Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH BERDIRINYA DAN PERIODE PEMERINTAHAN


DINASTY UMAYYAH DI ANDALUSIA

Guru pembimbing :
Syifaudin, S.Pd

Disusun oleh :

1. Dimas Willy Nauvila A. (08)

2. Elma Rohmatin Aulia (11)

3. Fajrina Fatil minati (13)

4. Nafi' Alghifari (22)

Kelas : X MIPA 3

MAN 1 TUBAN
2022/2023
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya


kekuasaan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya masih
menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad yaitu pemilihan khalifah dengan
proses musyawarah.

Bentuk pemerintahan Dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat turun


temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya otoriter, kekuasaan mutlak,
kekerasan, diplomasi yang di tambahi tipu daya dan hilangnya keteladanan Nabi
untuk musyawarah dalam menentukan Khalifah merupakan gambaran umum tentang
kekuasaan dinasti sesudah Khulafaur Rasyidin. Dinasti Umayyah merupakan kerajaan
islam pertama yang di dirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan.

Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak


Khawarij membunuh Khalifah Ali, meskipun kekuasaan di pegang oleh putranya
Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya
kepemimpinan hanya berlangsung beberapa bulan saja. Hasan kemudian
menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah, namun dengan perjanjian bahwa pemilihan
kepemimpinan sesudahnya diserahkan kepada umat islam. Perjanjian tersebut disebut
dengan am jama’ah yang dibuat pada tahun 661 M/ 41 H karena perjanjian ini
menyatukan umat islam menjadi satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung
mengubah pola pemerintahan menjadi kerajaan. Munculnya Dinasti Umayyah
memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban islam, hal itu dibuktikan dengan
sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan, dll.

Rumusan Masalah

Bagaimana awal berdirinya Dinasti Bani Umayyah ?

Bagaimana sistem pemerintahan pada Dinasti Bani Umayyah ?

Tujuan Penulisan

Menjelaskan awal berdirinya Dinasti Bani Umayyah

Menjelaskan sistem pemerintahan pada Dinasti Bani Umayyah


PEMBAHASAN

SEJARAH BERDIRINYA DINASTI BANI UMAYYAH

Bani Umayyah adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa Khulafaur


Rasyidin yang memerintah dari 661 M sampai 750 M di Jazirah Arab dan
sekitarnya. Diakhir masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat islam mulai
bergejolak sehingga muncul menjadi tiga kekuatan politik yang dominan yaitu
Syiah, Muawiyah dan Khawarij. Posisi Ali semakin melemah sedangkan posisi
Muawiyah semakin kuat. Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah
bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah
Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu
bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan. Dinasti Umayyah
didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah adalah gubernur
yang diangkat Khalifah Umar ibn Khattab untuk wilayah Jordania. Muawiyah
dilahirkan di kota Mekah sekitar 15 tahun sebelum Hijrah dari pasangan Abu
Sufyan dan Hindun. Muawiyah sendiri adalah seorang pemimpin yang berani,
berpikiran kuat, sangat jujur,serta ahli dalam bidang politik dan pemerintahan.
Pada tahun 40 H Ali terbunuh oleh seorang anggota Khawarij. Setelah Ali bin Abi
Thalib wafat kemudian kekuasaannya diganti oleh sang putra yaitu Hasan tetapi
tetap posisi Muawiyah lah yang semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian
damai yang di dalamnya dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu
kepemimpinan politik, dibawah Muawiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain perjanjian
tersebut menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolute dalam islam. Tahun
41 H, tahun persatuan itu dikenal dalam sejarah sebagai tahun jamaah (am
jamaah). Jadi ‘Am jamaah adalah tahun persatuan antara Hasan dan Muawiyah,
artinya bahwa antara mereka tidak terjadi perebutan kekuasaan dan mereka
berdamai serta menjalankan pemerintahan dalam satu kepemimpinan.

Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan masa al-Khulafaur ar-
Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik. Dinasti
Umayyah merupakan pemerintahan kaum muslimin yang berkembang setelah
masa Khulafaur Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H. Muawiyah selain
sebagai pendiri juga sebagai Khalifah pertama Bani Umayyah.
Muawiyah di pandang sebagai pembangun Dinasti ini, oleh sebagian
sejarawan dipandang negative sebab keberhasilannya memperoleh legalitas atas
kekuasaannya dalam perang saudara di Shiffin. Terlepas dari itu, dalam diri
Muawiyah terkumpul sifat-sifat seorang penguasa, politikus dan administrator.

Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya


kemenangan diplomasi dalam peran Shiffin dan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib,
melainkan sejak semula Muawiyah memiliki basis nasional yang solid sebagai
landasan pembangunan masa depan. Selain itu, ia mendapatkan dukungan yang
kuat dari Suriah dan keluarga Bani Umayyah, ia merupakan seorang administrator
yang sangat bijaksana dalam menempatkan para pejabat-pejabatnya serta
memiliki kemampuan yang menonjol sebagai negarawan sejati.

MASA PEMERINTAHAN PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH

Sejalan dengan watak dan prinsip Muawiyah, dengan pemikirannya yang


perspektif dan inovatif, ia dapat membuat berbagai kebijakan dan keputusan
politik dalam maupun luar negeri.

Pertama, pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus.


Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan politik dan alasan keamanan.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Khalifah-khalifah
besar pada dinasti ini adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680M), Abdul
Malik ibn Marwan (685-705M), Walid ibn Abdul Malik (705-715M), Umar ibn
Abdul Aziz (717-720M) dan Hisyam ibn Abdul Malik (724-743M).

Kedua, Muawiyah memberi penghargaan kepada orang-orang yang berjasa


dalam perjuangannya mencapai puncak kekuasaan. Seperti Amr bin Ash ia angkat
kembali menjadi Gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syu’bah yang diangkat
menjadi Gubernur di Persia.

Ketiga, menumpas orang-orang yang beroposisi yang dianggap berbahaya


jika tidak bisa dibujuk dengan harta dan kedudukan dan menumpas kaum
pemberontak.
Keempat, membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angkatan yaitu
darat, laut dan kepolisisan yang tangguh dan loyal. Ketiga angkatan ini bertugas
menjamin stabilitas keamanan dalam negeri dan mendukung kebijaksanaan politik
luar negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan.

Kelima, meneruskan wilayah kekuasaan islam baik ke timur maupun ke barat.


Perluasan wilayah ini diteruskan oleh para penerus Muawiyah seperti Khalifah
Abd al-Malik ke Timur, Khalifah al-Walid ke Barat dan Perancis di zaman
Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Perluasan wilayah di Dinasti ini merupakan
ekspansi besar kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab.

Keenam, baik Muawiyah maupun para penggantinya membuat kebijaksanaan


yang berbeda dari zaman Khulafa Rasyidin.

Ketujuh, Muawiyah mengadakan pembaharuan dibidang administrasi


pemerintah dan melengkapinya dengan jabatan-jabatan baru yang sangat banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantium.

Kedelapan, kebijaksanaan dan keputusan politik penting dibuat oleh Khalifah


Muawiyah adalah mengubah sistem pemerintahan dari bentuk khalifah yang
bercorak Demokratis menjadi sistem Monarki dengan mengangkat putranya,
Yazid menjadi putra mahkota untuk menggantikannya sebagai Khalifah
sepeninggalnya nanti. Ini berarti suksesi kepemimpinan berlangsung secara turun-
temurun yang diikuti oleh para pengganti Muawiyah. Dengan demikian, ia
mempelopori meninggalkan tradisi di zaman Khulafa ar-Rasyidin dimana
Khalifah ditetapkan melalui pemilihan oleh umat.

Walaupun Muawiyah mengubah sistem pemerintahan menjadi Monarki,


namun Dinasti ini tetap memakai gelar Khalifah. Bahkan Muawiyah menyebut
dirinya sebagai Amir al-Mu’minin dan status jabatan Khalifah diartikan sebagai
wakil Allah dalam memimpin umat dengan menggantikannya kepada Al-Qur’an.
Atas dasar ini Dinasti menyatakan bahwa keputusan-keputusan Khalifah
didasarkan atas perkenaan Allah.
PENUTUP

KESIMPULAN

Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 H /
661 M.

Keberhasilan yang dicapai Bani Umayyah diantaranya : Bahasa Arab yang


dijadiakan bahasa resmi Negara, pembuatan mata uang Arab, pengembangan
bidang keilmuan, dll.

Dinasti Umayyah diambil dari nama Umayyah ibn ‘Abdi Manaf, Dinasti ini
dirintis semenjak masa kepemimpinan Khalifah bin Affan namun baru
kemudian berhasil dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan kedaulatan
oleh seluruh rakyat setelah Khalifah Ali terbunuh dan Hasan ibn Ali yang
diangkat oleh kaum muslimin di Irak menyerahkan kekuasaannya pada
Muawiyah setelah melakukan perundingan dan perjanjian. Bersatunya ummat
muslim dalam satu kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jamaah
(‘Am al Jamaah) tahun 41 H (661 M).

Sistem pemerintahan Diansti Bani Umayyah diadopsi dari kerangka


pemerintahan Bizantium, dimana ia menghapus sistem tradisional yang
cenderung pada kesukuan. Pemilihan Khalifah dilakukan dengan sistem turun
temurun atau kerajaan, hal ini dimulai oleh Umayyah ketika menunjuk
anaknya Yazid untuk meneruskan pemerintahan yang dipimpinnya pada tahun
679 M.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Usyairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta
Akbar, 2006, hlm. 181.

Dr. Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam. hlm. 69.

Moh. Nurhakim, Sejarah & Peradaban Islam,(Malang: UMM Press, 2003), hlm. 53.

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 118.

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 120.

Tentang Perbedaan antara system pemerintahan masa Khalifah Rasyidah dan masa
dinasti Umayyah ini, baca : Abu A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung:
Mizan, 1984).

Anda mungkin juga menyukai