Anda di halaman 1dari 10

Teks Khutbah Idul Adha Singkat Kebijkasanaan Nabi Ibrahim AS dan Aktualisasai

Penyembelihan Ismail AS dalam Kehidupan Sekarang


http://www.tongkronganislami.net/materi-10-khutbah-jumat-terbaru/

‫ هللا أكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬
‫وسبحان هللا بكرة وأصيال‬.
‫الحمد هلل الذى جعل هذا اليوم من أعظم األيّام ضيافة لألنام وجعله من شعاءر اإلسالم‬.
‫أحمده حمدا يفوق حمد الحامدين واستعينه إنّه خير الـمعين وأتو ّكل عليه إنّه ثقة الـمتو ّكلين‬.
‫ الله ّم صل على سيّدنا محمد صلى هللا‬.‫أن سيّدنا محمجا عبده ورسوله خاتم النّبيّين رحمة للـمؤمنين وحجّة للجاحدين‬
ّ ّ ‫أشهد‬
ّ ّ ّ
‫األولين واآلخرين وعلى آله والطيّبين الطاهرين وسلم تسلي ًما كثيرا‬ ّ ‫عليه فى‬.
‫سرفه‬
ّ ‫أن هذا اليوم يوم عظيم لقد‬ ّ ‫ ايّها النّاس أوصيكم ونفسي بتقوى هللا وكونوا مع ال‬،‫أ ّما بعد‬
ّ ‫ إعلموا‬.‫صادقين والـمخلصين‬
ّ ،‫ فص ّل لربّك وانحــر‬،‫ إنّا أعطيناك الكوثر‬:‫)هللا بالتّضحيّة لقوله تعالى‬
3-1:‫ (الكوثر‬.‫إن شانئك هو األبتر‬

Ikhwân al-Muslimîn jama’ah ‘Id al-Adha rahimakumullah

Dalam suasana gembira merayakan hari raya ‘iedul adha, kita semua kembali berkumpul
bersama-sama di tempat ini melantunkan takbir dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur
serta terima kasih kita kehadirat Allah Swt, Kita mengagungkan dan memuji asma Allah,
Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Pengasih dan Maha Penyayang:

‫ الإله إال هللا وهللا أكبر و هلل الحمد‬،‫ هللا اكبر‬، ‫ هللا اكبر‬، ‫هللا اكبر‬

Dengan menghayati kalimat takbir dan tahmid ini akan tehunjam pengertian dan pemahaman
ke relung hati kita masing-masing yang lebih dalam betapa kecil dan kerdilnya kita sebagai
manusia berhadapan dengan kebesaran serta kekuasaan Allah Swt. Oleh karena itu,
kearogansian, kesombongan, kepongahan, ketakaburran yang disebabkan oleh kekuasaan,
jabatan, kedudukan dan harta, kita campakkan sebab semuanya itu semu serta tidak abadi
sama dengan kefanaan alam termasuk di dalamnya manusia itu sendiri yang kedudukannya
sebagai elemen terkecil dari seluruh sistem alam.

Marilah kita membuka mata, telinga dan hati kita, menyaksikan salah satu tanda kebesaran
dan kekuasaan Allah, sekaligus satu perumpamaan yang sangat besar. Marilah kita melihat
bagaimana umat Islam yang telah kembali kepada fitrahnya menuju ke tempat
dilaksanakannya Salat ‘Id seraya mengingat akan suatu hari di mana semua manusia sejak
Nabi Adam as. hingga manusia yang terakhir diciptakan Allah akan dikumpulkan pada suatu
hari yang oleh Allah di dalam al-Qur’ân disebut yawmun lâ yanfa’ mâl walâ bann, illa man
atâ Allah bi qalb salîm (hari yang ketika harta dan anak-anak tidak memberi manfaat, kecuali
orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang tenang).

Kita semua mendatangi tempat salat ‘Id tidak satu pun yang memiliki persamaan. Kita datang
dari rumah menuju ke tempat Salat ‘Id beraneka ragam cara dan bentuk. Ada yang datang
berkendaraan mobil motor, sepeda, ada juga yang berjalan kaki; ada yang datang beriringan
dengan anak-istrinya, bercanda dan bersenda gurau sepanjang perjalanannya, ada juga yang
hanya tersenyum simpul, berdiam diri, namun ada juga yang hanya berdiam diri sedih; ada
yang berpakaian serba baru nan mewah lengkap dengan segala aksesorisnya namun ada juga
berpakaian yang sederhana bahkan yang sangat sederhana. Semua itu perumpamaan
bagaimana ketika umat manusia datang menghadap Allah berkumpul di Padang Mahsyar,
menunggu peradilan dari Qâdi Rabb al-Jalîl.

Allahu Akbar 3x Wallilahilhamd

Pada hari ini adalah hari yang teristimewa, dimana Allah Swt, menamakannya sebagai hari
raya haji atau hari raya qurban. Karena pada saat ini, jutaan umat Islam yang berasal dari
seluruh penjuru dunia tenggelam dalam melaksanakan ibadah haji dengan
mengumandangkan takbir dan talbiyah silih berganti. Dan pada hari ini pula, kita mengenang
peristiwa sejarah yang agung melibatkan dua tokoh besar, dua orang rasul Allah yang tetap
akan dikenang sepanjang zaman.

Sejarah peristiwa berqurban yang dilakoni oleh dua hamba Allah yang ikhlas melaksanakan
perintah Tuhan telah terlukis dan terpahat dalam satu rangkuman ayat yang amat sangat
indah bahasanya di dalam al-Qur’an. Dimana dilukiskan dalam suatu dialog interaktif antara
Nabi Ibrahim a.s. dengan anaknya Nabi Ismail a.s, ditugaskan untuk mengqurbankan putra
kesayangannya.

Ketika Nabi Ismail a.s, menginjak usia remaja (kallolo campedda), sang ayah, yaitu Nabi
Ibrahim a.s, mendapat perintah langsung dari Allah lewat mimpi yang benar bahwa ia harus
mengqurbankan Ismail putra kesayangannya. Nabi Ibrahim a.s, duduk sejurus termenung
memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi.
Dapat kita bayangkan sendiri, bagaimana kegembiraan hati sang ayah yang telah lama
mendambakan generasi pengganti dirinya dari sekian tahun lamanya, dan bagaimana tingkat
kecintaannya terhadap putra tunggal, anak kandung sibiran tulang, cahaya mata, pelepas
rindu, tiba-tiba harus dijadikan qurban, merenggut nyawa anaknya oleh tangan ayahnya
sendiri.

Tentu, suatu konflik batin yang bergejolak yang tejadi pada diri Nabi Ibrahim antara
kecintaan kepada anak dan ketaatan memenuhi perintah ilahi. Namun, cintanya kepada Allah
jauh lebih besar dan lebih di atas daripada cintanaya kepada anak, isteri, harta benda dan
materi kedunian lainnya. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim a.s, jauh lebih memilih perintah
Allah yang diwahyukan lewat mimpi yang benar, tanpa memperhitungkan serta
memperdulikan kosekuensi bakal apa yang akan terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan
perintah itu.

Untuk melaksanakan perintah itu, Nabi Ibrahim a.s, mengajuk hati putranya dengan
mengadakan dialog sebagai bentuk komunikasi efektif antara sang ayah dengan anak dalam
rangka mendidik serta membina hubungan yang baik yang ditata oleh suatu ikatan batin kasih
sayang, ketaatan dan kepaTuhan.

Dalam dialognya seperti yang dilukiskan dalam bahasa yang sangat indah dan menyejukkan
di dalam al-Qur’an:

‫ي إنّى أرى فى المنام أنى أذبحك فانظر ماذا ترى‬


ّ ‫يآبن‬

“Wahai anak kandungku, sibiran tulang cahaya mata dan buah hatiku!, sesungguhnya ayah
melihat dalam mimpi bahwa saya akan menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa yang akan
menjadi keputusanmu”.

Ismail sebagai anak yang soleh, patuh dan taat kepada orang tua yang melahirkan dan
membesarkannya, sepontanitas menjawab:

‫صابرين‬
ّ ‫يأبت افعل ما تؤمر ستجدنى إن شآء هللا من ال‬.
“Wahai ayahku yang tercinta, laksanakanlah apa yang telah Allah perintahkan kepadamu.
Insya Allah, ayahanda akan menyaksikan sendiri bahwa ananda sabar serta tabah menghadapi
ujian itu”.

Dalam suasana peristiwa yang sangat mengharukan itu, dan detik-detik yang amat
menegangkan, Nabi Ibrahim memeluk serta mencium kening putranya, kemudian
meletakkannya dalam keadaan posisi membujur, mulailah pisau tajam yang putih berkilau
digoreskan di atas leher Ismail, seraya berucap bismillah. Tiba-tiba dengan kekuasaan dan
kasih sayang Allah bukan Ismail yang tersembelih, tapi se ekor kibas besar sebagai pengganti
yang dibawa oleh malaikat, seperti yang dinyatakan dalam al-Qur’an:

‫وفدينه بذبح عظيم‬

“Dan Kami kutebus dia yaitu Ismail dengan suatu sembelihan yang besar”.

Allah Akbar 3x Walillhilhamdu.

Hadirin dan hadirat jama’ah id rahimakumullah.

Demikianlah prolog sejarah berqurban, maka sebagai epilog dari peristiwa penting itu, Allah
Swt, mensyariatkan umat ini bagi orang yang mampu supaya melaksanakan qurban setahun
sekali pada hari raya idul adha.

Berqurban mempunyai dan memiliki makna yang benilai mulia, bilamana makna essensi
(hakikat) berqurban kita tangkap. Jadi, berqurban bukanlah sekedar ritual tanpa makna, atau
teradsi tanpa arti.

Menurut pandangan Ali Syariati terhadap peristiwa qurban Ismail mengandung makna yang
sifatnya simbolistik. Pada dasarnya bahwa semua orang bisa saja berperan sebagai Ibrahim
yang memiliki Ismail. Ismail yang kita miliki dapat berwujud sebagai anak, isteri yang
cantik, harta benda yang banyak, pangkat, kedudukan yang tinggi, pendeknya segala apa
yang kita cintai, yang kita dambakan, yang kita kejar-kejar dengan rela mempertaruhkan
semua yang kita miliki.
Ismail-ismail yang kita miliki itu, kadang dan bahkan tidak sedikit membuat kita terlena dan
lalai serta terbuai dari gemerlapan duniawi yang menyebabkan melanggar ketentuan
moral,etika dan agama, sehingga sulit kembali mengingat Allah swt.

Oleh karena itu berperanlah sebagai Ibrahim untuk dapat menaklukkan Ismail-Ismail itu.
Janganlah kita dibelenggu oleh apa-apa di dunia ini. Janganlah kita dipalingkan dari Tuhan
oleh hal-hal yang pada hakikatnya bersifat semu dan tidak abadi. Kita boleh memiliki apa
saja di dunia ini, asalkan halal.

Boleh saja kita memiliki uang bermilyar-milyar banyaknya asal tidak menipu dan
menyengsarakan orang. Bahkan lebih dari itu kita boleh menguasai dunia ini atas tahu batas
kemmapuan kita. Akan tetapi jangan sekali-kali dunia yang kita cintai ini menjadikan dan
membiarkan kita terbuai dan terlena sehingga lupa hakikat diri kita sebagai makhluk yang
beriman kepada Allah swt. dan sebagai manusia yang beraqidah.

Apa yang digelar Nabi Ibrahim as. di dalam panggung sejarah peradaban manusia ialah
mengurbankan anaknya secara manusiawi menurut naluri dan pikiran orang biasa bahwa
tugas itu adalah sesuatu yang amat sulit diterima, akan tetapi buat keluarga Nabi Ibrahim as.
hal itu adalah suatu kebahagiaan dan kemuliaan. Keluarga Nabi Ibrahim as.justru menyambut
tugas itu dengan suka cita lantaran berkesempatan mengorbankan sesuatu yang paling
berharga bagi dirinya untuk Allah swt., sebagaimana firman Allah dl QS. Ali Imran (3): 92

‫البر حتّى تنفقوا مما تحبون‬


ّ ‫لن تنالوا‬.

“Dan tidak dianggap membuat kebajikan seseorang di antara kalian sampai kamu
menginfaqkan apa yang kalian cintai.”

Rasa suka cita yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim as. untuk berkorban dilandasi atas
pemahaman yang benar tentang nilai-nilai kehidupan. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa
segala sesuatu yang ada di dunia ini: anak, isteri, harta, pangkat dan jabatan semuanya datang
dari Allah dan kembali kepada Allah. Oleh sebab itu bagaimana pun perintah Allah harus
dilaksanakan sebaik-baiknya tanpa melihat untung dan rugi, enak tidak enak, mudah dan
sulit, maupun berat dan ringan.
Sikap yang seperti inilah yang menunjukkan jati diri Nabi Ibrahim as. sehingga dianugerahi
oleh Allah sebagai imam, pemimpin, toladan dan idola. Kehormatan tersebut tidak mungkin
diraih tanpa Nabi Ibrahim as. didampingi oleh isteri salihah dan anak yang saleh, seperti
dilukiskan dalam QS. Al-Baqarah (2): 124

ّ ‫ قال الينال عهدى‬،‫ذريتى‬


‫الظلمين‬ ّ ‫ قال ومن‬،‫ قال إنّى جاعلك للنّأس إماما‬، ‫هن‬
ّ ‫وإذ بتلى أبراهيم ربّه بكلمت فات ّم‬

“Perhatikanlah ketika Allah menguji Ibrahim, dengan berbagai kalimat perintah dan harapan,
maka semuanya dapat diselesaikan dengan sempurna. Maka Allah berfirman: Sesunggunya
Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia, Ibrahim berkata: dan saya mohon juga
buat keturunanku. Allah berfirman: Janjiku ini tidak mengenai orang-orang yang zalim”

Allahu Akbar 3x Wallilahilhamd

Pada zaman modern sofisticated yang canggih ini nampak jelas dan tidak tidak terbantahkan
bahwa logika lingkungan cinta duniawi telah merebak dan mewabah mencemari perilaku
hidup dan kehidupan manusia, di mana manusia dipandang sebagai obyek, bukan sebagai
subyek. Kadar nilai manusia ditentukan seberapa jauh nilai materi yang dimilikinya. Tinggi
rendahnya nilai kehormatan manusia tergantung dari lebel-lebel keduniaan yang melekat
pada diri manusia itu sendiri. Wajarlah manusia zaman sekarang ini merasa asing bahkan
bingung hidup di atas bumi yang melahirkannya.

Masyarakat modern dewasa ini menurut Rosspoole, seorang cendekiawan Barat asal Inggris,
adalah masyarakat yang sakit, karena di satu pihak ia membutuhkan moralitas spritual (moral
agama), tapi di pihak lain ia membuat membuat moralitas itu mustahil, tidak ada. Maka yang
terjadi adalah dunia modern memunculkan pemahaman-pemahaman tertentu tentang
moralitas tanpa kendali agama. Bahkan justru kehilangan moral dan inilah yang menjadi akar
dari segala permasalahan mengapa krisis multi dimensional di negara republik yang tercinta
ini terjadi.

Oleh karena itu, penyembelihan qurban hari ini setelah menunaikan Solat ‘Id ini sepantasnya
membuat kesadaran baru ke dalam diri individu setiap manusia. Kesadaran baru itu ialah
memahami akan hakikat keberadaan manusia dalam kosmos alam Allah, pada tata atur yang
sedemikian sempurna yang hukum-hukum adilnya menjelmakan sangsi-sangsi setimbang
dalam kekuasaan arasy yang tak tersepuh kepalsuan.

Manusia yang berkesadaran baru ialah hamba Allah yang berintrospektif, yang kerap
bertanya soal hakikat keberadaan dirinya yang membangun diri dan lingkungannya kepada
lima kualitas: kualitas iman yang tinggi, kualitas taqwa yang kokoh, kualitas intelektual yang
hebat, kualitas karsa yang nyata, dan kualitas karya maju.

Namun sayangnya, pada kenyataannya makna dari kerelaan berqurban pada hari raya ini
kurang kita hayati, masih banyak di antara kita manusia yang berperan di bundaran dunia
fana’ ini, cuma menanti pengorbanan orang lain, bahkan andai kebetulan ia menjadi orang
atasan, berpangkat dan berkedudukan, maka diperasnya bawahannya agar sudi berkorban
baginya demi kenikmatan egonya, demi prestise kejayaannya. Dan sebaliknya, andai manusia
semacam itu menjadi bawahan, maka dibekamnya fitrah citra luhurnya demi kondite
sementara yang disangkanya akan membahagiakan hidup di dunia dan di akhirat.

Memang dalam kehidupan ini manusia dicoba dengan bermacam-macam ujian Ismail-Ismail
yang sewaktu-waktu meminta pengorbanan. Ada kalanya pengorbanan tenaga, harta,
pengorbanan perasaan, dan kesenangan bahkan suatu ketika meningkat pada pengorbanan
jiwa. Berkorban jauh lebih baik dan mulia dari pada menjadi korban.

Allahu Akbar 3x Wallilahilhamd

Penyembelihan qurban merupakan suatu tindakan penundukan dan penguasaan


kecenderungan-kecenderungan hewani dalam diri manusia itu sendiri yang dalam bahasa
agama disebut al-nfasu al-ammârah, yakni keinginan-keinginan rendah yang selalu
mendorong atau menarik manusia ke arah kekejian dan kejahatan.

Apa yang dikorbankan adalah binatang sebagai indikasi agar sifat-sifat kebinatangan yang
sering bercokol pada diri kita harus dienyahkan, dibuang jauh-jauh. Misalnya: sifat mau
menang sendiri walau dengan menginjak-injak hak orang lain, sikap tamak dan rakus walau
kenyang dari kelaparan orang lain, bahagia dan senang walau menari-menari di atas
penderitaan orang lain, mabuk kuasa dengan ambisi yang tidak terkendali, sombong, serta
angkuh, iri hati dan dengki, tidak rela disaingi, tidak mau dikritik, tidak mampu mendengar
nasihat dan lain sebagainya.

Hikmat inilah yang diajarkan dalam berqurban, seperti dalam firman Allah swt. QS. Al-Hajj
(22): 37

‫ كذلك س ّخرها لكم لتكبّر هللا على ما هدكم وبشر الـمحسنين‬،‫ال ينال هللا لحومها وال دماؤها ولكن يناله التقوى منكم‬.

“Daging-daging dan darah binatang qurban itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi apa
yang akan sampai kepadaNya hanyalah ketaqwaan. Demikianlah dia memperuntukkan
binatang ternak itu bagiMu semoga kamu mengagungkan Allah. Allah berkenan dengan
petunjukNya kepadamu, lalu berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang membuat
kebajikan.”

Hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Di samping itu, lewat ajaran perintah berqurban, islam mengajarkan, mendidik, serta
menyadarkan umat ini bagaimana membangkitkan kepekaan dan kepedulian sosial kita
kepada sesama saudara kita yang lain, yaitu membantu terbinanya pengentalan persaudaraan
yang hakiki, cinta kasih dan tanggung jawab antara sesama ummat, serta terwujudnya
pemerataan pendistribusian protein hewani untuk meningkatkan gizi masyarakat dalam
rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan
pengabdian-nya kepada Allah dan sesamanya.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

Sebagai penutup dari uraian khutbah ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Manusia tidak dibenarkan menqurbankan manusia lainnya untuk sesuatu kepentingan,


sekalipun adalah kepentingan Tuhan.
2. Seseorang dituntut berkorban, baik harta, jabatan dan kedudukan, bahkan jiwa sekalipun,
tetapi jangan sekali-kali membawa efek yang merugikan orang lain. Prinsipnya, lebih baik
berkorban dari pada jadi korban.

3. Nilai pengorbanan tidak dilihat dari kuantitas, tetapi dari niat dan kualitas ketulusan dan
keikhlasan.

4. Berqurban adalah upaya untuk menyembelih serta membunuh watak tabiat hewaniyah
manusia, seperti: mau menang sendiri, tamak dan rakus serta bakhil, gila kekuasaan, ambisi
yang tdk terekendali, sombong dan arogansi, iri hati dan dengki, tidak mau mendengar
kritikan dan nasehat, dan lain-lain sebagainya dari segala sifat yang tidak terpuji.

5. Ibadah qurban mengandungi aspek ilahiah, disamping aspek insaniah. Dalam aspek
insaniah (sosial) adalah menumbuhkan kekentalan persaudaraan (silaturrahim) dan
meningkatkan protein hewani dalam rangka mendorong semangat pengadian kepada Allah
dan sesama manusia lainnya.

Allahu Akbar, 3x Walillahilhamd

Hadirin hadirat rahimakumullah,

Marilah kita bersama-sama mengangkat tangan seraya memohon do’a kehadirat Allah swt.

– Ya Tuhan kami, kami menundukkan diri kami untuk memanjatkan puji dan syukur
kehadiratMu bahwasanya Engkau Maha Besar, Tiada Tuhan melainkan Engkau, segala puji
dan puja hanyalah milikMu.

– Ya Tuhan kami, Engkau telah menganugerahkan kepada kami alam untuk kesejahteraan
kami, Engkau telah turunkan kepada kami al-Qur’an sebagai pedoman hidup kami, dan
Engkau telah menyeru kepada kami agar kami senantiasa mengkaji alam ciptaanMu dan al-
Qur’an wahyumu, kami sadar belum dapat memenuhi seruan itu sesuai dengan petunjukMu.
Oleh karena itu ya Allah jadikanlah kami dan anak cucu kami yang tetap di dalam
hidayahMu dan kami tetap mendirikan salat.
– Ya Allah limpahkanlah rezeki yang Engkau berkati dan jadikanlah rezeki itu sebagai alat
untuk memperkokoh silaturahmi di antara kami, dan bukan menjadi bala’ atau ssumber
bencana atas kami.

– Ya Allah, ya gaffâr ampunilah dosa dan kesalahan kami, ampunilah segala dosa dan
kesalahan ayah dan ibu kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangai dan
mendidik kami sewaktu kecil.

ّ ‫الله ّم أنّا نسألك الثّبات فى األمر ونسألك عزيمة‬


‫الرشد ونسألك شكر نعمتك وحسن عبادتك ونسآلك لسانا صادقا وقلبا سليما‬
ّ ‫شر ما تعلم ونسألك من خير ماتعلم ونستغفرك مما تعلم إنّك أنت‬
‫عالم الغيوبز‬ ّ ‫ ونعوذبك من شرور أنفسنا ومن‬،‫وخلقا حسنا‬
‫ ربّنا آتنا فى الدّنيا حسنة وفى اآلخرة حسنة وقينا‬،‫الرحيم‬ ّ ‫ربّنا تقبّل منّا إنّك أنت السّميع العليم وتب علينا إنّك أنت‬
ّ ‫تواب‬
‫عذاب النّار‬.

Baca Khutbah Lainnya:

Anda mungkin juga menyukai