com/2011/02/13/peristiwa-terbunuhnya-amirul-mukminin-ali-bin-abi-
thalib-عنه-هللا-رضي
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain
dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki
rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan
membunuh Khalifah Utsman.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali
memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan.
Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki
jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang
dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan
memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah
diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah.
Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap
darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang.
Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan
perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun
berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu
menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah
dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya
bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan
nama Perang Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak
menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij, orang-orang
yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam
terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu)
yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali).
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin
lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh
oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
[sunting]Setelah Khulafaurrosyidin
Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh purta Ali yaitu Hasan selama beberapa bulan.
Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan
menyerahkan jabaran kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan
kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah
Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa
absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun
jama'ah ('am jama'ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur
Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat
kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari
suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-
faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:
1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-
ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu
kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang
dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan
Persia.
5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih
dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam
untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya
disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para
khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan.
Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah,
tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah
dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.
http://id.wikipedia.org/wiki/Khulafaur_Rasyidin#Ali_bin_Abi_Thalib
BAB II
PERJUANGAN KHOLIFAH ALI DALAM MEMBELA ISLAM DAN PERSATUAN
MUSLIMIN
A. Riwayat Hidup
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun
599 Masehi atau 600(perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam
Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian
riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32
tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang
berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat
menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari
Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq
menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2
yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena
sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga
beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa
ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum
Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf
yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-
sahabat yang lain.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir
(exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang
pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.
Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra[1] dan memiliki
keseluruhan 36 orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi
Muhammad, Fatimah, adalah Hasan dan Husain.
Anak laki-laki : Hasan al-Mujtaba, Husain asy-Syahid, Muhammad bin al-Hanafiah, Abbas
al- Akbar (dijuluki Abu Fadl), Abdullah al-Akbar, Ja'far al-Akbar, Utsman al-Akbar,
Muhammad al-Ashghar, Abdullah al-Ashghar, Abdullah (yang dijuluki Abu Ali), Al-Aun,
Yahya, Muhammad al-Ausath, Utsman al-Ashghar, Abbas al-Ashghar, Ja'far al-Ashghar,
Umar al-Ashghar, Umar al-Akbar.
Anak perempuan : Zainab al-Kubra, Zainab al-Sughra, Ummu Kaltsum, Ramlah al-Kubra,
Ramlah al-Sughra, Nafisah, Ruqaiyah al-Sughra, Ruqaiyah al-Kubra, Maimunah, Zainab al -
Sughra, Ummu Hani, Fathimah al-Sughra, Umamah, Khadijah al-Sughra, Ummu al-Hasan,
Ummu Salamah, Hamamah, Ummu Kiram.
B. Perjuangan Ali ra. Dalam membela Islam dan Muslimin hingga akhir hayatnya.
Sejak muda Ali adalah pemberani hingga beliau bersedia tidur di kamar Nabi untuk
mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur
menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka
mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah
meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam.
Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya
Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat
beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi
Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin
Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.
Nabi bersabda : "Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan
melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan
kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-
Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun,
temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan
benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama
Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi
Muhammad untuk menjaga kota Madinah
Perang Jamal
Sikap inilah yang mendapat penentangan sejumlah orang yang selama bertahun-tahun
menikmati keistimewaan yang dibuat oleh khalifah sebelumnya. Ketidakpuasan itu kian
meningkat sampai akhirnya mendorong sekelompok orang untuk menyusun kekuatan
melawan beliau. Thalhah, Zubair dan Aisyah berhasil mngumpulkan pasukan yang cukup
besar di Basrah untuk bertempur melawan khalifah Ali bin Abi Thalib.
Mendengar adanya pemberontakan itu, Imam Ali mengerahkan pasukannya. Kedua pasukan
saling berhadapan. Ali terus berusaha membujuk Thalhah dan Zubair agar mengurungkan
rencana berperang. Beliau mengingatkan keduanya akan hari-hari manis saat bersama
Rasulullah SAW dan berperang melawan pasukan kafir.
Meski ada riwayat yang menyebutkan bahwa himbauan Imam Ali itu tidak berhasil
menyadarkan kedua sahabat Nabi itu, tetapi sebagian sejarawan menceritakan bahwa Thalhah
dan Zubair saat mendengar teguran Ali, bergegas meninggalkan medan perang.
Perang tak terhindarkan. Ribuan nyawa melayang sia-sia, hanya karena ketidakpuasan
sebagian orang terhadap keadilan yang ditegakkan oleh Imam Ali as. Pasukan Ali berhasil
memukul mundur pasukan yang dikomandoi Aisyah, yang saat itu menunggang unta. Perang
Jamal atau Perang Unta berakhir setelah unta yang dinaiki oleh Aisyah tertusuk tombak dan
jatuh terkapar.
Sebagai khalifah yang bijak, Ali memaafkan mereka yang sebelum ini menghunus pedang
untuk memeranginya. Aisyah juga dikirim kembali ke Madinah dengan dikawal oleh
sepasukan wanita bersenjata lengkap. Fitnah pertama yang terjadi pada masa kekhalifahan
Imam Ali as berhasil dipadamkan. Namun masih ada kelompok-kelompok lain yang
menghunus pedang melawan Ali yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai poros kebenaran.
Perang Shifin
Setelah api fitnah pasukan Jamal berhasil dipadamkan, pemerintahan Imam Ali as kembali
diguncang oleh pemberontakan pasukan Syam pimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Perang
ini terjadi setelah Muawiyah yang menjabat sebagai gubernur Syam sejak masa khalifah
Umar bin Khatthab, menolak berbaiat dan tidak bersedia tunduk kepada pemerintahan Imam
Ali as. Saat Imam Ali melalui sepucuk surat memintanya untuk berbaiat, Muawiyah
mengumpulkan warga Syam di masjid dan mengatakan bahwa ia akan menuntut darah
khalifah Usman yang dibunuh oleh para pemberontak.
Muawiyah mendapat dukungan warga Syam yang siap melakukan pembalasan atas darah
khalifah. Pasukan Syam telah disiagakan untuk memberontak. Berita akan kesiapan pasukan
Syam sampai ke telinga Imam Ali as. Beliau segera memanggil para sahabatnya untuk
meminta pendapat mereka mengenai rencana serangan ke Syam. Sebagian besar sahabat
mendukung rencana itu, bahkan beberapa diantaranya mencaci pasukan Syam. Imam
melarang mereka dan mengatakan bahwa beliau tidak menyukai orang yang suka mencaci.
Ammar bin Yasir, salah seorang sahabat besar Nabi SAW dan pengikut setia Imam Ali as
turut menyatakan dukungan.
Setelah Imam Ali as yakin bahwa Muawiyah hanya mengenal bahasa kekerasan, beliau
mengumumkan rencananya menyerang Syam kepada seluruh warga. Al-Hasan dan Al-Husein
as, dua putra Imam Ali as memikul tugas mengajak masyarakat untuk menyertai pasukan
Kufah menuju Syam.
Mendengar kesiapan pasukan Kufah, Muawiyah mengumpulkan warga Syam di masjid. Di
atas mimbar masjid Syam, dia mengangkat tinggi-tinggi sebuah baju yag berlumur darah
seraya mengatakan, “Inilah baju khalifah Usman yang masih berlumur darah.” Muawiyah
mengajak warga Syam untuk menyertai pasukannya menyerang pasukan Irak yang dipimpin
oleh Imam Ali as.
Dua pasukan besar Syam dan Kufah bertemu. Kepada para sahabatnya, Imam Ali berpesan
untuk tidak memulai perang sebelum pasukan Syam menyerang. Tanggal 1 Shafar tahun 37
hijriyah, kedua pasukan terlibat pertempuran sengit. Perang yang dikenal dengan nama perang
Shiffin ini berlangsung cukup lama. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Diantara
mereka yang gugur di pasukan Imam Ali adalah Ammar bin Yasir, Khuzaimah yang disebut
nabi dengan nama dzu syahadatain atau orang memiliki dua syahadah, Uwais Al-Qarani,
seorang arif yang dipuji Nabi serta sejumlah sahabat besar lainnya.
Ketika Muawiyah menyaksikan keletihan dan ketidakmampuan pasukannya untuk
melanjutkan perang, ia memerintahkan orang-orangnya untuk mengangkat Al-Qur’an di atas
tombak seraya memekikkan suara gencatan senjata. Tipu muslihat itu berhasil membuat
pasukan Kufah ragu melangkah. Mereka tertipu oleh tipu daya ini dan tidak lagi
mengacuhkan perintah Imam Ali as untuk melanjutkan perang. Ketidakpatuhan pasukan
Kufah kepada pemimpinnya memaksa Imam Ali as untuk menerima ajakan damai yang
sebenarnya hanyalah tipu muslihat Muawiyah untuk lolos dari kekalahan yang sudah di depan
mata dalam perang Shiffin.
Gencatan senjata dilanjutkan dengan masing-masing pasukan mengirimkan juru runding.
Muawiyah menunjuk Amr bin Ash yang dikenal licik ke meja perundingan. Sementara Imam
Ali menunjuk Abdullah bin Abbas yang di kalangan Quresy dikenal sebagai orang cerdik dan
arif. Tetapi lagi-lagi, pasukan Irak menentang keputusan Imam Ali. Dengan berdalih bahwa
Ibnu Abbas adalah anggota pasukan Irak, maka dia tidak berhak duduk di meja perundingan.
Mereka lantas memilih Abu Musa Al-Asy’ari yang tidak terlibat dalam perang Shiffin. Imam
Ali yang kecewa dengan sikap pasukannya yang tidak lagi menghiraukan pemimpin mereka
mengatakan, “Silahkan lakukan apa yang kalian inginkan.”.
Dalam perundingan itu, Amr bin Ash dan Abu Musa sepakat untuk bersama-sama
mengumumkan pencabutan jabatan Imam Ali dan dan Muawiyah. Setelah terlebih dahulu
Abu Musa menyatakan keputusan menurunkan Ali dari khilafah, Amr dengan licik
menyatakan bahwa dia menunjuk Muawiyah untuk menjadi pemimpin dan khalifah atas umat
Islam.
Perang Nahrawan
Peristiwa hakamiyyah atau perundingan setelah perang Shiffin menjadi percikan awal
munculnya kelompok baru yang dinamakan Khawarij. Kelompok ini mengangkat slogan
“Tidak ada keputusan kecuali keputusan Allah.” Dengan slogan ini mereka menyatakan
penentangan atas keputusan Imam Ali yang bersedia berunding dengan Muawiyah. Setelah
mendengar jawaban dan keterangan dari khalifah ini, sebagian besar orang yang semula
bergabung dengan kelompok itu memisahkan diri dan kembali ke barisan Imam Ali as.
Tak lama kemudian Khawarij membentuk pasukan dan memilih salah seorang diantara
mereka sebagai pemimpin. Pasukan ini bergerak ke arah daerah bernama Nahrawan. Siapa
saja yang ditemui dan menyatakan mendukung kepemimpinan Imam Ali as tidak selamat dari
tebasan pedang mereka. Keberingasan Khawarij membulatkan tekad Imam Ali untuk
menghabisi mereka.
Saat dua pasukan berhadapan, sekali lagi Ali menasehati mereka untuk kembali ke jalan yang
benar. Kelompok demi kelompok memisahkan diri dari pasukan khawarij, sampai jumlah
mereka berkurang menjadi hanya 1.800 penunggang kuda dan 1.500 pejalan kaki. Imam Ali
berpesan kepada pasukannya yang berjumlah 14 ribu orang untuk tidak memulai perang.
Khawarij secepat kilat menyerang dengan beringas dan dengan cepat pula barisan mereka
kucar kacir. Pasukan ini lumpuh hanya beberapa saat setelah perang dimulai. Dari barisan
Imam Ali hanya kurang dari 10 orang yang gugur. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 9 Shafar
tahun 38 hijriyah.
Julukan
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas
pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu
duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, “Duduklah wahai Abu Turab,
duduklah.” Turab yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah
julukan yang paling disukai oleh Ali.
mam Ali bin Abi Thalib as (1)
Nama : Ali bin Abi Thalib asGelar : Amirul MukmininJulukan : Abu AL-Hasan, Abu
TurabAyah : Abu Thalib (Paman Rasululullah saww)Ibu : Fatirnah binti
AsadTempat/Tgl Lahir : Mekkah, Jum’at 13 RajabHari/Tgl Wafat : Malam Jum’ at, 21
Ramadhan 40 H.Umur : 63 TahunSebab Kematian : Ditikam oleh Abdurrahman ibnu
MuljamMakam : Najaf Al-Syarif
Imam Hasan Al-Mujtaba as (2)
Nama : HasanGelar : al-MujtabaJulukan : Abu MuhammadAyah : Ali bin Abi
ThalibIbu : Fathimah az-ZahraTempat/Tgl Lahir : Madinah, Selasa 15 Ramadhan 2
H.Hari/Tgl Wafat : Kamis, 7 Shafar Tahun 49 H.Umur : 47 TahunSebab Kematian :
Diracun Istrinya, Ja’dah binti As-Ath, atas suruhan Muawiyah yg mana ketika
usahanya itu berhasil akan di nikahkan dengan anaknya.Makam : Baqi’ Madinah
Imam Husain bin Ali as (3)
Nama : HusainGelar : Sayyidu Syuhada’, As-Syahid bi KarbalaJulukan : Aba
AbdillahAyah : Ali bin Abi Thalib.lbu : Fatimah Az-ZahraTempat/Tgl Lahir : Madinah,
Kamis 3 Sya’ban 3 H.Hari/Tg] Wafat : Jum ‘at 10 Muharram 61 H.Umur : 58
TahunSebab Kematian : Dibantai di Padang Karbala, (Atas perintah Yazid bin
Muawiyah) yang kemudian setelah tubuhnya di hujani oleh anak panah ia kemudian
di injak-injak dengan tentara berkuda, yang kemudian tubuhnya di naiki oleh Simir
untuk kemudian leher sucinya yang sering di kecup oleh nabi, di GOROK hingga
berpisah dari badannya…YA ALLAH…..Makam : Padang Karbala (Irak)
Imam Ali Zainal Abidin as (4)
Nama : AliGelar : Zainal Abidin, As-SajjadJulukan : Abu MuhammadAyah : Husein
bin Ali bin Abi ThalibIbu : Syahar BanuTempat/Tgl Lahir : Madinah, 15 Jumadil Ula
36 H.Hari/Tgl Wafat : 25 Muharram 95 H.Umur : 57 TahunSebab Kematian : Diracun
Hisyam bin Abdul Malik, di Zaman al-WalidMakam : Baqi’ Madinah
Imam Muhammad Al-Baqir as (5)
Nama : MuhammadGelar : Al-BaqirJulukan : Abu Ja’farAyah : Ali Zainal Abidinlbu :
Fatimah binti HasanTempat/Tgl Lahir : Madinah, 1 Rajab 57 H.Hari/Tgl Wafat :
Senin, 7 Dzulhijjah 114 H.Umur : 57 TahunSebab Kematian : Diracun Hisyam bin
Abdul MalikMakam : Baqi’, Madinah
Imam Ja’far Ash-Shadiq as (6)
Nama : Ja’farGelar : Ash-ShadiqJlillikan : Abu AbdillahAyah : Muhammad al-Baqirlbu
: FatimahTcmpat/Tgl Lahir : Madinah, Senin 17 Rabiul Awal 83 H.Hari/Tgl Wafat :
25 Syawal 148 H.Umur : 65 TahunSebab Kematian : Diracun Manshur al-
DawalikiMakam : Baqi’, Madinah
Imam Musa Al-Kadzim as (7)
Nama : MusaGelar : Al-KadzimJulukan : Abu Hasan Al-TsaniAyah : Ja’far ShodiqIbu :
Hamidah AL-AndalusiaTempat/Tgl Lahir : Abwa’ Malam Ahad 7 Shofar 128
H.Hari/Tgl Wafat : Jum’at 25 Rajab 183 H.Umur : 55 TahunSebab Kematian :
Diracun Harun Ar-RasyidMakam : Al-Kadzimiah
Imam Ali Ar-Ridha as (8)Nama : AliGelar : Ar-RidhaJulukan : Abu al-HasanAyah :
Musa al-KadzimIbu : Taktam yang dijuluki Ummu al-BaninTempat/Tgl Lahir :
Madinah, Kamis, 11 Dzulqo’dah 148 HHari/Tgl Wafat : Selasa, 17 Shafar 203 H.Umur
: 55 TahunSebab Kematian : Diracun Makinun al-AbbasiMakam : Masyhad, Iran
Imam Muhammad Al-Jawad as (Imam ke 9 dalam Ahlul Bait)
Nama : MuhammadGelar : Al-Jawad, Al-TaqiJulukan : Abu Ja’farAyah : Ali Ar-
RidhaIbu : Sabikah yang dijuluki RaibanahTempat/Tgl Lahir : Madinah, 10 Rajab
195 H.Hari/Tgl Wafat : Selasa, Akhir Dzul-Hijjah 220 H.Umur : 25 TahunSebab
kematian : diracun istrinyaMakam : Al-Kadzimiah
Imam Ali Al-Hadi An-Naqi as (10)
Nama : AliGelar : al-Hadi, al-NaqiJulukan : Abu al-Hasan al-TsaalitsAyah :
Muhammad Al-Jawadlbu : al-MaghrabiahTempat/Tgl : Madinah, 15 Dzul-Hijjah/5
Rajab 212 H.Hari/Tgl Wafat : Senin, 3 Rajab 254 HUmur : 41TahunSebab Kematian :
Diracun Al-Mu’tamad al-AbbasiMakam : Samara
Imam Hasan Al-Askari as (11)
Nama : HasanGelar : Al-AskariJulukan : Abu MuhammadAyah : Ali Al-HadiIbu :
HaditsahTempat/Tgl Lahir : Madinah, 10 Rabiul Tsani 232 H.Hari/Tgl Walat : Jum’at,
8 Rabiul Awal 260 HUmur : 28 TahunSebab Kematian : Diracun Khalifah AbbasiahDi
Makamkan : Samara’
1. Dikeluarkan oleh Abu Na’im Al-Esbahani yang sanadnya bersambung sampai Ibn
Abbas yang mana Beliau (Ibn Abbas) berkata : “ dulu kami (para sahabat Nabi saw) saling
berbincang2 bahwa sesungguhnya Nabi saw telah memberi 70 janji kepada Sayidina Ali as
yang Beliau saw tidak memberinya kepada satupun dari sahabat”. {huliyah al-auliya’ jilid 1
halaman 68 cetakan dar al-kitab al-arabi –Beirut-.}
2. An-Nasa’i berkata yang sanadnya bersambung sampai Ibn Abbas dari sayidin Ali
as berkata: “ dulu aku memiliki kedudukan disisi Rasulullah saw, yang mana tidak dimiliki
oleh makhluk yang lain, dulu aku masuk ke dalam rumah Nabi saw setiap malam, dan jika
Beliau saw sedang melaksanakan sholat maka Beliau mengucapkan tasbih (tanda izin Nabi
saw) maka aku masuk kedalam rumahnya, dan jika tidak dalam keadaan sholat maka
Beliau mengizinkan(dengan ucapan) aku untuk masuk, maka akupun masuk”. {as-Sunan
al-Kubra jilid 5 halaman 140 hadis ke 8399, kitab al-Khashaish halaman 166-167}
3. An-Nasa’I berkata yang sanadnya sampai ke sayidina Ali as, yang mana Beliau
(sayidina Ali as) berkata: “Jika aku bertanya atau meminta sesuatu kepada Nabi saw, maka
aku pasti akan diberi (yang aku inginkan). Dan jika aku diam maka Beliaulah saw yang
akan memulainya( menawarkan sesuatu baik ilmu atau apapun)”. {as-Sunan al-Kubra jilid
5 halaman 142 , kitab al-khashaish halaman 170-171, al-hakim di dalam mustadraknya juga
menukilnya(mustadrak jilid 3 halaman 135 hadis 4630 cetakan dar al-kutub al-alamiah
Beirut th1411H)}
4. An-Nasa’i juga berkata yang sanadnya dari Ummu salamah (istri Nabi saw ) yang
berkata sesunggunya beliau (Ummu Salamah) berkata : “ demi yang Ummu salamah
bersumpah atasnya(Allah swt) sesungguhnya paling dekatnya manusia kepada Nabi saw
adalah Ali as”. {as-Sunan al-Kubra jilid 5 halaman 154 bab 54}
5. Para Ahli Hadis dan Para Sejarawan serta Para Mufasir dalam pembahasan ayat
214 dari surah as-Syu’ara mereka berkata bahwa ketika ayat ini turun Rasulullah saw
mengundang 40 laki-laki dari Bani Hasyim dan dari Para Pembesarnya, dan ketika mereka
semua selesai dari makan, Rasulullah saw berkata kepada mereka semua : “Wahai Anak-
anak Abdul Muttalib!! Sesungguhnya demi Allah, tidak ada pemuda di arab yang datang
kepada kaumnya dan membawa sesuatu untuk mereka yang lebih baik dari apa yang aku
bawa kepada kalian, Sesungguhnya aku telah datang dengan sebaik-baik dunia dan
akhirat, Allah swt telah menyuruhku untuk mengajak kalian kembali kepadaNya, Maka
siapa dari kalian yang percaya kepadaku dan membantuku dalam hal ini maka akan
menjadi saudaraku, wasi(pengganti)ku, dan khalifah setelahku.” Ketika Nabi saw selesai,
kaum(anak-anak Abu Muttalib/para paman Nabi saw) diam tidak berbicara dan seketika itu
juga Sayidina Ali berdiri dan berbicara: “ Aku ya Rasulullah saw, yang akan menjadi
penolong serta pembantumu atas apa yang Allah perintahkan kepadamu.” Rasulullah
berkata kepadanya(sayidina Ali): “ duduklah.” Kemudian Nabi saw mengundang mereka
semua untuk kedua kalinya sampai tiga kali. Akan tetapi setiap Nabi mengundang mereka,
tidak satupun dari mereka yang berbicara, mereka semua diam dari apa yang dikatakan
Nabi saw dan hanya sayidina Ali as lah yang selalu menjawab pertanyaan Nabi saw serta
beliau menyatakan kesediaannya untuk menjadi pembantu Nabi saw dalam perintah-
perintah Allah swt, akan tetapi Nabi saw menyuruhnya untuk duduk di pertemuan pertama
dan kedua, akan tetapi di pertemuan yang ketiga Rasulullah saw mengangkat tangan
Sayidina Ali dan berkata kepada kaum yang ada saat itu : “ sesungguhnya dia adalah
saudaraku dan dialah wasiku serta khalifah setelahku, maka dengarkanlah dia dan ta’atilah
dia!” setelah mendengar hal ini berdirilah kaum dan menertawakan Abu Talib(ayah sayidina
Ali as yang ikut hadir dalam pertemuan ini) dan berkata kepadanya: “dia telah menyuruhmu
untuk mendengarkan anakmu dan menaatinya.” {Musnad Ahmad jilid 1 halaman 111,
Tarikh al-Tabari jilid 2 halaman216, Takhir Ibn Al-Atsir jilid1 halaman 487, sayrkh Nahjul
Balaghah (Ibn Abi al-hadid)jilid 3 halaman 267, Ghayah al-Maram jilid 3 halaman 279-286.
(semua ini adalah ulama’ ahl as-sunnah)}
6. Ditulis di oleh Al-Khatib Al-Khawarizumidi bab ke enam di dalam bukunya al-
Manaqib halaman 64-79 tentang hadis-hadis yang berkenaan dengan kecintaan terhadap
Sayidina Ali as dan Ahlulbayt Nabi saw, yang tercatat sekitar 30 hadis, dan ini adalah
sebagian darinya:
· Jika seluruh manusia berkumpul dalam kecintaan kepada Ali ibn Abi Thalib
maka Allah tidak akan menciptakan Neraka.
· Wahai Ali jika ada seorang hamba yang menyembah Allah swt seperti apa
yang dilakukan Nabi Nuh as terhadap kaumnya dan jika dia memilik emas segunung uhud
kemudian emas itu diinfakan dijalan Allah swt dan jika dipanjangkan umurnya sampai dia
haji 1000tahun dengan jalan kaki kemudian terbunuh di antara safa dan marwa dengan
terdholimi, akan tetapi dia tidak berwilayah kepadamu maka dia tidak akan mencium bau
surga dan tidak akan masuk ke dalamnya.
· Siapa yang mencintai Ali as maka telah mencintaiku dan siapa yang
membencinya maka telah membenciku.
· Sesungguhnya malaikat maut menghormati para pecinta Ali ibn Abi Thalib
as seperti menghormati para Nabi as.
· Siapa yang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepadaku dan kepada
apa yang aku datang bersamanya(islam), akan tetapi dia membenci Ali as maka dia telah
berbohong dan dia tidak mu’min.
7. Abdullah ibn Ahmad Ibn Hambal bekata: aku bertanya kepada ayahku : “apa
pandangan anda terhadap keutamaan.” Ayahku berkata: “didalam khilafah , Abu bakar dan
Umar dan Usman”. Maka aku bertanya kembali: “kalau Ali ?” ayahku berkata : “wahai
anakku, Ali ibn Abu Thalib adalah dari Ahlulbayt maka tidak ada seorangpun yang bisa
dibandingkan dengannya.” {Thabaqat al-Hanabalah jilid 2 halaman 120)
8. Rasulullah saw berkata kepada Sayidah Fatimah az-Zahra as: “wahai Fatimah,
apakah kamu tidak rela kalau suamimu adalah sebaik-baiknya umatku, yang masuk islam
terlebih dahulu, paling banyak ilmunya, dan paling bijak dan sabar dari umatku.”{al-Khatib
al-Khawarizumi didalam al-Manaqib halaman 106 hadis 111}
9. Dari Ibn Abbas yang berkata : “Dihidangkan kepada Nabi saw burung
matang(makanan dari langit), kemudian Nabi saw berkata : “Ya Allah, datangkanlah
kepadaku orang yang paling kau cintai dari makhlukmu.” Maka datanglah Ali Ibn Abi Thalib.
Kemudian Nabi saw berkata: “ya Allah dia juga orang yang paling aku cintai.”{al-Masdar al-
Sabig halaman107-108 hadis ke 113-114}
10. Rasulullah saw bersabda: “wahai Ali perumpamaanmu dan perumpamaan para
pemimpin setelahmu dari anak-anakmu adalah seperti kapal Nuh, siapa yang menaikinya
selamat dan siapa yang meninggalkannya tenggelam, dan kalian adalah seperti bintang-
bintang, setiap bintang menghilang maka bintang yang lain akan muncul sampai hari
qiamat. {Faraid al-Simthain 2/243/517}
11. Dan dari Jabir, yang berkata: “dulu kita (para sahabt Nabi saw) berada di samping
Nabi saw dan kemudian Ali ibn Abi Thalib as datang, maka berkatalah Nabi saw: “sungguh
telah datang saudaraku” kemudian beliau menuju menoleh ke ka’bah dan memukul ka’bah
dengan tangannya kemudian berkata: “ demi yang yawaku berada ditangannya
sesungguhnya dia dan syiahnya adalah orang-orang yang menang dan beruntung di hari
kiamat,kemudian beliau melanjutkan perkataannya: “ seseungguhnya dia adalah paling
dahulunya orang dari kalian yang beriman bersamaku, dan dia adalah orang yang paling
menyampaikan -janji Allah swt- diantara kalian,dan dia adalah orang yang paling lurus -
dalam menjalankan perintah-perintah Allah swt- diantara kalian,dan dia adalah orang yang
paling adil -didalam ummat- diantara kalian, dan dia adalah orang yang paling bisa
membagi -dengan sama rata dan adil- diantara kalian, dan dia adalah orang yang paling
besar -kemuliaannya di mata Allah swt- diantara kalian.”kemudian Jabir berkata: “dan
turunlah wahyu kepada Nabi saw((()انّ الذين آمنوا وعملوا الصالحات اولئك هم خير البرية, dan jabir
berkata: maka semenjak itu para sahabat Nabi saw jika kedatangan sayidina Ali as maka
mereka berkata: “telah datang sebaik-baik makhluk.” { المصدر السابقhalaman 111,112 hadis ke
120.}
12. Rasulullah saw bersabda: “orang pertama yang sholat berasamaku adalah Ali” ( كنز
)العمال
13. Orang pertama yang sholat adalah Ali dan orang yang pertama islam adalah Ali (
طبري – الرياض النضرةu تاريخ- )صحيح الترمذيhal ini juga di riwayatkan di dalam buku-buku ini ( مسند
)احمد ابن حنبل – مستدرك الصحيحين – خصائص نسائي – الطبقات الكبرى – اسد الغابة – كنزالعمالdan juga tertulis
di buku-buku ahlulsunnah dan syiah yang lain.
14. Sayidina Ali as tidur di atas tempat tidur Nabi saw di malam kepergian Nabi saw ke
Gua Hira untuk mengkelabuhi orang-orang quraysh yang ingin membunuh Nabi saw dan
saat itu turun ayat “ مرضاة هللا…” (التفسير الكبير للفخر الرازي – اسد الغابة – تاريخuومن الناس من يشرى نفسه ابتغاء
)دمشقhal ini juga di terangkan di dalam buku-buku berikut ini ( – مستدرك الصحيحين-خصائص نسائي
– مسند االمام احمد ابن حنبل – الطبقات الكبرى – الدر المنثورu)الرياض النضرة – كنزالعمال
15. Rasulullah saw bersabda : “sesungguhnya Allah swt telah menyuruhku untuk
menikahkan Fatimah dengan Ali.” ( الصواعق-المعجم الكبيرللطبراني – كنزالعمال – معجم الزوائد – فيض القدير
)المحرقةdan juga di buku()ذخائر العقبى
16. Sesungguhnya Rasulullah saw selama 6 bulan ketika melewati pintu rumah sayidina
Ali dan sayidah Fatimah untuk sholat subuh Beliau berkata : “sholat, wahai Ahlulbayt”
kemudian Beliau membaca ayat suci al-Quran “ ا ّنما يريد هللا ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهّركم
ً ”تطهيراhal ini tertulis didalam kitab-kitab ahlusunnah dan syiah berikut kitab-kitab dari ahlu
sunnah( u مسند احمد ابن حنبل – تفسير ابن جرير الطبري – مستدرك الصحيحين – اسد الغابة – كنزالعمال-صحيح الترمذي
)– الدرالمنثور
17. Aisyah berkata: “aku tidak mengetahui ada orang dicintai Nabi saw lebih dari Ali, dan
tidak ada dibumi ini perempuan yang dicintai Nabi saw lebih dari isterinya(Fatimah)”
riwayat ini tertulis didalam buku-buku berikut()خصائص نسائي – مستدرك الصحيحينriwayat seperti ini
juga terdapat didalam buku-buku yang lain seperti:( – صحيح الترمذي – مسند احمد ابن حنبل – اسد الغابة
)االصابة – الرياض النضرةdan masih banyak lagi riwayat seperti ini yang tertulis didalam buku-
buku syiah.
18. Rasulullah saw bersabda: “Ali adalah pemimpin yang benar dan membenarkan, serta
Dia adalah pembunuh orang-orang yang berbuat jahat.” (u)كنزالعمال
19. Dirawayatkan bahwa Malaikat Jibril melantangkan suaranya didalam perang uhud :
“tidak ada pedang kecuali dzulfigar dan tidak ada pemuda(pemberani) kecuali Ali.” ( تاريخ
الكامل في التاريخ-)الطبريhal seperti ini juga tertulis didalam buku-buku berikut: ( – الرياضuكنزالعمال
)النضرة – ذخائر العقبى
20. Ketika ayat “ ونساءكم وانفسنا و انفسكم ث ّم نبتهل فنجعل لعنة هللا على الكاذبينu ونساءناu”قل تعالوا ندع ابناءنا وابناءكم
kemudian Nabi saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian beliau berdo’a:
“Ya Allah mereka adalah keluargaku ()صحيح مسلم – صحيح الترمذي – الدرالمنثور – مستدرك الصحيحين
21. <ابناءناdalam ayat=""> adalah Hasan dan Husain dan u نساءناadalah Fatimah serta انفسنا
adalah Ali ibn Abu Thalib, hal ini tertulis dalam buku (<)اسباب النزول/dalam>
22. Nabi saw bersabda : “Dia disisiku seperti diriku…. (kemudian Nabi saw memegang
bahu Ali)” hal ini tertulis didalam buku (شاف ّ )تفسيرالك
23. Nabi saw bersabda : “aku adalah kota ilmu dan ali adalah pintu kotanya, maka siapa
yang ingin masuk kedalam kota maka akan datang ke pintunya.” Tertulis didalam buku-
ّ – فيض القدير – مجمعu)مستدرك الصحيحين – اسدالغابة – كنز العمال
buku berikut (الزوائد – تاريخ بغداد
24. Nabi saw bersabda: “Ali adalah pintu ilmuku dan (dia adalah) orang yang
menerangkan apa yang aku diutus dengannya setelahku” ()كنزالعمال – الصواعق المحرقة
25. Sayidina Ali as menyedekahkan cincinnya kepada seorang pengemis dalam keadaan
ruku’, kemudian Nabi saw bertanya kepada pengemis tersebut: “siapakah yang memberimu
cincin ini?” si Pengemis berkata : “orang yang sedang ruku’ itu(menunjuk kepada sayidina
Ali )” kemudian Allah swt menurunkan ayat ini kepada Nabi saw “ ا ّنما وليكم هللا و رسوله والذين آمنوا
(”الذين يقيمون الصّلوة ويؤتون الزكوة وهم راكعونal-Ma’idah ayat 55) hal ini tertulis dalam (– الم ّتفق و المفترق
)كنزالعمالriwayat seperti ini juga terdapat dalam buku-buku berikut ini (– معجم الزوائد – ذخائر العقبى
)الدر المنثور – تفسيرالكشاف – تفسير الطبري – التفسير الكبير للفخر الرازي – الرياض النضرة
26. Nabi saw bersabda: “sesungguhnya Ali as adalah dariku dan aku darinya dan dia
adalah pemimpin para mu’min setelahku” ( – صحيح الترمذي – مسند احمد ابن حنبل – مسند ابي داود
)خصائص نسائي – كنزالعمال – الرياض النضرة
27. Nabi saw bersabda: “ sesungguhnya setiap Nabi memiliki pengganti dan pewaris,
sesungguhnya Ali adalah pengganti dan pewarisku” ( – دمشق – فردوس – المناقب البن مغازليuتاريخ
الطالبu)كفاية
28. Rasulullah saw bersabda : “Siapa yang tidak berkata bahwa Ali adalah sebaik-baik
manusia maka telah kafir”
{Tarikh al-Khatib al-Baghdadi jilid 3 halaman 192 , Kanz al-Ummal jilid 11 halaman 625}
29. Rasulullah saw bersabda:”jika kalian menjadikan Ali sebagai pemimpin kalian-(dan
aku melihat kalian tidak melaksanakannya)-maka kalian akan menemukan bahwa dia(Ali)
adalah pemberi petunjuk yang akan menunjukkan kepada kalian jalan yang lurus dan
benar.”
{musnad ahmad jilid 1 halaman 108}
30. Rasulullah saw bersabda : “siapa yang menaatiku maka telah menaati Allah swt, dan
siapa yang melanggar perintahku maka telah melanggar perintah Allah,dan siapa yang
menaati Ali maka telah menaatiku, dan siapa yang telah melanggar perintahnya maka telah
melanggar perintahku.”
{mustadrak Hakim jilid 3 halaman 121}
31. Rasulullah saw bersabda : “sesungguhnya Ali adalah kota hidayah, maka
barangsiapa yang masuk ke dalam kota tersebut akan selamat dan siapa yang
meninggalkannya akan celaka dan binasa.”
{Yanabi’ al-Mawaddah jilid 1 halaman 220 hadis ke 39}
34. Rasulullah saw bersabda : “sebaik-baik umat ini setelahku adalah orang yang
pertama masuk islam dialah Ali ibn Abi Thalib”
{syarkh Nahj al-Balaghah jilid 1 halaman 202 cetakan mesir th 1329H}
35. Rasulullah saw bersabda : “Ali adalah dariku seperti kedudukanku dari Tuhanku”.
{Dzakhair al-Uqba halaman 62}
36. Rasulullah saw berkata kepada Aisyah: “sesungguhnya orang yang paling aku cintai
dari para sahabtku adalah Ali dan yang paling terhormat dari mereka adalah Ali, maka
ketahuilah haknya dan hormatilah kedudukannya.”
{Dzakhair al-Uqba halaman 62 dan al-Riyad al-Nadharah jilid 2 halaman 161}
38. Nabi saw berkata kepada sayidina Ali : “sesungguhnya orang yang pertama masuk
surga adalah aku dan kamu serta Fatimah dan Hasan dan Husein .”
{Kanz al-Ummal cetakan muasasah al-Risalah Beirut cetakan tahun 1409H/1989M di juz
12}
39. Rasulullah saw bersabda:”jika kalian menjadikan Ali sebagai pemimpin kalian-(dan
aku melihat
kalian tidak melaksanakannya)-maka kalian akan menemukan bahwa dia(Ali) adalah
pemberi
petunjuk yang akan menunjukkan kepada kalian jalan yang lurus dan benar.”
{musnad ahmad jilid 1 halaman 108}
40. Anas ibn Malik berkata: demi Allah yang tidak ada Tuhan selainNya, sesungguhnya
Aku mendengar Nabi saw bersabda: “Judul kitab amal perbuatan orang Mu’min kelak
adalah ‘Cinta kepada Ali ibn Abi Thalib’”
(Tarikh Baghdad, jilid: 4 hal: 410)
dan masih ada puluhan lagi keutamaan-keutamaan Sayidina Ali lagi yang tercatat di kitab-
kitab ahlusunnah dan syiah..
Al-Hakim meriwayatkan dalam kitabnya Al-Mustadrak, dari Ibnu Abbas. Ia berkata bahwa Rasulullah saw memandang Ali
lalu bersabda:
والويل لمن أبغضك بعدي، عدو هللا/ وعدوي/، وعدوك عدوي،يا علي أنت سيد في الدنيا سيد في االخرة حبيبك حبيبي وحبيبي حبيب هللا
“Wahai Ali, kamu adalah penghulu di dunia dan penghulu di akhirat, kekasihmu adalah kekasihku, dan kekasihku adalah
kekasih Allah. Musuhmu adalah musuhku, dan musuhku adalah musuh Allah, celakalah orang yang membencimu
sesudahku.” (Mustadrak Al-Hakim 3: 128).
Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnadnya, dari Ali (sa) bahwa Rasulullah saw bersabda kepadanya:
“Tidak akan mencintaimu (Ali) kecuali orang mukmin, dan tidak akan membencimu kecuali orang munafik.” (Musnad Ahmad
3: 102).
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak dari Abu Dzar Al-Ghifari (ra), ia berkata:
“Kami tidak mengenal orang-orang munafik kecuali karena kedustaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya, meninggalkan
shalat, dan kebencian kepada Ali bin Abi Thalib (sa).” (Mustadrak Al-Hakim 3: 102).
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak, dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa Nabi saw memandang Ali (sa)
lalu bersabda:
والويل لمن أبغضك بعدي، عدو هللا/ وعدوي/، وعدوك عدوي،يا علي أنت سيد في الدنيا سيد في االخرة حبيبك حبيبي وحبيبي حبيب هللا
“Wahai Ali, kamu adalah penghulu di dunia dan penghulu di akhirat, kekasihmu adalah kekasihku dan kekasihku adalah
kekasih Allah. Musuhmu adalah musuhku dan musuhku adalah musuh Allah, celakalah orang yang membencimu
sesudahku.” (Mustadrak Al-Hakim 3: 128).
Rasulullah saw juga bersabda:“Barangsiapa yang mati dalam keadaan cinta kepada keluarga Muhammad, maka ia mati
syahid. Ingatlah! Barangsiapa yang mati dalam keadaan cinta kepada keluarga Muhammad, maka ia mati dalam keadaan
diampuni. Ingatlah! Barangsiapa yang mati dalam keadaan cinta kepada keluarga Muhammad, maka matinya sebagai orang
yang bertaubat. Ingatlah! Barangsiapa yang mati dalam keadaan cinta kepada keluarga Muhammad, maka matinya sebagai
orang yang beriman, dan imannya sempurna. Ingatlah! Barangsiapa yang mati dalam keadaan cinta kepada keluarga
Muhammad, malaikat maut akan menyampaikan kabar gembira tentang surga (sebagai kediamannya) …”
Saya juga bersaksi bahwa Muhammad SAWW adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.
Allah mengutus-Nya dengan agama yang cemerlang, syiar yang efektif, Kitab
yang terpelihara, cahaya yang bersinar, nyala yang kemilau, dan perintah yang
tegas untuk mengusir keraguan, mengajukan bukti-bukti yang jelas,
menetapkan peringatan melalui tanda-tanda, dan memperingatkan akan
hukuman. Pada waktu itu manusia telah jatuh ke dalam kemungkaran yang
dengan itu tali agama telah diputuskan, tiang-tiang keimanan telah tergoncang,
prinsip-prinsip telah dicemari, sistem telah jungkir balik, pintu-pintu sempit,
lorong-lorong gelap, petunjuk tidak dikenal, dan kegelapan merajalela.
Allah tidak ditaati, iblis diberi dukungan, dan keimanan telah dilupakan.
Akibatnya, tiang-tiang agama runtuh, jejak-jejaknya tak terlihat, lorong-
lorongnya telah dirusakkan dan jalan-jalannya telah binasa. Manusia menaati
iblis dan melangkah pada jalan-jalannya. Mereka mencari air pada tempat-
tempat pengairannya. Melalui mereka lambang-lambang iblis berkibar dan
panjinya diangkat dalam kejahatan yang menginjak-injak manusia di bawah
tapak kakinya, dan melangkah di atasnya dengan kaki mereka. Kejahatan berdiri
(tegak) di atas jari-jari kakinya dan manusia yang tenggelam di dalamnya
menjadi bingung, jahil dan terbujuk seakan-akan dalam suatu rumah yang
baik[i] dengan tetangga-tetangga yang jahat. Sebagai ganti tidur, mereka
terjaga, dan sebagai celaknya adalah air mata. Mereka berada di suatu negeri di
mana orang berilmu terkekang (mulut mereka tertutup) sementara orang jahil
dihormati.Dalam khotbah yang sama, Amirul Mukminin a.s. merujuk kepada
Ahlul Bayt sebagai berikut:
--------------------------------------------------------------
[i] Rumah yang baik di sini berarti Makkah, sedang tetangga-tetangga yang
buruk berarti kaum kafir Quraisy.
[ii] Tentang keluarga (āl) Nabi, Amirul Mukminin mengatakan bahwa tidak ada
orang di dunia ini yang setaraf dengan mereka, tak ada pula orang yang dapat
dianggap sama dengan mereka dalam kemuliaan, karena dunia ini penuh
dibebani tanggung jawab mereka dan hanya mampu mendapatkan rahmal abadi
melalui bimbingan mereka. Mereka adalah batu penjuru dan fondasi agama
serta pemelihara kehidupannya dan kelanjutannya. Mereka adalah tiang-tiang
pengetahuan dan keimanan yang demikian kuat sehingga dapat menyingkirkan
arus dahsyat keraguan dan kecurigaan. Mereka begitu menengah di antara jalan
berlebihan dan keterbelakangan sehingga barangsiapa pergi mendahului harus
kembali, dan yang tertinggal di belakang harus melangkah maju ke jalan tengah
itu, supaya tetap berada di jalan Islam. Mereka mempunyai semua keutamaan
yang memberikan keunggulan dalam hak kewalian dan imamah, dan tiada orang
lain dalam ummah yang mempunyai hak sebagai pelindung dan wali. Itulah
sebabnya Nabi me-maklumkan mereka sebagai para wali dan pelanjutnya.
Tentang wasiat dan kewalian, pensyarah ibn Abil Hadid Al-Mu'tazili menulis
bahwa tidak mungkin ada keraguan tentang kekhalifahan Amirul Mukminin,
tetapi kewalian tak dapat mencakup kekhalifahan dalam pemerintahan,
walaupun mazhab Syi'ah menafsirkannya demikian. Kewalian itu bermakna
kewalian dalam pengetahuan. Sekarang, sekiranya menurut dia kewalian
diartikan kewalian dalam pengetahuan sekalipun, nampaknya ia tidak berhasil
dalam mencapai tujuannya, karena sekalipun dengan penafsiarannya itu, hak
untuk menggantikan Nabi tidak berpindah pada seseorang mana pun lainnya.
Bilamana disepakati bahwa pengetahuan adalah syarat yang paling hakiki bagi
kekhalifahan, karena fungsi ter-penting dari khalifah Nabi ialah pelaksanaan
keadilan, penyelesaian masalah hukum-hukum agama, menjelaskan hal-hal
yang rumit, dan melaksanakan hukum-hukum agama. Apabila tugas-tugas ini
dilepaskan dari khalifah Nabi maka ke-dudukannya akan merosot menjadi
pemerintahan duniawi. la tak dapat dipandang sebagai pusat wewenang
keagamaan. Oleh karena itu kita harus memisahkan wewenang pemerintahan
dari kekhalifahan Nabi, atau menerima kewalian pengetahuan Nabi untuk
kesesuaian dengan kedudukan itu.
Interpretasi Ibn Abil Hadid dapat diterima, apabila Amirul Mukminin hanya
mengucapkan kalimat ini saja. Tetapi, mengingat bahwa hal itu diucapkan
segera setelah pengakuan terhadap Ali sebagai Khalifah, dan baru sesudah itu
ada kalimat "hak itu telah kembali kepada pemiliknya", penafsirannya ini
nampak tak beralasan. Malah, wasiat Nabi itu tak dapat berarti wasiat apa pun
selain kekhalifahan, dan kewalian bukan berarti kewalian dalam harta atau
pengetahuan, karena bukan tempatnya untuk menyebutnya di sini. Kewalian itu
harus berarti kewalian dalam hak kepemimpinan yang datangnya dari Allah;
bukan sekadar atas dasar kekeluargaan tetapi atas dasar sifat-sifat
kesempurnaan.
http://sunanmhakam.blogspot.com/2012/09/antara-cinta-dan-benci-kepada-imam-ali.html