Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Memahami dan mengetahui kisah dari para Khulafaur Rasyidin adalah termasuk hal
yang sangat perlu dan penting. Karena Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah
pertama agama islam yang dipercaya oleh umat islam sebagai penerus kepemimpinan setelah
nabi Muhammad wafat. Dalam bab pembahasan sebagaimana Khulafaur Rasyidin terdiri dari
empat khalifah, maka dalam bab pembahasan kami akan membahas khalifah yang ke-empat,
yaitu Ali bin Abi Thalib ra. Beliau merupakan khalifah terakhir yang memegang kekuasaan
setelah Utsman bin Affan wafat. Dimana Ali bin Abi Thalib termasuk kerabat dari nabi
Muhammad saw. Beliau tinggal dengan nabi Muhammad dari kecil, diasuh seperti anak
sendiri. Terlebih lagi Ali bin Abi Thalib menjadi menantu nabi Muhammad saw dari putrinya
Fatimah az-Zahra. Ali bin Abi Thalib dipercayakan nabi Muhammad untuk menyelesaikan
urusan-urusan yang terkait dengan amanat Nabi Muhammad saw.

Oleh sebab itu, dalam bab selanjutnya yaitu bab pembahasan kami akan menjelaskan
biografi dari Ali bin Abi Thalib. Serta menceritakan perjuangannya dimasa kekhalifahannya
serta prestasi-prestasi yang telah diperolehnya selama menjadi khalifah dan kisah dari
kewafatannya Ali bin Abi Thalib.

PEMBAHASAN

1
A. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
1. Biografi Ali in Abi Thalib
Ali bernama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Ibunya bernama Fatimah bin Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di
Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M atau 32 tahun setelah kelahiran Nabi
Muhammad saw. Beliau tinggal bersama Nabi Muhammad saw sejak kecil. Beliau diasuh
sebagaimana anak sendiri karena kondisi ayahnya yang miskin. Beliau mendapat didikan
langsung dari nabi Muhammad saw sehingga menjadi seorang yang berbudi tinggi dan
berjiwa luhur.
Ali bin Abi Thalib masuk islam saat berusia tujuh tahun. Beliau adalah anak kecil
yang pertama masuk islam, sebagaimana Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam,
Abu Bakar ra adalah lelaki merdeka yang pertama masuk islam.
Ali bin Abi Thalib mendapat nama panggilan Abu Turab (Bapaknya Tanah) dari Nabi
saw. Abu Turab adalah panggilan yang paling disenangi oleh Akli karena nama itu adalah
kenang-kenangan berharga dari Nabi saw.
Ali adalah salah seorang dsri sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ali adalah
laki-laki pertama masuk islam dan pertama dari golongan anak kecil. Beliau dinikahkan
dengan putri Nabi saw, Fathimah az-Zahra. Lahir dari Fatimah dua anak yaitu Hasan dan
Husein.
Sikap pemberani dan pertarung sejati dibuktikan di beberapa peperangan yang
diikutinya. Pada perang Badar beliau melakukan duel satu lawan satu dengan kafir Quraisy.
Beliau berhasil membunuh musuhnya kafir Quraisy. Begitu juga ketika perang Uhud, beliau
merupakan salah satu pertarung yang berduel dengan perwakilan kafir Quraisy.
Perang saudara pertama dalam islam, perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya
fitnah seputar kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit.
Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, pada
tanggal 17 ramadan 40 hijriyah. Beliau dikuburkan secara rahasia di Najaf.1
2. Ali bin Abi Thalib Dilantik Sebagai Khalifah
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Talib dengan
maksud mendukung sebagai khalifah, dipelopori oleh al-Gafiqi dari pemberontak Mesir
sebagai kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah khalifah Usman tak ada orang lain
yang pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin Abi Thalib. Dalam kenyataannya Ali memang
merupakan tokoh paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun ada
1
Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta: 2015, H. 108-110

2
yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan iri atau di calonkan untuk menggantikan
khalifah Usman-termasuk Mu'awi’ah bin Abi Sufyan-selain nama Ali bin Abi Thalib.
Disamping itu, mayoritas umat Muslimin di Medinah dan kota-kota besar lainnya sudah
memberikan pilihannya pada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani
Umayyah yang tidak mau membaiat Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke Suria.
Bagaimana pun mayoritas Muslimin di Medinah sudah membaiat Ali. Kalau ada
beberapa orang sahabat yang belum bersedia membaiatnya, hanya karena situasi politik
waktu itu. Ini tidak berarti bahwa kekhalifahan tidak diterima oleh sebagian besar Muslimin.
Waktu itu tak ada orang yang menuntut kekhalifahan, termasuk Mu’awiyah. Perbedaan
diantara mereka menyangkut soal para pembunuh dan bentuk hukuman yang akan dijatuhkan
kepada mereka. Agak berbeda sedikit dengan sumber-sumber diatas, ada juga yang
mengatakan bahwa pagi itu adalah Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam serta
sahabat-sahabat Rasulullah dari kalangan Muhajirin dan Ansar sedang berkumpul. Mereka
akan menemui Ali bin Abi Thalib di rumahnya, dan dalam dialog mereka dengan Ali, dan
tanpa ragu Talhah dan Zubair akan membaiatnya. Juga tak disebut-sebut adanya intervensi
kaum pemberontak.
Orang sudah tahu bahwa dalam pertalian darah Ali bin Abi Talib adalah orang-orang
terdekat kepada Nabi. Dia sepupu Nabi, sejak kecil sudah bersama-sama, Muslim pertama
dikalangan pemuda dan kalangan Banu Hasyim, diserahi mengurus barang-barang amanat
yang ditinggalkan di Mekah saat Nabi hijrah ke Medinah, yang dipersaudarakan nya waktu
hijrah, sebagai anggota keluarga yang sehari-hari mendampinginya, sebagai salah seorang
penulis wahyu, sebagai suami Fatimah putri Nabi, dan terus mendampinginya sampai yang
terakhir dia pula yang mengurus Rasulullah ketika sakit hingga meninggalnya dan
memandikan jenazah yang suci, dan menghantarkan jenazah nya sampai ke pemakaman yang
turun ke lubang lahad.2
2. Sesudah Pelantikan
Pada jumat pertama setelah pembaiatan itu, jenazah berkumpul di masjid dan
menyatakan penyesalan dan kesedihannya atas kematian Usman r.a. banyak orang yang
menyesalkan Talhah dan Zubair. Mereka menyalahkan kedua orang itu karena membiarkan
hal itu terjadi. Tetapi Talhah berkata, bahwa sikapnya sejak dulu tak berubah, bahwa ia telah
mencampuradukkan dosa dengan tobat sehigga membuat mereka tidak senang atas
kedaulatannya, tetapi juga mereka tak senang dengan terjadxinya pembunuhan itu. Kemudian
Zubair juga mengatakan bahwa dengan karunia Allah mereka telah menagut sistem syura itu
2
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib, PT. Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta: 2013, H. 187-193

3
yang telah menghilangkan para nafsu jahat.anggota Majelis Syura dan para veteran Bdr sudah
bermusyawarah. Kita sudah sama-sama setuju dan kita membaiat Ali bin Abi Talib. Jadi
anggota Majelis dan veteran Badr sudah setuju, dan jika belum ada dari mereka yang
membaiatnya hendaklah segera membaiat. Mengenai pembunuhan Usman, dan segala
peristiwa besar yang terjadi sebelum itu, mereka serahkan kepada kehendak Allah.
4. Mulai Menghadapi Tugas
Pada masa Usman itu sekitar tahun-tahun 31-34 (655) angkatan laut Rumawi dengan
500-600 kapal dibawah pimpinan komandan, anak Heraklius berangkat mengarungi laut
tengah endak menyerang armada Muslimin. Perjalanan mereka ini sudah di ketahui oleh
pihak Muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Abi Surh gubernur Mesir ketika itu, dengan
200 kapal yang mengangkut pasukan pemberani, tangkas dan sudah terlartih. Mereka
berlabuh jauh dari Iskandariah, dijalan yang akan dilaui armada Rumawi. Sekarang kedua
armada itu maju. Setelah itu pertempuran luar bagi laut berkobar begitu sengit. Kedua armada
itu sydah bercampur, anggota-anggota oasukan masing-masing dengan pedang ditangan.
Armada laut ini merupakan yang pertama dalam sejarah Islam, dibangun atas inisiatif
Mu’awiyah selaku gubernur Syam waktu itu. Tetapi usahanya itu ditolak oleh Khalifah
Umar, yang menganggap belum waktunya. Armada ini dibangun kemudian pada masa
Khalifah Usman.
Tapi kurang pula bahayanya bagi kedaulatan dan umat yang belum mencapai seabad
itu umurnya selain ancaman yang datang dari luar, juga bahaya yang datang dari dalam.
Kaum pemberontak masih leluasa mencabik-cabik Kedaulatan ini-yang daeri Mesir, Kufah
dan Basrah- masing-masing berkuasa sendiri-sendiri dan akan menebarkan teror ditengah-
tengah penduduk Medinah. Ditambah lagi jemaah haji lepas menunaikan ibadah haji dan
akan kembali ke daerah masing-masing, mereka sudah merasa sudah tanpa pemimpin.
Masing-masing mereka akan mengangkat kepemimpinannya sendiri dan kembali kepada
sistem kekuasaan kabilah. Kedualatan islam, persatuan dan kesatuan umat akan hancur,
semua inilah yang kemudian menjadi beban Khalifah yang baru bertugas.
2. Kebijakan Amirul Mukminin Menjalankan Pemerintahan

Dalam menjalankan pemerintahan, Ali berusaha bersikap tidak berat sebelah, pilih
kasih, atau nepotisme. Ia dikenal sangat keras terhadap gubernur-gubernurnya, dengan secara
teratur memantau tindakan-tindakan mereka. Diceritakan, suatu ketika keponakannya sendiri,
Ibn Abbas, yang menjabat gubernur Basra, mengambil uang Baitul Mal untuk kepentingan

4
pribadi. Ali langsung menegurnya, sehingga saking takutnya Ibn Abbas meninggalkan Basra
pergi ke Mekkah. Jelaslah Ali tidak pilih-pilih bulu.

Amirulmukminin terus melangkah mengadakan pembersihan dalam lingkungan


pejabatnya. Untuk menggantikan para gubernur lama ia mengangkat sepupunya Ubaidullah
bin Abbas untuk Yaman menggantikan Ya’la bin Umayyah. Ia tidak menemui kesulitan,
karena ketika Ubaidullah tiba Ya’la sudah oergi ke Mekkah dengan membawa hartanya.
Banyak orang yang pergi ke Mekah, karena ditempat suci ini, sebagai tempat berlindung
orang merasa lebih aman, tak boleh diganggu.
Sama halnya dengan Usman bin Hunaif ketika sampai di Basrah, wakil Khalifah
Usman di kota ini, Abdullah bin Amir al-Hadrami, sudah lebih dulu berangkat ke Mekah,
dengan membawa haerta yang dapat dibawanya. Yang juga masih menjadimasalah adalah
calon gubernur untuk Kufah. Umarah bin Syihab. Setelah mendekati kota ia dcegat oleh
penduduk Kufah, dipimpin oleh Tulaihah bin Khuwailid Al-Asadi yang tidak mengharapkan
kedatangannya, dan memintanya kembali ke medinah.
2.Prestasi Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sepeninggalan khalifah Utsman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum
muslimin meminta Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap
sebagai prestasi yang telah dicapai. 3
a. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap
Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan
efisien. Oleh karena itu, beliau mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap bekerja.
Adapun gubernur baru yang diangkat khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
1. Said bin Hanif sebagai gubernur Syiria
2. Usman bin Hanif sebagai gubernur Basrah
3. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir
4. Umrah bin Syahab sebagai gubernur Kufah
5. Ubaidillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
b. Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)

3
Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 2013, h. 20-22.
Ahmad Abdul ‘Aal Ath-Thahtawi, The Great Leaders, Gema Insani, Jakarta: 2009. h. 402-404.

5
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara.
Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan
tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta
tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
4
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasaan dan kerabat
Utsman bin Affan. Mereka mengasut para sahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali
bin Abi Thalib. Dan melakukan perlawanan terhadap Khalifah Zali bin Abi Thalib.
Akibatnya terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin.

C. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa

Pada saat khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah islam sudah
mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca,
seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan
bacaan teks Alquran dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.Untuk
menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Alquran dan Hadis. Khalifah Ali bin Abi Thalib
memerintahkan Abu Aswad ad- Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu,
yaitu ilmu yang mempelajari tata bahsa arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat
membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu
Alquran dan Hadis.5

D. Bidang Pembangunan

Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya
kota Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi
kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan
ilmu pengetahuan lainnya.
3. Akhir Hayat Ali bin Abi Thalib
Khawarij yang bermarkas di Nahrawan benar-benar merepotkan khalifah, sehingga
memberikan kesempatan kepada pihak Muawiyah untuk memperkuat dan meluaskan
kekuasaanya sampai mampu merebut Mesir. Akibatnya, sungguh sangat fatal bagi Ali.

Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta: 2015, H. 112-113
Syaikh Muhammad Khubairi, Kecerdasan Fuqoha dan Kecerdasan Khulafa, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 2011, h. 50-52

6
Tentara Ali semakin lemah. Sementara kekuatan Muawiyah bertambah besar. Keberhasilan
Muawiyah mengambil propinsi Mesir, berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan
suplai ekonomi dari pihak Ali.
Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa khalifah Ali menyetujui
perjanjian damai dengan Muawiyah, yang secara politis berarti khalifah mengakui keabsahan
kepemilikan Muawiyah atas Suriah dan Mesir. Kompromi tersebut tanpa disuga ternyata
mengeraskan amarah kaum khawarij untuk menghukum orang-orang yang tidak disukai.
Tepat pada 17 Ramadan 40 H (661 M) khalifah berhasil ditikam oleh Ibn Muljam, seorang
anggota khawarij yang sangat fanatik. Sedangkan wilayah islam sudah meluas bagi baik ke
timur, Persia, maupun ke barat, Mesir.
Setelah ayahnya meninggal dunia, Hasan berpidato, “ Kalian telah kehilangan sebaik-
baik orang yang jika disuruh Rasulullah untuk memimpin tentara, dia tidak gentar ataupun
mundur dari tugas”. Jenazah Ali bin Abi Thalib dimandikan oleh Hasan, Husain dan
Abdullah bin Ja’far. Setelah itu yang bertugas menjadi imam adalah Hasan bin Ali.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, kedudukan khalifah kemudian dijabat
oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan lemah, sementara
Muawiyah semakin kuat, makan Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat
mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah
ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga meyebabkan Muawiyah menjadi penguasa
absolut dalam islam. Tahun 41 H (661), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah islam
sebagai tahun Jama’ah. Dengan demikian berakhirlah yang disebut masa Khulafa Rasyidin
dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik islam. 6

6
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka Firdaus, Jakarta: 1993, h. 45

Ibid, h. 112-113
6
Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Logos, Jakarta: 1997, h. 66-67

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan tentang khalifah Ali bin Abi Thalib maka kami dapat
menarik kesimpulan bahwasannya:Pertama, Ali adalah khalifah ke-empat atau terakhir
setelah kewafatan Utsman bin Affan. nama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib
bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun
570 M.Kedua, Ali dipercayakan sebagai khalifah oleh kaum muslimin di Madinah dan beliau
dilantik sebagai khalifah.Ketiga, terdapat beberapa prestasi yang diperoleh Ali bin Abi Thalib
selama menjadi khalifah.Keempat, penyebab Ali bin Abi Thalib wafat adalah disebabkan
pembunuhan yang dilakukan oleh Abdurrahman ibn Muljam. Beliau wafat pada tanggal 17
ramadan tahun 40 hijriyah.

B. SARAN
Berdasarkan hasil makalah ini diuraikan pada kesimpulan serta hasil penulisan, maka
disarankan pembaca dapat memahami dan mengenal kisah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib
serta meneladani sifatnya di kehidupan kita sehari-hari

8
9

Anda mungkin juga menyukai