Anda di halaman 1dari 8

Teks Doa Pembuka dan Penutup dalam Acara

 Pembuka : 

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.


Marilah sejenak kita bersama-sama menundukkan kepala,
bermunajat kepada tuhan agar kegiatan kita hari ini diberkahi
dan bisa berjalan dengan lancar. Bagi yang beragama Islam,
marilah bersama-sama
Membaca ummul kitab : Al-Fatihah “…”

Bismillahirrahmaanirrahim. Allahumma solli ‘ala muhammad.


Wa’ala ali muhammad.
Ya Allah Ya Rahmat, pada hari ini, di gedung ... ini kami
hendak menyelenggarakan acara ... dengan memohon ridha dan
izinmu. Berkahilah semua langkah dan perbuatan kami dan
jadikanlah itu semua nilai ibadah dan nilai ilmu yang
bermanfaat kepada kami.

Ya allah Ya Wahid, engkau yang maha satu dan maha


mempersatukan. Kami mohon perkuatlah persatuan diantara
kami, janganlah engkau biarkan ada perpecahan diantara kami.
Kami ingin kuat dalam persatuan itu agar lebih bemanfaat
untuk agama, negara dan bangsa ini.

Ya Allah Ya Ghafur. Engkau yang maha pengampun atas segala


dosa, ampunilah dosa kami, dosa orang tua kami, dosa para
pemimpin kami, dosa para pejuang-Mu dan dosa para
pendahulu kami. Tempatkanlah kami dan mereka semua ini
dalam lindungan rahmat dan ampunanmu.

Ya allah ya Mujib. Engkau yang maha mengabulkan doa.


Perkenankanlah doa dan permohonan kami. Rabbana Atina
Fiddun ya Hasanah. Wafil Akhirati Hasanah. waqinna ‘adza
bannar, subhana rabbika rabbil izzati amma yasifun wasalamun
alal mursalin walhamdulillahirabbil alaamiin. Amin ya Rabbal
‘Alamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
 Penutup : 

Sebelum kita menutup acara ini, marilah bersama-sama kita


berdoa untuk mengucap syukur atas kegiatan kita yang telah
kita laksanakan hari ini.
Bagi yang beragama Islam marilah kita awali dengan membaca
Ummul kitab. Al-Fatihah “…”

Allahumma Ya Allah, Ya Tuhan kami..


Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat-MU atas
segala rahmat karunia-MU yang telah ENGKAU limpahkan
kepada kami, pada hari ini dengan penuh keakraban dan
bahagia ini kami hadir di sini kiranya ENGKAU memberikan
barokah dan ridho-MU dalam acara yang kami laksanakan ini.

Allahumma Ya Allah, Ya Tuhan kami..


Dengan telah berakhirnya kegiatan ini kiranya Ya Allah,
ENGKAU dapat melimpahkan pengetahuan dan kekuatan
kepada kami semua dan ENGKAU tumbuhkan rasa
persaudaraan, persatuan yang kokoh di antara kami terjalin
dengan baik dan utuh.
Ya Allah Tuhan kami, ENGKAUlah Sang Maha Pengampun..
Ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa pemimpin kami
serta dosa dan kesalahan kedua orang tua kami.
Perkenankanlah doa dan pinta kami ini.

Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa


qina ‘adzaban naar, subhana rabbika rabbil izzati amma yasifun
wasalamun alal mursalin walhamdulillahirabbil alaamiin. Amin
ya Rabbal ‘Alamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Akhir-akhir ini kita dibuat prihatin dengan maraknya tawuran antar pelajar, merebaknya
pemakaian narkoba di kalangan remaja, pergaulan bebas diantara remaja, dan beberapa tindak
kejahatan yang melibatkan anak remaja. Apa sebenarnya yang salah dengan negeri ini, sehingga
banyak remaja Indonesia terjerumus kepada sikap dan perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai
agama, moral, dan etika?

Padahal sebagai generasi harapan bangsa, remaja diharapkan kelak menjadi pemimpin yang akan
membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsanya. Namun dengan kondisi remaja seperti
yang tergambar di atas, bagaimana kita bisa berharap banyak pada kaum remaja? Tak bisa
terbayangkan bagaimana kondisi negara kita di masa depan bila kaum remaja sekarang ini
berperilaku menyimpang, malas, semaunya sendiri, tidak mengindahkan moral dan etika, serta
melanggar hukum.

Banyak faktor yang melatarbelakangi rusaknya mental dan kepribadian kaum remaja di negeri
ini. Faktor itu meliputi; pendidikan, lingkungan sosial, ekonomi, seni-budaya, dan lain
sebagainya. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang terutama dalam
bentuk transformasi teknologi informasi dan budaya memberi dampak signifikan bagi perubahan
watak dan perilaku kaum remaja. Intensitas penggunaan internet dan video game yang
meningkat di kalangan anak-anak dan remaja turut memberi andil.

Sekarang ini kita bisa melihat begitu banyak remaja yang suka bergaya, berperilaku, dan meniru
artis asing. Contohnya korean style yang sedang mewabah di kalangan remaja. Ironisnya, hal itu
juga diikuti remaja muslim. Memang, kegiatan meniru sang idola bagian dari pembentukan
pribadi remaja dalam tahap pencarian jati diri. Dalam ilmu psikologi hal itu sah saja selama
kegiatan meniru bernilai positif. Namun yang disayangkan, lebih banyak kegiatan meniru itu
justru bernilai negatif dan berpotensi merusak mental kepribadian remaja.

Pasalnya, apa yang mereka tiru dan ikuti tidak selaras dengan norma maupun nilai-nilai agama,
sosial, dan budaya yang dianut di negeri ini. Sebagai negara yang mayoritas beragama Islam dan
berbudaya ketimuran sangatlah tidak sesuai bila mengikuti budaya asing, khususnya barat, yang
cenderung liberal, hedonis, dan permisif. Mengembangkan pemikiran yang maju dan modern
seperti yang dilakukan kaum reformis Barat boleh saja dilakukan selama tidak menafikan nilai-
nilai moralitas yang ditanamkan oleh agama dan kultur sosial setempat.

Islam mengajarkan umatnya untuk mencari ilmu sampai ke negeri China, belajar hingga akhir
hayat, dan mengembangkan potensi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan di dunia selama
tidak menyalahi syariat agama. Semestinya kaum remaja muslim jangan hanya sekadar sebagai
penonton, peniru, atau pengekor. Remaja muslim harus menjadi pembaharu, pemikir, dan pioner
bagi kemajuan masyarakat dunia. Seperti yang dulu pernah dilakukan oleh ilmuwan Islam seperti
Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Ibnu Ismail Al Jazari, dan banyak lagi yang
lainnya.

            Allah Ta’ala berfirman :

‫َن ا ْل ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫س تَأْ ُمرُونَ ِبا ْل َم ْع ُر‬


ِ ‫وف َوتَ ْن َه ْونَ ع‬ ِ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َجتْ لِلنَّا‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar”. (QS. Ali Imran: 110). Ayat di atas sangat jelas
menyiratkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik di dunia. Karena umat Islam yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya senantiasa berbuat terbaik bagi dirinya, lingkungannya, dan sesama.

Untuk mewujudkan visi sebagai umat terbaik, maka diperlukan upaya pembentukan karakter
muslim yang kuat. Hal ini harus dilakukan melalui pendidikan sejak usia dini atau kanak-kanak,
remaja, hingga dewasa. Dalam hal ini peran orang tua, guru, dan pemerintah sebagai penyedia
fasilitas sangat besar sekali dalam pembentukan watak dan kepribadian seorang muslim.

Pembentukan Karakter Remaja Islami

Untuk membentuk karakter remaja islami yang cerdas, mandiri, tangguh, berakhlakul karimah,
amanah, dan tawaduk tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal seperti di sekolah atau
pesantren. Pendidikan dan penanaman nilai-nilai islami justru dimulai dari lingkungan keluarga.
Dalam hal ini orang tua memikul tanggung jawab dan peran utama mendidik anak. Orang tualah
yang menentukan mau dijadikan seperti apa dan diarahkan ke mana jalan hidup anak.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  “Setiap (anak) yang dilahirkan (pasti)
dilahirkan di atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang membuat dia jadi Yahudi atau Nasrani
atau Majusi” (HR. Abu Hurairah). Hadist ini menekankan pentingnya tugas orang tua dalam
mengawali pendidikan pada anaknya. Orang tua mesti mengenalkan Islam secara dini, karena
dengan memeluk agama Islam dan menjalankan syariat dengan benar akan menjadi benteng
sekaligus penyelamat bagi hidupnya, baik di dunia maupun di akherat.

Allah Ta ‘ala berfirman: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya,
demikian pula Yaqub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-
Baqarah: 132). Selanjutnya keyakinan pada agama Islam ini dikuatkan dengan pelajaran tauhid,
yakni penghambaan dan penyerahan diri kepada Allah SWT.

Allah Azza Wa Jalla berfirman: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163). “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin
dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetaphan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan
yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36).

Setelah pelajaran tauhid ini tertanam kuat pada diri sang anak, barulah kemudian diajarkan
tentang akhlak, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan segala hal yang menyangkut kehidupan di
dunia. Mengenai pendidikan akhlak ini kita bisa mencari referensi pada akhlak dan kepribadian
Rasulullah saw. Karena Nabi Muhammad saw adalah sebaik-baik manusia di muka bumi ini.
Pada dirinya terdapat uswatun hasanah (suri tauladan yang baik).
Beliau pernah bersabda kepada Ibnu Abbas ra. ketika mengajarkan beberapa perkara aqidah
kepadanya, “Hai anak kecil, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkataan: Jagalah
Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati Dia berada di
depanmu, jika kamu meminta maka minta hanya kepada Allah dan jika kamu meminta
pertolongan maka minta pertolongan hanya kepada Allah”. (HR. At-Tirmizi)

Dan beliau juga bersabda dalam masalah sholat: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk
mengerjakan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena (mereka
meninggalkan) nya ketika mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dalam
tempat tidur”. Beliau pernah menegur Umar bin Abi Salamah ketika dia sedang makan, “Hai
anak kecil, bacalah bismillah (sebelum makan), makanlah dengan (tangan) kananmu dan
(mulailah) makan dari (makanan) yang terdekat denganmu”. (HR. Muslim)

Begitu perhatian Rasulullah saw kepada penanaman akhlak yang baik sejak dini, sehingga beliau
tak segan menegur anak kecil. Meski kita semua tahu sifat anak kecil yang lebih suka bermain-
main dan bercanda. Kita mungkin akan dibuat jengkel dan hilang kesabaran oleh perilaku anak
yang mudah mengabaikan perintah. Tapi justru di sinilah iman kita diuji. Mendidik anak tak
ubahnya mengukir di atas batu; sangat sulit dan membutuhkan waktu. Namun jika kita terus
melakukannya dan tak kenal lelah, insya Allah ukiran kebaikan yang kita ajarkan kepada anak-
anak akan terus membekas hingga dewasa!

Menanamkan Sifat-sifat Terpuji

Hal lain yang perlu ditekankan pada pembentukan karakter remaja Islami adalah penanaman
sifat-sifat terpuji seperti: jujur, sabar, adil, bijaksana, amanah, rendah hati, welas asih kepada
sesama, suka menolong, peka terhadap lingkungan, dan bertoleransi atas perbedaan yang ada.
Muslim yang baik adalah pribadi yang tidak suka pada kekerasan, permusuhan, dendam,
kebencian, atau mengobarkan api konflik kepada orang lain, apalagi kepada sesama muslim.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah : 2). Di ayat
lain Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan menzholimi seseorang walaupun
sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya
dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (QS. An-Nisa’: 40).

Rasulullah saw menekankan pentingnya menjaga diri dari perbuatan zalim atau menyakiti orang
lain, terlebih kepada sesama muslim. Beliau bersabda: “Janganlah kalian saling hasad,
janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi, janganlah seorang
dari kalian membeli barang yang telah dibeli oleh orang lain, dan hendaklah kalian menjadi
hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, ia
tidak menzhaliminya dan tidak merendahkannya. Takwa itu disini (beliau menunjuk ke dadanya
3 kali), cukuplah seseorang dikatakan jahat jika dia menghinakan saudaranya sesama muslim.
Setiap muslim dengan muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”.
(HR. Muslim)
Di hadist lain Rasulullah bersabda:“Hendaklah kalian berlaku jujur, sebab kejujuran itu
mengantar kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantar ke surga dan senantiasa orang itu
berlaku jujur dan terus menerus berlaku jujur sehingga dicatat di sisi Allah selaku orang yang
jujur. Dan janganlah kalian berlaku dusta, sebab dusta mengantar kepada kedurhakaan dan
kedurhakaan itu mengantar kepada neraka, dan senantiasa orang yang berdusta dan terus
menerus berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).

Demikianlah beberapa pelajaran penting yang perlu diberikan kepada kaum remaja Islam di
tanah air, sehingga mereka bisa menjaga diri dari perbuatan menzalimi diri sendiri maupun orang
lain. Dengan menanamkan aqidah yang kuat pada diri seorang remaja Islam dan mengajarkan
akhlakul karimah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, niscaya
perbuatan sesat dan merusak seperti; tawuran, mengkonsumsi narkoba, seks bebas, dan lain
sebagainya bisa dihindari.

- See more at: http://cyberdakwah.com/2013/06/menanamkan-akhlakul-karimah-pada-remaja-


islam/#sthash.9uIOtA0d.dpuf

Orang istimewa selalu lebih sedikit daripada yang biasa. Islam memandang, istimewa adalah
ketika manusia bisa menempatkan dirinya untuk menghamba secara total kepada Tuhan yang
benar yakni Allah SWT. Al-Qur’an pun kembali menegaskan pujian Allah SWT untuk
sekelompok hamba-Nya yang sedikit dan mencela serta memerintahkan kita untuk waspada
kepada kelompok yang banyak.

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata : “Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (TQS al-Baqarah [2] : 249)

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka,
dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (TQS al-An’am [6] : 116)

Apakah Anda Termasuk Istimewa

Semua manusia ingin menjadi istimewa, tetapi sudah kita pahami bahwa pasti orang yang
istimewa ini jumlahnya lebih sedikit dari yang biasa. Sesuatu yang sedikit memang belum tentu
baik, tapi yang baik jumlahnya pasti lebih sedikit. Jika kita benar-benar menginginkan untuk
menjadi orang yang istimewa maka ada tips yang bisa kita pakai untuk menilai sudahkah kita
termasuk yang istimewa.

Pertama, setelah membaca artikel ini, coba renungkan, apakah Anda termasuk dari yang sedikit
atau yang banyak? Sholat Shubuh di masjid secara berjamaa’ah pasti lebih sedikit orang
dibandingkan keseluruhan masyarakat di sekeliling masjid. Jikalau Anda memastikan hadir
Shubuh berjamaa’ah berarti Anda telah menggolongkan diri menjadi orang yang istimewa.
Banyak wanita yang tidak mau menutup auratnya dengan sempurna dan kebanyakan wanita
malah memamerkan auratnya. Bila Anda ingin menutupnya dan tidak membiarkannya dilihat
selain kepada suami Anda atau muhrim Anda, maka Andalah orang istimewa. Banyak umat
Islam yang tidak melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar bahkan tak sedikit umat Islam yang
menjajakan aturan, pemikiran, budaya, dan seni yang bertentangan dengan al-Qur’an dan as-
Sunnah. Apabila Anda termasuk orang yang aktif berdakwah, mengajak orang-orang pada
kebaikan dan menjauhi segala keburukan sesuai Syara’ maka Andalah orang istimewa. Masih
banyak contoh lain yang dapat langsung kita terapkan. Oleh karena itu berusahalah menjadi
bagian yang sedikit yaitu yang istimewa.

Kedua, pengorbanan yang diperlukan untuk menjadi istimewa jelas lebih banyak daripada
menjadi yang biasa saja. Oleh karena itu tidak banyak orang yang sudi memilihnya. Maka jika
Anda sungguh-sungguh berniat untuk menjadi istimewa, maka pengorbanan pun harus disiapkan.
Ada yang berkorban diolok-olok dengan kata-kata ‘banci’, ‘kolot’, ‘kuper’ ‘makhluk alien’ dan
kata-kata semacamnya untuk menjadi istimewa hanya karena ia tidak mengikuti tren yang
sedang berkembang masyarakat bahkan melawan arus karena sesuatu yang jadi tren itu ternyata
bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Para shahabat yang ikut berjuang bersama
Rasulallah SAW berkorban harta, benda, bahkan jiwa dan raganya untuk menjadi istimewa.
Pengorbanan memang sesuatu yang sangat sulit, yang karena itulah menjadikan kita istimewa.

Pilihan untuk menjadi istimewa penuh dengan investasi, konsekuensi, dan risiko yang harus
diambil. Inilah yang menjelaskan mengapa orang istimewa pasti selalu lebih sedikit jumlahnya
daripada orang-orang biasa karena pilihan untuk menjadi orang istimewa membutuhkan
konsekuensi dan risiko yang lebih dibandingkan dengan pilihan untuk menjadi biasa saja.

Orang yang istimewa selalu melakukan pilihan-pilihan istimewa dalam setiap segmen perjalanan
hidupnya. Mereka memahami bahwa ketika mereka melakukan hal-hal kecil yang istimewa, hal
itu akan menghantarkan mereka menjadi orang yang istimewa. Orang-orang yang istimewa
menolak untuk melakukan hal-hal yang biasa, mereka selalu memberikan yang terbaik pada
setiap perbuatan yang mereka lakukan baik kecil maupun besar.

Lain halnya dengan menjadi orang biasa, seseorang cukup mengikuti yang lainnya dan tidak
perlu mengeluarkan ekstra investasi, konsekuensi, dan risiko. Penonton sepakbola selalu lebih
banyak daripada pemain sepakbola. Orang yang dipengaruhi selalu lebih banyak daripada orang
yang mempengaruhi. Orang yang tidak beriman kepada Allah selalu lebih banyak daripada orang
yang beriman kepada Allah. Orang yang memilih menjadi biasa selalu lebih banyak daripada
orang yang memilih menjadi istimewa. Orang istimewa memang hanya sedikit. Less is Better.

Keputusan ada di tangan kita. Hidup adalah pilihan dan kita bebas menentukannya. Biasa atau
Istimewa? Apabila kita memilih untuk menjadi istimewa konsekuensi yang lebih berat menanti,
dan kita harus siap untuk menjadi orang-orang yang jumlahnya sedikit dan “aneh” bagi sebagian
besar manusia biasa. Namun ada pula kabar gembira tentang risiko orang-orang istimewa yang
sedikit jumlahnya bahwa mereka tidak hanya sedikit jumlahnya di dunia, tetapi juga sedikit
jumlahnya di akhirat kelak.
Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia
(TQS al-A’raaf [7] : 179)

Hidup mana yang akan kita pilih? Hidup seperti apa yang akan kita jalani? Allah SWT pun pada
hakikatnya hanya menyediakan dua jalan bagi kita sekaligus memberikan tuntunan bagi kita
untuk mengambil jalan yang “sukar” bukan jalan yang mudah.

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya
itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? (TQS al-Balad [90] : 10-11)

Menjadi istimewa memang butuh pengorbanan, mememerlukan kesabaran dan keteguhan.


Isimewa berarti menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu menjadi istimewa akan mendapat
balasan yang lebih daripada orang biasa. Allah SWT menjanjikan surga dengan segala
kenikmatannya bagi orang-orang istimewa dari golongan orang-orang yang beriman.

- See more at: http://cyberdakwah.com/2013/06/pilihan-menjadi-orang-istimewa-


2/#sthash.UgkFLSFt.dpuf

Anda mungkin juga menyukai