Anda di halaman 1dari 14

Khalifah

Ali bin Abi Thalib


KELOMPOK 4
Hilwa Izzatul Wafiroh (12)
Khansa Aurelia Belvana (14)
Moch. Lukman Hakim (16)
M. Dzaky Nur Hafizh (18)
Naila Mahdiah Musofva (20)
01 02
Prestasi-Prestasi
Biografi & Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib

03 04
Substansi & Strategi Dakwah Konflik dan Wafatnya
Ali bin Abi Thalib Ali bin Abi Thalib
Biografi Ali bin Abi Thalib
• Ali bin Abu Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar tahun 600 M.
• Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika lahir ibunya
memberi nama haidar yang artinya singah. Namun sang ayah lebih suka menamainya Ali artinya
tinggi dan luhur.
• Abu Thalib adalah kakak Abdullah ayah Nabi Muhammad Saw. Jadi Ali dan Muhammad Saw adalah
saudara sepupu. Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad Saw.
• Sejak umur 10 tahun beliau telah memutuskan memeluk agama islam
• Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, pemberani, tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah.
• Setelah hijrah ke Madinah, Ali bekerja sebagai petani, seperti Abu Bakar dan Umar. Dua tahun
setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan Rasulullah Saw.. Dari
pasangan inilah lahir dua cucu Rasulullah Saw. yang bernama Hasan dan Husain.
Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
• Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah sebelumnya. Ali dibai'at di tengah-tengah
suasana berkabung atas meninggalnya Utsman, penentangan dan kekacauan, serta kebingungan umat Islam Madinah.
Sebab, kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat Ali supaya bersedia dibai'at menjadi khalifah.
• Setelah Utsman terbunuh, kaum pemberontak mendatangi para sahabat senior satu per satu yang ada di kota Madinah,
seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Saad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Umar bin Khaththab agar bersedia
menjadi khalifah, namun mereka menolak.
• Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun kaum Anshar dan Muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. la
didatangi beberapa kali oleh kelompok-kelompok tersebut agar bersedia dibai'at menjadi khalifah.
• Namun, Ali menolak. Sebab, ia menghendaki agar urusan itu diselesaikan melalui musyawarah dan mendapat persetujuan
dari sahabat-sahabat senior terkemuka Akan tetapi, setelah massa rakyat mengemukakan bahwa umat Islam perlu segera
mempunyai pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar, akhirnya Ali bersedia dibai'at menjadi khalifah.
• Ia dibai'at oleh mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Anshar serta para tokoh sahabat, seperti Thalhah dan Zubair, tetapi ada
beberapa orang sahabat senior, seperti Abdullah bin Umar bin Khaththab, Muhamnmd bm Maslamah, Saad bin Abi Waqqas,
Hasan bin Tsabit. dan Abdullah bm Salam yang waktu itu berada di Madinah tidak mau ikut membai'at Alli.
Prestasi-Prestasi Ali bin Abi Thalib
1. Menganti Para Pejabat yang Kurang Cakap

Di saat menjadi khalifah, Ali Bin Abi Thalib menginginkan pemerintahan


yang efektif dan efisien serta cepat dan tanggap dalam merespon berbagai persoalan
rakyatnya. Oleh karena itu ia mengganti para pejabat yang dinilai kurang cakap
dalam mengemban amanahnya sebagai pemimpin.
Setelah ditelusuri ternyata para pejabat yang digantikan itu kebanyakan
berasal dari sanak saudara Utsman Bin Affan. Akibatnya ia semakin tidak disukai
oleh kerabat Bani Umayyah.
Adapun gubernur baru yang diangkat Khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
a. Sahl bin Hanif sebagai gubernur Syiria
b. Usman bin Hanif sebagai gubernur Basrah
c. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir
d. Umrah bin Syihab sebagai gubernur Kufah
e. Ubaidaillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
Prestasi-Prestasi Ali bin Abi Thalib
2. Memperbaiki dan Membenahi Sistem Keuangan Negara
Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara. Khalifah Ali bin Abi
Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan tersebut. Beliau menyita harta para pejabat
tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk
kesejahteraan rakyat.
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasan dan kerabat Utsman bin
Affan. Mereka mengasut para shahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib. Dan melakukan
perlawanan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin

3. Mengembangkan Ilmu Bahasa / Sastra


Pada saat Khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan , Wilayah Islam sudah mencapai India.
Pada saat itu , penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan
syaddah. hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur'an dan Hadits di daerah-daerah yang jauh
dari Jazirah Arab. Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur'an dan Hadits.
Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu
nahwu, yaitu ilmu yang mempelajarai tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-
orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
Prestasi-Prestasi Ali bin Abi Thalib
4. Membangun Infrastuktur Negara

Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun Kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya kota
Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi Kota Kufah
kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits,ilmu nahwu dan ilmu pengetahuan
lainya.
Setelah mengamati prestasi keempat khalifah memiliki persamaan prestasi pada
penyebaran daerah Islam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara
lain:
a. Islam mengajarkan semua sendi kehidupan, baik agama, sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
b. Kewajiban dakwah bagi pemeluknya merupakan pendorong utama bagi para shahabat untuk
menyebarkan Islam
c. Byzantium dan Persia mulai melemah membuat Islam bisa berkembang dengan cepat
d. Kebebasan beragama bagi masyarakat di Byzantium membuka peluang untuk mengajarkan ajaran
Islam
e. Penyebaran Islam dilakukan secara simpatik dengan penuh kedamaian. Kekerasan diperlukan
dalam kondisi yang tidak ada pilihan.
f. Bangsa Arab lebih dekat dengan bangsa-bangsa jazirah
g. Mesir, Syiria, dan Irak merupakan daerah kaya yang ingin membebaskan diri dari penjajahan
Romawi dan persia. Sekaligus menjadi penyokong dana dalam menyebarkan Islam
Substansi & Strategi Dakwah Ali bin Abi Thalib
1. Penggantian pejabat lama dengan pejabat yang baru.
Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali bin Abi Thalib memecat para gubernur yang diangkat
oleh Usman. Dia yakin pemberontakan-pemberontakan yang terjadi pada masa pemerintahannya terjadi
dikarenakan keteledoran mereka.

2. Penarikan kembali tanah hadiah


Ali bin Abi Thalib menarik kembali tanah yang dihadiahkan oleh Usman kepada penduduk
kemudian menyerahkan hasilnya kepada negara dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan
sebagaimana pernah diterapkan oleh Umar bin Khatab.
Substansi & Strategi Dakwah Ali bin Abi Thalib
3. Menghadapi para pemberontak
Setelah kebijakan baru tersebut diterapkan, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan
Aisyah. Alasan pemberontakan mereka adalah, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut
bela terhadap darah dari Usman. Ali mengajak kepada Thalhah dan Zubair untuk menyelesaikan perkara secara damai
namun ditolak, yang mengakibatkan pertempuran dahsyat yang dinamakan Perang Jamal (Perang Unta), karena Aisyah
dalam pertempuran ini menunggangi unta. Ali pun berhasil mengalahkan lawannya, Zubair dan Thalhah yang terbunuh
ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditwan dan dikirim kembali ke Madinah.
Pada waktu yang sama, kebijakan Ali menimbulkan perlawanan dari gubernur di Damaskus yaitu Muawiyah,
yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaannya. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan sebelumnya, Ali bergerak dari Kuffah ke Damaskus dengan sejumlah besar tantara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah di Sifiin yang mengakibatkan pertempuran yang dikenal dengan nama
perang Siffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase) yang tidak menyelesaikan masalah dan menyebapkan timbulnya
golongan al Khawarij (Orang-orang yang keluar dari barisan Ali).
Konflik Pada Masa Ali bin Abi Thalib

a.) Perang Waqiatul Jamal yang dipimpin oleh 3


serangkai (Aisyiah,Zubair,Tholhah).

b.) Perang Shiffin.


Wafatnya Ali bin Ali Thalib
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang
militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi
negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan
sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh
Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan
Khawarij saat menjadi imam shalat subuh di masjid Kufah, pada
tanggal 19 Ramadhan, dan Ali bin Abi Thalib menghembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali bin Abi
Thalib dikuburkan secara rahasia di Najaf.
Setelah Wafatnya Ali bin Abi Thalib
Sepeninggal khalifah Ali bin Abu Thalib kedudukannya digantikan oleh putranya
Hasan bin Ali kemudian terjadilah peperangan dengan Mu’awiyah yang berakhir
dengan perjanjian damai yang dikenal dengan Amul Jama’ah atau tahun persatuan.
Perjanjian ini terjadi pada tahun 41 H = 662 M.
Isi Amul Jama’ah
a. Hasan rela turun dari khalifah demi persatuan umat Islam
b. Mu’awiyah tidak mencela Ali bin Abu Thalib
c. Setelah Mu’awiyah khalifah dipilih secara musyawarah
ThankYou

Anda mungkin juga menyukai