Anda di halaman 1dari 15

PELAKSANAAN KURSUS PRA NIKAH DAN KURSUS CALON

PENGANTIN DI KUA KECAMATAN PLERET, KABUPATEN BANTUL


YOGYAKARTA”

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal

1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.1

Sedangkan pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menentukan

perkawinan menurut hukum islam adalah perkawinan sebagai suatu akad yang

sangat kuat atau miśaqan galidan untuk menaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah.

Pada dasarnya perkawinan merupakan suatu cara sebagai jalan bagi

manusia untuk beranak, berkembang biak dan menjaga kelestarian hidup. Suami

maupun isteri harus siap dengan perannya masing-masing dalam mewujudkan

tujuan perkawinan menuju kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan

rahmah.

Sakinah sebagai pondasi paling dasar akan terbentuk ketika pasangan

suami isteri sudah memiliki rasa nyaman dan tentram terhadap sesama. Setiap

pasangan bisa menceritakan apa saja, dari hal yang paling remeh sampai sampai

1
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif fiqih Dan Hukum Positif, cet.
Ke-1, (Yogyakarta: UII Press, 2011), hlm. 174-175.

1
2

hal yang paling rahasia. Mawaddah yang artinya cinta mencintai meliputi suami

isteri yang saling membutuhkan dalam urusan seks. Keduanya harus

menghormati satu sama lain.namun semakin tua kebutuhan akan seks semakin

berkurang. Kebutuhan ini akan digantikan oleh pergaulan santun menyantuni

dimasa tua (Rahmah).

Dalam keluarga selalu saja ada masalah yang datang. Masalah dengan

pasangan, mertua maupun dengan masyarakat sekitar. Setiap masalah menuntut

untuk diselesaikan secara bijak. Karena ini bisa menjadi tolak ukur kedewasaan

pasangan. Tidak sedikit pasangan yang memilih perceraian sebagai solusi

terbaik. Walaupun banyak larangan-larangan Tuhan dan Rasul mengenai

perceraian suami isteri.2 Seperti yang termaktub dalam sebuah hadis Nabi,
3
.‫أبغض الحالل عند هللا الطالق‬

Atas dasar tersebut perceraian diperbolehkan menurut agama dan negara,

sebagai jalan terakhir dalam menyelesaikan konflik yang sangat pelik dalam

sebuah rumah tangga.

Untuk mengantisipasi dan meminimalisir permasalahan dalam keluarga

yang berujung pada perceraian, maka diperlukan pengenalan tentang tujuan dan

prinsip dasar perkawinan terlebih dahulu terhadap calon pengantin. faktor ini

22
Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, cet. Ke-5 (Jakarta: UII-Press, 1986), hlm.99.

3
Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid Ibn majah al-Qazuwaini, Sunan Ibnu Majah,
(Yordania: Baital Afkar ad-Dauliyah,tt), hlm. 219. Hadis nomor 2018, Kitab Talaq, Bab, hadis dari
‘Abdillah bin Umar, sanadnya do’if.
3

mendorong pemerintah mengeluarkan peraturan tentang kursus calon pengantin

(suscatin) dan kursus pra nikah.

Berawal dari sini Dirjen Bimas Islam membuat peraturan NOMOR

DJ.II/491 TAHUN 2009 tentang kursus calon pengantin dan NOMOR DJ.II/542

TAHUN 2013 tentang pedoman penyelenggaraan kurus pra nikah. Dengan

harapan bisa mengurangi angka kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian di

Indonesia. Adapun dari sistem maupun pelaksanaannya masih menumui berbagai

kendala baik teknis maupun nonteknis.

Kursus calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan ,

pemahaman dan ketrampilan dalam waktu singkat tentang kehidupan rumah

tangga. Sedangkan kursus pra nikah adalah pemberian bekal pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan dan menumbuhkan kesadaran kepada remaja usia nikah

tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.

Materi kursus calon pengantin (suscatin) diberikan sekurang-kurangnya

24 jam pelajaran dan 16 jam pelajaran untuk kursus pra nikah yang disampaikan

oleh narasumber yang berkompeten dibidangnya. Konsultan perkawinan

menjelaskan tentang undang-undang perkawinan,memahamkan kewajiban dan

hak suami isteri. Dari ahli bidang lain, seperti Dokter menjelaskan tentang

masalah kesehatan reproduksi, polisi menyampaikan materi terkait kekerasan

dalam rumah tangga, dan psikolog memaparkan tentang bagaimana cara

menghadapi keadaan keluarga ketika mengalami goncangan sehingga mampu

menemukan solusi bagi setiap masalah. Catin atau remaja yang sudah mengikuti
4

kursus catin atau kursus pra nikah akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti

kelulusan dan menjadi syarat pendaftaran perkawinan.

Dengan diadakannya suscatin dan kursus pra nikah diharapkan bisa

memberikan dampak positif terhadap masyarakat luas agar pertikaian dan

kekerasan dalam biduk rumah tangga dapat dihindari.

Dari pengamatan yang ada, antara peraturan dan pelaksanaan suscatin

maupun kursus pra nikah belum terjalin dengan baik. Ada beberapa faktor yang

menjadi penyebab. Hal ini memicu penyusun untuk mengangkat judul skripsi

tentang “ PELAKSANAAN KURSUS PRA NIKAH DAN KURSUS CALON

PENGANTIN DI KUA KECAMATAN PLERET, KABUPATEN BANTUL

YOGYAKARTA”

B. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

merumuskan permasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pelaksanaan kursus pra nikah dan kursus calon

pengantin oleh KUA Pleret?

2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan kursus pra

nikah dan kursus calon pengantin?

C. Tujuan dan Kegunaan


5

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian serta penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan dari kursus pra nikah dan

kursus calon pengantin di KUA Pleret. Apakah sudah sesuai dengan

aturan yang ada atau belum.

2. Mengetahui apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dalam

pelaksanaan tersebut.

Sedangkan kegunaan yang diperoleh dari penulisan dan penelitian

skripsi ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan keilmuan terkait materi yang disampaikan

oleh para narasumber dan mendapat beberapa pelajara hidup dari

beberapa pasangan suami isteri atas kenyataan yang ada di

masyarakat.

2. Dapat digubakan sevagaoi salah satu refrensi dalam penelitian

selanjutnya dan yang sejenis.

D. Telaah Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan landasan utama penyusun dalam

menentukan posisi penelitian yang akan dilakukan. Dari penelusuran yang

dilakukan ada beberapa yang telah membahas tentang pelaksanaa kursus pra

nikah dan kursus calon pengantin, antara lain :


6

Skripsi yang disusun oleh Devi Choirunnisa yang berjudul

“Penyelenggaran Suscatin Oleh Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota

Tangerang Selatan”. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana

pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA wilayah Kota Tangerang Selatan

dan untuk mengetahui kendala yang ada dalam pelaksanaan kursus calon

pengantin. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode

yang digunakan adalah metode yuridis empiris. Sumber data yang digunakan

adalah wawancara secara langsung ke beberapa kepala KUA Kota Tangerang

Selatan dan juga mempelajari data-data yang tersedia di KUA Kota Tangerang

Selatan. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Hasil yang

diperoleh bahwa pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Kota Tangerang

Selatan tidak sesuai dengan peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat

Islam Departemen Agama Nomor DJ. II/491 Tahun 2009. Ada 2 faktor yang

menjadi kendala dalam pelaksanaan kursus calon pengantin. Kurangnya minat

dari calon pengantin untuk mengikuti pelaksanaan suscatin serta dana dari

pemerintah. Sehingga kegiatan ini tidak berjalan dengan baik.4

Skripsi yang disusun oleh Rika Nurkhasanah dengan judul “Pelaksanaan

Bimbingan Pra Nikahn di Bintal TNI-AD KOREM 043 Garuda Hitam Bandar

Lampung”. Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana bimbingan pra nikah yang

dilakukan prajurit TNI-AD KOREM 043 Garuda Hitam Bandar Lampung dan

4
Devi Chairunnisa, “Penyelenggaraan Suscatin Oleh Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota
Tangerang Selatan, Skripsi tidak diterbitkan, (Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2015).
7

apa saja faktor yang menjadi pendukun maupun faktor penghambat dalam

pelaksanaan bimbingan pra nikah. Hasil yang diperoleh bahwa bimbingan yang

dilaksanakan oleh prajurit TNI-AD hanyalah sebagai sarana untuk mewujudkan

rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Lebih menitik beratkan

pada kesiapan mental pasangan suami isteri prajurit ketika suami menjalankan

tugas, istri harus siap ditinggal dalam waktu yang tak tentu dan suami siap untuk

berpisah dengan isteri tanpa melakukan poligami.5

Skripsi yang disusun oleh Suci Cahyati Nasution yang berjudul

“Pelaksanaan Kursu Pra Nikah dan Kursus Calon Pengantin oleh KUA

Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatra

Utara”. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana pelaksanaan kursus

pra nikah dan kurusus calon pengantin serta apa saja yang menjadi faktor

pendukung dan faktor penghambat. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian lapangan, dengan sifat penelitian deskriptif analitik yang bertujuan

untuk memaparkan hasil pengamatan tanpa diadakan pengujian hipotesis.

Pendekatan yang digunakan adalah normatif-yuridis. Sumber data meliputi

wawancara, observasi, dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh, bahwa

pelaksanaan kegiatan penasehatan kursus pra nikah dan kursus calon pengantin

masih kurang efektif disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dari pihak KUA

kepada masyarakat tentang pelaksanaan kursus. Narasumber yang kurang ahli

5
Rika Nurkhasanah, “Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di Bintal TNI-AD Korem 043
Garuda Hitam Bandar Lampung”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2006.
8

dalam bidangnya sehingga penyampaian materi menjadi terlalu minim. Minat

yan minim untuk mengikuti kursus. Metode terlalu sederhana dan srana serta

pembiayaan sangat terbatas.6

E. Kerangka Teoritik

Pelaksanaan Kursus Pra Nikah dan Kursus Calon Pengantin. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kursus mempunyai arti pelajaran tentang

suatu pengetahuan atau keterampilan yang diberikan dalam waktu singkat oleh

lembaga di luar sekolah7.

Sedangkan Pra Nikah mempunyai dua unsur kata pra dan nikah. Pra

merupakan awalan (prefik) yang bermakna sebelum8. Adapun nikah adalah

perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi. 9

Calon Pengantin yaitu laki-laki dan perempuan yang hendak melaksanakan

pernikahan setelah mendaftar secara resmi di KUA.

Kursus pra nikah di atur dalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah Nomor

DJ. II/542 tahun 2013 yaitu;

Suci Cahyati Nasution, “ Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin dan Kursus Pra
6

Nikah oleh KUA Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi
Sumatra Utara”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016.
7
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 617.

8
Ibid., hlm. 697.

9
Ibid,. Hlm. 614.
9

Pasal 110
(1) Kursus Pra Nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah
tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.
(2) Remaja usia nikah adalah laki-laki muslim berumur sekurang-
kurangnya 19 tahun dan perempuan muslimah 16 tahun.
(3) Keluarga sakinah adalah keluarga yang didasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara serasi
dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara internal keluarga
dan lingkungannya, mampu memahami, mengamalkan dan
memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah.
(4) Badan penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan yang
selanjutnya disebut BP4 lah organisasi profesional yang bersifat sosial
keagamaan sebagai mitra kerja Kementrian Agama dalam
mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah.
(5) Lembaga penyelenggara kursus pra nikah adalah organisai keagamaan
Islam yang telah memiliki akreditasi dari Kementrian Agama.
(6) Sertifikat adalah bukti otentik keikutsertaan/kelulusan dalam
mengikuti kursus pra nikah.
(7) Akreditasi adalah pengakuan terhadap badan atau lembaga yang
menyelenggarakan kursus pra nikah setelah dinilai memenuhi
kriteria/persyaratan yang ditetapkan oleh Kementrian Agama.

Sedangkan Bab I Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Direktur Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam tentang Kursus Calon Pengantin Nomor DJ.II/491 tahun 2009

yaitu;

Pasal 111
(1) Calon Pengantin yang selanjutnya disebut catin adalah laki-laki
muslim dan perempuan muslimah yang akan menjalani kehidupan
rumahtangga dalam suatu ikatan pernikahan.
(2) Kursus Calon Pengantin yang selanjutnya disebut dengan Suscatin
adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dalam waktu singkat kepada catin tentang kehihudupan rumah
tangga/keluarga.
10
Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah Nomor DJ. II/542 tahun 2013. Pasal 1.

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam tentang Kursus Calon Pengantin
11

Nomor DJ.II/491 tahun 2009. Pasal 1 Ayat (1).


10

(3) Keluarga sakinah adalah keluarga yang didasarkan atas perkawinan


yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material sacara serasi
dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara internal keluarga
dan lingkungannya, mampu memahami, mengamalkan dan
memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah.
(4) Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disebut KUA
adalah unit pelaksanaan teknis Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dalam wilayah kecamatan.
(5) Badan penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan yang
selanjutnya disebut BP4 adalah organisasi profesional yang bersifat
sosial keagamaan sebagai mitra kerja Departemen Agama dalam
mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah.
(6) Sertifikat adalah bukti otentik keikutsertaan/kelulusan dalam
mengikuti Kursus Catin yang diselenggarakan oleh Departemen
Agama.
(7) Akreditasi adalah pengakuan terhadap badan atau lembaga untuk
menyelenggarakan Kursus Calon Pengantin setelah dinilai memenuhi
kriteria/persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Agama.

Selain Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, al-qur’an

dan Hadis merupakan landasan hukum sebagai pedoman hidup yang mengatur

tingkah laku manusia dalam berkeluaraga.

Dalam surat At-Tahrim ayat 6 Allah berfirman:

12
.‫يايها الذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا‬

Ayat di atas memerintahkan agar selalu mejaga diri dan keluarga kita

dari api neraka. Artinya keluarga harus memiliki pondasi yang kokoh untuk

menahan permasalahan yang menyebabkan rusaknya sebuah rumah tangga yang

akan di bangun. Hal ini menjadi sebuah upaya untuk menjaga diri dan keluarga

dengan mengikuti sebuah program kursus pra nikah dan suscatin sebelum

berlangsungnya pernikahan diantara kedua pasangan.


12
At-Tahrim (66):6.
11

Sebaimana hadis Nabi,

.‫ فانصح له‬n‫واذا ستنصحك‬


13

Hadis di atas menerangkan kita sebagia makhluk sosial yang saling

membutuhkan antara satu orang dengan yang lainnya. Kebutuhan tidak hanya

meliputi sandang, papan, pangan. Adakalanya orang meminta pendapat atau

nasehat, maka kita dianjurkan untuk memberi apa yang dibutuhkan.

F. Metode Penelitian

Dalam menguraikan pembahasan dari permasalahan yang akan diteliti,

penyusun menggunakan metode sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan penyusun adalah penelitian lapangan

(Field Research). Penyususn melakukan pengamatan langsung bagaimana

pelaksanaan kursus pra nikah dan kursus calon pengantin.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu data yang dikumpukan

berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data yang sudah terkumpul

kemudian disusun, dipaparkan dan dijelaskan dan menganalisa data tersebut

secara cermat.14

13
Husain Bahrais, Hadis Sahih al-Jami’us Sahih Bukhari Muslim, (Surabaya: Karya
Utama,tt). hlm. 197.
14
Ahmad Tanzeh, Metodologo Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 71
12

3. Pendekatan Penelitian

Penyusun menggunakan metode pendekatan normatif-yuridis15 dalam

menyusun skripsi ini. Pendekatan normatif yaitu pendekatan terhadap masalah

yang diteliti berlandaskan hukum islam sebagai sumber utama.16 Pendekatan

yuridis yaitu pendekatan yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku

di Indonesia dalam hal ini adalah peraturan Direktur Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dan Kementrian Agama Nomor DJ. II/491 Tahun 2009

tentang kursus calon pengantin serta Nomor DJ. II/542 Tahun 2013 tentang

Pedoman Penyelenggaran Kursus Pra Nikah.

G. Teknik Pngumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dengan jalan

komunikasi,yakni memalui kontak atau hubungan pribadi antara

pewawancara dengan responden.17sistematika dalam wawancara yaitu

penyususn mengajukan beberapa butir pertanyaan kepada sumber data

(responden). Ada lima responden yang menjadi capaian dalam wawancara

yang akan dilakaukan. Dengan focus kepada sumber data yang menikah di

bawah umur atau salah satu pasangan masih di bawah umur.

b. Observasi
15
Zainudin Ali, metode Penelitian Hukum, cet.ke-2 (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.105.

16
Bambang Sunggono, metode penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 1997), hlm. 42.

17
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosisal dan Hukum, edisi: 1, (Jakarta: Granit, 2004),
hlm. 72.
13

Observasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara

mengamati obyek secara langsung maupun tidak langsung.18 Dalam hal ini

penyususn berusaha semaksimal mungkin melihat dan mengamati secara

langsung. Kemudian penyususn menuliskan hasil yang didapatkan selama

proses observasi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap 19 yang berhubungan

dengan proses pelaksanaan kursus pra nikah dan kursus calon pengantin.

H. Analisis Data

Analisis data adalah mengatur secara sistematis bahan hasil wawancara

dan observasi, menafsirkan dan menghasilkan suatu pemikiran, pendapat, teori

atau gagasan yang baru, kemudian disebut sebagai hasil temuan dalam penelitian

kualitatif.20 Deduktif yaitu menarik sumber permasalahan yang bersifat umum

dalam hal ini pelaksanaan kursus calon pra nikah dan kursus calon pengantin ke

dalam hal yang bersifat khusus yakni mencari apa faktor penghambat dan

pendukung.
18
Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur &Strategi, (Bandung: Angkasa, 1985),
hlm.91.
19
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 200), hlm.
158.

J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristikdan Keunggulan (Jakarta:


20

Grasindo, 2010), hlm.120-121.


14

I. Sistematika Pembahasan

Bab pertama, merupakan pendahuluan skripsi yang menguraikan kearah

mana tujuan penelitian dalam penyususnan skripsi. Bagian pertama yaitu latar

belakang masalah yang memuat penjelasan engapa penelitian ini perlu

dilakukan, apa yang melatar belakangi permasalahan ini. Kedua, pokok

permasalahan yang dibahas, memberikan penegasan pada apa yang ada dalam

latar belakang masalah. Ketiga, tujuan dan kegunaan yaitu yang akan dicapai

dalam penelitian ini. Keempat, telaah pustaka, untuk membertahu dimana posisi

penyusun saat ini, dimana letak kebaruan penelitian terhadap literature yang

sudah ada sebelumnya dan kaitannya dengan obyek penelitian. Kelima, kerangka

teoritik, mengagkat pola ifkir yang ada dalam memecahkan masalah secara urut

yang berhubungan dengan penelitian. Keenam, metode penelitian, berupa

penjelasan langkah-langkah yang akan diambil dalam mengumpulkan dan

menganalisis data. Ketujuh, teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan

dalam penelitian untuk mengumpulkan data yang akan digali, dan yang terakhir

sistematika pembahasan aga pembahasan lebih terarah.

Bab kedua, akan membahas secara umum tentang kursus pra nikah dan

kursus calon pengantin yang meliputi, pengertian, tujuan, dasar hukum serta

kaitannya dengan faktor penghambat dan faktor pendukung di dalam

pelaksanaannya.

Bab ketiga, yang mencakup gambaran secara umum tentang struktur

KUA Pleret. Yang meliputi letak goegrafis, sejarah dan perkembangannya.


15

Dalam bab ini juga penyusun akan memaparkan bagaimana pelaksanaan kursus

calon pra nikah dan kursus calon pengantin.

Bab keempat, merupakan analisa dari pelaksanaan kursus pra nikah dan

kursus calon pengantin di KUA Pleret serta menganalisa yang menjadi faktor

penghambat dan faktor pendukung.

Bab kelima, bab ini merupakan bagian akhir dari pembahasan penelitian

yang memuat dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan uraian

singkat dari hasil penelitian, sedangkan saran berisi saran yang bersifat akademis

untuk menambah nilai-nilai keilmuan. Dibagian skripsi ini disertakan lampiran

bertujuan untuk kelengkapan skripsi.

Anda mungkin juga menyukai