Anda di halaman 1dari 4

BIOGRAFI ALI BIN ABU THOLIB

A. Nama, Gelar dan Julukan Ali Bin Abu Tholib

Nama : Ali bin Abi Thalib


Lahir : Mekkah, Hejaz, Jazirah Arab,
Tanggal lahir : 13 Rajab. 10 tahun sebelum dimulainya kenabian 601 Masehi.
Meninggal : Kufah, Irak, 29 Januari 661 M,
Nama Asli : Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya
Julukan : Abu Turab artinya Bapaknya Tanah.
Gelar : Khalifah Ali bin Abi Thalib mendapatkan gelar Babul ilmi, karena Ali
bin Abi Thalib adalah seorang ilmuwan yang cerdas. Rasulullah mengatakan " Anaa
madiinatul "ilm wa "aliyu babuha " ( Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu
gerbangnya)

B. Sifat- Sifat Khlifah Ali Bin Abu Tholib :


Secara umum, sifat khulafaur rasyidin yang wajib adalah: amanah, jujur, cerdas,
bertanggung jawab, selalu menyampaikan kebenaran
Ali bin Abi Thalib memiliki sifat-sifat baik:
1. Amanah dan jujur
Hal ini dibuktika ketika Nabi Muhammad saw meminta Ali bin Abi Thalib untuk
mengembalikan barang-barang titipan kaum Quraisy. Merupakan suatu kebiasaan
kaum Quraisy menitipkan barang-barang berharganya kepada orang yang dipandang
amanah dan jujur.
2. Berani dan gigih
Hal ini dibuktikan pada kegigihan dan keberanian Ali bin Abi Thalib dalam
mendampingi Nabi Muhammad saw di perang Khaibar meski mata Ali bin Abi
Thalib sedang sakit parah.
3. Sederhana
Hal ini dibuktikan dengan berbaurnya Ali bin Abi Thalib dengan para pedagang
dengan pakaian yang sederhana (celana setengah betis dan selendang yang
disampirkan di pundak)
4. Adil
Hal ini dibuktika ketika baju besi Ali bin Abi Thalib dicuri oleh seorang Nasrani. Ali
bin Abi Thalib mengajaknya menemui hakim untuk memutuskan milik siapa dan
hakim memutuskan bahwa baju besi itu milik orang Nasrani. Ali bin Abi Thalib
menerima keputusan tersebut. Karena merasa bersalah, orang Nasrani tersebut
mengembalikannya dan masuk Islam.

C. Masa Pemerintahan dan Prestasi Selama Menjadi Khalifah/ Jasanya


Masa pemerintahan Ali bin Abu Tholib berlangsung selama 4 tahun 223 hari bermula
dari 20 Juni 656 dan berakhir pada 29 Januari 661

Prestasi Ali bin Abi Thalib Selama Menjadi Khalifah Memimpin Umat Islam
Sepeninggal Khalifah Usman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum
muslimin meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah Akan tetapi ada bebarapa
tokoh yang menolak usulan tersebut. Khalifah Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-
langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai. Langkah-langkah
tersebut Ali bin Abi Thalib antara lain mengganti pejabat yang kurang cakap,
membenahi keuangan negara, memajukan bidang ilmu bahasa, dan memajukan dalam
bidang bidang pembangunan.

1. Kebijakan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap

Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan
efisien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang
cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak yang
berasal dari keluarga Khalifah Usman bin Affan ( Bani Umayyah ). Akibatnya,
makin banyak kalangan Bani Umayyah yang tidak menyukai Khalifah Ali bin Abi
Thalib.
Adapun gubernur baru yang diangkat Khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
a. Sahl bin Hanif sebagai gubernur Syiria.
b. Utsman bin Hanif sebagai gubernur Basrah.
c. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir.
d. Umrah bin Syihab sebagai gubernur Kuffah.
e. Ubaidaillah bin Abbas sebagai gubernur Yama

2. Prestasi Ali bin Abi Thalib dalam Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal )

Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas
negara. Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan
permasalahan tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh
secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan
untuk kesejahteraan rakyat.
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasan dan
kerabat Utsman bin Affan. Mereka menghasut para Sahabat yang lain untuk
menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib. Dan melakukan perlawanan terhadap
Khalifah Ali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi peperangan seperti perang Jamal dan
perang siffin

3. Prestasi Ali bin Abi Thalib dalam Memajukan Bidang Ilmu Bahasa

Pada saat Khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah
mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan
tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah, dan syaddah. Hal itu menyebabkan
banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur’an dan hadis di daerah-daerah yang jauh
dari jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan Hadis. Khalifah Ali
bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk mengembangkan pokok-
pokok ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang mempelajarai tata bahasa Arab. Keberadaan
ilmu Nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari
sumber utama ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan Hadis.

4. Prestasi Ali bin Abi Thalib dalam Bidang Pembangunan

Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya
kota Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Akan tetapi Kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu Tafsir, ilmu
Hadis, ilmu Nahwu dan ilmu pengetahuan lainya.
Setelah mengamati prestasi keempat Khalifah, terdapat persamaan prestasi pada
penyebaran daerah Islam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Islam mengajarkan semua sendi kehidupan, baik agama, sosial, politik, ekonomi,
dan budaya.
b. Kewajiban dakwah bagi pemeluknya merupakan pendorong utama bagi para
Sahabat untuk menyebarkan Islam
c. Byzantium dan Persia mulai melemah membuat Islam bisa berkembang dengan
cepat.
d. Kebebasan beragama bagi masyarakat di Byzantium membuka peluang untuk
mengajarkan ajaran Islam.
e. Penyebaran Islam dilakukan secara simpatik dengan penuh kedamaian.
Kekerasan diperlukan dalam kondisi yang tidak ada pilihan.
f. Bangsa Arab lebih dekat dengan bangsa-bangsa Jazirah
g. Mesir, Syiria, dan Irak merupakan daerah kaya yang ingin membebaskan diri dari
penjajahan Romawi dan Persia. Sekaligus menjadi penyokong dana dalam
menyebarkan Islam

D. Kisah Wafatnya Ali Bin Abu Tholib

Langkah berani dan tegas Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib memerangi
orang-orang Khawarij di Nahrawan menimbulkan dendam di kalangan para pemberontak
ini. Sampai akhirnya muncullah peristiwa yang mengantarkan sepupu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menyandang syahid di akhir hayat.

Ibnu Jarir dan sejarawan lainnya mengisahkan, ada tiga orang Khawarij
berkumpul. Mereka adalah Abdurrahman bin Amr. Yang dikenal dengan Ibnu Muljam.
Al-Barrak bin Abdullah. Dan Amr bin Bakr. Mereka bercerita, mengenang teman-teman
mereka di Nahrawan. Salah seorang di antara mereka berkata, “Apa yang kita lakukan
sepeninggal mereka? Mereka adalah sebaik-baik manusia. Yang paling banyak
shalatnya. Mengajak manusia kepada Allah. Tidak takut cemoohan orang-orang yang
mencela dalam menegakkan agama Allah. Bagaimana kalau kita tebus dengan
mendatangi pemimpin-pemimpin yang sesat itu. Kemudian kita bunuh mereka. Sehingga
kita membebaskan negara dari kejahatan mereka. Dan kita balaskan kematian teman-
teman kita.”

Ibnu Muljam berkata, “Aku akan menghabisi Ali bin Abu Thalib.”

al-Barrak bin Abdullah menyambut, “Aku akan membunuh Muawiyah bin Abu Sufyan.”

Dan Amr bin Bakr berkata, “Aku yang menghabisi Amr bin al-Ash.”

Mereka berikrar. Mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari rencana busuk itu
sampai masing-masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh dalam misi tersebut.
Mereka hunuskan pedang sambil menyebut nama-nama target masing-masing. Operasi
pembunuhan ini akan dilaksanakan pada 17 Ramadhan 40 H. Berangkatlah tiga orang
celaka ini menuju para sahabat yang mulia itu.
Ibnu Muljam berangkat ke Kufah. Di sana ia menyembunyikan identitasnya.
Sampai pun kepada pemberontak yang dulu turut bersamanya di Perang Nahrawan. Saat
itu pula hadir seorang wanita cantik, yang ayah dan kakaknya tewas oleh pasukan Ali di
Nahrawan. Namanya Qathami. Ibnu Muljam mencoba meminangnya. Qathami mau
menerima pinangan itu dengan beberapa syarat. Yaitu: mahar tiga ribu dirham, seorang
pembantu, budak wanita, dan membunuh Ali bin Abu Thalib. Ibnu Muljam berkata,
“Engkau pasti mendapatkan persyaratanmu itu. Demi Allah, aku datang ke kota ini
memang untuk tujuan membunuh Ali.”

Semakin dekatlah hari dimana Ibnu Muljam hendak melaksanakan misinya.


Istrinya menyertakan laki-laki dari kaumnya yang bernama Wardan untuk melindungi
suaminya. Kemudian Ibnu Muljam merekrut Syabib bin Barjah yang juga merupakan
veteran Perang Nahrawan. Awalnya Syabib menolak karena kedudukan Ali bin Abu
Thalib. Tapi ia berteman dengan orang yang salah. Ibnu Muljam berhasil membujuknya.
Menumpahkan darah laki-laki shaleh dan ahlul bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam menginstruksikan misi akan


dilaksanakan pada tanggal 17 Ramadhan. “Malam itulah aku membuat kesepatakan
dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing,” kata Ibnu Muljam.

Komplotan Ibnu Muljam bergerak. Ketiganya menghunuskan pedang. Bersembunyi di


pintu yang menjadi tempat kebiasaan Ali keluar. Saat keluar, Ali berteriak
membangunkan masyarakat, “Shalat!!.. Shalat!!..” Saat itulah dengan cepat Syabib
menyabetkan pedangnya ke leher Ali. Dan Ibnu Muljam menimpalinya dengan
membacok kepala sahabat yang mulia ini. Darah Ali mengucur membasahi janggutnya.
Ibnu Muljam berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah. Bukan milikmu dan bukan
milik teman-temanmu, hai Ali!” Ia membaca ayat yang artinya :

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” [Quran Al-Baqarah:
207].

Ali berteriak, “Tangkap mereka!”

Wardan terbunuh dalam pengejaran. Sementara Syabib berhasil meloloskan diri. Dan
Ibnu Muljam tertangkap.

Akhirnya, Ali bin Abu Thalib menghembuskan nafas terakhir pada 21 Ramadhan 40 H.

Di tempat lain, Al-Barrak menyabet Muawiyah yang sedang mengimami shalat


subuh. Muawiyah terluka. Tapi serangan itu tak sampai membunuhnya. Sementara Amr
bin Bakr salah dalam targetnya. Pada hari itu, Amr tidak bisa mengimami shalat karena
sedang diare. Imam penggantinya, Kharijah bin Abu Habib pun terbunuh. Ketiga
Khawarij ini berhasil ditangkap dan dihukum mati.

Anda mungkin juga menyukai