Dosen Pembimbing :
Hartina,S,Sos.I.,S.Pd.I.,M.A
Disusun Oleh:
Radita Vani
Muhammad Rizky gurium
Zaimun
SORONG
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya
makalah yang berjudul “ALI BIN ABI THALIB” semoga makalah ini dapat terselesaikan
.Tak lupa Shalawat dan salam juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW, yang kita nantikan syafaatnya besok di Yaumil Qiyamah . Aamiinn...
Pembuatan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah sejarah
peradabanislam.dimana makalah ini menjelaskan tentang biografi,peoses,pemerintahan dan
kebijakan-kebijakan ali bin abi thalib.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun masih
jauh dari kata sempurna, disamping itu apabila dalam penulisan makalah ini didapati
kekurangan dan kesalahan ,dalam penulisan, maupun isinya, maka penulis dengan senang
hati menerima saran dan kritik guna penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya.Semoga
makalah yang sederhana ini menambah khasanah dan bermanfaat.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah ke empat dari kekhalifahan islam. Ali bin Abi Thalib
diangkat menjadi khalifah setelah meninggalnya khalifah Usman bin Affan dalam peristiwa
pembunuhan yang terjadi dirumah khalifah Usman bin Affan.
Pertama kali yang dirasakan kaum muslimin ketika mengkaji sejarah tentang Ali bin Abi
Thalib adalah kerumitan-kerumitan yang menjadi tanda tanya besar. Pada waktu itu, terjadi
berbagai konflik atau tepatnya fitnah di kalangan para sahabat, seperti Perang Jamal (terjadi
antara golongan Ali dan Aisyah) dan perang Shifin (terjadi antara golongan Ali dan
Muawiyah). Generasi sahabat yang disebut di dalam al-Qur’an sebagai Khairu Ummah
mengalami peristiwa yang benar-benar tidak terduga, bahkan oleh para sahabat di masa itu
sekali pun. Hal itu menimbulkan banyak pertanyaan yang harus diselesaikan oleh kaum
muslim, terutama para pengkaji sejarah Islam.
Membahas khalifah Ali dalam sebuah makalah yang sederhana tidaklah akan cukup dan
memuaskan. Namun, belajar dari uraian buku-buku yang kami baca, kami berusaha untuk
memberikan beberapa analisa dengan menggunakan buku-buku itu, untuk kemudian
menguatkan atau bahkan mengkritisi, bila memang terdapat pernyataan-pernyataan yang
tidak sesuai dengan data-data sejarah yang ada. Kami bahas tentang pemerintahan Ali dan
berbagai peristiwa penting yang terjadi. Di makalah ini juga, kami akan menghadirkan
biografi Ali sebagai pengetahuan sepintas, sebab tidak pantas rasanya kalau kita membahas
seseorang tetapi tidak mengetahui biografinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ali bin Abi Thalib?
2. Bagaimana proses pembai’atan Ali bin Abi Thalib?
3. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa Ali bin Abi Thalib?
4. Apa saja kebijakan-kebijakan pada masa Ali bin Abi Thalib?
5. Peristiwa apa saja yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib?
C. Tujuan dan Manfa’at
1. Tujuan
a. Dapat memahami dan menjelaskan tentang biografi Ali bin Abi Thalib.
b. Dapat memahami dan menjelaskan tentang proses pembai’atan Ali bin Abi Thalib.
c. Dapat memahami dan menjelaskan tentang sistem pemerintahan pada masa Ali bin Abi
Thalib.
d. Dapat memahami dan menjelaskan tentang kebijakan-kebijakan pada masa Ali bin Abi
Thalib.
e. Dapat memahami dan menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi pada masa Ali bin Abi
Thalib.
2. Manfa’at
a. Memberikan tambahan ilmu yang sebelumnya masih kurang atau bahkan belum tahu
sebelumnya.
b. Memberikan tambahan pengetahuan yang baru.
c. Memberikan bekal dalam pembuatan skripsi kelak.
d. Memberikan tambaham iman dan taqwa kepada Allah.
PEMBAHASAN
1.Utsman bin Muhammad al-Khamis, Hiqbah Minat Tarikh (Inilah Faktanya, Meluruskan Sejarah Umat Islam
Sejak Wafat Nabi Muhammad SAW Hingga Terbunuhnya al-Husain) diterjemahkan: Syafarudin, (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2012), cet. 2, hlm. 167
2 . Ibid, hlm. 167-168.
3 . Ibid, hlm. 168.
B. Pembai’atan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
Setelah Khalifah Usman syahid, Ali diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau
menolak, namun akhirnya beliau menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad
yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: .....Sementara orang banyak datang
di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau
(Usman) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak mengetahui
orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (Ali)". Ali berkata kepada mereka:
"Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya lebih senang menjadi wazir (pembantu)
bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami tidak
mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". Ali menjawab:
"Jika kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat tersebut
hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang
bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Ali kemudian keluar menuju masjid,
dan kaum muslimin pun membaiatnya sebagai khalifah mereka.4
Pengangkatan khalifah ali terjadi pada bulan Zulhijjah tahun 35 H/656 M, dan
memerintah selama 4 tahun 9 bulan, menjelang pembunuhan terhadap dirinya pada bulan
Ramadhan tahun 40 H/661 M.
Penetapannya sebagai Khalifah ditolak antara lain oleh Mu’awiyah bin Abu Shufyan,
dengan alasan Ali harus mempertanggung jawabkan tentang terbunuhnya Utsman, dan
berhubung wilayah Islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas Islam di daerah-
daerah baru, maka hak untuk menentukan pengisian jabatan khalifah tidak lagi merupakan
hak mereka yang di Madinah saja.5
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali itu, perpecahan kongkrit di dalam kalangan al-
Shahabi menjadi suatu kenyataan, dengan pecah beberapa kali sengketa bersenjata yang
menelan korban bukan kecil. Juga pada masanya itu bermula lahir sekte-sekte di dalam
sejarah dunia Islam, yakni sekte Syiah dan sekte Khawarij. Bermula sebagai kelompok-
kelompok politik yang berbedaan paham dan pendirian tetapi lambat-laun berkembang
menjadi sekte-sekte keagamaan, menpunyai ajaran-ajaran keagamaan tertentu di dalam
beberapa permasalahan Syariat dan Aqidah. Perkambangan tersebut berlangsung beberapa
puluh tahun sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi Thalib.6
2. Perang Shiffin
Perang Shiffin adalah peperangan pasukan Ali melawan Mu’awiyah. Perang ini tidak
berakhir dengan kalah-menang antara keduanya, tetapi hanya dengan mengamati indikasi
peperangan, akan tampak kelemahan Ali kalau tidak mau kalah. Peperangan ini terjadi
karena faktor politik. Dapat dikemukakan dua hal yang mempengaruhi: Pertama, Ali
diangkat menjadi khalifah pada tahun 656, namun Mu’awiyah jauh lebih mapan karena dua
puluh tahun lebih dulu telah menjadi Gubernur Syiria; Kedua, Mu’awiyah cukup
berpengalaman dan memiliki pengaruh yang mengakar, yang mampu membangun
kemakmuran bagi wilayah dan penduduknya, sedangkan Ali tidak memilik kemantapan
politik pada masa khilafah.14
Perang Jamal terjadi diwilayah Shiffin, sebelah selatan Raqqah tepi barat sungai Efrat.
Dalam peperangan ini, Ali membawa pasukan sebanyak 50.000 orang, dan Mu’awiyah
membawa tentara Suriah. Di bawah pimpinan Malik al-Asytar, pasukan Ali hampir menang
ketika Amr bin Ash pemimpin pasukan Mu’awiyah yang cerdik dan licik melancarkan siasat.
Salinan al-Qur’an yang dilekatkan diujung tombak terlihat diacung-acungkan, sebuah tanda
yang diartikan sebagai seruan untuk mengakhiri bentrokan dan mengikuti keputusan al-
Qur’an. Perang ini diakhiri dengan tahkim, tapi tahkim tidak menyelesaikan masalah, bahkan
telah menimbukan perpecahan dikalangan umat Islam yang terbagi menjadi tiga kekuatan
politik yaitu Mu’awiyah, Syi’ah dan Khawarij.15
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan
tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20
Ramadhan 40 H (660 M), Ali dibunuh oleh salah satu anggota Khawarij bernama
Abdurrahman bin Muljam dengan pedang beracun di dahinya yang mengenai otak.16
3. Perang Nahrawan
13 . Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hlm.
106-107.
14 . Sholikhin, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 23-24.
15 . Khoiriyah, Op. Cit., hlm. 63.
16. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 40..
Perang ini terjadi pada tahun 38 H. Sepulangnya ke Kufah, kaum Khawarij
memberontak terhadapnya. Sebelumnya, mereka menolak adanya tahkim. Mereka
mengatakan: “tidak boleh ada hukum yang dipatuhi kecuali hukum Allah”. Mereka
memprovokasi orang-orang untuk menentang Ali.
Setelah itu, kaum Khawarij membunuh seorang sahabat yang mulia, Abdullah bin
Khabbabdan istrinya yang ketika itu sedang hamil tua. Ketika ksaus ini sampai kepada Ali, ia
mengirimkan surat kepada mereka, isinya: “Siapa yang menbunuh Khabbab?” Mereka
menjawab: “Kamilah semua yang membunuhnya”. Maka Ali pun keluar menuju tempat
mereka dengan pasukan berjumlah 10.000 prajurit, dan menyerang mereka di daerah
Nahrawan17
4. Munculnya Sekte-sekte
Sebagai akibat perang Shiffin, sekte-sekte muncul secara serius pada masa Ali. Bahkan
persinggungan antara faktor teologi dan politik muncul pertama kali dalam suatu
percekcokan yang terjadi dikalangan pengikut Ali.
Dalam sejarah umat Islam, sekte-sekte sebagai wujud perbedaan pemikiran dan ide pada
pokoknya disebabkan perbedaan aspirasi politik: kelompok setia Ali yang selanjutnya
dinamakan Syi’ah dan kelompok eksodus yang selanjutnya dikenal dengan Khawarij, benar-
benar berbeda sangat jauh.
Syi’ah merupakan kelompok sayap kanan dan Khawarij adalah kelompok sayap kiri.
Keduanya sama radikal dan ekstrim. Adanya imam menurut Syi’ah adalah wajib. Keharusan
agama dan dunia akan hancur tanpa imam. Tetapi Khawarij mengatakan, adanya imam tidak
diharuskan agama. Imam tidak perlu bila manusia dapat menyelesaikan masalahnya sendiri,
bahkan karena imamlah manusia membuat kehancuran dengan membunuh.
Kemelut yang semula menitikberatkan hal-hal politik, kini beralih pada persoalan
teologi. Seperti apa yang dilontarkan Syi’ah maupun Khawarij, mempunyai konotasi dengan
pembicaraan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran Islam18
PENUTUP
A. Simpulan
1. Ali menjadi Khalifah ditunjuk oleh para sahabat.
DAFTAR PUSTAKA
al-Khamis, Utsman bin Muhammad. 2012. Hiqbah Minat Tarikh (Inilah Faktanya,
Meluruskan Sejarah Umat Islam Sejak Wafat Nabi Muhammad SAW Hingga Terbunuhnya
al-Husain) diterjemahkan: Syafarudin. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.
Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras.
http://cipcipmuuach.blogspot.co.id/2013/04/sistem-politik-masa-khalifah-ali-bin.html,
diakses 4 April 2013
Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta: Teras.
Sjadzali, Munawir. 1990. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Sou’yb, Joesoef. 1970. Sejarah Daulah Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang.
Shaban. 1993. Sejarah Islam (600-750): Penafsiran Baru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sholikhin. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Rasail.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo.