosial, politik dan yang lainnya, demikan sudah dilkukan Husein sejak masa

belajar di Perguruan Tinggi, pada tahun 1994 Husein di perkenalkan dengan


istilah gender dan segala persoalannya, sebelumnya sejak tahun 1987 Husein

aktif mengikuti halaqah para kiai senior yang di selenggarakan P3M bersama

RMI, halaqah tersebut di lakukuan berkali-kali di berbagai tempat,

pembahasan dalam halaqah tersebut membahas tentang pesantren, kajian kitab

kuning, filsafat, kontekstualisasi kitab kuning dan yang lainnya. Pada waktu

itu Husein di undang oleh Masdar Farid, untuk mengikuti sebuah seminar

tentang Kesehatan reproduksi yang dilaksanakan oleh P3M dalam seminar

tersebut disampaikan

“Masih terdapat banyak kekerasan terhadap perempan di seluruh dunia


dan seluruh Indonesia, bagaimana kekerasan perempuan tersebut dalam kaca
mata fiqh, mengapa terjadi kekerasan perempuan, jawabannya adalah satu
yakni terjadinya diskrimantif terhadap perempuan. dan itu di ligitimasi oleh
fiqh, semua pandangan keagamaan diskriminatif hal ini yang kemudian
memunculkan paradigma bahwa laki-laki itu adalah penguasa atau pemimpin
dan permupuan itu subordinat atau makhluk kelas dua, semua fiqh akan
begitu,”

Husein tidak setuju ketika fiqh di kritik tuntas dalam halqah tersebut,

hal demikian karena Husein berfikir bahwa fiqh itu sudah benar, namun secara

fakta soial terjadi demikian, dengan mendengarkan pernyataan tersebut dan

dengan fakta yang ada. Husein mengalami sebuah kegelisahan secara pribadi,

dan kemudian Husein mencari argumen-argumen untuk mempertahankan

bahwa Islam tidak membolehkan kekeresan, cara Husein untuk mencari

arguntasi tersebut adalah dengan membaca semua kitab-kitab kuning, ternyata

dalam kitab kuning tersebut banyak sekali pandangan mislnya, pandangan

Abu Hanifah yang membolehkan perempuan mengawinkan dirinya sendiri

kemudian tiga tokoh imam besar membolehkan perempuan menjadi imam


kaum laki-laki. Setelah itu Husein diminta menulis tentang isu perempuan

dalam fiqh ibadah untuk kemudian di presentasikan dalam sebuah halaqah.

Setelah Husein menelusuri pandangan-pandangan fiqh tentang

perempuan, Husein berpandangan bahwa masih banyak pandangan fiqh yang

mensubordinasi perempuan, dari situ kemudian Husein terus diminta menulis

dan menjadi pembicara dalm isu-isu perempuan yang barkaitan dengan fiqh

dan menjadikan Husein berpihak pada pandangan kesetaraan gender.

Husein juga aktif dalam politik, Husein pernah menjadi dewan Syuro

DPP PKB pada priode 2001-2005 dan juga menjadi ketua dewan Tnfiz PKB

Kabupaten Cirebon tahun 1999-2002, dalam kesempatan ini Husein

memasukkan pandangan gender maintreming untuk para pejabat pemerintah,

salah satu usahnya yang lain adalah dengan mengusahakan alokasi dana

APBD untuk kegiatan LSM perempuan, termasuk pada WWC Balqis yang

Husein dirikan, pada saat yang sama juga Husein di minta menjadi narasumber

untuk seminar lokakarya dan pelatihan yang di selanggrakan pemda. Menurut

Husein dalam diri dewan anggota legislatif masih sangat minim terhadap

pemahaman gender.

Disamping itu Husein juga melakukan aktivitas atau kegiatan yang

berhubungan dengan pembelaan terhadap perempuan, sebagai bentuk

pembelaan terhadap perempuan, pada bulan November 2000, Husein

mendirikan Fahmina Institute. Lalu pada tanggal 3 Juli 2000, bersama Sinta

Nuriyah A. Wahid, Mansour Fakih, dan Mohamad Sobari, Husein juga

mendirikan Pesantren Pemberdayaan Kaum Perempuan ‘Puan Amal Hayati’.


Pada tahun 2000 juga, Husein mendirikan RAHIMA Institute, dan pada tahun

yang sama pula, Husein mendirikan Forum Lintas Iman, tiga tahun kemudian,

Husein tercatat sebagai Tim Pakar Indonesian Forum of Parliamentarians on

population and Development. lalu pada tahun 2005, Husein bergabung sebagai

pengurus The Wahid Institute Jakarta. Selain itu Husein juga tercatat sebagai

angota National Board of International Center for Islam and Pluralisme

(ICIP).

Husein sering kedatangan tamu perempuan yang mengalami masalah

kekerasan dalam rumah tangganya dan persoalan-persoalan lainnya yang

mendiskriminasi perempuan, Husein juga pernah kedatangan tamu perempuan

dari calon legislatif, perempuan tersebut mengalami kekerasan dalam rumah

tangganya dan juga mengalami permaslah dalam posisi nomor urut partainya.

Husein juga selalu berada di belakang dan menjadi penasehat organisasi massa

seperti Fatayat NU dan Muslimat NU. Husein juga aktif di berbagai sejumlah

media masaa, menerjamahkan kitab dan menulis beberapa buku, selain

menjadi direktur pengembangan wacana di LSM Rahmina, KPPI cirebon,

Puan Amal Hayati Komisioner Komnas Perempuan Jakarta, selain itu juga

Husein adalah pendiri Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, lembaga

ini bergerak dalam bidang pengembangan gerakan keagamaan kritis berbasis

tradisi keislaman pesantren untuk perubahan sosial.

3. Prestasi Akademik

Selama masa studi dan sampai sekarang banyak penglaman Husein

yang didapatkan, dalam posisinya sebagai pengurus beberapa organisasi


Husein berhasil memberikan sebuah kepercayaan kaepada teman-teman

oragnisasinya. Adapun pengalaman beberapa organisasi Husein adalah sebagai

berikut;

a. Pengasuh sekaligus Ketua I Yayasan Pondok Pesantren Darut Tauhid

Arjawinangun sejak tahun 1984 sampai sekarang.

b. Wakil Rais Syuriyah NU Caang Kabupaten Cirebon, tahun 1989-2001

c. Pengurus PP RMI tahun 1989-1999.

d. Sekjen RMI (Asosiasi Pondok Pesantren) Jawa Barat, tahun 1994-

1999

e. Ketua Dewan Tanfiz PKB Kabupaten Cirebon pada tahun 1999-2002

f. Anggota Dewan Syuro DPP PKB pada priode 2001-2005.

g. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon.

h. Ketua Umum Yayasan Walisanga.

i. Ketua Umum Yaysan Fahmina sejak tahun 2000 sampai sekarang.

j. Wakil ketua Pengurus Yayasan Puan Amal Hayati, Jakarta dari tahun

2000 sampai sekarang.

k. Direktur Pengembangan Wacana LSM RAHIMA, Jakarta dari tahun

2000 sampai sekarang.

l. Ketua Umum DKM Masjid Jami’ Fadhulullah, Arjawinangun dari

tahun 1998 sampai sekarang.

m. Kepala Madrasah Aliyah Nusantara Arjawinangun sejak tahun 1998

samapai sekarang.
n. Ktua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Arjawinangun dari

tahun 1996 sampai sekarang.

o. Ketua Kopotren Darut Tauhid, Arjawinangun dari tahun 1994-

sekarang.

p. Ketua Departemen Kajian Filsafat dan Pemikiran ICMI Orsat

Kabupaten Cirebon, tahun 1994-2000.

q. Ketua Badan Kordinasi TKA-TPA Wilayah III Cirebon dari tahun

1992 sampai sekarang.

r. Pendiri LSM Puan Amla Hayati Cirebon.

s. Pimpinan Umum Swara Rahmina, jakarta tahun 2001.

t. Dewan Redaksi Jurnal Dwi Bulanan Puan Amal Hayati, Jakarta, tahun

2001.

u. Konsultan Yayasan Balqis untuk Hak-hak Perempuan Cirebon, tahun

2002.

v. Konsultan Staf Ahli Fiqh Siyasah dan Prempuan.

w. Anggota Pengurus Associate Yayasan Desantara Jakarta tahun 2002.

Tidak hanya itu Husein juga pernah mengikuti bebrapa konfrensi dan

seminar pada tingkat Internasional, adapun penglaman tersebut adalah;

a. Konfrensi Internasional tentang al-Qur’an dan IPTEK yang di

seelnggarakan oleh Rabithah Alami Islami, Makkah bertempat di

Bandung pada tahun 1996.

b. Konfrensi Internasional masalah Kependudukan dan Kesehatan

Reproduksi di Kairo Mesir pada tahun 1998.


c. Seminar Internasional Tentang AIDS di Kula Lumpur Malasyia pada

tahun 1999.

d. Mengikuti studi banding tentang Aborsi Aman di Turki tahun 2002.

e. Fellowship pada Institute Studi Islam Moderen (ISIM) Universitas

Lieden Belanda pada bulan November 2002.

f. Menjadi narasumber pada seminar dan lokakarya Internasional

tentang Islam dan Gender di Kolombo Srilangka pada tahun 2003.

g. Komisioner Komnas Perempuan tahun 2010-2015.

Husein juga pernah mendapatkan penghargaan dari Bupati Kabupaten

Cirebon sebagai tokoh penggerak, pembina dan pelaku pembangunan

pemberdayaan perempuan pada tahun 2003, penghargaan dari pemerintah AS

untuk Heroes To End Modrn-Day Slavery pada tahun 2006, dan namanya juga

tercatat dalam The 500 Most Influential Muslims yang di terbitkan oleh The

Royal Islamic Strategic Studies Center pada tahun 2010,2011 dan 2012.

4. Karya-Karya

Husein selain aktif di berbagai seminar, halaqah dan yang lainnya

Husein juga termasuk seorang yang produktif dengan mengeluarkan gagasan-

gagasannya yang termuat dalam artikell di media massa dan termuat dalam

buku-bukunya yang Husein sudah di terbitkan di beberapa penerbit, selain itu

Husein juga menterjemahkan beberapa buku baik itu tentang persoalan hukum

Islam, akidah dan sampai pada buku-buku budaya, adapun karya-kayanya

adalah sebagai berikut;


a. Khutbah al-Jumah wa al’Idain, Lajnah min Kibār Ulama al-Azhar

(Wasiat Taqwa Ulama-Ulama Besar al-Azhar), di terbitkan oleh

penerbit Bulan Bintang tahun 1985.

b. Al-Syarȋ’ah al-Islamiyah Bian al-Mujaddin wa al-Muḥaddiṡin

(Hukum-Hukum Islam antara Modernis dan Tradisionalis), karya Dr.

Faruq Abu Zaid, di terbitkan oleh penerbit P3M, Jakarta tahun 1986.

c. Mawāṭȋn al-Ijtihād fi al-Syarȋ’ah al-Islamiyah (Syaikh Muhammad al-

Madani), At-Taqlȋd wa at-Talfȋq fi al-Fiqh al-Islāmi (Sayyid Mun’im

ad-Din), Al-Ijtihād wa at-Taqlȋd baina ad-Dawābiṭ al-Syarȋ’ah wa al-

Ḥayah al-Mu’aṣirah (Dasar-dasar Pemikiran Hukum Islam), Karya

Dr. Yusuf al-Qardhawi, diterbitkan oelh pustaka Firdaus Jakarta tahun

1987.

d. Kasyifah as-Saja, oleh penerbit Bandung tahun 1992.

e. Ṭabaqat al-Uṣūliyyȋn (Pakar-Pakar Fiqh Sepanjang Sejarah), karya

Syaikh Musthafa al-Maraghi, di terbitkan oleh penerbit LKPSM

Yogyakarta tahun 2001.

f. Penafsiran ulang kitab ‘Uqūd al-Lujjain karya Syaikh Nawawi al-

Bantani, karaya tersebut di beri judul Wajah Baru Kitab Syarh ‘Uqūd

al-Lujjain, di terbitkan oleh LKiSYogyakarta tahun 2001.

g. Fikih Perempuan, Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender, di

terbitkan oleh LkiS tahun 2001.


h. Ta’lȋq wa Taḥrȋj Syarḥ ‘Uqūd al-Lujjain, bersama Forum Kajian

Kitab Kuning (F3K), Jakarta dan Yogyakarta oleh penerbit LkiS,

2001.

i. Wajah Baru Kitab Syarḥ ‘Uqūd al-Lujjain, bersama Forum Kajian

Kitab Kuning (F3K), Jakarta dan Yogyakarta diterbitkan oleh LkiS

tahun 2001.

j. Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kiai P{esantren,

diterbitkan LkiS Yogyakarta tahun 2004.

k. Kembang Setaman Perkawinan, Analisis Kritis Kitab Syarḥ ‘Uqūd al-

Lujjain, bersama Forum Kajian Kitab Kuning (F3K), diterbitkan oleh

Kompas Jakarta tahun 2005.

l. Kiai Husein Membela Perempuan, di terbitkan LkiS Yogyakarta.

m. Sang Zahid, Mengarungi Sufisme Gusdur, di terbitkan oleh LkiS

Yogyakarta tahun 2012.

n. Memilih Jomblo, Kisah Para Intelektual Muslim Berkarya Sampai

Akhir Hayat, di terbitkan oleh Glosaria Media Yogyakarta tahun 2015.

o. Ijtihad Kiai Husein, Upaya Membangun Keadilan Gender. 2011

p. Dawrah Fiqh Perempuan (Modul Kursus Islam dan Gender). Di

terbitkan oleh Fahmina Institute, Cirebon 2006.

q. Fiqh Seksualitas.

r. Fiqh HIV/AIDS, Pedulikah Kita, PKBI Jakarta

s. Mengaji Pluralisme Kepada Maha Guru Pencerahan di terbitkan oleh

Mizan
t. Menyusuri Jalan Cahaya

u. Perempuan Islam dan Negara, Pergulatan Identitas dan Etnitas,

diterbitkan oleh Qalam Nusantara Yogyakarta tahun 2016.

v. Sepiritualitas Kemanusiaan, Prespektif Islam Pesantren, diterbitkan

oleh LKiS Yogyakarta 2005.

w. Fiqh Anti Trafiking, Jawaban atas Berbagai Kasus Kejahatan

Perdagangan Manusia dalam Perspektif Hukum Islam, di terbitkan

oleh Fahmina Institute, Cirebon, 2009.

Sedangkan karya-karya Husein yang dituils dalam bentuk makalah

adalah sebagai berikut;

a. Pesantren and The Issu Of Gender Relation, tulisan ini di muat dalam

majalah Kultur (The Indonesian Journal For Muslim Cultures), yang

di terbitkan oleh pusat Bahasa dan Budaya, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarat tahun 2002.

b. Islam dan Negara Bangsa, Pesantren dan Civil Society dan makalah

yang berjudul Islam dan Hak-Hak Reproduksi. Bebrapa tulisan yang

terdapat di dalam sejumlah buku kumpulan tulissan (antalogi) antara

lain adalah klemahan dan Fitnah Perempuan dan Kebudayaan yang

timpang.

Anda mungkin juga menyukai