r.a. Disusun oleh: Amanda Nur Masruroh (03) Amira Salwa Bahira (04) Diva Maura Alisha (13) Martha Sartika (17) Nabila Rizka S.M. (21) Qania Attilah Putri P. (26) Terra Divanka Fortuna (33) Yolanda Egi Clarista Twist A. (34) PETA KONSEP
Ali bin Abi
Thalib r.a.
Tujuan
Materi
Kesimpulan TUJUAN PEMBELAJARAN
Agar dapat memahami lebih dalam tentang
sejarah Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. Kelahiran Ali bin Abi Thalib r.a. ‘Alī bin Abī Thālib (Arab: طالب ﻲﺑعلي بن أ, Persia: علی پسر ابو ( )طالبlahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi), adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Ali adalah sepupu dan sekaligus mantu Muhammad, setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra. Ia pernah menjabat sebagai salah seorang khalifah pada tahun 656 sampai 661. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi'ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad . Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib adalah Khalifah keempat setelah Khalifah Usman Ibnu Affan. Nama lengkap beliau adalah Ali Ibnu Abi Thalib Ibnu Abdul Muthalib Ibnu Hasyim Ibnu Abdi Manaf. Beliau lahir 32 tahun setelah kelahiran Rosulullah Saw. Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib boleh dibilang tangan kanan Nabi Muhammad Saw, saat di Madinah. Proses pengangkatan beliau sebagai Khalifah , mula-mula di tolak oleh beliau sebab situasi yang kurang tepat yang banyak terjadi kerusuhan . Tetapi, pada waktu itu masyarakat butuh pemimpin , sebab desakan masyarakat untuk menjadikan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menjadi pemimpin pun akhirnya diterima. Pada tanggal 23 juni 656 Masehi, beliau resmi menjadi Khalifah. Sosok Khalifah Ali Bin Abi Thalib r.a. Ali Bin Abu Thalib bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ali adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang lalu menamakannya Haidarah. Haidarah adalah salah satu nama singa, sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa). Fathimah adalah salah seorang wanita yang terdahulu beriman dengan Risalah Nabi Muhammad Saw. Ia pula-lah yang telah mendidik Nabi Saw, dan menanggung hidupnya, setelah meninggalnya bapak- ibu beliau, Abdullah dan Aminah. Beliau lalu membalas jasanya, dengan menanggung kehidupan Ali. Saat Fathimah meninggal dunia, Rasulullah Saw yang mengkafaninya dengan baju qamisnya, meletakkannya dalam kuburnya, dan menangisinya, sebagai tangisan seorang anak atas ibunya. Dan sebab penghormatan beliau kepadanya, maka beliau menamakan anaknya yang tersayang dengan namanya: Fathimah. Darinyalah lalu mengalir nasab (cucu) beliau yang mulia, yaitu anak-anaknya: Hasan, Husein, Zainab al Kubra dan Ummu Kultsum. Sosok Khalifah Ali Bin Abi Thalib r.a. Haidarah adalah nama Imam Ali yang dipilihkan oleh ibunya. Namun ayahnya menamakannya dengan Ali, sehingga ia terkenal dengan dua nama itu, walaupun nama Ali lebih terkenal. Anak-anaknya adalah: Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum, dari Fathimah binti Muhammad saw., seorang isteri yang tidak pernah diperlakukan buruk oleh Ali r.a. selama hidupnya. Bahkan Ali tetap selalu mengingatnya setelah kematiannya. Dia juga mempunyai beberapa orang anak dari isteri-isterinya yang lain, yang dia kawini setelah wafatnya Fathimah r.a. Baik isteri dari kalangan wanita merdeka atau hamba sahaya. Sosok Khalifah Ali Bin Abi Thalib r.a. Ali menikahi delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra. Berikut keturunan Ali yang diketahui namanya, dari para istrinya setelah meninggalnya Fatimah : 1. Ummu Banin binti Haram: Ja’far, Abbas, Abdullah, Utsman. 2. Laila binti Mas’ud: Ubaidullah, Abubakar. 3. Asma binti Umais: Yahya, Muhammad Ashgar. 4. Sahba binti Rabia: Umar, Rukiyah. 5. Umamah binti Abil Ash: Muhammad Awsad. 6. Haulah binti Ja’far: Muhammad bin al-Hanafiyah. 7. Ummu Said binti Urwah: Ummul Hasan, Ramlah Kubra. 8. Mahabba binti Imru’ul Qais: meninggal ketika masih kecil. Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib r.a. Setelah ‘Utsman ra. syahid, Ali r.a. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau ra. menolak, namun akhirnya beliau ra. menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: .....Sementara orang banyak datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau (Utsman ra.) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (Ali ra.)". Ali ra. berkata kepada mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, sebab saya lebih senang menjadi wazir (pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". ‘Ali ra. menjawab: "Jika kalian tidak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat itu hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Pergilah ‘Ali ra. ke masjid dan orang-orang berbaiat kepadanya. Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib r.a. Dalam Tarikh Al-Ya’qubi dikatakan: ‘Ali bin Abi Thalib (ra.) menggantikan ‘Utsman sebagai khalifah... dan ia (ra.) dibaiat oleh Thalhah (ra.), Zubair (ra.), Kaum Muhajirin dan Anshar (radhiyallahu anhum). Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan menjabat tangannya adalah Thalhah bin Ubaidillah (ra.). Imam Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzy mentakhrij hadits berasal dari Safinah ra., dia berkata: Aku mendengar RasuluLlah saw. bersabda: “Kekhilafahan berlangsung selama 30 tahun dan setelah itu adalah kerajaan.” Safinah ra. berkata: “Mari kita hitung, Khilafah Abu Bakar ra. berlangsung 2 tahun, Khilafah ‘Umar ra. 10 tahun, Khilafah ‘Utsman ra. 12 tahun, dan Khilafah ‘Ali ra. 6 tahun.” Ali ra. bekerja keras pada masa kekhilafahannya guna mengembalikan stabilitas dalam tubuh umat setelah sebelumnya Ibnu Saba’dan Sabaiyahnya melancarkan konspirasi dan provokasinya guna menghancurkan Islam dari dalam. Pada masa kekepemimpinan Ali ra. ini, Ibnu Saba dan Sabaiyah nya pun kembali melancarkan konspirasi dan makar mereka, sehingga membuat keadaan menjadi semakin rumit. Diriwayatkan bahwa pada akhirnya ‘Ali ra. membakar banyak dari pengikut Sabaiyah ini dan juga mengasingkan Ibnu Saba’ ke Al-Madain. Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib r.a. Sahabat yang lahir dalam keprihatinan dan meninggal dalam Kesunyian. Dialah, khalifah Ali bin Abi Thalib ra. Ali kecil adalah anak yang malang. Namun, kedatangan Muhammad SAW telah memberi seberkas pelangi baginya. Ali, tidak pernah bisa bercurah hati kepada ayahnya, Abi Thalib, selega dia bercurah hati kepada Rasulullah. Sebab, hingga akhir hayatnya pun, Abi Thalib tetap tidak mampu mengucap kata syahadat tanda penyerahan hatinya kepada Allah. Ayahnya tidak pernah bisa merasa betapa nikmatnya saat bersujud menyerahkan diri kepada Allah Rabb semesta sekalian alam. Kematian ayahnya tanpa membawa sejumput iman begitu memukul Ali. Kelak dari sinilah, dia kemudian bertekad kuat untuk tidak mengulang kejadian ini buat kedua kali. Dia ingin, saat dirinya harus mati nanti, anak-anaknya tidak lagi menangisi ayahnya seperti tangis dirinya untuk ayahnya, Abi Thalib. Tak hanya dirinya, disebelahnya, Rasulullah pun turut menangisi kenyataan tragis ini. Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib r.a. Betul-betul pahit, padahal Ali tahu bahwa ayahnya sangatlah mencintai dirinya dan Rasulullah. Saat ayahnya pertama kali memergoki dirinya sholat berjamaah bersama Rasulullah, dia telah menyatakan dukungannya. Abi Thalib berkata, "Janganlah kau berpisah darinya (Rasulullah), sebab ia tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan". Sejak masih berumur 6 tahun, Ali telah bersama dan menjadi pengikut setia Rasulullah. Sejarah kelak mencatat bahwa Ali terbukti berkomitmen pada kesetiaannya. Dia telah hadir bersama Rasulullah sejak awal dan baru berakhir saat Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ali ada disaat yang lain tiada. Ali adalah tameng hidup Rasulullah dalam kondisi kritis atau dalam berbagai peperangan genting, saat diri Rasulullah terancam. Kecintaan Ali pada Rasulullah, dibalas dengan sangat manis oleh Rasulullah. Pada sebuah kesempatan dia menghadiahkan kepada Ali sebuah kalimat yang begitu melegenda, yaitu : "Ali, engkaulah saudaraku...di dunia dan di akhirat..." Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib r.a. "Aku selalu mengikutinya (Rasulullah SAW) sebagaimana anak kecil selalu membuntuti ibunya. Setiap hari dia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulai dan memerintahkanku untuk mengikuti jejaknya", begitu kata Ali mengenang masa-masa indah bersama Rasulullah tidak lama setelah Rasulullah wafat. Banyak argumen dan kata-kata Ali yang lalu menjadi rujukan. Khalifah Umar bahkan pernah berkata,"Tanpa Ali, Umar sudah lama binasa.“ Keperkasaan Ali tiada banding. Dalam perang Badar, perang pertama yang paling berkesan bagi Rasulullah (sehingga setelahnya, beliau memanggil para sahabat yang ikut berjuang dalam Badar dengan sebutan " Yaa...ahlul Badar..."), Ali menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya. Dalam perang itu dia berhasil menewaskan separo dari 70an pihak musuh yang terbunuh. Hari itu, bersama sepasukan malaikat yang turun dari langit, Ali mengamuk laksana badai gurun. Tak hanya Badar, banyak peperangan setelahnya menjadikan Ali sebagai sosok yang disegani. Di Uhud, perang paling berdarah bagi kaum muslim, Ali menjadi penyelamat sebab dialah yang tetap teguh mengibarkan panji Islam setelah satu demi satu para sahabat bertumbangan. Dan yang terpenting, Ali melindungi Rasulullah yang kala itu terjepit hingga gigi Rasulullah bahkan rompal dan darah mengalir di mana-mana. Teriakan takbir dari Ali menguatkan kembali semangat bertarung para sahabat, terutama setelah melihat Rasululah dalam kondisi kritis. Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib r.a. Juga di perang Khandak. Perang yang juga terhitung genting. Ali kembali menjadi pahlawan, setelah hanya ia satu-satunya sahabat yang 'berani' maju meladeni tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling tangguh, ‘Amr bin Abdi Wud. Dalam gumpalan debu pasir dan dentingan suara pedang. Ali bertarung satu lawan satu. Rasulullah SAW bahkan bersabda: “Manifestasi seluruh iman sedang berhadapan dengan manifestasi seluruh kekufuran”. Dan teriakan takbir menjadi pertanda, bahwa Ali menyudahinya dengan kemenangan. Kerja keras Ali berbuah. Kemenangan di raih pasukan Islam tanpa ada benturan kedua pasukan. Tidak ada pertumpahan darah. kegemilangan ini, membuat Rasulullah SAW pada sebuah kesempatan : “Peperangan Ali dengan ‘Amr lebih utama dari amalan umatku hingga hari kiamat kelak”. Seluruh peperangan Rasulullah diikuti oleh Ali, kecuali satu di Perang Tabuk. Rasulullah memintanya menetap di Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah. Sebab Rasulullah mengetahui, ada upaya busuk dari kaum munafiq untuk melemahkan Mekkah dari dalam saat Rasulullah keluar memimpin perang TAbuk. Kehadiran Ali di Mekkah, walaupun seorang diri, telah berhasil memporakporandakan rencana buruk itu. Nyali mereka ciut, mengetahui ada Ali di tengah-tengah mereka. Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib r.a. Perubahan drastis ditunjukkan Ali setelah Rasulullah wafat. Dia lebih suka menyepi, bergelut dengan ilmu, mengajarkan Islam kepada murid- muridnya. Di fase inilah, Ali menjadi sosok dirinya yang lain, yaitu seorang pemikir. Keperkasaannya yang melegenda telah diubahnya menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali benar-benar terinspirasi oleh kata-kata Rasulullah, "jika aku ini adalahkota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya". Dari pakar pedang menjadi pakar kalam (pena). Ali begitu tenggelam didalamnya, hingga lalu ia 'terbangun' kembali ke gelanggang untuk menyelesaikan 'benang ruwet', sebuah nokta merah dalam sejarah Islam. Sebuah fase di mana sahabat harus bertempur melawan sahabat. Strategi Ali Bin Abi Thalib dalam kepemimpinan Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah memeranig Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi Thali juga menggukan potensi dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang Sosial, politik, Militer, dan Ilmu Pengetahuan. Berikut ini akan diuraikan mengenai strategi itu. 1. Ali Bin Abi Thalib Memerangi Khawarij 2. Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan 3. Perkembangan di Bidang Politik Militer 4. Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa 5. Perkembangan di Bidang Pembangunan Peradaban dan Kebudayaan Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib Diantara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Ali adalah: a. Terciptanya ilmu bahsa/nahwu (Aqidah nahwiyah). b. Berkembangnya ilmu Khatt Al-Qur’an. c. Berkembangnya sastra Kesimpulan • ‘Alī bin Abī Thālib (Arab: طالب ﻲﺑعلي بن أ, Persia: )علی پسر ابو طالب (lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi), adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. • Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib resmi menjadi pemimpin pada tanggal 23 juni 656 Masehi. • Ali menikahi delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az- Zahra. • Seluruh peperangan Rasulullah diikuti oleh Ali, kecuali satu di Perang Tabuk. Rasulullah memintanya menetap di Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah. • Perubahan drastis ditunjukkan Ali setelah Rasulullah wafat. Dia lebih suka menyepi, bergelut dengan ilmu, mengajarkan Islam kepada murid-muridnya. TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA