Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH

Dosen Pengampu: Husairi,M.pd

Mata Kuliah: Sejarah peradaban islam

Disusun Oleh:

Nurjannah

Bq Nurhaliza

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM (STAI) DARUL KAMAL KEMBANG KERANG DAYA

2022
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama dan peradaban yang dirintis oleh Nabi Muhammad memberikan
kontribusi besar pada peradaban dunia, rangkaian penerus sesudahnya yang dikenal sebagai
khalifah, meneruskan otoritas politik untuk mengayomi seluruh komunitas Muslim. Sejak
masa kekhalifahan, Islam tumbuh menjadi kekuatan budaya dan peradaban serta tradisi
agama yang mengakar, dan berperan penting dalam pembentukan budaya di seluruh dunia.
Setelah masa kepemimpinan khilafah rasyidah, dan Muawiyah dinobat kan sebagai Khalifah
pada tahun 40 H./660 M., Peradaban Islam memasuki fase baru dalam sejarah perkembangan
politik dan ketatanegaraannya, selama 30 tahun dibangun dengan sistem pemerintahan yang
berbentuk republik pada masa sebelumnya, Muawiyah meletakkan sebuah peradaban baru
dalam dunia Islam, ia membangun sebuah dinasti besar, yang bernama dinasti Bani
Umayyah.
Walaupun dibangun dengan pertumpahan darah pada masa awal berdirinya, dinasti Bani
Umayyah berhasil menggoreskan jejak peradaban yang sangat maju,yang sulit tertandingi
pada masa-masa setelahnya bahkan sampai saat ini, pada masanya Islam berkembang sangat
pesat sampai hampir ke seluruh dunia, kekuasaannya meliputi wilayah-wilayah yang sangat
luas, bahkan negara negara besar saat ini, seperti Iran, Irak, Saudi Arabia, Yaman dan lainnya
hanya merupakan salah satu provinsi dimasanya, bangsa Arab yang dahulu dikenal Ummy
(buta huruf), berkembang menjadi pusat kajian ilmu dan intelektualitas, Islam yang lahir di
tanah Arab yang tandus, primitif, nomaden, dan mayoritas keahlian penduduknya hanya
berdagang, berubah menjadi pusat dan kibat peradaban di dunia menggeser Romawi dan
Persia,kemajuan peradabannya menghegemoni peradaban-peradaban besar di dunia.1
Tulisan dalam makalah ini, tentu tidak dapat menggambarkan seluruh kesuksesan yang
berhasil dicapai oleh dinasti Umayyah dan bukan bertujuan untuk mengembalikan
romantisme kejayaan Islam masa silam, namun, meninjau sejarah ke belakang sangat
diperlukan untuk mengambil I’tibar, hikmah dari kejadian dan peristiwa masa lampau, agar
terhindar dari mengulangi kesalahan kesalahan yangsama, dan dapat mengambil sisi positif
untuk diterapkan pada masa sekarang danmasa depan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah?

2. Pusat Pemerintahan Bani Umayyah?

1
Donner, Fred M. “ Muhammad and the Chaliphate”, dalam John L. Esposito (ed.),The Oxford History of Islam, New York :
Oxford University Pers. 1999
3. Bagaimana Sistem Pemerintahan Bani Umayyah?

4. Bagaimana Perkembangan dan Kemajuan Islam pada masa Bani Umayyah?

BAB II

PEMBAHASAN
PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Kelahiran Dinasti Bani Umayyah tidak terlepas dari situasi politik yang bergejolak sejak masa
Khalifah Utsman bin Affan yang kemudian berakhir dengan terbunuhnya Utsman pada tahun 35 H.
Ketika kepemimpinan dilanjutkan oleh Ali bin Abi Tholib (36 H) suasana politik semakin memanas,
dengan banyaknya tuntutan dan desakan kepada Aliuntuk segera memproses secara hukum orang-
orang yang membunuh Utsman.Tuntutan ini disuarakan oleh Muawiyah yang memiliki hubungan
nasab denganUtsman dari jalur Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kemudian didukung oleh sahabat-
sahabat lain seperti Ubadah bin Ash-Shamit, Abu Ad-Darda’, Abu Umamah, Amr Bin Abasah, dan
sahabat lainnya.
Sebenarnya Ali bukan tidak ingin segera mencari dan menghukum para pembunuh Utsman, tapi
dalam periode awal kepemimpinannya Ali lebih memprioritaskan stabilitas politik, ekonomi dan
keamanan dalam negeri. Ali banyak mengubah kebijakan yang dilakukan Utsman pada periode
sebelumnya, antara lain dengan mencopot gubernur-gubernur yang diangkat oleh Utsman, karena Ali
Yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan yang terjadi karena keteledoran mereka. Selain itu, Ali
juga menarik kembali tanah yang di hadiahkan oleh Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan
hasil pendapatannya kepada negara dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara
orang-orang Islam, sebagaimana pernah diterapkan oleh pemerintahan Umar bin Khattab.
Besarnya gelombang fitnah pada masa Ali tidak urung memicu timbulnya perang saudara, yang
melibatkan sahabat-sahabat Nabi bahkan ibu negara Aisyah dalam peristiwa perang Jamal pada
pertengahan tahun 36 H. Disusul dengan perangShiffin yang terjadi pada tahun 37 H dengan
Muawiyah bin Abu Sufyan yang saatitu menjabat sebagai Gubernur Syria. Muawiyah menolak untuk
membaiat Alisebagai Khalifah dengan alasan Ali tidak mengambil satu pun langkah nyata
untukmembalaskan darah Utsman, namun, beberapa riwayat menyebutkan bahwa penyebab
sebenarnya hanyalah karena Muawiyah, yang telah lama menjabatsebagai Gubernur, tidak rela
kehilangan jabatannya yang saat itu ingin diganti olehAli dengan Sabi bi Junaif. 2

Pada Bulan Shafar 37 H/685 M, peperangan tak terhindarkan, terjadilah perangShiffin dengan
kekuatan 95.000 orang di pihak Ali dan 85.000 orang di pihakMuawiyah, di bawah pimpinan Malik
al-Asytar, pasukan Ali hampir menang ketika Amr bin Ash yang memimpin pasukan Muawiyah
melancarkan siasat yang cerdikdengan mengacungkan tombak yang di ujungnya dilekatkan salinan
Al-Qur’an Pertanda seruan untuk mengakhiri peperangan dan mengikuti keputusan Al-Qur’an.
Karena desakan para pengikutnya Ali menerima usulan Muawiyah untuk melakukan Arbitrase
(Tahkim) dengan menunjuk juru runding antara kedua belah pihak. Ali menunjuk Abu Musa Al-
Asy’ari sebagai Arbitornya dan Muawiyah Menunjuk Amr bin Ash yang dikenal sebagai politisi
ulung bangsa Arab.
Akhirnya Arbitor kedua belah pihak merumuskan sebuah kesepakatan :
1. Mencopot Ali dan Muawiyah dari kursi kekhalifahan2.

2
Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An-Nihayah, terj. Amir Hamzah dan Misbah (Jakarta: PustakaAzzam, 2012, Jilid XI), h. 225.
2. Kewenangan pemerintahan selanjutnya diberikan pada badan musyawarahumat, untuk
mencari format yang paling tepat bagi mereka, baik pihak Ali danMuawiyah maupun yang
lain
Namun kesepakatan ini menuai kontroversi, setelah kedua Arbitor sepakatuntuk menurunkan
pemimpin mereka di depan publik, dimulai oleh Abu Musasebagai orang yang lebih tua untuk
menyampaikan orasinya dengan mencopot Alidan Muawiyah dari jabatannya, Amr bin Ash
mengkhianati kesepakatan ini, denganmengumumkan dan menetapkan Muawiyah sebagai khalifah
disebabkan Alimundur dari kekhalifahan dan dia berijtihad tidak mungkin kaum Muslimin dibiarkan
tanpa pemimpin.
Hasil Arbitrase tersebut sangat merugikan pihak Ali yang secara De jure Memiliki legitimasi sebagai
khalifah yang sebenarnya, sementara Muawiyah hanyamenjabat sebagai gubernur provinsi, kerugian
lain yang timbul adalah turunnyasimpati sejumlah besar pendukungnya, dan umat Islam terpecah
menjadi tigakekuatan politik, Khawarij, Murjiah dan Syiah. Konflik dan pemberontakansemakin
gencar hingga Ali harus syahid pada tahun 40 H dibunuh oleh kaumKhawarij.
Pasca wafatnya Ali, terjadi dualisme kepemimpinan di kalangan umat Islam, para penduduk di
wilayah Irak mengangkat Hasan bin Ali sebagai penerus Ali,sementara Muawiyah dinobatkan sebagai
khalifah di wilayah Syria. Hingga padatahun 41 H Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah
secara bersyarat,maka resmilah Muawiyah menjadi pemimpin tunggal umat Islam, yang
kemudianTahun ini dikenal sebagai ‘Aam Jamaah.Penyerahan kekuasaan dari Hasan keMuawiyah ini
menjadi tonggak formal berdirinya Dinasti Umayyah di bawahkepemimpinan Muawiyah bin Abu
Sufyan.
B. Pusat Pemerintahan Bani Umayyah
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab menunjuk Muawiyahsebagai Gubernur di Syria,
yang saat itu merupakan sebuah provinsi penting dalamkekuasaan Bizantium, kemudian ditaklukkan
oleh para pahlawan muslim di bawahkomando Khalid bin Walid, dengan perjuangan yang terus
menerus berhasilmenumbangkan imperium Heraklius di negeri Syam. Satu persatu kota di
negeritersebut berhasil ditaklukkan, Antiokia, Aleppo, Qinasrin, di wilayah utara jatuh ketangan
putra-putra padang pasir, sementara di wilayah selatan Caesarea menyerah di tangan Muawiyah
setelah diserbu berkali-kali dan dikepung selama tujuh tahun.Antara 633 dan 640, semua wilayah dari
selatan ke utara, berhasil ditaklukkan.3

Muawiyah menjabat sebagai gubernur Syria menggantikan saudaranya Yaziddan Abu Ubaydah yang
sebelumnya ditunjuk sebagai gubernur Jenderal oleh Umar.Setelah mendapatkan limpahan kekuasaan
penuh dari Hasan bin Ali dan kemudiandilantik sebagai khalifah di Illiya pada 40 H / 660 M, ia
mengalihkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Syria dan menjadikan Damaskus sebagai ibu
kotakerajaan Islam yang sebelumnya adalah ibu kota provinsi Syria. Perpindahan pusat pemerintahan
ke Syria menjadi sangat strategis bagi Muawiyah untuk melebarkankekuasaanya ke Mesir, Armenia,
Mesopotamia utara, Georgia dan Azerbaizansampai ke Asia kecil dan Spanyol.
C. Sistem Pemerintahan Bani Umayyah
Pasca wafatnya Nabi Muhammad, Abu Bakar terpilih sebagai penerus NabiMuhammad untuk
memimpin kaum muslimin melalui pemilihan yang melibatkan pemimpin masyarakat Islam yang
berkumpul di Madinah. Ia melaksanakan semuatugas dan meneladani semua keistimewaan Nabi,
kecuali hal-hal yang terkaitdengan kenabiannya Karena kenabian berakhir seiring dengan
wafatnyaMuhammad. Sehingga Abu Bakr disebut Khalifah Rasul Allah ( Penerus Rasulullah).

3
Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Jogjakarta: Saufa,2014) , h. 113.4 Katsir, Al Bidayah, h.
401.
Umar, kandidat khalifah setelah Abu Bakar, ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai penerusnya pernah
menggunakan gelar Khalifah Khalifah Rasul Allah Tapi karenaterdengar terlalu panjang akhirnya
diperpendek dengan gelar Amirul Mukminin (Panglima orang-orang beriman).Sistem kekhalifahan
yang dilakukan secara demokratis ini terus berlanjutsampai masa Utsman dan Ali. Mereka dipilih dan
dibaiat melalui proses musyawarah dan tidak ada seorang pun dari mereka yang mendirikan sebuah
dinasti.
Sistem kekhalifahan ini berlangsung selama tiga puluh tahun. Setelah itu sistem pemerintahan
berubah menjadi sistem dinasti atau kerajaan. Masa pemerintahanMuawiyah merupakan awal sistem
kerajaan, dimana Muawiyah merupakan raja Islam pertama dan terbaik.

Muawiyah mengubah sistem pemerintahannya menjadi Monarchiheridetis (kerajaan turun temurun)


meniru sistem pemerintahan di Persia dan Bizantium. Dantetap menggunakan istilah khalifah, namun,
dia memberikan interpretasi baru dalam tersebut. Dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam
pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah.Dengan demikian, Muawiyah lah peletak sistem dinasti
pertama dalam peradaban Islam, dengan menunjuk putranya Yazid sebagai penerusnya, dan sejak saat
itu sistem kerajaan tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan.

D. Perkembangan dan kemajuan Islam pada masa Bani Umayah


Terlepas dari perebutan kekuasaan pada masa awal kekhalifahan BaniUmayyah, sehingga cukup
menimbulkan goresan luka sejarah pada generasi Islamsetelahnya yang melihatnya dalam perspektif
berbeda dengan kondisi dan situasi pada saat itu, Tidak dapat dipungkiri bahwa 90 tahun masa
pemerintahannya dinastiBani Umayyah memberikan kontribusi besar dalam perjalanan membangun
peradaban Islam di dunia. Ada begitu banyak hal perkembangan dan ke kemajuan Islam yang berhasil
dirintis dan dicapai oleh dinasti Bani Umayyah pada masanya,antara lain :
1. Ekspansi wilayah yang sangat luas
Sejak menggeser pemerintahannya dari Madinah ke Damaskus, Bani Umayyahtelah membangun
sebuah imperium Arab yang baru, dari kota inilah dinasti BaniUmayyah melanjutkan ekspansi
kekuasaan Islam dan mengembangkan sentral pemerintahan yang kuat.
Ekspansi kekuasaan meluas meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,Jazirah Arabia, Irak,
sebagian Asia kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan, Purkmenia,Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah.
Serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel juga terusdilakukan dengan
mengerahkan Angkatan lautnya yang hebat, pada masa AbdulMalik perluasan wilayah mencapai
Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana,Samarkand, India, Balukhistan, Sind, Punjab sampai ke
Maltan.
2. Pembenahan Administrasi Pemerintahan
Bani Umayyah membagi wilayah administrasi pemerintahan menjadi beberapa provinsi, (1) Suriah
Palestina; (2) Kufah, termasuk Irak; (3) Bashrah, yangmeliputi Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain,
Oman, Nejed dan Yamamah; (4)Armenia; (5) Hijaz; (6) Karman dan wilayah di perbatasan India; (7)
Mesir; (8)Afrika kecil; (9) Yaman dan Arab Selatan. Secara bertahap beberapa provinsi digabung,
sehingga tersisa lima provinsi yang masing-masing diperintah oleh seorang wakil khalifah.
Pemerintah memiliki tiga tugas utama yang meliputi pengaturan administrasi publik, pengumpulan
pajak, dan pengaturan urusan-urusan keagamaan. Sumberutama pendapatan negara adalah pajak dan
zakat, Muawiyah mengambil kebijakan untuk menarik pajak 2,5 persen, dari pendapatan tahunan
orang Islam, nilainyasama dengan pajak penghasilan di negara modern saat ini.

Untuk Administrasi negara, Bani Umayyah mendirikan diwan, sebagai tempat untuk menyalin
putusan atau peraturan dalam satu register. Diwan yang didirikan terbatas pada empat diwan penting,
Diwan Pajak, Diwan Persuratan, DiwanPenerimaan, dan Diwan Stempel.Karena wilayah
kekuasaannya yang sangat luas, Bani Umayyah membuat sebuah badan pelayanan persuratan dan
korespondensi yang disebut Barid, yang pada masa sekarang dikenal dengan kantor pos. Dan mata
uang dicetak pertama kali pada masa pemerintahan Abdul Malik.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Bangsa Arab sebelumnya tidak memiliki budaya intelektualitas yang tinggi,namun sejarah
membuktikan, mereka haus akan ilmu dan cepat belajar dari daerah-daerah yang mereka taklukkan.
Ilmu pengetahuan segera mengalami kemajua nyang begitu pesat, Khilafah Bani Umayyah telah
menabur benihbenih pengetahuan yang kelak pohonnya berbuah begitu lebat pada masa dinasti
Abbasiyah.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama, tetapi
juga ilmu pengetahuan umum seperti ilmu kedokteran,ilmu pasti, filsafat, astoronomi, geografi,
sejarah, bahasa dan sebagainya. Dua kotaHijaz, Mekah dan Madinah, menjadi tempat berkembangnya
musik, lagu dan puisi.Sementara Kufah dan Bashrah berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual
didunia Islam..

4. Kemiliteran, Pertahanan dan keamanan


Berbeda pada masa-masa sebelumnya dimana prajurit-prajurit perang direkrutatas dasar teologis
dan loyalitas yang tinggi, pada masa Umayyah kemiliteran dibuat secara profesional, para
tentaranya diberikan gaji dan penghidupan yang layak.
Selain berhasil membentuk kekuatan angkatan perang, salah satu perkembangan pada Dinasti
Bani Umayyah adalah dibuatnya pabrik kapal laut.Untuk pertahanan dan keamanan dalam negeri
dibentuk departemen kepolisian.

5. Peradilan
Sebagaimana saat kekhalifahan sebelumnya, para hakim yang diangkat padamasa Bani Umayyah
adalah orang-orang pilihan yang sangat taat kepada AllahSWT dan adil dalam menetapkan keputusan.
Keputusan-keputusan hakim sudahmulai dicatat. Peradilan dibagi menjadi tiga tingkatan, AlQadha,
peradilan yang menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan agama,Al-Hisbah, yang mengurus
masalah-masalah pidana, dan AlMazhalim,Lembaga tertinggi yang mengadili para pejabat tinggi dan
hakimhakim, pada masa sekarang fungsinya seperti Mahkamah Agung.

6. Perkembangan Arsitektur
Sebagai ikon dan simbol teologis keislaman, seni arsitektur dan bangunan yang paling utama dan
representatif dalam sebuah peradaban Islam adalah rumah ibadah(masjid). Masjid yang secara
harfiahnya adalah tempat sujud atau pusat ritual ibadah mengalami perkembangan makna dan fungsi,
masjid berperan sepertisebuah ruang pertemuan besar, sebagai forum politik, dan ruang pendidikan.
Masjid Umayyah yang berdiri megah merupakan salah satu bangungan yang paling impresif di dunia
Islam, bahkan dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia.Selain masjid Umayyah yang menjadi ikon
di Damaskus, di Aleppo juga dibangun Masjid Jami’ Bani Umayyah al-Kabir dan masjid Ar-Rahman,
dengan arsitektur dan desain yang sangat megah.
.Selain rumah ibadah, arsitektur dan bangunan yang megah pada Dinasti BaniUmayyah adalah
dibangunnya istana-istana oleh para putra mahkkota keluargakhalifah, istana raja Qashra al-Khadra
yang terletak di ibu kota, alQubbah al-Khadra, tempat kediamannya al-Hajjaj, istana al-Muwaqqar
yang dibangun olehYazid, dan al-Walid juga mendirikan istana bernama almusyatta.4

4
Philip K. Hitti, History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2013), h. 189
BAB III
PENUTUP
Dari paparan makalah tentang sejarah peradaban Islam pada masa BaniUmmayyah di Timur ini,
dapat diambil beberapa Natijah Sebagai berikut;
1. Peradaban Islam dibangun di atas pondasi tauhid, yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad
sebagai pelopor yang mendobrak peradaban manusia menjadi sebuah Ummah ( masyarakat,
bangsa) yang baru.
2. Politik dan kekuasaan dalam membangun peradaban harus sesuai dengantujuan Tuhan dalam
menempatkan manusia di bumi sebagai Khalifah (pemimpin, penguasa, pengelola) bumi
untuk mewujudkan peradaban yang berorientasi dan bervisi surga.
3. Terlepas dari konflik yang terjadi pada masanya, Bani Umayyah telah berhasil meletakkan
sebuah periodisasi Islam yang baru dalam peradabandunia, memberikan pengaruh sangat
besar pada wilayah-wilayah yangdikuasaianya, baik pengaruh peradaban secara fisik maupun
secara budaya,sosial dan agama.
4. Runtuhnya kedaulatan Bani Umayyah dapat dijadikan cerminan bahwa suatu peradaban yang
menjauh dari hukum dan norma Tuhan akan mengalami kehancuran dengan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Azizi, Abdul Syukur. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.
Jogjakarta:Saufa, 2014.
Black, Anthony.The History of Islamic Political Thought From the Prophet to the Present, Terj.
Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi Hingga Kini Jakarta:
Serambi, 2006.
Donner, Fred M. “ Muhammad and the Chaliphate”, dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford
History of Islam, New York : Oxford University Pers. 1999
Hitti, Philip K.History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi SlametRiyadi Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2013.
Hawting, G.R.The First Dinasty of Islam, London : Routledge, 2000. Edisi kedua.
Katsir, Ibnu.Al Bidayah wa An-Nihayah.Terj. Amir Hamzah dan Misbah Jakarta:Pustaka Azzam,
2012.
Kennedy, Hugh.The Great Arab Conquests: How to Spread Islam Changed theWorld We Live In,
Terj. Ratih Ramelan, The Great Arab Conquests: Penaklukan Terbesar dalam Sejara Islam di Dunia,
Tangerang: PustakaAlvabet, 2008.

Anda mungkin juga menyukai