Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Singkat Lukmanul Hakim

Khazanah intelektual sufi Melayu sangat kaya. Pemikiran dan gagasan guru-guru tasawuf itu
tidak sedikit di antaranya ditulis dalam bentuk karya sastra, seperti syair, alegori, kisah-kisah
mengandung nasehat dan bahkan cerita berbingkai. Salah satu sastra berbentuk nasehat yang
terkenal ialah yang disebut secara umum sebagai Naseh Lukmanul Hakim. Naskah aslinya teks
ini ditulis dalam huruf Arab Melayu atau Jawi, yaitu huruf Arab Parsi yang disesuaikan
dengan abad Melayu. Berikut ini petikan dari bagian yang relevan dari teks yang berasal dari
Aceh Darussalam abad ke-17 M.***Sebermula adalah kata setengah pandita, bahwa Lukmanul
Hakim itu nabi dan kata setengah lagi: ia waliullah; mana yang benar wallahu’alam.Adapun
mukjizat Lukmanul Hakim itu, segala yang ada di atas dunia ini dapat berkata-kata dengan
dia dan semuanya menyatakan perkataannya, dan manfaatnya dan mudlaratnya dan
khasiatnya masing-masing kepada Lukmanul Hakim. Oleh karena itu kata setengah pandita,
Lukmanul Hakim itu keramat juga, maka dapat ia berkata-kata dengan segala barang yang
ada di dunia ini.Firman Allah subhanahu wata’ala: “Qala’llahu ta’ala wa laqad ataina
Lukmanulhikmata,” Artinya: Allah subhanahu wata’ala, bahwasanya Aku turunkan kepada
Lukman daripada segala hikmatku dan aku anugerahkan ia kepadanya.Bahwasanya adalah
tersebut dalam kitab Hikmatu’lhukma: apabila Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ilmu
hikmat kepada Lukmanul Hakim, maka terbukalah matanya dan telinganya dan hatinya dan
barang yang ada dalam dunia ini telah nyatalah padanya. Maka segala yang dijadikan Allah
subhanahu wa ta’ala masing-masing kepada Lukmanul Hakim, menyatakan sifat yang ada
padanya. Ada yang berkata: “Akulah racun.” Ada yang berkata: “Aku penyakit.” Ada yang
berkata: “Akulah penawar.” Yang lain berkata: “Akulah yang banyak khasiatnya.” Pendeknya
berbagai-bagailah pengakuan segala benda yang ada di dunia ini. Semuanya itu dijadikan
suatu kitab yang besar oleh Lukmanul Hakim. Oleh sebab itu dapatlah diketahui orang
sekarang segala hal yang terjadi pada zaman Lukmanul Hakim.Lain draipada kitab yang
tersebut itu, adalah pula kitab karangan Lukmanul Hakim yang besar, Kitab Naseh
Lukman namanya. Isinya segala pengajaran, ketika ia mengajar anaknya. Terlalu indah-indah
perkataannya dan elok-elok nasihatnya.Sekali peristiwa Lukmanul Hakim hadir di dalam
suatu majlis. Maka bertanyalah seorang kepadanya, katanya: “Hai Lukman, aku mendengar
kabar, bahwa kamu dahulu suatu pun tiada tahu mengenai ilmu hikmat. Pada masa itu
gembala lembu dan kambing jua adamu. Benarkah kabar itu?”Maka ujar orang itu pula:
“Benarlah kabar itu, akulah Lukman yang gembala lembu dan kambing orang dan mengambil
upah.”Maka ujar orang itu pula: “Hai Lukman, bahwasanya sekarang ilmu dan hikmat
seorang pun tiada seperti kamu. Betapakah segala ilmu dan hikmat itu kamu peroleh?
Katakanlah kepadaku, supaya insyaf aku, mudah-mudahan, akan diriku.”Sahut Lukmanul
Hakim: “Bahwasanya ilmu dan hikmat itu daripada tiga perkara aku peroleh; pertama
daripada kebenaran dan kelakuan dan perkataan dan perbuatan. Kedua daripada diam kira-
kira yang benar adanya. Ketiga daripada menjauhkan diri daripada orang yang jahat. Maka
ketiga perkara itulah pohon segala pengetahuan padaku.”Seorang pula bertanya kepada
Lukmanul Hakim: “Hai Lukman, segala adab itu nyata padamu, siapakah yang mengajarkan
adab itu kepadamu?”Sahut Lukmanul Hakim: “Bahwasanya belajar adab itu pada orang yang
tiada beradab.”Maka ujar orang itu pula: “Hai Lukman, betapakah orang yang tiada beradab
itu dapat mengajarkan adab kepada orang? Terangkanlah kepadaku betapa kebenaran kata
itu.”Jawab Lukmanul Hakim: “Ketika aku duduk dalam suatu majlis, banyak kedengaran
orang berkata-kata. Maka adalah seorang berkata-kata dengan tiada beradab. Maka
dituturkanlah orang perbuatan dan perkataan orang itu. Oleh karena dia dicela dan dibenci,
maka nyatalah kepadaku perkataan dan perbuatan orang itu tiada benar dan tiada baik, serta
tiada diperkenankan Allah dan rasul-Nya. Dan sesama manusia pun tiada pula berkenan akan
dia dan aku pun bencilah akan dia. Maka bertambah-tambahlah ada padaku insyaf dan pikir.
Inilah peri aku belajar adab pada orang yang tiada beradab.Al-Hikmah Lukman al-
Hakim1. Empat perkara yang harus dikehendaki dan lawannya harus dielakkan.Pertama,
bersahabat dengan berkasih-kasihan; kedua, dengan amal; ketiga, pengetahuan mengobati
segala penyakit dengan dicobanya; keempat, kebesaran dunia akhirat dengan adab dan sopan
pada sesama manusia, pada Allah subhanahu wa ta’ala pun juga.2. Empat perkara yang
menghilangkan empat perkara. Pertama, tiada mengucapsyukur, menghilangkan nikmat;
kedua, malas mengerjakan sembahyang lima waktu, menghilangkan dunia dan akhirat;
ketiga, aniaya menghilangkan kerajaan, kekuatan dan keadaan…; keempat, dengki dan
membesar-besarkan diri, menghilangkan kehebatan dan kasih sayang dalam hati
manusia.3. Empat perkara yang mengenalkan.Pertama, kerajaan itu dengan adil;
kedua,hendaklah perbuatan itu dengan niat yang ikhlas; ketiga, beroleh nikmat dengan
mengucap syukur akan Allah; keempat, iman dengan tasydik kita akan Allah.4. Empat
perkara orang yang berseteru dengan Allah ta’ala Pertama, Sultan yanganiaya atas sekalian
rakyatnya; kedua, orang yang biasa menyumpah; ketiga, orang fakir yang membesarkan
dirinya; keempat, orang yang biasa berbuat zina, tiada dapat dibuangnya fi’ilnya itu.
Bahwasanya fi’il itu perbuatan setan adanya.5. Empat perkara yang menyampaikan.
Pertama, adalah pertanyaan itumenyampaikan kepada takut; kedua, membedakan itu
menyampaikan kepada kekayaan; ketiga, sabar itu menyampaikan kepada yang dikasihi;
keempat, harap itu menyampaikan kepada yang dituntutnya.6. Empat perkara alamat
orang yang murah. Pertama, ia memberi pada barangsiapa jua, tiada berkehendak akan puji
atas dirinya. Kedua, pemberian itu tiada dipinta lagi. Ketiga, menyampaikan janji dengan
tiada bersalah. Keempat, menolong ia dengan karena Allah semata-mata.7. Empat perkara
yang memberi melarat akan raja-raja. Pertama, apabila raja ituaniaya atas sekalian
rakyatnya. Kedua, melupakan daripada menterinya. Ketiga, khianat daripada orang yang
disuruh. Keempat, kuasa atas sekalian tawanan, bagi orang yang boleh menguasai daripada
peperangan.8. Empat perkara alamat orang yang bijaksana. Pertama, barang katanya
dengansyariat (sejati). Kedua, barang kelakuannya dengan adab. Ketiga, barang kerjanya
dengan sebenarnya. Keempat, barang yang diartikan itu hampir misal ibaratnya.9. Empat
perkara alamat orang yang ahmak (bebal), Pertama, barang katanya itudengan angkuh, yakni
tinggi. Kedua, barang kelakuannya itu tiada berkehendak, adab lagi. Ketiga, barang kerjanya
tiada dengan pikir. Keempat, barang wa’adnya (janji) itu banyak bersalahan.10. Empat
perkara yang menyampaikan empat perkara. Pertama, bantahanmenyampaikan kepada
kemaluan. Kedua, membesarkan diri itu menyampaikan kepada berseteru. Ketiga, merugi itu
menyampaikan kepada sesalan. Keempat, berlebihan itu menyampaikan kepada papa dan
celaka.11. Empat perkara yang telah lalu itu tak dapat sekali-kali dikembalikan lagi.Pertama,
barang yang telah tersurat akan sesuatu, yang dinamai kadha. Kedua, anak panah yang telah
lepas dari busurnya. Ketiga, kata yang telah dikatakan. Keempat, umur yang telah zamani
(lampau).12. Adapun api empat perkara, Pertama, api berani. Kedua, api kayu. Ketiga,
apikilat. Keempat, api lapar, yakni orang yang amarah pada lapar, oleh sebab itu dinamai
akan dia lapar api.13. Empat perkara warna mabuk. Pertama, mabuk berahi. Kedua, mabuk
….Ketiga, mabuk minuman. Keempat, mabuk oleh kekayaan, sebab takabur dan gururnya.14.
Empat perkara yang menjadikan kehinaan, serta menjadi seterus. Pertama,seterus sebab
dengki hatinya. Kedua, sebab gemar berbantah dan berseteru bantahannya. Ketiga, tamak
nafsunya, hingga menjadi seteru. Keempat, gusar, sebab bersenda gurau di hadapan
perhimpunan orang banyak, sehingga menjadi berkelahi adanya.15. Empat perkara yang
menjadikan sesat segala manusia. Pertama, diturutnyapengajar orang yang ahmak (bebal).
Kedua, orang yang kurang bicara budi. Ketiga, bersahabat dengan orang yang jahat. Keempat,
berkasih-kasihan dengan orang yang tiada menaruh kulit iman.16. Empat perkara yang
memberi melarat pada segala manusia.Pertama,penggusar. Kedua, bersenda-senda gurau
(secara berlebihan). Ketiga, pemalas. Keempat, bersegera yang tiada dengan kira-kira lagi.17.
Empat perkara yang tiada boleh dilawan. Pertama, api atau air atau angin.Kedua, penyakit.
Ketiga, hutang. Keempat, maut.18. Empat perkara daripada gelap. Pertama, gelap mata.
Kedua, gelap hati.Ketiga, gelap iman. Keempat, gelap akal. Adapun gelap mata itu,
menyesatkan perjalanan, dan gelap hati menyesatkan ingatan dan pikir, dan gelap iman itu
akan menyesatkan makrifat kepada Allah subhana wa ta’ala dan gelap akal itu akan
menyesatkan daripada perkara yang ketiga itu adanya.19. Empat perkara yang
mengurangkan empat perkara, tetapi menambah empatperkara yang lain. Pertama, makan
banyak, mengurangkan usaha, menambahi malas. Kedua, sangat banyak tidur,
mengurangkan akal, menambahi alpa. Ketiga, sangat banyak jimak, mengurangkan kaut,
menambahi sakit. Keempat, banyak sukacita, mengurangkan ibadat, menambahi dosa dan
menghampirkan dukacita.20. Empat perkara yang menambahi sehat dan istirahat pada segala
manusia.Pertama, mengucapkan syukur atas nikmat Tuhan seru sekalian alam dan
mengharap barang yang dianugerahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Kedua, mendengarkan
orang yang benar. Ketiga, jangan dikira-kirakan barang yang tiada kekal adanya. Keempat,
mencari tempat yang sunyi dan duduk di dalam kebajikan.21. Empat perkara yang menambahi
empat perkara. Pertama, tubuh sehatmenambahi kesenangan hati. Kedua, badan kuat
menambahi makan yang baik khasiatnya. Ketiga, lemah itu, sebab banyak memperoleh
dukacita. Keempat, terjadinya penyakit dalam tubuh itu, karena bertemu dua yang
berlawanan; seperti panas dengan panas yang kurang atau bertambah daripada hadnya
(batasnya).22. Empat perkara yang baik kepada manusia. Pertama, kata. Kedua, harta.Ketiga,
jimak. Keempat< makan dan tidur.23. Empat perkara yang terpuji bagi segala manusia.
Pertama, fi’il yang baik.Kedua, kata-kata dengan adab. Ketiga, tawaduk, yakni merendahkan
diri. Keempat, murah hatinya.24. Empat perkara dihinakan oleh manusia. Pertama, kurang
bicara. Kedua,banyak seterus. Ketiga, menghinakan hikmat. Keempat, menurut pandai kira-
kira orang yang ahmak (bebal). Maka jadilah binasa pekerjaan manusia itu.25. Empat perkara
yang sangat jahat. Pertama, kabir akan orang yang berpunya.Kedua, orang tiada peduli akan
segala handai tolannya. Ketiga, perkataannya dusta daripada segala hukumannya. Keempat,
orang yang kurang malunya, dan jika perempuan peri yang demikian itu, terlebih lagi keji
adanya.26. Empat perkara yang ada segala pekerjaan tergantung padanya.
Pertama,berniaga. Kedua, bercocok tanam. Ketiga, amarah. Keempat, pengetahuan.27. Empat
perkara yang menambahi kuat pada tubuh manusia. Pertama, makandaging. Kedua, memakai
pakaian yang halus. Ketiga, memakai bau-bauan yang harum-harum. Keempat, mandi dalam
tiga kali sehari.28. Empat perkara yang menda’ifkan tubuh manusia. Pertama, jimak
banyak.Kedua, percintaan atau kesal banyak dalam hatinya. Ketiga, dibiasakan minum air
terdahulu daripada makan nasi atau roti atau barang sebagainya. Keempat, memakan asam
banyak.29. Empat perkara yang mengurangkan cahaya mata. Pertama, memandikanmayat.
Kedua, memandang paras perempuan. Ketiga, memandang pihak sebelah maghrib dan kiblat.
Keempat, terlalu sangat memandang ke masyrik (timur) pada ketika ke sungai, kadha hajat
seni atau besar pada ketika jimak atau pada ketika mandi tidak berkain basahan.30. Empat
perkara yang menambahi cahaya mata. Pertama, duduk pada barangtempat menghadap
kiblat. Kedua, hendaklah pada tiap-tiap malam berjaga. Ketiga, memandang pada air yang
mengalir. Keempat, memandang pada tumbuh-tumbuhan kayu yang hijau daunnya.Perkataan
Lukmanul HakimEmpat perkara isi neraka: Pertama, segala raja-raja yang mengambil hak
rakyatnya tiada dengan sebenarnya dan menghukumkan dengan segala gagahnya atas segala
rakyatnya. Kedua, raja yang alpakan negerinya dan rakyatnya dan tiada memeliharakan
rakyatnya. Ketiga, orang yang berbuat fitnah sana sini pada sesama manusia. Keempat, orang
yang tiada ingat akan dirinya dan alpakan mautnya, yakni melupakan matinya dan
tobatnya.(lihat Abdul Hadi WM, Sastra Sufi SebuahAntologi. Jakarta: Pustaka Firdaus 1985)

Anda mungkin juga menyukai