Anda di halaman 1dari 16

PERADABAN ISLAM MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

H.M. Arsyad Almakki, S.H.I., M.S.I

Disusun oleh:

Kelompok 6

Supriadi (2204211165)

Tia (2204211210)

Ummi Kulsum (2204211211)

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahka
Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
Peradaban Islam Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib.

Tujuan dari penulisan atau pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak H.M. Arsyad Almakki, S.H.I., M.S.I selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan tentang Peradaban Islam
Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak H.M. Arsyad Almakki, S.H.I., M.S.I
sebagai dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami mendapatkan wawasan dan ilmu yang bermanfaat dalam bidang yang kami tekuni.

Ucapan terima kasih mendalam juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu, baik bantuan materi ataupun non materi, sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sungguh kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa dan
segala kesalahan tak pernah luput dari diri penulis. Penulisan makalah ini tentunya masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sekalian sangat kami harapkan, guna kesempurnaan dan kinerja penulis lebih baik
kedepannya.

Amuntai, 4 Mei 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

A. Biografi Ali bin Abi Thalib ................................................................................................. 3

B. Perluasan wilayah Islam ...................................................................................................... 4

C. Kebijakan politik Ali bin Abi Thalib ................................................................................. 6

D. Peradaban di masa Ali bin Abi Thalib .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 11

B. Kritik dan Saran ................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ali Bin Abi Thalib adalah khalifah ke-Empat yang menjabat sebagai khalifah setelah
Usman Bin Affan. Ali memiliki ke istimewaan sendiri. Yang pertama seorang kaya-raya tapi
dermawan, dan Ali sederhana tapi tegas dan kaya ilmu. Sebutan Nabi Muhammad Saw. Ali
gerbang Ilmu, bukti pengakuan Rasulullah atas penguasaan ilmu Ali. Tak heran bila Ali juga
di kenal ahli hukum dan mujtahid yang darinya selalu keluar pencerahan-pencerahan ilmiah
dan spiritualitas. Sebagai “mata air “hikmah banyak mewariskan kepada umat islam akan
kehidupan, baik dalam memenuhi hajat profannya (material) maupun sakralnya (akhirat).
Dalam satu kesempatan misalnya, dia bertutur soal hubungan manusia dengan sang khaliq.
Katanya, “barang siapa telah memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka dia akan
memperbaiki hubungannya dengan orang lain, dan barang siapa telah memperbaiki urusan
akhiratnya, maka dia akan memparbaiki urusan duniannya. “

Dan juga dalam beberapa hal sifat dan sikap Ali sama dengan para pendahulunya. Ia
sangat lemah lembut, rasa kasih sayang kepada sesamanya, terutama kepada yang lemah. Ia
berusaha sedapat mungkin membantu mereka meskipun harus mengorbankan kepentingan
sendiri. Tetapi ia juga tidak ragu bertindak tegas jika keadaan memang menghendaki
demikian. Khalifah Ali Bin Abi Thalib pada malam hari ia sering menjadi pelayan kaum fakir
miskin, menyelenggarakan makan malam buat mereka. Dia berusaha membebaskan mereka
dari perbuatan meminta-minta, membebaskan dari kemiskinan semampu mungkin. Hatinya
pedih apa bila melihat orang yang dalam keadaan kekurangan. Dan sesudah larut malam ia
hanyut dalam ibadahnya sendiri, berjikir dan melaksanakan tahajud.

1
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana biografi Ali bin Abi Thalib.

b. Bagaimana perluasan wilayah islam.

c. Bagaimana kebijakan politik Ali bin Abi Thalib.

d. Bagaimana peradaban di masa Ali bin Abi Thalib.

C. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahhui biografi Ali bin Abi Thalib.

b. Untuk mengetahui perluasan wilayah Islam.

C. Untuk mengetahui kebijakan politik Ali bin Abi Thalib.

D. Untuk mengetahui peradaban di masa Ali bin Abi Thalib.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ali Bin Abi Thalib

Khalifah Ali bernama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim
bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Nama
yang diberikan kepada Ali pada saat kelahirannya adalah Asad (singa), nama tersebut adalah
hasil pemberian ibunya sebagai kenangan dari nama Bapaknya yang bernama Asad bin
Hasyim. 1 Bukti yang menunjukkan hal itu adalah syair yang dilantunkannya pada saat
peristiwa Perang Khaibar. Di mana saat itu Ali bersenandung: "Saya adalah manusia yang
oleh ibuku dinamai Haidarah' (Singa) Sebagaimana sosok singa hutan yang berjalan ditakuti
penuh karisma".2 Namun saat Ali lahir Abu Thalib tidak ada ditempat, setelah Abu Thalib
mengetahui nama buah hatinya ia merasa kurang tertarik dengan nama tersebut, maka
kemudian menggantinya dengan nama Ali. Ali dilahirkan di Makkah pada hari Jum'at 13
Rajab tahun 570 M atau 32 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. Beliau tinggal
bersama Nabi Muhammad saw sejak kecil dan diasuh layaknya anak sendiri karena kondisi
ayahnya yang miskin. Beliau mendapat didikan langsung dari Nabi Muhammad saw sehingga
menjadi seorang yang berbudi tinggi dan berjiwa luhur.

Pada usia Ali bin Abi Thalib 7 tahun beliau masuk islam, beliau adalah anak kecil
yang pertama masuk Islam, sebagaimana Khadijah adalah wanita yang pertama masuk Islam,
Zaid bin Haritsah adalah budak yang pertama masuk Islam, Abu Bakar ra adalah lelaki
merdeka yang pertama masuk Islam. Ali bin Abi Thalib diberi gelar Abu Turab (Bapaknya
tanah) dari Nabi saw. Abu Turab adalah panggilan yang paling disenangi oleh Ali karena
nama itu adalah kenang-kenangan berharga dari Nabi Muhammad saw.

Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk
surga. Ali adalah laki-laki pertama yang masuk Islam dan pertama dari golongan anak kecil.
Beliau dinikahkan dengan putri Nabi saw, Fathimah Az Zahra. Mereka dikaruniai 2 anak
yaitu Hasan dan Husein.

Peranan Ali bin Abi Thalib sangat besar. Beliau menggantikan Nabi Muhammad saw di
tempat tidurnya ketika Nabi saw mau hijrah. Beliau mempertaruhkan nyawanya karena saat
itu rumah Nabi Muhammad sudah dikepung oleh algojo kafir Quraisy. 3

1
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam. (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm.108.

2
Ali Muhammad Ash-Shalabi. Biografi Ali Bin Abi Thalib. (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2012), hlm.13.

3
. Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam. (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm.109.

3
Setelah itu, beliau mendapat siksaan dari Kafir Quraisy. Selain itu, Ali bin Abi Thalib
mendapat tugas untuk menyelesaikan urusan-urusan yang terkait dengan amanat Nabi
Muhammad saw. Sehingga beliau sempat beberapa hari tinggal dulu di Makkah. Setelah
urusan selesai, beliau menyusul nabi Muhammad saw ke Madinah. Beliau berjalan kaki
menuju Madinah. Kemudian beliau bertemu dengan nabi Muhammad saw di Quba.

Sikap pemberani dan petarung sejati dibuktikan di beberapa peperangan yang diikutinya.
Pada perang Badar, beliau melakukan duel satu lawan satu dengan kafir Quraisy. Beliau
berhasil membunuh musuhnya kafir Quraisy. Begitu juga ketika perang Uhud, beliau
merupakan salah satu petarung yang berduel dengan perwakilan kafir Quraisy. Posisi Ali bin
Abi Thalib seperti Harun dengan Nabi Musa.

Perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya fitnah seputar kematian Utsman bin
Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit. Beliau meninggal di usia 63 tahun
karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan
Khawarij (pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19
Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40
Hijriya. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang
menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.4

B. Perluasan wilayah Islam.

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan


kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan
Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain
selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak. Tetapi, akhirnya
Ali menerima bai’at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai’at secara
massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa


pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah
sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim
terjadi saat masa pemerintahannya, Pertempuran Basra. 20.000 pasukan pimpinan Ali
melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul
mu’minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak
Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan
waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah

4
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam. (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm.110.

4
diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan
diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan,
menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut.
Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya.
Pertempuran Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan
strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa
yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya.

Meskipun dalam pemerintahan Ali perluasan Islam yang dilakukan sedikit mengalami
kendala yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah pesisir Arab dan masih tetap
peranan penting negara Islam di daerah yang telah ditaklukkan Abu Bakar di daerah Yaman,
Oman, Bahrain, Iran Bagian Selatan. Umar bin Khattab di Persia, Syiria, Pantai Timur Laut
Tengah dan Mesir. Serta pada masa Utsman di Sijistan, Khurasa, Azarbaijan, Armenia hingga
Georgia.

Masa pemerintahan Ali yang kurang lebih selama lima tahun (35-40 H/656-661 M),
sementara dikutip dari buku Teguh Pramono (100 Muslim Paling Berpengaruh) tertulis empat
tahun sembilan bulan. Selama itu tidak pernah sunyi dari pergolakan politik, tidak ada waktu
sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Akhirnya praktis selama
memerintah, Ali lebih banyak mengurus masalah pemberontkan di berbagai wilayah
kekuasaannya. Ia lebih banyak duduk di atas kuda perang dan di depan pasukan yang masih
setia dan mempercayainya dari pada memikirkan administrasi negara yang teratur dan
mengadakan ekspansi perluasan wilayah (futuhat). Namun demikian, Ali berusaha
menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa dan egaliter (tidak ada perbedaan). Ia
ingin mengembalikan citra pemerintahan Islam sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Umar
sebelumnya.

5
C. Kebijakan politik Ali bin Abi Thalib.

Setelah dibaai’at sebagai Khalifah, Ali segera melaksanakan berbagai kebijakan


politik, untuk memuluhkan stabilitas politik, keamanan Negara dan kekuatan untuk
memulihkan kekacauan Negara. Ia berusaha menegakkan kembali apa yang telah dilakukan
dua Khalifah pendahulunya, Abu Bakar dan Umar.

Kebijakan Pemerintahan pada Masa Ali bin Abi Thalib (656-661M) di Bidang Politik

a. Mengganti para walikota dan gubernur yang diangkat oleh Khalifah Utsman bin Affan

Awal pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib melakukan kebijakan terkait
pencopotan terhadap para walikota dan gubernur yang diangkat pada periode pemerintahan
Utsman bin Affan. Pemberhentian para gubernur dan pejabat bertujuan untuk mengamankan
kekhalifahan dan dengan alasan banyak masyarakat yang tidak senang dengan
pemerintahannya.

Tujuan ali melakukan kebijakan tersebut, untuk menghilangkan bibit kerusuhan selama
ini dengan memberhentikan pejabat-pejabat yang diangkat usman yang kebanyakan berasal
dari keluarga Umayyah. Tinadakan ini tidak sepenuhnya disetujui oleh beberapa tokoh dari
kalangan sahabat. Mereka menyarankan agar Ali mengangguhkan tindakan yang radikal
sampai keadaan stabil kembali.

Kenyataannya, Ali tidak menghiraukan saran orang-orang di sekitarnya, ia bersikeras


menjalaankan segala rencananya, ali lalu mengangkat Usman Ibn hunaif menjadi Gubernur
Basrah, Umarah Ibn Syihab sebagai Gubernur kufah, Ubaidillah Ibn abbas menjadi Gubernur
di Yaman, dan Qais Ibn Sa’ad sebagai Gubernur di Mesir. Sebagian besar Kepala daerah yang
baru diangkat tersebut, tidak dapat memasuki daerah yang menjadi tempat tugas mereka dan
terpaksa kembali ke Madinah.

Tindakan yang dilakaukan Ali tersebut, menggambarkan kepribadian dan wataknya yang
tegas dalam bertindak, suka berterus terang, dan lebih berjiwa milite dari pada berjiwa.

b. Memindahkan Ibu kota Pemerintahan dari Madinah Ke Kufah

Keputusan menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan dan politik hanya akan
menyebabkan kota Madinah kehilangan sifat-sifat yang telah dibangun Rasulullah sejak awal.
Atas dasar hal tersebut, maka pergerakan yang paling tepat untuk mencegah semua itu adalah
dengan tidak menjadikan Madinah sebagai pusat politik dan pemerintahan. Melalui
keputusannya menunjuk Abdullah bin Abbas sebagai gubernur Bashrah, Khalifah Ali bin Abi
Thalib lantas meninggalkan Madinah untuk menuju Kuffah. Bertepatan dengan bulan Rajab
36 H, secara resmi pusat pemerintahan akhirnya dipindah dari Madinah ke Kufah oleh Ali bin
Abi Thalib.
6
c. Pembentukan Tentara dan Pusat Militer

Usaha perluasan wilayah Islam pun terhenti sepenuhnya ketika Ali bin Abi Thalib
memangku tampuk pemerintahan. Tidak ada tentara yang secara teratur dikirimkan untuk
melakukan perluasan wilayah sebagaimana terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
dan Utsman bin Affan. Melihat kenyataan bahwa terdapat banyak penentangan pada masa
pemerintahannya, menyebabkan Ali bin Abi Thalib akhirnya membentuk pusat-pusat militer
di setiap sudut wilayah Islam.

d. Menumpas Para Pembangkang

Sepeninggal Utsman bin Affan, ketika Ali bin Abi Thalib memangku jabatan sebagai
khalifah tidak semua masyarakat Islam taat kepada pemerintahannya. Terdapat beberapa
pembangkang di dalam pemerintahan Ali bin Abi Thalib diantaranya adalah Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

e. Peradilan Islam pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Kebijakan yang dilakukannya hanya melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah


ditetapkan oleh Khalifah Utsman bin Affan, misalnya dalam hal pengangkatan Qadli yang
sebelumnya menjadi wewenang penuh pemerintah pusat sekarang diserahkan kepada
gubernur untuk mengangkatnya. Khalifah berpegang teguh pada Al-Qur’an, Sunnah,
kemudian merujuk pada khalifah sebelumnya.

f. Jawatan Kepolisian

Pada masa pemerintahannya Khalifah Ali bin Abi Thalib membentuk polisi yang
terorganisasi secara resmi yang disebut dengan Syurthah dan pemimpinnya diberi gelar
Shahibus Syurthah. Pada masa kekhalifahannya, selain membentuk jawatan kepolisian
Khalifah Ali bin Abi Thalib juga membangun rumah untuk dijadikan penjara. Rumah penjara
tersebut kemudian diberi nama “Penjara Nafi’ atau yang bermanfaat”.

7
D. Peradaban di masa Ali bin Abi Thalib.

a. Proses Pengangkatan Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Proses pembai'atan Ali menjadi khalifah dalam situasi dan kondisi yang tidak normal.
Karena ia dibai'at di tengah - tengah suasana berkabung atas kematian Utsman bin Affan.
Begitu Utsman terbunuh, kaum pemberontak mendatangi para sahabat senior satu persatu
yang ada kota Madinah , yaitu Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubeir, Saad bin Abi Waqqas,
dan Abdullah bin Umar bin Khaththab untuk meminta mereka bersedia menjadi khalifah,
tetapi mereka menolak. Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun kaum Anshar dan
Muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. Ali didatangi beberapa kali oleh
kelompok-kelompok tersebut agar bersedia dibai’ad menjadi khalifah. Namun, Ali menolak.
Sebab, Ali menghendaki agar urusan itu diselesaikan melalui musyawarah dan mendapat
persetujuan dari sahabat-sahabat senior terkemuka. Akan tetapi, setelah massa
mengemukakan bahwa umat Islam perlu segera mempunyai pemimpin agar tidak terjadi
kekacauan yang lebih besar, akhirnya Ali bersedia dibai’at menjadi khalifah.5

Telah disebut bahwa pengangkatan Ali menjadi khalifah dalam kondisi yang tidak
normal sebagai akibat dari kematian Usman bin Affan, sehingga muncul beberapa tokoh yang
tidak mau membai'atnya, yaitu Muawiyah bin Sufyan, Aisyah, Thalhah, dan Zubeir yang
mengajukan syarat, mereka siap memberi bai'at, jika khalifah Ali menangkap dan
menghukum para pembunuh Utsman.6

b. Peperangan Pada Masa Ali Bin Abi Thalib

Selama pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi beberapa peperangan, karena adanya
pihak-pihak yang kurang puas dengan terpilihnya Ali bin Abi Thalib dan kebijakan -
kebijakannya sebagai khalifah.

1. Perang Jamal

Perang Jamal merupakan perang pertama yang terjadi pada masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib, antara pihaknya dengan Aisyah. Perang ini dimenangkan oleh Ali bin Abi
Thalib. Perang ini terjadi karena kemauan orang - orang yang sangat antusias
mempertahankan kebenaran dan menuntut balas terhadap pembunuh Utsman bin Affan. 7

5
Suyuthi Pulungan. Sejarah Pendidikan Islam . (Jakarta: Prenada Media, 2019), hlm. 88.

6
Suyuthi Pulungan. Sejarah Pendidikan Islam . (Jakarta: Prenada Media, 2019), hlm.89.

7
Rizem Aizid. Sejarah Lengkap Peradaban Islam . (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm.237.

8
Adapun penyebab terjadinya perang Jamal adalah keinginan menuntut atas
pembunuhan Utsman bin Affan. Selain itu, sebagian orang memandang Ali bin Abi
Thalib sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas pembunuhan Utsman bin Affan.

2. Perang siffin

Perang Siffin terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib yang berkekuatan sekitar
95.000 orang, yang kebanyakan berasal dari wilayah Iran / Irak, dengan pasukan
Mu'awiyah bin Abi Sufyan, yang memakan korban beberapa puluh ribu orang. Perang ini
dipandang oleh kaum muslimin sebagai fitnah yang sangat memilukan. Sebab,
peperangan ini telah merusak semangat persaudaraan.8

Seperti diterangkan sebelumnya, perang tersebut terjadi antara Mu'awiyah dan Ali
bin Abi Thalib. Penyebabnya adalah perselisihan dalam kekhalifahan ( pemerintahan ).
Pada masa Utsman bin Affan, Mu'awiyah menjadi penguasa di negeri Syam. Tetapi,
setelah Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, ia memecat Mu'awiyah dari
kepemimpinannya di Syam. Mu'awiyah tidak dapat menerima perlakuan Ali bin Abi
Thalib tersebut, karena ia telah menetap di Syam serta mempunyai banyak prajurit yang
kuat dan tangguh. Kemudian, Mu'awiyah membangkang dan tidak menaati perintah Ali
bin Abi Thali

Adapun dampak terjadinya perang siffin yaitu terpecahnya umat Islam menjadi
tiga golongan. Diantara ketiga golongan itu adalah golongan Ali, pengikut Mu’awiyah
dan Khawarij (orang-orang yang keluar dari golongan Ali).

3. Perang nahrawan

Pertempuran Nahrawan adalah perang antara khalifah Ali bin Abi Thalib
melawan kaum Khawarij, dekat Nahrawan, 12 mil dari Baghdad. Kaum Khawarij yang
pada awalnya memaksa Ali untuk menerima perjanjian dengan Muawiyah, ternyata
golongan Ali tidak puas dengan keadaan setelah perjanjian itu diberlakukan. Maka
mereka memutuskan untuk berperang melawan Ali. Ali yang sebelumnya berencana
menyerang Muawiyah di Damaskus, terpaksa membatalkan niatnya dan berperang
melawan Khawarij pada pertempuran Nahrawan.9

Adapun akibat perang nahrawan sangat fatal bagi pihak Ali. Yaitu tentara Ali
semakin lemah, sementara kekuatan Mua’wiyah bertambah besar, dan Mu’awiyah

8
Rizem Aizid. Sejarah Lengkap Peradaban Islam . (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm.239.

9
Rizem Aizid. Sejarah Lengkap Peradaban Islam . (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm.241.

9
berhasil mengambil posisi Mesir yang berarti merampas sumber-sumber kemakmuran
dan suplai ekonomi dari pihak Ali.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

A. Biografi Ali Bin Abi Thalib

Ali bernama lengkap ali bin Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di
Makkah pada hari Jum'at 13 Rajab tahun 570 M atau 32 tahun setelah kelahiran Nabi
Muhammad saw. Nama yang diberikan kepada Ali pada saat kelahirannya adalah Asad (singa).

Ali bin Abi Thalib diberi gelar Abu Turab (Bapaknya tanah) dari Nabi saw. Beliau masuk islam
pada usia 7 tahun. Sikap pemberani dan petarung sejati dibuktikan di beberapa peperangan
yang diikutinya. Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin
Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami
shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di
Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

B. Perluasan Wilayah Islam

Dalam pemerintahan Ali perluasan Islam yang dilakukan sedikit mengalami kendala
yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah pesisir Arab dan masih tetap peranan penting
negara Islam di daerah yang telah ditaklukkan Abu Bakar di daerah Yaman, Oman, Bahrain,
Iran Bagian Selatan. Umar bin Khattab di Persia, Syiria, Pantai Timur Laut Tengah dan Mesir.
Serta pada masa Utsman di Sijistan, Khurasa, Azarbaijan, Armenia hingga Georgia.

Masa pemerintahan Ali yang kurang lebih selama lima tahun (35-40 H/656-661 M),
sementara dikutip dari buku Teguh Pramono (100 Muslim Paling Berpengaruh) tertulis empat
tahun sembilan bulan. Ia lebih banyak duduk di atas kuda perang dan di depan pasukan yang
masih setia dan mempercayainya dari pada memikirkan administrasi negara yang teratur dan
mengadakan ekspansi perluasan wilayah (futuhat).

C. Kebijakan Politik Ali bin Abi Thalib

Kebijakan Pemerintahan pada Masa Ali bin Abi Thalib (656-661M) di Bidang Politik
diantaranya:

a. Mengganti para walikota dan gubernur yang diangkat oleh Khalifah Utsman bin Affan

b. Memindahkan Ibu kota Pemerintahan dari Madinah Ke Kufah

11
c. Pembentukan Tentara dan Pusat Militer

d. Menumpas Para Pembangkang

e. Peradilan Islam pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

f. Jawatan Kepolisian

D. Peradaban di masa Ali bin Abi Thalib.

a. Peroses pengangkatan Ali Bin Abi Thalib.

Proses pengangkatan Ali menjadi khalifah dalam kondisi yang tidak normal sebagai
akibat dari kematian Usman bin Affan, sehingga muncul beberapa tokoh yang tidak mau
membai'atnya, yaitu Muawiyah bin Sufyan, Aisyah, Thalhah, dan Zubeir yang mengajukan
syarat, mereka siap memberi bai'at, jika khalifah Ali menangkap dan menghukum para
pembunuh Utsman.

b. Peperangan pada masa Ali Bin Abi Thalib.

Selama pemerintahan Ali Bin Abi Thalib, terjadi beberapa peperangan seperti Perang
Jamal, Perang Siffin, dan Perang Nahrawan. Yang di sebabkan karena adanya pihak-pihak
yang kurang puas denga terpilihnya Ali Bin Abi Thalib dan kebijakan-kebijakannya sebagai
khalifah

B. Kritik dan Saran

Besar harapan kami selaku penulis, terhadap kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
namun pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Masalah ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannyaa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. 2015. Sejarah Lengkap Peradaban Islam . Yogyakarta: Diva Press.

Ash-Shalabi, Ali Muhammad. 2012. Biografi Ali Bin Abi Thalib. Jakarta Timur: Pustaka Al
Kautsar.

Pulungan, Suyuthi. 2019. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media.

Saufi, Akhmad dan Hasyim Fadillah. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Deepublish.

13

Anda mungkin juga menyukai