Anda di halaman 1dari 6

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum wr.wb.

Judul kultum saya hari ini adalah Idul Adha.

Hari Raya Idul Adha dirayakan pada tanggal 10 Zulhijah. Hari Raya Idul Adha dikenal dengan
sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji melakukan
wukuf di padang Arafah. Hari Raya Idul Adha juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari
itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat
muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk
berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan
kepada Allah SWT.

Asal mula qurban berawal saat lahirnya Nabi Ismail As.  Sewaktu Nabi Ismail As mencapai usia
remajanya, Nabi Ibrahim As mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya.
Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah, maka perintah yang
diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim As.

Ia duduk termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah
yang dikaruniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan,
seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyambung kelangsungan
keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban. Namun ia sebagai seorang nabi, pesuruh Allah
dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam
bertaat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah
di atas cintanya kepada anak, istri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah
Allah yang diwahyukan melalui mimpinya untuk menyembelih putra tercintanya.

Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim As, namun sesuai dengan firman
Allah yang bermaksud:”Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan
risalahnya.” Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam (niat) tetap akan menyembelih
Nabi Ismail As puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya
dan berangkatlah Nabi Ibrahim menuju ke Mekkah untuk menemui dan menyampaikan kepada
puteranya apa yang Allah perintahkan. Ibrahim As berkata pada putranya, “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.”

Nabi Ismail As sebagai anak yang sholeh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada
orangtuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan
berpikir panjang berkata kepada ayahnya:

“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 102)
Sontak Nabi Ibrahim kaget, karena keikhlasan anaknya untuk senantiasa menjalankan wahyu dan
perintah Allah Swt. Rasa yang berat justru ada di tangan Nabi Ibrahim As. Bahkan ia selalu
diganggu oleh setan agar tidak melaksanakan perintah tersebut. Godaan yang terus mencegah
Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As tidak berbuah hasil.

Saat penyembelihan tiba, diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai,
lalu diambillah pisau tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang pisau di tangannya, kedua
mata Nabi Ibrahim As yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke pisau
yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan
antara perasaan seorang ayah dan kewajiban seorang rasul.

Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, pisau diletakkan pada leher Nabi Ismail As dan
penyembelihan di lakukan. Karena Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan keteguhan, ketaatan
dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Akibat kesabaran dan ketaatan Nabi
Ibrahim dan anaknya, maka Allah gantikan dengan seekor kambing lalu Allah menyebutkan:

“Dan Kami gantikan dengan seekor sembelihan yang besar” (QS. Ash-Shaffat [37]: 107)

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah
pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As sampai
sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang
sangat berat itu. Nabi Ibrahim As telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan
puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail As tidak sedikit
pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang
tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.

Menyembelih qurban adalah suatu ibadah yang mulia dan bentuk pendekatan diri pada Allah,
bahkan seringkali ibadah qurban digandengkan dengan ibadah shalat. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.” (Qs. Al Kautsar [108]: 2)

Ketahuilah, yang ingin dicapai dari ibadah qurban adalah keikhlasan dan ketakwaan, dan bukan
hanya daging atau darahnya. Allah Ta’ala berfirman,

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (Qs. Al Hajj [22]: 37)

Ingatlah, bukanlah yang dimaksudkan hanyalah menyembelih saja dan yang Allah harap
bukanlah daging dan darah qurban tersebut karena Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan
dialah yang pantas diagung-agungkan. Yang Allah harapkan dari qurban tersebut adalah
keikhlasan, ihtisab (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya) dan niat yang sholih. Oleh karena
itu, Allah katakan (yang artinya), “ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridho-Nya”.
Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berqurban yaitu ikhlas, bukan riya’
atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi
rutinitas tahunan.
Begitu pula alasan tidak wajibnya karena Abu Bakar dan ‘Umar tidak menyembelih selama
setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib. Mereka melakukan semacam ini
karena mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak
mewajibkannya. Ditambah lagi tidak ada satu pun sahabat yang menyelisihi pendapat mereka.

Dari dua pendapat di atas, kami lebih cenderung pada pendapat kedua (pendapat mayoritas
ulama) yang menyatakan menyembelih qurban sunnah dan tidak wajib. Di antara alasannya
adalah karena pendapat ini didukung oleh perbuatan Abu Bakar dan Umar yang pernah tidak
berqurban. Seandainya tidak ada dalil dari hadits Nabi yang menguatkan salah satu pendapat di
atas, maka cukup perbuatan mereka berdua sebagai hujjah yang kuat bahwa qurban tidaklah
wajib namun sunnah (dianjurkan).

Hewan yang dikurbankan tidak semabarangan.contoh hewan qurban yakni kambing,sapi,domba


kerbau,dan unta.hewan yang sah untuk di kurban kan hewan yang tidak memiliki kecacatan
sedikit pun atau yang sehat. Hewan yang sah untuk dikurbankan yakni yang telah berumur:
1. Domba yang telah berumur lebih dari 1 tahun.
2. Kambing yang telah berumur 2 tahun lebih atau sudah berganti gig.
3. Sapi/kerbau yang telah berumur minimal 5 tahun.
4. Unta yang minimal berumur 7 tahun lebih.

Hikmah di Balik Menyembelih Qurban:


a. Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
b. Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –khalilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam
yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai
tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
c. Ketiga: Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas
salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri
sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga
Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini,
seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan
seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.
d. Keempat: Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang semisal dengan
hewan qurban.

Assalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai