Anda di halaman 1dari 9

MASA BANI UMAYYAH: PERKEMBANGAN 

POLITIK, KONDISI SOSIAL


KEAGAMAAN, PERKEMBANGAN PERADABAAN

RUSDI

ABSTRAK
Dengan berakhirnya kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah
kekuasaan dinasti Bani Umayah. Pada periode Ali dan Khilafah sebelumnya, pola
kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para Khalifah dipilih melalui
proses musyawarah. Ketika mereka mengalami kesulitan-kesulitan. Maka mereka
mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar
lainnya..
Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup
banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan
Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan
juga dalam aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika
masa Rasul dan Khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di
masji

PENDAHULUAN
Latar belakang Masalah
Pertentangan antar golongan di kalangan ummat Islam khusunya dalam bidang
politik,dimenangkan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 661 M dengan
memproklamirkan BaniUmayyah sebagai pemimpin daulah Islamiyah. Dengan
berbagai cara dia dapat menduduki jabatan khalifah dan menjadikannya sebagai
hak keturunannya. Dengan demikian Muawiyah telah mengubah system politik
musyawarah dengan system monarchi.1
Hal itu banyak didukung olehkondisi umat Islam waktu itu. System
musyawarah masih terlalu maju sehingga ajaran Nabi inihanya dapat berjalan
selama satu generasi yaitu, generasi Khulafaur Rosyidin. Sesudah itu umatIslam
belum siap. Walaupun demikian, Muawiyah termasuk orang yang berhasil
memadukansystem musyawarah dengan system monarchi dan daulah Islamiyah
dapat dikuasai karena dia banyak memperhatikan riwayat dan kisah-kisah raja

1 Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,Perkembangan Ilmu Pengerahuan


Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004,
besar sebelumnya, baik dari kalangan Arabataupun bukan, untuk meniru dan
meneladani siasat dan politik mereka dalam menghadapi pergolakanyang terdapat
di dalamnya. Dia menggaji orang yang mampu membacakan kisah raja-raja besar
padanya.
Semua itu dipersatukan dengan agama Islam sebagai agama resmi Negara
dan bahasa Arab sebagai bahasa resmiadministrasi pemerintahan. Dengan
meluasnya dearah kekuasaan Islam, sudah tentu peradaban umat Islam semakin
berkembang
A. perkembangan politik Dinasti Umayyah
Bisa dikatakan bahwa puncak kejayaan islam berada pada masa dinasti
umayyah setidaknya dtunjukkan dengan luasnya wilayah kekuasaanya. Selain
itu juga pekembangan kebudayaannya, tetapi pada masa dinasti umayyah tidak
semua pemimpin yang berkuasa mampu mempertahankan kemegahan tersebtu,
sebagaimana banyak di alami oleh bangsa-bangsa di dunia. Hal itu
mangandung arti bahwa dinasti umayyah juga mengalami masa keemasan dan
masa suram. Sebagaimana telah kita ketahui bersama ketika khalifah ali bin abi
thalib berkuasa, keadaan kaum muslimin terjadi perpecahan umat sehingga
timbul kelompok-kelompok atau golongan yang masing-masing bersikukuh
merasa memiliki hak berkuasa. Sejarah bergulir terus hingga kedudukan
pemimpin tertinggi ummat islam dipegang oleh muawiyah bin abi sofyan. 2
Kelompok atau golongan yang merupakan kekuatan dengan perbedaan
kepentingan tersebut ada tiga, yaitu
1. Golongan pendukung dinasti umayyah.
Golongan pendukung dinasti umayyah ini meliputi penduduk syam
(syiria), mesir dan sekitarnya. Kelompok ini berpendapat bahwa yang
berhak menduduki jabatan khlaifah adalah dari bani umayyah kerena
meraka sebagai keturunan bangsa quraisy.
2. Golongan pendukung ali bin abi thalib.
Golongan pendukung ini disebut kaum syiah, yaitu dari penduduk irak
dan sebagian kecil penduduk mesir. Sebagaimana pendukung dinasti
umayyah, kelompok ini juga berpendapat bahwa yang berhak menduduki
jabatan khalifah harus berasal dari orang quraisy. Siapapun mengetahui

2 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010.


bahwa ali bin abi thalib adalah anak asuh rasulullah saw, sehingga mereka
paling berhak untuk menduduki jabatan khalifah.
3. Golongan khawarij.
Golongan khawarij merupakan sekelompok yang secara terbuka
menyatakan anti kepemimpinan ali bin abi thalib dan muawiyah bin abi
sofyan. Mereka berpendirian bahwa dengan adanya peristiwa tahkim maka
ali bin abi thalib dan muawiyah bin abi sofyan telah keluar dari jalus islam.
Menurut sekelompok ini siapa pun berhak menduduki jabatan khalifah selama
memenuhi persyaratan kemampuan dan keagamaanya.
Hasil gemilang itu adalah keberhasilannya merengkuh kelompok syiah dan
khawarij. Maka pada masa ke pemimpinan khalifah umar bin abdul aziz
tercipta stabilitas keamanan dan politik.
Pada masa itu tidak pernah ada rombingan dan upaya pemberontakan yang
menonjol dari masyarakat karena meraka merasa puas dengan pola
kepemimpinan baliau.
Dalam sistem pemerintahan, dinasti umayyah membentuk lembaga-
lembaga pemerintahan yang terdiri dari lima lembaga yang membidangi bagian
tertentu, yaitu sebagai berikut :
1. Lembaga politik ( an-nizam as-siyasi )
2. Lembaga keuangan ( an-nizam al-mali )
3. Lembaga tata usaha negara ( an-nizam al –idari )
4. Lembaga kehakiman ( an-nizam al-qodai )
5. Lembaga ketentaraan ( an-nizam al-harbi )
Melengkapi kelima lembaga di atas juga dibentuk dewan sekretaris negara
(dawanul kitabah) yang bertugas memfasilitasi segala urusan pemerintahan. Di
wanul kitabah terdiri dari 5 orang, yaitu sebagai berikut :
1. Sekretaris persuratan ( katib ar-rasail )
2. Sekretaris keuangan ( katib al-kharraj )
3. Sekretaris tentara ( katib al-jund )
4. Sekretaris kepolisian ( katib asy-syurtah )
5. Sekretaris kehakiman ( katib al-qodi )
Adapun untuk menjaga keselamatan khalifah dibentuk ajudan atau al-
hijabah sebaai bagian dari protokoler. Jadi tidak sembarangan orang bisa
menghadap khalifah pengalaman masa lalu yang sering terjadi pembunuhan
terhadapa khalifah. Hal itu menunjukkan bahwa sistem politik dan
pemerintahan pada masa dinasti umayyah mulai tersusun dan tertata rapi.
Untuk meciptakan kekuatan milter yang solid harus  didukung oleh
lembaga keuangan, tugas dari lembaga keuangan ini adalah mengatur keuangan
negara terutama mangambil kabijakan anggaran militer. Dukungan lain untuk
menciptakan militer yang kuat dilakukan upaya sinergis di dalam wilayah
dewan sekretaris negara, maka didalamnya ada sekretaris negara yang
membidangi kemiliteran, yaitu sekretaris tentara kepolisian.
B. Sistem politik Dinasti Umayyah
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani
Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi
monarchiheridetis (kerajaan turun menurun). Kekhalifahan Muawiyah
diperoleh diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak dengan
pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi secara turun temurun dimulai ketika
Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia kepada
anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan
Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah namun Dia
memberikan interpretasi baru dari kata kata itu untuk mengagungkan jabatan
tersebut. Dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa”
yang di angkat oleh Allah.
Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah Muawiyyah ibn
Abi Sufyan (661-680 M), Abd Al-Malik ibn Marwan (685-705 M), Al-Walid
ibn Ibnu Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hasyim
ibn Abd Al-Malik (724-743 M). Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah
Utsman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,
Tunisia dapat ditaklukan. Di sebelah timu, Muawiyah dapat menguasai daerah
Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul.
C. Kebijakan Politik Dinasti Umayyah.
Masyarakat merasakan kehidupan yang aman dan tenang pada masa
Muawiyah. Kekuatan militer kaum muslimin meningkat dan penaklukan
semakin meluas. Akan tetapi kota-kota di Iraq yang bergabung dengan Kufah,
Basrah, dan sekitarnya masih mengalami konflik. Penduduk kota tersebut
masih berhadapan dengan provokasi dan fitnah hinggal jamaah muslimin
terpecah belah. Jika yang datang kepada mereka pejabat yang lembut, mereka
akan menindasnya dan melakukan gerakan makar.
Pada masa Muawiyah, pasukan armada laut mencapai 1700 armada yang
lengkap. Muawiyah menyusun pasukan untuk menyerang Romawi dengan pola
pasukan musim panas dan pasukan musim dingin. Penaklukan terhadap
Konstantinopel pertama kali dilakukan pada tahun 48 H. Ada juga yang
menyatakan pada tahun 52 H. Muawiyah memerintahkan anaknya, Yazid
untuk bergerak menaklukan Konstantinopel maka Yazid pun bergerak. Dan,
serangan kali ini tidak berhasil.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di Timur maupun
Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat
luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,
Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang
sekarang disebut Pakistan, Pukmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz (717-729 M). Ketika
dinobatkan sebagai Khalifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan
meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada
menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah
pembangunan dalam negeri. Meskipun pemerintahannya sangat singkat, dia
berhasil menjalin hubungan dengan baik dengan golongan Syi’ah. Dia juga
memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai
dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak di peringan,
kedudukan mawali disejajarkan dengan Muslim Arab.
Pada masa Dinasti Umayyah, terdapat cikal bakal gerakan-gerakan
filosofis keagamaan yang berusaha menggoyah kan fondasi Islam. Hal ini
ditandai pada paruh pertama abad ke-8, di Bashrah hidup seorang tokoh
terkenal bernama Washil bin ‘Atha (wafat tahun 748-M), seorang pendiri
mazhab rasionalisme kondang yang disebut Mu’tazilah. Orang
Mu’tazilah (pembelot, penentang) memperoleh sebutan itu, karena
mendakwahkan ajaran bahwa siapa pun yang melakukan dosa
besar (kabirah) dianggap telah keluar dari barisan orang beriman, tapi tidak
menjadikannya kafir. Dalam hal ini, orang semacam itu berada dalam kondisi
pertengahan antara kedua status itu. Washil pernah belajar kepada Hasan al-
Bashri, yang cenderung pada doktrin kebebasan berkehendak (free will), yang
kemudian menjadi doktrin utama dalam sistem keyakinan orang Mu’tazilah.
Doktrin tersebut pada saat itu dianut oleh kelompok Qadariyah (dari kata qadar
kuasa), yang dibedakan dari kelompok Jabariyah (dari kata jabr paksaan). 
D. Kondisi Sosial Dinasti Umayyah.
Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah,
wilayah geografis dunia islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir,
Sudan, Syam, Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini
mengantarkan terjadinya interaksi intensif penduduk setiap daerah dengan
daerah lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya dan
peradaban setiap daerah. Nyanyian dan musik menjadi tren dan style
kehidupan bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak khalifah
diberikan les khusus supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara
mereka. Seniman-seniman terkenal bermunculan pada masa ini diantaranya
Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya Ishaq. Lingkungan istana
berubah dan dipengaruhi nuansa Borjuis mulai dari pakaian, makanan, dan
hadirnya pelayan-pelayan wanita. Dalam sebuah riwayat disebutkan Harun ar-
Rasyid memiliki seribu pelayan wanita di istananya dengan berbagai keahlian.3
Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi
berdasarkan ras atau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan seseorang
seperti menurut jarzid Zaidan, masyarakat Abbasiyah terbagi dalam 2
kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari
khalifah, keluarga khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara (Menteri,
gubernur dan panglima). Kaum bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy) pada
umumnya. Dan pra petugas khusus, tentara dan pembantu Istana. Sedangkan
kelas umum terdiri dari para seniman, ulama, pujangga fukoha, saudagar dan
penguasa buruh dan petani.
Sistem Sosial Pada masa ini, sistem social adalah sambungan dari masa
sebelumnya (Masa Dinasti Umayah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi
beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu :
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan
tempat yang sama dalam kedudukan sosial.
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-
beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.).
c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran.
d. Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru
E. keagamaan Dinasti Umayyah
Selain Mu’tazilah, sekte keagamaan lain yang tumbuh berkembang pada
masa ini adalah kelompok Khawarij. Pada awalnya kelompok ini adalah
pendukung setia Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib, namun pada perkembangannya

3 Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradapan Islam Untuk Prguruan Tinggi


Islam Dan Umum,      Malang:UIN Malang Press, 2008.
menjadi penentang Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib yang paling berbahaya,Ini
terjadi karena mereka menolak hasil perundingan antara Khalifah ‘Ali bin Abi
Thalib dan Mu’awiyah, mereka melakukan pemberontakan dan melakukan
kerusakan di muka bumi.Kelompok Khawarij merupakan orang-orang yang
keras kepala dan menginginkan manusia hanya ada dalam dua kubu, yaitu kafir
dan mukmin.  Barang siapa yang sesuai dengan pandangannya, dianggap
sebagai orang mukmin.Sebaliknya, barang siapa yang dianggap tidak sesuai
dengan pandangannya, dianggap sebagai orang kafir.
Sekte lain yang muncul pada masa Dinasti Umayyah adalah Murji’ah,
yang mengusung doktrin irja’, yaitu penangguhan hukuman terhadap orang
beriman yang melakukan dosa, dan mereka tetap dianggap muslim. Menurut
Murji’ah, kenyataan bahwa Dinasti Umayyah adalah orang Islam sudah cukup
menjadi pembenaran bahwa mereka merupakan pemimpin umat.
Kelompok lainnya adalah Syi’ah. Kegigihan kelompok Syi’ah dengan
keyakinan utamanya terhadap Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib dan putra-putranya,
yang diklaim sebagai  imam sejati, masih tetap menjadi karakteristik utama
kelompok ini.Kelompok ini lahir setelah gagalnya perundingan damai antara
Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Dari
peristiwa ini pengikut setia Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib menganut suatu aliran
dalam Islam yang disebut dengan Syi’ah.Kelompok ini meyakini Khalifah ‘Ali
bin Abi Thalib beserta para keturunannya adalah pemimpin umat Islam setelah
wafatnya Rasulullah SAW.
F. Perkembangan Peradaban Dinasti Umayyah.
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb
bin Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai
cara, siasat, dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang
berdasarkan atas hasil pilihan umat Islam.1 Dengan demikian, berdirinya
dinasti ini bukan berdasarkan hukum musyawarah. 4
Dinasti Bani Umayyah berdiri selama ± 90 tahun (40 – 132 H / 661 – 750
M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah
sangat bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang para
pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan corak
peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini. Pada masa pemerintahan
dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan perluasan daerah yang
dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik (86
– 96 H / 705 – 715 M).Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan ada usaha memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti
ke India dengan mengutus Muhallab bin Abu Sufrah, dan usaha perluasan ke
Barat ke daerah Byzantium di bawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu
juga diadakan perluasan wilayah ke Afrika Utara. Juga mengerahkan
kekuatannya.

G. Penutup
Situasi politik, sosial, dan keagamaan mulai membaik terjadi pada
masa pemerintahan khalifah Umar ibn Abd. Al-Aziz ( 717-720). Ketika
dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwasannya memperbaiki
dan meningkatkan kualitas negri yang berada dalam wilayah Islam lebih
baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama
adalah pembangunan dalam negeri.
Dalam bidang sosial dan pembangunan, Bani Umayyah telah
berhasil untuk mendirikan berbagai bangunan untuk kebutuhan berbagai
bidang. Seperti saat Muawiyah mendirikan dinas pos di tempat-tempat
tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya.
Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai
dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik
ideologis. Mereka itu antara lain golongan Syi'ah, Khawarij dengan
berbagai sektenya: Azariqah, Najdat Aziriyah, Ibadiyah, Ajaridah dan
Shafariyah, golongan Mu'tazilah, Maturidiyah, Asy'ariyah, Qadariyah, dan
Jabariyah.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Istianah, Sejarah Peradapan Islam Untuk Prguruan Tinggi Islam Dan


Umum (Malang:UIN Malang Press), 2008,hal 55-58.
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010.
Imam fu’adi,sejarah peradapan islam,(yogyakarta):teras,2011,(hlm .71-74)
Imam fu’adi, sejarah peradapan islam, (yogyakarta):teras,2011, (hlm .82-86).
 http://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/03/12/perkembangan-dan-
keruntuhan-dinasti-umayyah-1/, diakses pada tanggal 04-01-2013,
pukul 21.10 wib.
Philip K. Hitti,Histury of The Arabs,from The Earliest Times to The Present,
(Jakarta:PT.Ikrar Mandiri Abadi,2006),hlm.306
http://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/03/12/perkembangan-dan-keruntuhan-
dinasti-umayyah-1/, diakses pada tanggal 21-10-2012, pukul 14.10 wib.
http://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/03/12/perkembangan-dan-keruntuhan-
dinasti-umayyah-1/, diakses pada tanggal 21-10-2012, pukul 14.10 wib
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,Perkembangan Ilmu Pengerahuan
Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004

Anda mungkin juga menyukai