Anda di halaman 1dari 7

2.

Menjauhi Sifat Takabbur


Assalmualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Puji dan syukur kita sanjungkan kepada Allah swt., karena dengan limpahan ramat-Nya
kita sekalian bisa mengikuti aktivitas berupa kuliah tujuh menit, tanpa ada halangan suatu
apapun. Mudah-mudahan kegiatan semacam ini senantiasa mendapat ridha Allah swt., amin.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad
saw.,karena dengan menyebarnya islam ke penjuru pelosok dunia, kita bisa memedakan yang
haq dan yang bathil berkat hidayah Allah swt.
Kalau kita mau merenung akan keberadaan manusia hidup didunia ini, tentu saja kita
akan menyadari, bahwa kita satu-satunyah mahluk yang lemah, tanpa daya kekuatan sama sekali.
Kita bisa berkedip, bergerak, bahkan bisa berjalan menuju temat ini semata-mata anugrah dari
Allah swt. Tanpa pemberian Allah, maka janganlah bisa berjalan, bergerak pun saja kita tidak
akan mampu. Mengingat hal semacam ini, lalu timbul kesadaran dalam hati kita masing- masing.
Bahwa patutkah manusia ini mempunyai sifat sombong terhadap sesamanya? Bagi orang yang
sesungguhnya beriman, maka dengan tegas menjawab: bahwa takabur tidak patut dimiliki
manusia.
Tidak sedikit manusia takabur sebab harta yang melimpah dimilikinya, rupa yang tampan
dan cantik, mempunyai pangkat dan kedudukannya. Bila hal-hal semacam itu dijadikan bahan
takabur, maka model orang semacam ini kurang berfikir dan amat Allah. Bagi orang-orang yang
takabur dalam hidup ini, maka akan mendapatkan balasan berupa neraka, karena sesorang yang
dalam hatinya menyelinap sifat takabur, sekalipun sekecil semut maka bisa menghalangi masuk
surga. Nabi saw. Bersabda:
Artinya: tidak masuk surga orang yang ada dalam hatinya seberat semut daripada
takabur. (HR.Muslim dan Tirmidzi).
Maka sifat takabur haruslah kita basmi jangan sampai tersisa dalam hati orang-orang
islam, karena sifat takabur adalah suatu perkara yang merusak manusia. Nabi saw. Bersabda:
Artinya: tiga perkara yang merusak, perangai kikir yang ditaati, hawa nafsu yang selalu
diikuti dan sombong ujub pada diri sendiri. (HR.Thabrani).
Berkait dengan ini pula Nabi saw.berperan kepada Tsalabah:
Artinya: ya Tsalabah Apabila kamu telah menjumpai manusia yang kikir dan
mentaatinya, dan manusia yang selau mengikuti hawa nafsunya, dan dunia yang dimuliakan

turun temurun, dan kamu jumpai juga manusia masing- masing telah berperangi ujub, maka
jaga saja dirimu sendiri. (HR.Abu Daud).
Dengan bahayanya sifat takabur itu, maka kita harus sadar, bahwa manusia mahluk yang
lemah tanpa daya kekutan apapun, segala yang ada pada diri kita semata-mata anugerah dari
Allah swt. Kalau kita mau merenung betul tetang keberadaan manusia yang sesungguhnya, maka
takabur tidak sampai ada pada hati orang-orang beriman, sekalipun manusia itu berhasil dan
sukses dalam hidupnya. Mudah-mudahan Allah menjauhkan sifat sombong dari diri orang-orang
beriman. Kiranya sampai di sini dulu materi yang kami sampaikan mudah-mudahan membawa
manfaat bagi saya peribadi, dan umunya hadirin sekalian, amin
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

3. Kemuliaan Ajaran Al-Quran


Kepada Dewan Juri Yang Saya hormati
Assalamu Alaikum Wr.Wb
Hadirin semua yang dirahmati Allah
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan segala nikmatnya terus menerus, siang
dan malam tanpa perhitungan, yang maha terjaga, yang tidak pernah mengantuk dan tidak tidur,
yang

maha

hidup

abadi

dan

maha

memelihara

semua

makhluknya. Pemberian-

Nya tidak terhitung dan terkira, tak ada ungkapan syukur yang terucap dari Lisan sang hamba
yang lemah ini melainkan ucapan Al-Hamdulillahi robbil alamin..
Hadirin semua yang dirahmati Allah .......
Cukuplah bagi kita sebagai generasi umat Islam saat ini, sebagai Umat Nabi Muhammad
yang teristimewa, meyakini dengan sepenuh hati bahwa Al-Quran sebagai sebaik-baik petunjuk
hidup, sumber kebahagiaan dan jalan keselamatan, Meyakini dan meridhoi semua hal-hal yang
telah Allah atur dalam Al-Quran yang mulia. Allah berfirman :

Kalau kita meyakini Islam sebagai Agama yang benar di sisi Allah Pasti meyakini pula
Wahyu Allah yaitu Al-Quran dan meyakini pula Nabi pembawanya Nabi Muhammad SAW,
lantas bagi kita generasi muda penerus perjuangan Islam apa percaya saja sudah cukup bagi kita?
Nah kali ini saya akan membahas masalah ini! Perlu diketahui bahwa Tidak diterima
Amal saleh tanpa iman, dan tidak pula dianggap iman tanpa amal saleh. Keduanya kata nabi
harus berjalan seiring. Iman ibarat akar pohon, dan amal saleh adalah buahnya. Buah yang
banyak serta manis adalah bukti dari kesuburan pohon, dan pohon yang kuat menyebabkan
terawat-nya buah yang baik. Oleh karena itu, keimanan dan perbuatan sangat erat hubungannya.
kata amal selalu di sertai penyebutan-nya dengan keimanan dalam sebagian besar ayat-ayat AlQuran. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 25




Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat
kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-

sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, Inilah rezeki
yang diberikan kepada kami dahulu. Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di
sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.
Nabi juga bersabda yang artinya : Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak
pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR. Ath-Thabrani).
Hadirin yang berbahagia
Setelah Beriman maka ber amal shalih harus berpedoman pada Al-Quran sebagai jalan
hidup, artinya Al-Quran sebagai landasan pertama setiap amal / langkah kita hidup di dunia ini,
mencakup segala hal : Pola berfikir, cara bersikap dan bertingkah laku , amaliah ibadah baik
yang fardhu maupun yang sunnah.
Mari sedikit kita uraikan satu persatu,
Pola berfikir yang sehat adalah pola berfikir yang sesuai dengan Al-Quran dan tidak
menyimpang dari Al-Quran, pola berfikir yang terbimbing oleh Allah melalui guru yang saleh.
Sebagai generasi terpilih Jauhkan diri kita berfikir bebas yang mengarahkan diri kepada
kesesatan, kemusyrikan dan penentangan terhadap Al-Quran. Penyakit yang menggejala saat ini
orang tidak pernah menyaring apa-apa yang telah kita terima, lebih-lebih yang suka buka-buka
internet dan bertanya pada mbah google, banyak yang terjerumus pada kesesatan pemikiran,
yang banyak dialami oleh pemuda-pemuda yang notabene baru mendalami Islam.
Seharusnya mereka mempunyai filter yang kuat dan harus pandai meneliti dan
mengetahui sumber situs yang sesuai dengan Al-Quran dan ahlus sunnah waljamaah dan
menyaring situs-situs yang berdalih islam tetapi menghancurkan aqidah umat islam. Lalu
filternya apa ?
Ya jelas dong filternya harus diperoleh langsung dari guru, ngaji dulu pada guru, kiyai,
ulama yang shalih langsung dengan waktu yang cukup sehingga memperoleh bekal ilmu agama
yang menyeluruh, juga suka duduk di majelis ilmu, majelis dzikir maupun majelis sholawat.
Yang Kedua : Cara bersikap dan bertingkah laku yaitu kita sebagai generasi muda
menggunakan pedoman Al-Quran dalam bersikap dan bertingkah laku atau dengan kata lain kita
memelihara akhlak yang qurani. Nabi kita adalah cerminan ahlaq qurani, kemuliaan akhlaknya
adalah pancaran dari nilai-nilai Al-Quran yang Mulilia. Kita dengan mengikuti Akhlak nabi
berarti kita berakhlakkan Al-Quran. Kita berbakti kepada orangtua, menyayangi keluarga,
menghormati tetangga, mendoakan sesama muslim adalah akhlak yang diajarkan nabi.

Saya akhiri ceramah ini semoga dapat bermanfaat, kurang lebihnya mohon maaf,
billahitaufiq walhidayah, Ihdinassirotol mustakim....
Wassalamualaikum Wr.Wb

1. Mensyukuri Nikmat Allah SWT


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamduillahirobbil 'alamin, segala puji dan syukur marilah bersama-sama kita panjatkan
kehadirat Allah subhanahu wata'ala atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kita
bisa berkumpul di tempat ini bersama-sama. Berkumpul dalam sebuah kondisi yang kita idamidamkan, yaitu berada dalam keadaan bertakwa kepada Allah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Dialah
panutan ummat muslim sedunia, suri tauladan, panutan yang patur dicontoh oleh setiap muslim
tanpa memandang suku, ras dan golongan. Beliau juga panutan bagi setiap muslim dimana saja
ia berada, dan patut untuk diteladani perilakunya kapan saja.
Hadirin yang berbahagia...
Begitu banyak nikmat yang teah Allah anugerahkan kepada manusia. Sangat banyak dan
tak terbilang jumlahnya. Sakig banyaknya, tak ada seorangpun yang mampu untuk
menghitungnya. Dari sekian banyak nikmat Allah itu, hanya satu hal yang Allah tuntut atas
manusia, yaitu bersyukur.
Menjadi manusia yang pandai bersyukur. Bersyukur atas nikmat rejeki, nikmat kesehatan,
nikmat hidup, nikmat berupa ketenangan jiwa, nikmat atas pemanfaatan alam lingkungan, dan
lain sebagainya. Sudahkah kita berusaha untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur?
Kita ambil contoh kecil saja. Allah karuniakan kepada kita sepasang mata. Dengan mata
itu, kita bisa melihat indahnya dunia ini. Dengan mata itu pula kita bisa membaca, berjalan tanpa
salah arah dan berbagai hal lainnya. Nikmat Allah itu memang baru akan terasa begitu besar dan
bernilainya, ketika nikmat itu telah hilang dari diri kita.
Hadirin yang berbahagia...
Andai saja, Allah mencabut nikmat sepasang mata ini, sungguh apapun akan manusia
korbankan agar nikmat mata itu bisa kembali ada pada dirinya. Berobat kesana-kemari, dengan
tenaga dokter ahli yang berbayar mahal, di rumah sakit dengan peralatan yang serba canggih.
Tidak terbayangkan, berapa banyak biaya yang harus ia keluarkan untuk itu.
Nah, hari ini Allah memberikan nikmat berupa kedua mata ini kepada kita secara gratis.
Tanpa harus membeli atau menyewa. Semua itu Allah berikan secara cuma-cuma. Hanya saja,
kebanyakan manusia itu memang lalai. Mata digunakan untuk melihat kemaksiatan dan
kemungkaran.

Itu baru satu contoh kecil nikmat Allah yang ada pada manusia. Padahal, selain mata,
masih banyak sekali nikmat Allah yang ada pada tubuh kita. Belum lagi nikmat-nikmat lain yang
Allah berikan kepada manusia.
Untuk itu, dalam kesempatan yang baik ini, marilah kita instrospeksi diri kita masingmasing. Sudahkah kita bersuyukur kepada Allah? Mata digunakan melihat hal-hal yang
bermanfaat, mulut digunakan untuk mengagungkan asma Allah, nasehat menasehati manusia
agar senantiasa taat kepada Allah. Telinga digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat suci Al
Quran dan hal-hal lain yang bermanfaat. begitu juga dengan tangan kita, kaki kita, tubuh kita dan
lain sebagainya.
Hadirin yang dimulyakan Allah..
Dalam kesempatan kali ini, kami kembali menghimbau pada diri kami pribadi, juga
kepada hadirin semua, marilah kita selalu berupaya dan berusaha untuk menjadi hamba Allah
yang pandai bersyukur. Beruntunglah aorang-orang yang pandai bersyukur dan amat merugilah
aorang-orang yang mengkufuri nikmat Alah itu.
Sekian pidato singkat tentang mensyukuri nikmat Allah ini kami sampaikan. Yang benar
datangnya dari Allah dan yang salah maka itu datangnya dari diri kami pribadi dan juga bisikan
syetan yang selalu menggoda.
Billahitaufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai