Anda di halaman 1dari 14

PERADABAN ISLAM DI MASA ALI BIN ABI THALIB

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sejarah Kebudayaan dan Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Dr.Taqwatul uliyah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

MUHAMMAD JUFRI

NIRM : 222721010724

PROGRAM PASCA SARJANA MEGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

TAHUN 2022
Halaman judul i

Daftar Isii ii

Kata Pengantar………………… ii

BAB I

Pendahuluan 1

I.Latar Belakang Masalah 1

II.Rumusan Masalah

III.Tujuan Penulisan 1

BAB II. Pembahasan

A.Sekilas Tentang Kehidupan Ali bin Ali Thalib. 2

B.Pembaiatan Ali bin Abi Thalib. 3

C.Kebijakan Ali bin Abi Thalib 4

BAB III.Penutup

A.Kesimpulan 7

B.Saran 9

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT.atas limpahan Rahmat dan
Karunian nikmat dan HidayahNya yang telah diberikan,sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini .

Shalawat dan salam tidak lupa dipanjatkan kepada baginda Muhammad


SAW.Serta keluarga dan Sahabat sahabatnya.

Makalah ini membahas tentang Sejarah Peradaban Islam dimasa Khalifah Ali bin
Abi Thalib.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan disana sini.Baik dalam materi maupun dalam tatanan bahasanya, Untuk
itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata ,penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat.

Palembang,25 September 2022

Penulis

Muhammad Jufri

ii
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI MASA ALI BIN ABI THALIB

BAB I

PENDAHULUAN

I.Latar Belakang

Islam pada masa Khulafa’ ar-Rasyidin berkembang sangat pesat, dimana


dimulai setelah kedaulatan Nabi hingga ke Timur Tengah dan bahkan di luar
daerah itu. Islam dikembangkan dengan mengajarkan nilai-nilai demokratis
terutama dalam pengangkatan seorang khalifah. Ini bisa dilihat dalam berbagai
peristiwa pengangkatan Khulafa al-Rasyidin walaupun caranya berbeda-beda
tetapi intinya sama yaitu menjunjung nilai bermusyawarah untuk mufakat.
Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah khalifah terakhir masa khulafa’ ar-
Rasyidin dimana masa ini adalah masa yang sangat kritis politik dalam negeri
karena banyak pemberontakan demi menuntut kematian khalifah Utsman yang
dianggap didalangi oleh khalifah Ali.
Maka dari itu dalam makalah ini akan dipaparkan tentang sekilas
kehidupan Ali, bagaiamana Ali dibaiat sebagai khalifah, kemudian kebijakan-
kebijakan apa yang dilakukan Ali dalam pemerintahannya?

II. RumusanMasalah
A. BagaimanaKehidupanKhalifah Ali Bin AbiTholib ?
B. BagaimanaPembaiatanKhalifah Ali Bin AbiThalib ?
C. ApaKebijakanKhalifah Ali Bin AbiThalibdalamPemerintahan ?
III.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kehidupan Khalifah Ali Bin Abi Thalib
2. Untuk mengetahuai pembaiatan Khalifah Ali Bin Abi Tholib
3. Untuk mengetahui kebijakan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dalam
Pemerintahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Kehidupan Khalifah Ali bin Abi Thalib

Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Tholib bin Abdil Mutholib, putra dari paman
Rasulullah dan suami dari Fatimah. Fatimah adalah satu-satunya putri Rasul yang
mempunyai keturunan.
Sepanjang hayatnya, Ali bin Abi Thalib tidak pernah sujud dihadapan berhala.
Sujud pertamanya dan sujud selamanya hanya untuk Allah SWT. Karena itulah ia
dijuluki “karramallahuwajhah- Allah memuliakan wajahnya”. Ia telah masuk
islam di usia yang sangat dini, sepuluh tahun. Dialah anak-anak pertama dalam
islam. Bahkan sebagian mengatakan bahwa dialah muslim pertama setelah
Rasulullah SAW
Ketika nabi menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan, Ali
berumur 13 tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani nabi
dalam perjuangan menegakkan islam, baik di Makkah maupun di Madinah, dan ia
diambil menantu oleh Nabi SAW dengan menikahkannya dengan Fatimah, salah
seorang putri Rasulullah SAW.
Setelah keislamannya, ia mencari ilmu pengetahuan dan akhlak yang mulia dari
Baginda Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil ia dididik di Madrasah Nubuwah di
bawah bimbingan pengajar dan pembimbing paling agung Rasulullah Muhammad
SAW.
Ujian pertama yang dihadapi oleh Ali bin Abi Tholib di jalan islam adalah di
malam hijrah ketika ia diminta untuk menggantikan Rasulullah SAW. Ia harus
tidur diatas pembaringan Rasulullah SAW dan mangenakan jubah beliau. Pejuang
dan pahlawan kecil ini menguatkan iman dan tekadnya sehingga ia layak disebut
pejuang cilik.
Ali sejak kecil sudah dididik dengan adab dan budi pekerti islam. Lidahnya amat
fasih berbicara, dan dalam hal ini terkenal ulung. Pengetahuannya tentang islam
amat luas. Dan mungkin, karena rapatnya dengan Rasulullah SAW,
beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadist Nabi. Keberaniannya
juga masyhur dan hampir diseluruh

2
peperangan-peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali tetap ada didalamnya,
bergulat atau perang tanding, dengan tak takut mati. Sering Ali dapat merebut
kemenangan bagi kaum Muslimin dengan mata pedangnya yang tajam.
Ali bin Abi Thalib mengikuti semua peperangan disisi Rasulullah SAW, kecuali
perang Tabuk. Sebelum berangkat ke medan perang, Rasulullah memercayakan
semua urusan Madinah kepada Muhammad ibnu Maslamah r.a. Dan
memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menjaga keluarganya.
Setelah Rasulullah wafat, Ali bin Abi Thalib dihormati dan diagungkan oleh
ketiga Khalifah Rasyidin. Dan ketika kekhalifahan beralih ketangan Ali, ia
menerimanya dengan berat hati dan sikap yang enggan. Ali menjalankan roda
pemerintahan dan politik seperti yang dijalankan oleh Umar r.a. Ia juga
menyerupai Umar dari sisi kezuhudan, keadilan,ketakutan, kewarakan, dan
ketegasan hukumnya.

B. Pembaiatan Ali bin Abi Tholib

Setelah peristiwa pembunuhan Utsman ibnu Affan, kota Madinah dilanda


ketegangan dan kericuhan. Walikota Madinah, Al-Ghafiqi ibnu Harb, mencari-
cari orang yang pantas untuk dibaiat sebagai khalifah. Para penduduk Mesir
meminta Ali untuk memangku kekhalifahan namun ia enggan dan menghindar.
Para penduduk Kuffah mencari-cari Zubair ibnu Al-Awwam, namun mereka tak
menemukannya. Penduduk Bhasrah meminta Thalhah untuk menjadi khalifah
namun ia tidak memenuhi permintaan mereka. Akhirnya, mereka berkata, “kita
tidak akan menyerahkan kekhalifahan kepada ketiga orang ini.” Setelah itu
mereka mendatangi Sa’ad ibnu Abi Waqos dan berkata, “Kau termasuk diantara
Dewan Syura,” namun ia menolak. Lalu ia mendatangi Ibnu Umar, yang juga
menolaknya.
Akhirnya mereka menetapkan bahwa yang bertanggung jawab adalah penduduk
Madinah sehingga mereka berkata kepada penduduk Madinah, “ kalianlah yang
bertanggung jawab. Kami akan memberi kalian waktu selama dua hari. Jika
selama itu kalian tidak menghasilkan keputusan, demi Allah, kami akan
membunuh Ali, Thalhah, Zubair, dan banyak orang lainnya.”

3
Maka orang-orang mendatangi Ali dan berkata, “Kami membaiatmu, karena kau
telah menyaksikan rahmat yang diturunkan oleh Allah bersama islam dan karena
saat ini kita menghadapi ujian yang sangat berat berupa konflik antara berbagai
kota.”
Ali menjawab, “Tinggalkanlah aku, dan carilah orang lain yang lebih baik dariku,
karena aku akan menghadapi suatu masalah yang sangat rumit dan pelik, masalah
yang tidak akan mampu dihadapi oleh hati dan pikiran siapapun.
Namun, mereka bersikukuh membaiat Ali bin Abi Tholib. Tindakan mereka itu
didukung oleh kaum Muhajirin dan Anshar, serta kelompok-kelompok lainnya.
Termasuk diantara yang membaiat Ali ialah Thalhah, Zubair, Abdullah bin Umar,
dan Sa’ad bin Abi Waqash. Ali dibaiat sebagai khalifah setelah terbunuhnya
Utsman di Madinah pada hari Jum’at 5 Dzulhijjah 35 Hijriah. Semua sahabat
membaiatnya sebagai khalifah, disebutkan bahwa Thalhah dan Zubair
membaiatnya dengan sangat terpaksa dan bukan dengan suka rela.
Sebagian orang termasuk putranya sendiri, Al-Hasan mengkritik Ali bin Abi
Tholib karena mau menerima baiat dan diangkat sebagai khalifah. Mereka
beranggapan bahwa semestinya di tengah situasi yang penuh fitnah ini Ali
menolak dibaiat sebagai khalifah.
Ali sendiri telah menyadari konsekuensi yang mesti ia tanggung ketika ia bersedia
dibaiat dan diangkat sebagai khalifah umat islam. Ia merasa harus maju dan
mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan umat islam dari kehancuran yang
lebih besar.

C. Kebijakan Ali Bin Abi Tholib Dalam Pemerintahan

Sudah diketahui bahwa Ali bin Abi Tholib memiliki sikap yang kokoh, kuat
pendirian dalam membela yang hak. Setelah dibaiat sebagai khalifah, dia cepat
mengambil tindakan. Dia segera mengeluarkan perintah yang menunujukkan
ketegasan sikapnya.
Langkah awal yang dilakukan khalifah Ali adalah menghidupkan kembali cita-cita
Abu Bakar dan Umar, ia menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah
usman berikan kepada kerabat dekatnya menjadi milik negara. Ali juga
melakukan pemecatan semua gubernur yang tidak disenangi oleh rakyat.

4
Selama pemerintahannya ia menghadapi berbagai pergolakan, tidak ada masa
sedikit pun dalam masa pemerintahannya yang dikatakan stabil. Setelah
memangku jabatan khalifah, Ali mengubah apa yang telah ditetapkan oleh
utsman. Dua buah ketetapan diantaranya:
a.Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Utsman. Dikirim kepala daerah
baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali itu terpaksa
kembali saja ke Madinah, karena tidak dapat memasuki daerah yang ditugaskan
kepadanya.
b.Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada famili-famili
dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian
Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali.

Banyak pendukung-pendukung dan kaum kerabat Ali yang menasihatinya supaya


menangguhkan tindakan-tindakan radikal seperti itu, sampai keadaan stabil.
Tetapi Ali kurang mengindahkan. Pertama-pertama Ali mendapat tantangan dari
keluarga bani Umayyah. Mereka membulatkan tenaga dan bangkitlah Muawiyyah
melancarkan pemberontakan memerangi Ali.
Kemudian oposisi terhadap khalifah secara terang-terangan dimulai oleh Aisyah,
Thalhah, dan Zubair. Meskipun masing-masing mempunyai alasan pribadi
sehubungan dengan penentangan terhadap Ali. Mereka sepakat menuntut khalifah
segera menghukum para pembunuh Utsman. Tuntutan yang sama juga diajukan
oleh Muawiyah, bahkan ia memanfaatkan peristiwa berdarah itu untuk
menjatuhkan legalitas kekuasaan Ali, dengan membangkitkan kemarahan rakyat
dan menuduh Ali sebagai orang yang mendalangi pembunuhan Utsman, jika Ali
tidak dapat menemukan dan menghukum pembunuh sesungguhnya.
Khalifah Ali sebenarnya ingin menghindari pertikaian dan mengajukan kompromi
kepada Thalhah dan kawan-kawan, tetapi tampaknya penyelesaian damai sulit
dicapai. Oleh karena itu kontak senjata tidak dapat dielakkan lagi. Thalhah dan
Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah dikembalikan
kembali ke Madinah. Peperangan ini terkenal dengan nama“Perang Jamal”(Perang
Unta), yang terjadi pada tahun 36 H,
karena dalam pertempuran tersebut Aisyah istri Nabi mengendarai unta. Dalam
pertempuran tersebut sebanyak 20.000 kaum muslimin gugur.

5
Perang unta menjadi sangat penting dalam catatan sejarah islam, karena peristiwa
itu memperlihatkan suasana yang baru dalam islam, yaitu untuk pertama kalinya
seorang khalifah turun ke medan perang untuk memimpin langsung angkatan
perang, dan justru bertikai melawan saudara sesama islam.
Segera setelah menyelesaikan gerakan Thalhah dan kawan-kawan, pusat
kekuasaan islam dipindahkan ke kota Kuffah. Sejak itu berakhirlah Madinah
sebagai ibukota kedaulatan islam dan tidak ada lagi khalifah yang berkuasa
berdiam disana. Sekarang Ali adalah pemimipin dari seluruh wilayah islam,
kecuali Suriah.
Maka dengan dikuasainya Syiria oleh Muawiyyah, yang secara terbuka
menentang Ali, dan penolakannya atas perintah meletakkan jabatan gubernur,
memaksa khalifah Ali untuk bertindak. Pertempuran sesama muslim terjadi lagi,
yaitu antara Ali dan Muawiyah di kota Shiffin dekat sungai Eufrat, pada tahun 37
H. Khalifah Ali mengerahkan 50.000 pasukan untuk menghadapi Muawiyah.
Sebenarnya pihak Muawiyah telah terdesak kalah, dengan 70.000 pasukannya
terbunuh, yang menyebabkan mereka mengangkat Al Qur’an sebagai tanda damai
dengan cara tahkim. Dari pihak Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari,
sedangkan Muawiyah diwakili oleh ‘Amr bin Ash yang terkenal cerdik. Dalam
tahkim tersebut khalifah dan Muawiyah harus meletakkan jabatan, pemilihan baru
harus dilaksanakan. Abu Musa pertama kali menurunkan Ali sebagai khalifah.
Akan tetapi, Amr bin Ash berlaku sebaliknya, tidak menurunkan Muawiyah
melainkan mengangkat sebagi khalifah, karena Ali telah diturunkan oleh Abu
Musa. Peperangan Shiffin yang diakhiri melalui tahkim(arbitrase), yakni
perselisihan yang diselesaikan oleh dua orang dengan penengah sebagai pengadil.
Namun ternyata tidak menyelesaikan masalah, kecuali menyebabkan lahirnya
golongan khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali yang berjumlah kira-
kira 12.000 orang.
Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian pendukung
Ali, menyebabkan banyak pengikut Ali gugur dan berkurang serta dengan
hilangnya sumber kemakmuran dan suplai ekonomi khalifah dari Mesir karena
dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kekuatan Khalifah.

6
menurun, sementara Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatannya. Hal
tersebut memaksa Khalifah untuk menyetujui perdamaian dengan Muawiyah.
Perdamaian antara Khalifah dengan Muawiyah, makin menimbulkan kemarahan
kaum Khawarij dan menguatkan keinginan untuk menghukum orang-orang yang
tidak disenangi. Karena itu mereka bersepakat untuk membunuh Ali,
Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari. Namun mereka hanya berhasil
membunuh Ali yang akhirnya meninggal pada tanggal 19 Ramadhan tahun 40
H./661M, oleh Abdurrahman ibn Muljam, salah seorang yang ditugasi membunuh
tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan nasib baik berpihak kepada Mu’awiyah dan Amr
bin Ash, mereka berdua luput dari pembunuhan tersebut.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama
beberapa bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara Mu’awiyah
semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat
mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah
Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan
Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun
persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (’am jama’ah).
Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur
Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1..Kehidupan Khalifah Ali bin Abi Tholib


Ali bin abi Tholib adalah sepupu Nabi Muhammad SAW.Sejak kecil diasuh
oleh Nabi Muhammat SAW.Sosok Ali menjadi penghibur bagi Nabi yang saat itu
tidak memiliki anak laki laki.Pribadi. Ali sangat sopan dan cerdas.Rasulullah
memberi julukan Ali bin abi Tholib sebagai pintu gerbang pengetahuan
Islam.”Aku adalah kota ilmu,sedangkan Ali bin Thalib adalah pintunya” Saat
Nabi diangkat menjadi Rasul dan mulai berdakwah.Ali termasuk orang yang

7
pertama masuk Islam,Ali termasuk assabiqunal awwalun atau orang yang pertama
masuk Islam,Ali memeluk agama Islam saat masih remaja.Setelah Dewasa
menikah dengan putri bungsu Nabi Muhammad SAW dari Khadijah yaitu
Fatimah Az-zahra.Setelah Nabi wafat,kepemimpinan Islam diteruskan oleh
Khulafaurrasyidin. Dari Khalifah pertama sampai Khalifah ke empat. Ali adalah
khalifah keempat dari Khulafaurrasyidin.Setelah terbunuhnya khalifah Usman bin
Affan..Pada saat Ali diangkat sebagai khalifah,situasi politik kurang mendukung
karena terjadi beberapa komplik diantara ummat islam,terutama antara Ali dengan
Talhah,zubair ,Aisyah,muawiyah bin abu sufyan,serta kaum khawarij .walaupun
demikian ali tetap mampu mengambil langkah.strategis dalam menjalankan roda
pemerintahannya.
2.PembaiatanKhalifah Ali bin Abi Tholib
Setelah peristiwa pembunuhan Utsman ibnu Affan, kota Madinah dilanda
ketegangan dan kericuhan. Walikota Madinah, Al-Ghafiqi ibnu Harb, mencari-
cari orang yang pantas untuk dibaiat sebagai khalifah. Para penduduk Mesir
meminta Ali untuk memangku kekhalifahan namun ia enggan dan menghindar.
Para penduduk Kuffah mencari-cari Zubair ibnu Al-Awwam, namun mereka tak
menemukannya. Penduduk Bhasrah meminta Thalhah untuk menjadi khalifah
namun ia tidak memenuhi permintaan mereka. Akhirnya, mereka berkata, “kita
tidak akan menyerahkan kekhalifahan kepada ketiga orang ini.” Setelah itu
mereka mendatangi Sa’ad ibnu Abi Waqos dan berkata, “Kau termasuk diantara
Dewan Syura,” namun ia menolak. Lalu ia mendatangi Ibnu Umar, yang juga
menolaknya.
Akhirnya mereka menetapkan bahwa yang bertanggung jawab adalah penduduk
Madinah sehingga mereka berkata kepada penduduk Madinah, “ kalianlah yang
bertanggung jawab. Kami akan memberi kalian waktu selama dua hari. Jika
selama itu kalian tidak menghasilkan keputusan, demi Allah, kami akan
membunuh Ali, Thalhah, Zubair, dan banyak orang lainnya.”
Maka orang-orang mendatangi Ali dan berkata, “Kami membaiatmu, karena kau
telah menyaksikan rahmat yang diturunkan oleh Allah bersama islam dan karena
saat ini kita menghadapi ujian yang sangat berat berupa konflik antara berbagai
kota.”akhirnya Alipun menerima baiat tersebut

8
3.Kebijakan Khalifah Ali bin Abi Tholib Dalam Pemerintahan
a. Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Utsman. Dikirim kepala daerah
baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali itu
terpaksa kembali saja ke Madinah, karena tidak dapat memasuki daerah yang
ditugaskan kepadanya.
b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada famili-famili
dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian
Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali dan
menyerahkan pendapatannya kepada Negara.

c.pengembangan ilmu pengetahuan dan menghadapi para pemberontak

B.Saran.

.Kepada teman teman mahasiswa khususnya dan semua pihak pada umumnya
agar banyak banyak membaca referensi sejarah, agar kita mengetahui tentang
sejarah kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya dalam membangun peradaban
Islam,sehingga kita bisa meneladani beliau dalam rangka membangun kembali
peradaban Islam seperti yang dicontohkan Rasulullah dan Para sahabatnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Armedia, 2003), cet. 1


Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. 1
As-Suyuti , Imam, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), cet. 1
Murad, Musthafa, Kisah Hidup Ali ibnu Abi Thalib, (Jakarta: Zaman, 2009), cet.1
NC, Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang:Pustaka Rizki Putra,
2010), cet. 2
Syalabi,Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam1,(Jakarta:PT.Al Husna Zikra,
2000), cet.4
Dudung abdurrahman,Sejarah Peradapan Islam(Yokyakarta,Fak.adab IAIN
Sunan Kalijaga)
https://amrikhan.wordpress.com/2012/07/27/sejarah-peradaban-islam-di-masa-
ali-bin-abi-thalib-2/
http://viosixwey.blogspot.co.id/2013/04/sejarahbiografi-ali-bin-abi-thalib.html

10
11

Anda mungkin juga menyukai