Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN
Bani Umayah adalah sebuah nama yang diadopsi dari nama salah seorang tokoh
kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu Umayyah ibn Abd Al-Syam ibn Abd
Manaf ibn Qusay Al-Quraisyi Al-Amawiy.1 Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada
Mu'awiyah ibn Abi Sofyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams yang
merupakan pembangun dinasti Umayyah dan juga khalifah pertama yang
memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.2
1
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), 181
2
Pendiri Dinasti Umayyah adalah Umayyah bin Abi Sufyan. Penisbatan dinasti kepada Umayyah karena
Umayyah ialah seorang tokoh terkemuka yang berpengaruh besar di kalangan bangsa Quraisy, nenek moyang
muawiyyah. Pada masa khalifah Usman bin Affan, Muawiyyah diangkat menjadi gubernur Syam (Syiria), yang
berkedudukan di Damaskus. Tabiat pribadinya penyambur dan penyantun, dia juga diplomat yang ulung.
Dinasti Umayyah merupakan sebuah rezim pemerintahan Islam yang berada di
bawah kekuasaan keluargaUmayyah3 yang berlangsung dari tahun 661 M-750 M.
Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib, sebagian umat Islam membai'at Hasan salah seorang
anak Ali untuk menjadi Khalifah, namun jabatan tersebut tidak berlangsung lama,
karena Hasan tidak mau melanjutkan konflik dengan Bani Umayyah (Mu'awiyah). la
melakukan perdamaian dengan Mu'awiyah dan menyerahkan kepemimpinan
kepadanya.4 Dengan demikian, Mu'awiyah menjadi penguasa tunggal masyarakat
muslim ketika itu. Sedangkan keluarga Hasan hidup mengasingkan diri sebagai orang
biasa. Namun Umayyah terus memburunya hingga akhimya Hasan meninggal karena
diracun.
3
Tercatat dalam sejarah bahwa keluarga Umayyah sebelumnya merupakan penentang keras Nabi saw, tetapi
masa berikutnya serelah tidak mampu melawan, mereka masuk Islam. Lihat: Rasyid Jullandari, Qur’anic Exegesis
and Classical Tafsir (t.tp: Islamic Quarterly, 1980), 97. As-Suyuthi menjelaskan bahwa setelah masuk Islam,
Mu’awiyah menjadi seorang Islam yang baik, sehingga Rasulullah saw, menjadikannya sebagai salah satu penulis
wahyu (Al-quran). Bahkan dalam riwayat At-Tirmizi, Rasulullah Saw, pernah mendoakannya supaya dijadikan
Allah Swt, menjadi orang yang memberi petunjuk dan diberi petunjuk. Lihat: Jalaluddin As-Suyuthi, Tarikh Al-
Khulafa’ (Kairo: Dar An-Nahdah, 1975), 308-309.
4
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2007), 79.
5
Abu Al-A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Mizan, 1984), 123
memperluas wilayah kekuasaan Islam diyakini merupakan faktor yang
mempengaruhi kebudayaan Arab selanjutnya.
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Islam masuk ke Syria pada tahun 635 M atau pada masa Kekhalifaan "Umar bin
Khattab. Syiria (atau dahulu lebih dikenal sebagai syam) jatuh ke tangan kaum
Muslimin setelah pengepungan selama 70 hari. Kejatuhan Syiria ke tangan kaum
Muslimin, ditandai oleh keberadaan perjanjian damai antara kedua belah pihak yang
berperang pada waktu itu. Khalifah Umar bin Khattab kemudian membagi Syiria
menjadi 4 (empat) distrik besar, yakni, Damaskus, Himsh, Yordania, dan Palestina
(kemudian ditambah lagi distrik Qinnasrin). 'Umar memerintahkan seluruh tentara
Islam agar tetap tinggal dalam barak-barak militer agar kehidupan penduduk lokal
tidak terganggu dan tetap berjalan seperti biasa.6
6
Andi Syahraeni, Islam Di Syria, Jurnal Rihlah, Vol. V No. 2, (2016), 139.
7
Anwar Sewang, Sejarah Peradaban Islam (Parepare: STAIN, 2017), 158.
2) Perkembangan Ilmu Pengetahuan.)
3) Peradilan.
Pembuatan pabrik kapal laut untuk pertahanan dan keamanan dalam negeri
dibentuk departemen kepolisian. Kemiliteran dibuat secara profesional, para
tentaranya diberikan gaji dan penghidupan yang layak.
5) Pemerintahan
8
Fadil Munawwar Manshur, Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya Arab Pada Masa Dinasti Umayyah,
Humaniora, (Vol. Xv No 2. Juni, 2003), 176.
9
Khoiro Ummatin, Sejarah Islam Dan Budaya Lokal Kearifan Islam Atas Tradisi Masyarakat (Yogyakarta:
Kalimedia, 2018), 89.90
1) Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan.
Secara politik. wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam
beberapa negara kecil.
4) Tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak
lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini
tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi
perjuangan kaum muslimin.
Pada masa Dinasti Bani Umayah, banyak perkembangan dan kemajuan yang
terjadi di semua bidang kehidupan. Perkembangan tersebut mempengaruhi
terhadap perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Peranan para khalifah
memiliki kontribusi besar dalam kemajuan Islam. Beberapa langkah
pengembangan Kebudayaan yang dilakukan oleh Para Khalifah Bani Umayah
antara lain:
Pada masa Dinasti Umayyah ini mulai dikenal stratifikasi sosial. Menurut
Philip K. Hitti (2001:97) rakyat dari seluruh imperium Arab terbagi ke dalam
empat macam golongan, yaitu :
Kehidupan pribadi para khalifah Dinasti Umayyah juga tidak lepas dari ke-
kurangan dan kelemahan. Menurut Ali K (1995:238), hampir semua khalifah
mempunyai gundik dalam harem. Yazid II sangat mencintai dua gadis
penyanyinya, Salamah dan Habibah, sehingga ketika Habibah meninggal
karena tersumbat sebuah anggur yang dilempar Khalifah ke dalam mulutnya
ketika sedang bercanda, khalifah yang tengah dimabuk asmara itu sangat
menyesal hingga meninggal dunia.
Di bawah penguasa Yazid I, penggunaan anggur menjadi sebuah tradisi.
Penggunaan anggur yang terlalu banyak membuat Yazid I memperoleh gelar
Yazid Al-Khumur. Dia biasa minum tiap hari; sementara Khalifah Walid I
memuaskan dirinya dengan minum anggur setiap dua hari sekali; Hisyam
minum anggur sekali dalam satu minggu, dan Abdul Malik minum anggur
satu kali dalam satu bulan. Yazid II dan Walid II dikenal sebagai peminum
berat. Pesta anggur biasanya dilakukan bersamaan dengan pesta musik.
Permainan dadu dan kartu juga dipraktikkan di dalam kerajaan. Balapan kuda
sangat populer di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah. Musik dikembangkan
dan sejumlah uang diberikan kepada para pemusik dan penyanyi.
C. Bidang Militer
Ketika tentara Romawi menyerang pantai Syria pada tahun 669 Masehi
pemerintahan Dinasti Umayyah mulai menyadari pentingnya pengembangan
angkatan laut. Untuk itulah, selain pabrik galangan kapal yang telah ada di
Mesir, bangsa Arab juga mendirikan pabrik baru di Syria. Para ahli, pakar
perencana, dan para tukang dipekerjakan untuk membangun kapal di Syria.
Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, bangsa Arab telah memiliki suatu
armada angkatan laut yang besar yang terdiri atas 1.700 kapal perang. Ini
dicapai berkat kepemilikan pabrik kapal di Mesir, Syria, dan Tunisia. Dengan
kekuatannya itu, wajar apabila pasukan Arab berhasil melakukan penaklukan
pulau-pulau dan kota-kota yang dipisahkan oleh laut.
E. Bidang pendidikan
Lebih dari itu, ilmu pengetahuan dan budaya Arab pada masa Dinasti
Umayyah juga mengalami perkembangan yang pesat dalam lapangan ilmu-
ilmu “umum”. Bahkan ilmu pengobatan mencapai puncak kesempurnaannya
di Arabia pada masa dinasti ini. Khalid Ibn Yazid memperoleh kesarjanaan
dalam ilmu kimia dan kedokteran dan menulis beberapa buku tentang bidang
itu. Dia adalah orang pertama di dalam Islam yang menerjemahkan ilmu
pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab. Umar II menyokong pengajaran
dan orang-orang terpelajar, dan menurut suatu kabar, ia telah memindahkan
sekolah kedokteran dari Alexandria ke Antiokia (Ali, 1995:241). Di bawah
pemerintahannya, banyak karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Cucu Ali, yang bernama Imam Ja’far yang ahli dalam berbagai cabang ilmu di
masanya, adalah pendiri dari aliran filsafat dalam Islam. Hasan Al-Basri dan
Wasil Ibn Atha, pendiri aliran Mu’tazilah, adalah murid Imam Ja’far yang
terkenal.
Kendati perkembangan puisi dan musik mendapat tantangan dari kaum
konservatif, yang menganggap musik dan nyanyian sebagai kesenangan-
kesenangan yang dilarang agama, kemajuan puisi dan musik amat luar biasa,
terutama di lingkungan istana (Hitti, 2001:103)
F. Arsitektur
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Daftar Pustaka
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004 .
Ali, K. Studi Sejarah Islam. Diterjemahkan Oleh Adang Affandi Dari Judul A Study
Of Islamic History. Jakarta: Binacipta, 1995 .
Ali, Syed Ameer. Api Islam. Diterjemahkan Oleh H.B. Jassin Dari Judul The Spirit
Of Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1978.
Armstrong, Karen. Islam : A Short History. Sepintas Sejarah Islam. Diterjemahkan
Oleh Ira Puspito Rini. Yogyakarta : Ikon Teralitera, 2002.
Jullandri Rasyid, Qur’anic Exsegies And Classical Tafsir. T.Tp: Islamic Quarterly,
1980.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Dirasah Islamiyah II. Jakarta : P.T. Raja
Grafindo Persada, 1999.