Marilah selalu memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena pada pagi hari ini kita masih diberikan
karunia untuk melakukan shalat Idul Adha di masjid yang penuh berkah. Demikian pula diberikan
kesempatan bertemu keluarga, sahabat, tetangga yang mungkin jarang kita temui di hari biasa.
Karenanya, ini adalah waktu istimewa yang disediakan untuk kita, umat Islam. Karenanya, mari
aneka nikmat yang ada kita pergunakan dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan takwallah yang
diwujudkan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Baru saja kita rebahkan diri kita, bersimpuh di depan pintu kebesaran Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Baru saja kita mengakhiri shalat dengan menyebarkan salam sejahtera kepada
semua makhluk sekitar. Sejak tadi malam sampai pagi ini, kita memenuhi langit dengan suara takbir
kita. Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilahaillahu allahu akbar. Allahu akbar walillahil hamdu.
Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam dari segenap
penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan ibadah haji. Gemuruh dan gema
kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah haji menyambut panggilan ilahi
dengan mengucapkan talbiyah. Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik. Innal
hamda wan nikmata la wal mulk la syarika laka.
Artinya: Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu
memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu
menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati),
maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya
(yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-
unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al-Hajj: 36).
Untuk mewujudkan anak yang salih, tentu bukan hal yang mudah. Pertama: keluarga adalah hal
utama dan pertama dalam mewujudkan anak salih. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang
salih dan salihah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi
Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka
mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dalam mendidik anak-anak muslim: Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara:
Mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca Al-Qur’an. (HR. Tabrani).
Dan sahabat Ali pernah berkata:
Artinya: Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu.
Untuk mewujudkan anak yang salih, tentu bukan hal yang mudah. Pertama: keluarga adalah hal
utama dan pertama dalam mewujudkan anak salih. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang
salih dan salihah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi
Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka
mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dalam mendidik anak-anak muslim: Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara:
Mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca Al-Qur’an. (HR. Tabrani).
Dan sahabat Ali pernah berkata:
Artinya: Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu.
Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang salih atau
salihah. Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan bahwa habitus, tempat di
mana kita berada, sangat berpengaruh pada manusia, pada anak-anak dan juga kepada adik-adik
kita. Bordie menyebut habitus sebagai “struktur yang terstruktur”.
Habitus adalah “lingkungan dari kekuatan yang ada”. Almarhum KH Abdul Muchith Muzadi, selalu
memberi nasihat pada orang-orang: Lebih baik sekolah yang berakhalkul karimah meskipun 'tidak
bermutu' daripada 'bermutu' tapi tidak berakalakul karimah. Untuk memilih pendidikan yang karena
itu, carilah habitus yang baik-baik. Jangan terjerumus pada habitus yang kurang baik sehingga
menyebabkan kita masuk dalam habitus tersebut.