Kaum Muslimin…
Di pagi hari berselimut berkah ini, Allah telah melembutkan hati kita untuk
merespon bagian dari syariat islam yang mulia dan agung, kita diperkenankan
berdiri bersama saudara sedarah dan seiman, ruku dan sujud bersama menyembah
hanya kepada-Nya. Bersama menikmati sinar mentari dzulhijjah, mentari
pengorbanan sosok insan pilihan yang sungguh mengagumkan.
Kita telah mengagungkan asma Allah dengan takbir, tahmid dan tahlil,
bukan hanya dalam gerakan lisan semata tanpa makna, tapi merupakan sebentuk
pengakuan akan ke-Maha besaran Allah, sebab segala kekuatan dan keperkasaan
yang kita sandang, kita tetap lemah dan tak berdaya dihadapan Allah Subhanahu
wata’ala yang Maha Besar. Maka marilah, dihamparan lapang dengan rerumputan
sebagai saksi, kita tundukkan hati dan jiwa untuk tawadhu, menunduk kepada
kebesaran Allah, kita campakkan jauh-jauh segala bentuk keangkuhan dan
kesombongan diri, yang dapat menjauhkan kita dari rahmat dan keridhoan-Nya.
ALLAHU AKBAR 3x WALILLAHIL HAMD..Kaum Muslimin…
Di dalam menempuh perjalanan hidup menuju kesempurnaan diri, setiap kita
dituntut untuk memberikan pengorbanan sebagai pertanda dan perwujudan cinta
bahwa kesempurnaan hidup membutuhkan pengorbanan besar, bahwa
pengorbanan adalah bukti akan cinta. setiap manusia dilahirkan dengan cinta dan
kasih sayang yang besar, saling cinta dan saling kasih akan memperkuat jati diri
untuk menjalani kehidupan dimuka bumi ini.
Hambar rasanya apabila kita hidup tanpa cinta, sebagai motivasi untuk berjuang.
Orang tua kita telah berjuang membesarkan kita, mencari nafkah untuk kita, berani
mempertaruhkan nyawa dibawah terik matahari untuk kita, tak kenal lelah untuk
kita, semuanya adalah atas dasar cinta.
Kita sebagai anakpun demikian, berjuang untuk tidak menyakiti perasaan orang
tua, berjuang untuk tidak terlalu membebani punggung mereka, dan berjuang untuk
membahagiakan mereka, itu juga atas dasar cinta. Saking besarnya perkara cinta,
sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(Artinya):”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik di sisi Allah,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk di sisi Allah.
Sungguh Allah lebih mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”(Al-
baqoroh:216)
ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD...
Kaum Muslimin...
Setelah bertahun-tahun meninggalkan anak dan istri yang sangat dicintai
dilembah yang dahulunya gersang tak berpenghuni dan tanpa memiliki tanda-
tanda kehidupan, Ibrahim kembali menemui anak dan istrinya dengan skenario
Allah subhanahu wata'ala. Bayi kecil mungil bernama ismail yang telah lama
ditinggal kini telah dewasa dalam kondisi yang segar bugar. Berdasarkan riwayat
yang In Syaa Allah shahih, ismail pada saat itu sudah berumuran layaknya seperti
seorang Nabi.
Ibrahim lalu mendapatkan wahyu dari Allah, baru tiga hari lamanya pertemuan,
ibrahim dan keluarga kembali diuji dengan ujian yang lebih berat dari
sebelumnya.hal ini digambarkan dalam surat ash-shoffat ayat 102:
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(ibrahim) berkata,”Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!
“Ismail menjawab,”Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu, In Syaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Lihatlah hadirin,... sesosok ayah yang tentu sangat mencintai anak dan istrinya.
Karena perintah Allah, ia tinggalkan keduanya ke lembah tak berpenghuni dan
jauh dari tanda-tanda kehidupan manusia, setelah beberapa tahun berlalu ia
kembali kepada anak dan istrinya, melepas rindu yang mendalam dilubuk hati.
Namun, pada saat pertemuan itu ternyata turun wahyu yang juga merupakan ujian
yang lebih berat dari sebelumnya. Perintah Allah, untuk menyembelih anaknya
sendiri. Tak bisa dibayangkan bagaimana beratnya pengujian Allah kepada
kekasihNya tersebut.
Kaum Muslimin,…
Kita tahu bahwa ibrahim sangat mencintai istri dan anaknya, ia adalah manusia
yang juga memiliki fitrah kemanusiaan sebagaimana kita. Namun karena
kecintaanya terarah, lebih besar untuk Allah dibandingkan dengan makhluk
seperti istri dan anaknya, maka perintah Allah yang beratnya tak
terbayangkanpun tetap dilaksanakan. Ibrahim ‘alaihissalam mencintai anak dan
istrinya, tapi ia takut kecintaanya kepada keduanya akan mengalahkan cintanya
kepada Allah, Robb semesta alam. Ia tahu bahwa makhluk hanyalah milik Allah,
istri dan anaknya adalah milik Allah. Jika menaruh cinta yang mutlak kepada
keduanya, maka sesungguhnya keduanya pasti akan meninggalkan dunia. Jika ia
menaruh harap yang besar kepada keduanya, maka itu hanya akan
menyengsarakannya, karena ia tahu bahwa manusia akan meninggalkan dunia ini,
sedangkan Allah akan tetap abadi selama-lamanya.
Sedangkan sang anak, ismail ‘alaihissalam, tetap menyetujui permintaan ayahnya
untuk disembelih, dengan persetujuan yang lembut tanpa kalimat kedurhakaan
sedikitpun, karena ismail sadar bahwa itu adalah perintah Allah. Ismail berbakti
kepada ayahnya atas dasar perintah Allah, bahkan nyawapun berani
dipertaruhkan asalkan itu karena Allah. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa
sebelum hendak disembelih, ismail masih sempat berpesan kepada ayahnya:
“Wahai ayah, ikatlah kedua tanganku erat-erat, agar aku tidak bergerak yang bisa
saja itu dapat mengganggu ayah dalam menyembelihku. Hadapkan wajahku
ketanah, agar ayah tidak terharu memandangiku, sehingga kasih sayang ayah
padaku timbul. Jagalah pakaianmu ayah, dari percikkan darahku, agar ibu tidak
bersedih melihatnya. Asahlah baik-baik pisaumu ayah, agar berlalu cepat
dileherku. Bawalah pakaianku ini pada ibuku, sebagai kenang-kenangan untuknya
dan sampaikan salamku padanya, agar ibu tetap bersabar menjalankan perintah
Allah. Jangan beritahukan kepadanya bagaimana bagaimana ayah mengikat dan
menyembelihku, agar ibu tidak bertambah sedih.”
Sungguh,... kisah yang mengagumkan. Perintah ayah serta ketundukkan istri dan
anak yang dibangun atas dasar kecintaan kepada Allah akhirnya berbuah
keajaiban yang tak terkirakan oleh nalar manusia. Istri dan anak yang ditinggal
jauh bertahun-tahun, diberikan air jernih, mengalir sampai hari kiamat, air yang
kemudian dikenal dengan air zam-zam, yang diminum oleh saudara kita yang
menunaikan ibadah haji. Anak yang hanya tinggal digesekkan pisau sembelihan,
ditukar oleh Allah dengan hewan sembelihan.
Ternyata, Allah hendak menguji keluarga ini. karena mereka mampu melewati
ujian berat yang bertubi-tubi dari Allah, Allah datangkan RahmatNya,
diturunkanlah keajabian di baitul harom, dan pancaran keajaiban tersebut bisa
dinikmati oleh seluruh kaum muslimin yang ada di dunia ini.
Kaum muslimin...
Dari kisah ini kita belajar, bahwa sebesar apapun cinta kita kepada makhluk,
kepada istri dan anak, kepada orang tua atau kepada keluarga kita, sesungguhnya
itu tidaklah abadi. Makhluk akan tetap meninggalkan dunia ini, sedangkan Allah
akan selalu ada. Bukankah ketika kepergian keluarga atau saudara kita, kita
mengucapkan “Innalillahi wa Innaa ilaihi roji’un”, sesungguhnya kita milik
Allah, keluarga serta saudara kita pun milik Allah, dan kita semua akan kembali
kepadaNya.
Kita juga belajar bahwa dalam memerintah anak dan istri, mesti dibangun atas
dasar cinta kepada Allah, karena mereka adalah milik Allah. Kita juga belajar
bahwa memenuhi permintaan orang tua, mestilah berdasarkan kecintaan kepada
Allah. Karena orang tua adalah milik Allah, dan Allah memerintahkan kita untuk
berbakti kepada keduanya.