Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH PAI

KELOMPOK 4

( PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA UMAYYAH )

Oleh :

1. Alya Disha Cahyani


2. Arga Betara
3. Fardia Kafela
4. M. Reynard Xavier Adius
5. Puti Jemeema Rysia
6. Zacky Firdaus

Kelas : VIII.5

SMP N 1 Payakumbuh

TP 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan bani
Umayyah sebagai penerus pemimpin umat islam. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya,
pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses
musyawarah dan kesepakatan bersama. Ketika mereka menghadapi kesulitankesulitan, maka
mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang
lainnya.

Berbeda dengan pemerintahan Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan bani Umayyah


adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feudal (penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau
turun menurun). Untuk mempertahankan kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya
unsur kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya musyawarah
dalam pemilihan khilafah.

Dinasti bani Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah
Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak pembai‟atan
terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan
perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.

Terlepas dari persoalan sistim pemerintahan yang diterapkan, sejarah telah mencatat
bahwa Dinasti Umayyah adalah Dinasti Arab pertama yang telah memainkan perang penting
dalam perluasan wilayah, ketinggian peeradaban dan menyebarkan agama Islam keseluruh
penjuru dunia, khususnya eropa, sampai akhirnya dinasti ini menjadi adikuasa.

Melihat pentingnya pembelajaran mengenai corak pemerintahan Bani Umayyah, maka


pada kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang Dinasti Umayyah.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah ?


2. Siapa saja tokoh-tokoh Khalifah Daulah Bani Umayyah ?
3. Bagaimana masa kejayaan Khalifah Daulah Bani Umayyah ?
4. Bagimana perkembangan ilmu pengetahuan Khalifah Daulah Bani Umayyah ?
5. Bagaimana perkembangan budaya Khalifah Daulah Bani Umayyah ?
6. Kenapa Khalifah Daulah Bani Umayyah mengalami kemunduran dan keruntuhan?
7. Apa nilai keteladanan yang dapat diambil dari Khalifah Daulah Bani Umayyah ?
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Sejarah Berdirinya Daulah Bani Umayyah

Ibu kota : Damaskus

Ibu kota dalam pengasingan : Kordoba

Bahasa : Arab

Agama : Islam

Pemerintahan : Monarki

Sejarah : - Didirikan : 660

- Dibubarkan : 750

Bani Umayyah ( ‫( ب نو‬atau kekhalifahan Umayyah adalah kekhalifahan Islam


pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah
Arab dan sekitarnya, serta dari 756 sampai 1031 di kordoba, spanyol. Nama dinasti ini
diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd asy – Syams, kakek buyut dari khalifah pertama
bani umayyah yaitu Muawiyah I. Masa keKhilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun
yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan R.A, dimana pemerintahan
yang bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yaitu
setelah al-Hasan bin 'Ali R.A menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Mu‟awiyah Ibn Abu
Sufyan R.A dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda
fitnah akibat terbunuhnya Utsman bin ,Affan R.A, perang jamal dan penghianatan dari orang-
orang al - khawarij dan syi'ah. Suksensi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika
Muawiyah Ibn Abu Sufyan R.A mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya, Yazid Ibn Muawiyah Rahimahullah. Muawiyah Ibn Abu Sufyan R.A
bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan
istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk
mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya "khalifah Allah" dalam pengertian
"penguasa" yang diangkat oleh Allah. Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90
tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia
berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini
adalah:

- Muawiyah ibn Abi Sufyan (661 - 680 M)

- Abd al-Malik ibn Marwan (685 - 705 M)

- Al-Walid ibn Abdul Malik (705 - 715 M)

- Umar ibn Abd al-Aziz (717 - 720 M)

- Hasyim ibn Abd al-Malik (724 - 743 M)

Muawiyah bin Abi Sufyan sudah terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik, dia
adalah kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia pernah
dijadikan sebagai amir “Al-Bahar”. Ia mempunyai sifat panjang akal, cerdik cendekia lagi
bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur
pekerjaan dan ahli hikmah. Muawiyah bin Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani
Umayyah menggunakan politik tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan
ajaran Islam. Ia tidak gentar melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa,asal
maksud dan tujuannya tercapai. Dengan taktik dan kecerdikannya, ia mempermainkan emosi
umat islam. mu‟awiyah tidak mau menghormati ali, dan menyudutkannya pada sebuah
dilema: menyerahkan para pembunuh Utsman, atau menerima status sebagai orang yang
bertanggung jawab atas pembunuhan itu, sehingga ia harus diturunkan dari jabatan khalifah.

Dari perselisihan tersebut terjadilah peperangan antara Ali dan Mu‟awiyah. Peperangan
tersebut dikenal sebagai perang Siffin, karenazterjadi di daerah bernama Siffin. Dalam
pertempuran itu hampir-hampir pasukan Muawiyyah dikalahkan pasukan Ali, tapi berkat
siasat penasehat Muawiyyah yaitu Amr bin 'Ash, agar pasukannya mengangkat mushaf-
mushaf Al Qur'an di ujung lembing mereka, pertanda seruan untuk damai dan melakukan
perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan
Mu‟awiyah. Bukan saja perang itu berakhir dengan Tahkim Shiffin yang tidak
menguntungkan Ali, tapi akibat itu pula kubu Ali sendiri menjadi terpecah dua yaitu yang
tetap setia kepada Ali disebut Syiah dan yang keluar disebut Khawarij. Sejak peristiwa itu,
Ali tidak lagi menggerakkan pasukannya untuk menundukkan Muawiyyah tapi menggempur
habis orang-orang Khawarij, yang terakhir terjadi peristiwa Nahrawan pada 09 Shafar 38 H,
dimana dari 1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat jiwanya sehingga dari delapan
orang itu menyebar ke Amman, Kannan, Yaman, Sajisman dan ke Jazirah Arab. Ali pun
terbunuh oleh seorang anggota khawarij.

Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa
bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu‟awiyah semakin kuat, maka
Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam kembali
dalam satu kepemimpinan politik, dibawah Mu‟awiyah ibn Sufyan. Dengan meninggalnya
Ali (661), pemerintahan yang dapat kita sebut sebagai periode ke khalifahan republic-dimulai
sejak ke khalifahan abu Bakar (623) telah berakhir. Empat khalifah pada masa ini dikenal
oleh para sejarawan Arab sebagai al-Rasyidin. Pendiri khalifah kedua, Mua‟awiyah dari
keluarga Umayyah, menunjuk putranya sendiri, Yazid, sebagai penerusnya sehingga ia
menjadi seorang pendiri sebuah dinasti. Dengan demikian, konsep pewarisan kekuasaan
mulai diperkenalkan dalam suksesi kekhalifahan, dan sejak itu tidak pernah sepenuhnya
ditinggalkan.

Kekhalifahan Umayyah adalah dinasti (Mulk) pertama dalam sejarah islam.

II.2 Nama-nama Khalifah Daulah Bani Umayyah

Pemerintahan dinasti Umayyah berasal dari nama Umaiyah ibn Abu Syam ibn Abdi
Manaf, pemerintahan ini berkuasa selama selama kurang lebih 91 tahun (41-132 atau 661-
750 M) dengan 14 orang khalifah mereka adalah:

1. Muawiyah ibn Abi Sufyan (Muawiyah I), memerintah 661-681M


2. Yazid ibn Muawiyah
3. Muawiyah ibn Yazid
4. Marwan ibn Al-Hakam
5. Abdul Malik ibn Marwan
6. Al-Walid ibn Abdul Malik
7. Sulaiman ibn Abdul Malik
8. Umar ibn Abdul Aziz
9. Yazid ibn Abdul Malik
10. Hisyam ibn Abdul Malik
11. Walid ibn Yazid
12. Yazid ibn Walid
13. Ibrahim ibn Malik
14. Marwan ibn Muhammad

Dari sekian banyak khalifah yang berkuasa pada masa dinasti Umayyah hanya beberapa
khalifah saja yang dapat dikatakan khalifah besar yaitu Muawiyah ibn Abi Soyan, Abd al
Malik ibn Marwan, Al Walid ibn Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim ibn abd al
Malik.

Pada awalnya pemerintahan Dinasti Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah menjadi
feodal dan kerajaan. Pusat pemerintahannya bertempat di kota Damaskus, hal itu hal ini
dimaksudkan agar lebih mudah memerintah karena Muawiyah sudah begitu lama memegang
kekuasaan di wilayah tersebut serta ekspansi territorial sudah begitu luas.

II.3 Masa Kejayaan Khalifah Daulah Bani Umayyah

Kekuasaan Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara
dipindahkan Mu‟awiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa menjadi gubernur
sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi
Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik bin Marwan (685-705 M), al-Walid bin Abd Malik (705-
715), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) dan Hisyam bin Abd al-Malik (724-743 M).

Ekspansi yang terhenti pada masa Usman dan Ali dilanjutkan oleh dinasti ini. Di zaman
Mu‟awiyah, Tunisia dapat ditaklukan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah
Khurasan sampai ke sungai Oxus dan afganistan sampai ke Kabul. Angkatan-angkatan
lautnya melakukan serangan-serangan ke Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang
dilakukan Muawiyah kemudian dilakukan oleh Abd al-Malik. Dia mengirim tentaranya
menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukan Balk, Bukhara, Khawarizm,
Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai
Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan oleh al-Walid bin Abd alMalik. Masa
pemerintahan al-Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam
merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung kurang lebih sepuluh
tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wliyah barat daya, Benua
Eropa, yaitu pada tahun 711 M setelah al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Thariq bin
Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi laut yang memisahkan
antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal
dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian,
Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat
dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang
dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan Islam memperoleh
kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan rakyat setempat yang sejak lama
menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar bin Abd Aziz, serangan dilakukan ke
Perancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd al-Rahman bin
Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana dia menyerang Tours,
namun peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya
mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang
berada di laut tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah
kekuasaan Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah ini meliputi Spanyol,
Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan,
daerah yang sekarang ini disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah


mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap
dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata
dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai
berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul
Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang
dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai
kata-kata dan tulisan Arab.

Khalifah Abdul Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi


pemerintahan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi Islam.
Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh putranya alWalid bin Abdul Malik (705-715
M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia
membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang
humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedunggedung
pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

II.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Bani Umayyah pada
umumnya berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya pada perintisan dalam ilmu
logika, yaitu filsafat dan ilmu eksata. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini masih
berada pada tahap awal, yang merupakan masa inkubasi. Para pembesar Bani Umayyah
kurang tertarik pada ilmu pegetahuan kecuali Yazid bin Mua„wiyah dan Umar bin Abdul
Aziz. Ilmu yang berkembang di zaman Bani Umayyah adalah ilmu syari„ah, ilmu lisaniyah,
dan ilmu tarikh. Selain itu berkembang pula ilmu qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu,
ilmu bumi, dan ilmu-ilmu yangdisalin dari bahasa asing. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu
pengetahuan ini antralain Damaskus, Kuffah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada,
dan lain-lain,dengan masjid sebagai pusat pengajarannya, selain Madinah atau lembaga
pendidikan yang ada.

Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Daulah zaman Bani Umayyahdapat


diuraikan sebagai berikut :

 Al Ulumus Syari„ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-
Qur„an dansebagainya.
 Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al
Qur„an,menafsirkan dan memahaminya.
 Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya,
riwayathidup pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh
bangsa-bangsalain.
 Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur„an.Pada masa
ini termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur„an yang terkenal dengan Qiraat
Sab„ah yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan
yangdinisbahkan kepad acara membacayang dikemukakan oleh tujuh orang ahli
qraat,yaitu Abdullah bin Katsir (120 H), Ashim bin Abi Nujud (127 H), Abdullah
bin Amir Al Jashsahash (118 H), Ali bin Hamzah Abu Hasan al Kisai (189
H),Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (156 H), Abu Amr bin Al Ala (155 H), dan
Nafibin Na„im (169 H).
 Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam
menafsirkan Al Qur„an. Pada masa ini muncul ahli Tafsir yang terkenal seperti
Ibnu Abbas dari kalangan sahabat (68 H), Mujahid (104 H), dan Muhammad Al-
Baqir bin Ali bin Ali bin Husain dari kalangan syi„ah
 Ilmu Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al-
Hadis, karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah. Diantara
Muhaddisyang terkenal pada masa ini ialah Az Zuhry (123 H), Ibnu Abi Malikah
(123H), Al Auza„i Abdur Rahman bin Amr (159 H), Hasan Basri (110 H), dan
As Sya„by (104 H).
 Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat
didalamberbagai posisinya. Ilmu ini muncul setelah banyak bangsa-bangsa yang
bukan Arab masuk Islam dan negeri-negeri mereka menjadi wilayah
negaraIslam. Adapun penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan membukukannya
sepertihalnya sekarang adalah Abu Aswad Ad Dualy (69 H).

Ulama-ulama mazhab yang terkenal yang hidup pada masa Dinasti Bani Umayyah
adalah:

1. Imam Abu Hanifa (Nu‟man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi) ulama fiqih
dan Hadis di Kufah, Irak (80 H / 699 M - 148 H / 767 M) lahir pada masa
Khalifah ke lima yaitu Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705M) dan wafat
Rahimahullah pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah khalifah ke dua yaitu
khalifah Abu Ja‟far Al-Manshur (754-775 M).
2. Imam Mālik (Mālik ibn Anas bin Malik bin 'Āmr al-Asbahi) Ulama Fiqih dan
Hadis di Madinah (93 H/714 M – 179 H/800M) lahir pada masa Khalifah ke
enam yaitu khalifah Al-walid bin Abdul Malik (705-715 M)dan wafat
Rahimahullah pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah khalifah ke lima yaitu
khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M).
II.5 Perkembangan Budaya

Muawiyah sebagai khalifah pertama Dinasti Umayyah dipandang berhasil menciptakan


budaya baru dalam sistem pemerintahan negara dan kehidupan beragama.Budaya baru yang
diperkenalkan dalampemerintahan Muawiyah antara lain : membangun dinas pos termasuk
penyediaankuda dan perlengkapannya; mengangkatqadi atau hakim sebagai profesi;
memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk mengangkatsenjata-tembok bila mereka berada
dihadapannya; membuat “anjung” di dalammasjid tempatnya sembahyang, untukmenjaga
keamanan dirinya dari seranganmusuh-musuhnya ketika ia sedangsembahyang.
Diteruskankemudian oleh Khalifah Abdul Malik denganmencetak mata uang sendiri yang
menggunakan tulisan Arab sebagai pengganti uangByzantium dan Persia.
Administrasipemerintahan dibenahi; bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi
pemerintahan

Langkah ini dilanjutkan oleh putra Abdul Malik, Walid (705-715 M). Ia membangun
panti-panti asuhan untuk orang-orang cacat; pekerja untuk pembangunan rumah-rumah
dibayar sebagai pegawai; membangun infrastruktur, berupa jalan-jalan raya yang
menghubungkan antarwilayah. Selain itu, Walid juga membangun gedung-gedung
pemerintah, masjid-masjid, bahkan juga pabrik. Di masanya, masyarakat mencapai puncak
kemakmuran.

Pada masa pemerintahan Walid ini, dilakukan ekspansi militer tentara Muslim dari
Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 Masehi. Setelah
Al-Jazair dan Marokko dapat ditundukkan, Tariq ibn Ziyad, pemimpin tentara Muslim,
dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua
Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Thariq) dan ketika itu tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi
sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordova, dengan cepat dapat dikuasai.
Menyusul kemudian kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibukota
Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova.

Pada masa Dinasti Umayyah ini, khalifah yang paling banyak dipuji adalah Umar Ibn
Abdil Aziz (717-720 Masehi). Ibunya adalah cucu Umar bin Khattab. Ia lebih menekankan
pembangunan moral dan sosial dibandingkan dengan pembangunan fisik. Ia menolak jika
dipilih menjadi khalifah semata-mata karena dirinya anak khalifah. Ia bahkan merangkul
musuh-musuh Dinasti Umayyah, termasuk kelompok Syi‟ah, untuk memilih khalifah yang
baru. Sampai kemudian semua sepakat untuk memilih Umar Ibn Abdil Aziz sebagai khalifah.

Umar memberikan kebebasan beribadah kepada masyarakat dari semua kelompok


agama. Pajak yang membebani masyarakat pun diperingan. Ia juga disukai orang-orang non-
Arab atau „mawali‟. Sebelum masa Umar Ibn Abdul Aziz, warga non-Arab dianggap sebagai
“warga kelas dua”. Umar menyejajarkan bangsa apa pun tanpa kecuali.

Dengan dikuasainya beberapa kota besar di Eropa, terutama Spanyol, maka budaya
Arab-Islam secara langsung telah bersentuhan dengan budaya Eropa. Meskipun umat Islam
memiliki budaya yang khas yang sebagian besar berasal dari tradisi dan budaya Arab, tetapi
persentuhan budaya ArabIslam dengan budaya Eropa mengakibatkan terjadinya akulturasi
melalui proses identifikasi, seleksi, resepsi, dan adaptasi antara budaya Arab-Islam dengan
budaya Eropa itu. Persentuhan dua budaya besar itu terjadi pada bidang pemerintahan dan
militer, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, gaya hidup, dan lain sebagainya.

II.6 Kemunduran dan Runtuhnya Bani Umayyah

Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya


sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti
ini. Diantaranya adalah masalah polotik, ekonomi, dan sebagainya.

Adapun sebab-sebab kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:

1. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak mengenal kompromi.


Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan
Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini menyimpan dendam
dikalangan para penentang Bani Umayyah. Sehingga selama masamasa
kekhalifahan Bani Umayyah terjadi pergolakan politik yang menyebabkan situasi
dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan terganggu.
2. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya dikalangan
istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping
mengganggu keuangan Negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan
dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang
Negara. Sifatsifat inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat laun
mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan
dinasti Bani Umayyah.
3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah. Hal
ini berujung pada perebutan kekuasaan diantara para calon khalifah.
4. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir
pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak
menghabiskan daya dan dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani
Umayyah mengendur.
5. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab
Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayah
mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta
keutuhan Negara.
6. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan para penguasa Bani
Umayah, karena tidak didasari dengan syari‟at Islam.

Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bani Abbasiyah yang
bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir
Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.

Pada akhirnya daulat Bani Umayyah runtuh dan keruntuhannya menjadi pelajaran bagi
kaum muslimin. Barangkali di antara sebabsebabnya yang terpenting ialah dampak
pembunuhan yang dilakukan oleh Yazid ibn Muawiyyah terhadap al-Husein, cucu
Rasulullah.

Bahwa situasi sosial politik pada masa Ali ibn Abi Thalib dan Muawiyyah tidak jauh
berbeda. Karena pada masa kepemimpinan mereka terjadi pemberontakan. Meski
pemberontakan Muawiyyah tidak sebanyak pada masa Ali. Yang membedakan antara
keduanya adalah system pemerintahannya, di mana khalifah Ali menggunakan system
demokrasi dan Muawiyyah menggunakan system kerajaan.

Bahwa pemberontakanpemberontakan yang terjadi disebabkan karena keinginan untuk


memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan. Baik itu pada masa khalifah Ali maupun bani
Umayyah. Selain itu juga kurangnya persatuan antara umat islam itu dalam ukhuwah
islamiyah.
II.7 Nilai Keteladanan

Beberapa keteladanan yang dapat kita ambil dari para tokoh ilmuan muslim dalam
mengembangkan peradaban islam pada masa dinasti umayyah adalah :

1. Memotivasi kita dlama belajar sungguh-sungguh agar berguna bagi diri sendiri,
bangsa dan negara.
2. Selalu bersikap optimis dan pantang menyerah.
3. Menghargai jasa para ilmuan muslim yang telah mengembangkan peradaban islam
pada masa dinasti umayyah.
BAB III

PENUTUP

III.3 Kesimpulan

1. Kekhalifahan Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur


Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta
dari 756 sampai 1031 di kordoba, spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh
Umayyah bin 'Abd asy – Syams, kakek buyut dari khalifah pertama bani umayyah
yaitu Muawiyah I. Masa keKhilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu
dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan R.A, dimana pemerintahan
yang bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun
temurun).
2. Kekuasaan Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara
dipindahkan Mu‟awiyah dari Madinah ke Damaskus
3. Pada awalnya pemerintahan Dinasti Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah
menjadi feodal dan kerajaan. Pusat pemerintahannya bertempat di kota Damaskus, hal
itu hal ini dimaksudkan agar lebih mudah memerintah karena Muawiyah sudah begitu
lama memegang kekuasaan di wilayah tersebut serta ekspansi territorial sudah begitu
luas.
DAFTAR PUSTAKA

Fuji, R. (2018, Januari-Juni). Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuannya). Al-Hadi,
III, 669-676.

Harahap, M. S. (2019, Juli-Desember). Sejarah Dinasti Bani Umayyah dan Pendidikan Islam.
Jurnal WARAQAD, IV, 40-60.

Zainudin, E. (2015, Juli-Desember). Perkembangan Islam pada Masa Bani Umayyah. Jurnal
Intelegensia, III, 28-35.

https://media.neliti.com/media/publications/11889-ID-pertumbuhan-dan-perkembangan-
budaya-arab-pada-masa-dinasti-umayyah.pdf

https://www.scribd.com/doc/213126214/Perkembangan-Ilmu-Pengetahuan-Masa-Bani-
Umayah

Anda mungkin juga menyukai