Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH ISLAM DI MASA DINASTI UMAYYAH

Sejarah Peradaban Islam


Dosen: Moh Fiqih Firdaus, M.ag

Kelompok 5:
1) Kamal Athobiq (07040223056)
2) Muhammad Adi Saputra (07040223051)

PROGRAM STUDI AGAMA AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
ABSTRAK
Dalam sejarah, Bani Umayyah ialah dinasti besar yang menguasai wilayah yang luar dan juga
Bani Umayyah juga adalah dinasti yang memimpin umat Islam setelah berakhirnya
pemerintahan Khulafaurrasyidin. Dinasti umayyah didirikan oleh Muwawwiyah ibn Abi
Sofya, atau lebih dikenal dengan sebutan Muawwiyah I. Dinasti Umayyah berdiri dengan
memiliki kisah yabg sangat panjang, serta mempunyai peran andil besar dalam sejarah Islam.
Kata kunci : Dinasti Umayyah, Sejarah Umayyah, Kemajuan.

1. Pendahuluan
Dalam membicarakan Islam, kita akan berkaitan erat dengan sejarah islam. Bila
dilihat dalam sejarah peradaban Islam, sejarah Islam dapat dibagi menjadi 3 yaitu
klasik, pertengahan, dam modern. Klasik ialah jaman sejarah islam kuno, yang
ditandai dengan diutusnya Rasulullah SAW sebagai seorang nabi dan rasul oleh Allah
SWT hingga berdirinya bani Umayyah dan Abbassiyyah. Pertengahan, ialah suatu
jaman atau era yang muncul, ditandai dengan berdirinya dinasti-dinasti besar Islam,
seperti Syafawiyyah, Mughal, dan Ottoman. Modern ditandai dengan hancur dan
runtuhnya dinasti-dinasti Islam, serta orang-orang Eropa yang menjelajahi samudra
untuk berdagang dan mencari wilayah koloni atau jajahan. Dinasti-dinasti Islam
sangatlah memberikan pengaruh yang besar, hal tersebut dapat dibuktikan dengan
dengan agama Islam bisa menyebar keluar tanah arab hingga daratan eropa ialah
peran dari perluasan wilayah melalui militer atau dagang yang dilakukan oleh para
dinasti Islam, seperi Umayyah, Abbasiyyah, Ottoman, dll. Dan lagi, karena peran dari
para dinasti Islam juga mampu membawa umat Islam berada di jaman keemasan atau
lebih dikenal dengan sebutan Golden Age, dimana umat Islam menjadi adikuasa
didunia. Dimana mungkin dimasa yang sama, Eropa berada dalam kegelapan atau
keterbelakangan, atau lebih dikenal dengan sebutan Dark Age.

Salah satu dinasti yang bisa membawa umat Islam menuju era kejayaan ialah, Bani
Umayyah. Bani Umayyah ialah suatu dinasti politik Islam yamg meneruskan peran
Khulafa Arrasyidin dalam memimpin umat dari segi politik. Didirikan oleh
Muawiyah Ibn Abu Sofyan, atau lebih dikenal dengan sebutan Muawiyah I. Dinasti
Islam yang mampu melebarkan kekuasaan politik Islam hingga daratan Eropa, yaitu
Spanyol dan sebagian selatan perancis. Serta salah satu dinasti Islam awal yang
memiliki armada laut untuk menyebrangi selat Giblatar, Spanyol.

Pada kesempatan pembahasan kali ini, kami akan memaparkan dan membahas materi
mengenai dinasti Islam Bani Umayyah, meliputi asal-usul bani Umayyah, kemajuan
yang telah dicapai, serta bagaimana perkembangan peradapan pada masa dinasti bani
Umayyah. Bertujuan untuk pembelajaran bagi kami, memenuhi target, serta sebagai
bahan pembelajaran di kelas kuliah.
2. Pembahasan :

A. Asal-Usul :

Dinasti Bani Umayyah, ialah dinasti awal islam yang berdiri setelah berakhirnya
era Khulafa Arrasyidin. Kata Umayyah diambil dari nama seseorang, yaitu
Umayyah Ibn Abd As-syam. Dia adalah kakek dari Abu Sufyan, serta hidup se era
dengan Abdul Muntholib, kakek Ali Ibn Abi Thalib. Dengan demikian, dapat
dikatakan kalau pendiri dinasti Umayyah, yaitu Muawiyah Ibn Abi Sufyan
segenerasi dengan Ali Ibn Abi Thalib. Dimana keduanya ialah dilahirkan dari dua
keturunan berpengaruh, yaitu keturunan bani Umayyah dan bani hasyim1.

Bila dilihat dalam buku-buku sejarah Islam, cikal bakal berdirinya bani Umayyah
ada di era kepemimpinan Ali Ibn Abi Thalib, setelah terbunuhnya Utsman Ibn
Affan sebagai Khalifah oleh sebuah pemberontakan, dan digantikan oleh Ali ibn
Abi Thalib. Disaat yang sama, Muawiyah Ibn abi Sufyan menjadi gubernur Syam
semenjak era Utsman Ibn Affan. Sebagai gubernur Syam, sekaligus kerabat dari
Utsman ibn Affan, Muawiyah Ibn Abi Suffyan pun menuntun balas kepada Ali
Ibn Abi Thalib untuk menyerahkan pembunuh Utsman atau bertanggung jawab
atas hal tersebut, dan mengundurkan diri sebagai khalifah. Perselisihan pun tak
terelakkan terjadi, meletuslah perang antara pihak Muawiyah dan Ali yang disebut
dengan perang siffin.

Dalam pertempuran tersebut, pihak Muawiyah hampir saja kalah, akan tetapi
karena taktiknya Muawiyah, ia berhasil membuat perdamaian dengan pihak Ali
Ibn Abi Thalib. Perang pun berhasil berhenti dengan sebuah perundingan antar
kedua belah pihak. Pihak Muawiyah diwakili oleh Amr Ibn Abi waqosh,
sedangkan Ali diwakili oleh Abu Musa Al-As’ary. Perjanjian tersebut berakhir
dengan keputusan yang merugikan pihak Ali, dimana Muawiyah menjadi khalifah
tidak resmi, karena kepiawian Amr Ibn Ash dalam berpolitik mengalahkan Abu
Musa Al-As’ary, dan karena hal itu pula kubu Ali Ibn Abi Thalib terpecah
menjadi 2, yaitu Syi’ah dan Khawarij.
2

Setelah kematian Ali Ibn Abi Thalib pada tahun 660 M yang disebabkan dibunuh
oleh seorang khawarij bernama Abdullah Ibn Muljam, jabatan kekhalifahan pun
beralih dipimpin oleh Hasan Ibn Ali, yang merupakan anak Ali Ibn Abi Thalib.
Karena Hasan dinilai lemah, Muawiyah pun memembuat sebuah perjanjian
dengan Hasan. Muawiyah pun berhasil naik menjadi Khalifah tunggal umat Islam,

1
Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang IAIN-IB Press, jilid 1, Cet ke-2, 2002) hal.83.
2
Yusuf Al-Isy, Dinasti Umayyah, sebuah perjalanan lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang mengawali dan
mewarnai perjalanan dinasti Umayyah, terj. Imam Nurhiodiyat & Muhammad Khalil, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2007) cet.1, hal.157 & 159
dan kepemimpinana politik Islam berada dalam satu bendera, serta memusatkan
kepemipinanya di kota Damaskus, Syria. Dan ia sendiri pun, mengangkat
puteranya Yazid untuk menjadi Khalifah setelah dirinya. Dengan melihat
peristiwa tersebut, dapat dikatakan kalau Muawiyah lah yang membangun dinasti
monarki pertama dalam sejarah Islam, yang lebih dikenal dengan Bani Umayyah,
serta mengganti yang awalnya kepemimpinan politik Islam lebih bersifat
demokratis, atau dipilih melalui dewan Syura’, menjadi monarki atau dinasti
turun-temurun.

Dicatat dalam sejarah, kalau Bani Umayyah di damaskus memiliki 14 khalifah,


yaitu sebagai berikut :
1. Muawiyah Ibn abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid Ibn Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
3. Muawiyah Ibn Yazid (64-65 H/683-684 M)
4. Marwan Ibn Hakam (65-66 H/684-685 M)
5. Abdul Malik Ibn Marwan (66-86 H/685-705 M)
6. Walid Ibn Abdul Malik (86-97 H/705-715 M)
7. Sulaiman Ibn Abdul Malik (97-99 H/715-717 M)
8. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
9. Yazid Ibn Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
10. Hisyam Ibn Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11. Walid Ibn Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid Ibn Walid (126-127 H/744-745 M)
13. Ibrahim Ibn Walid (127-127 H/745-745 M)
14. Marwan Ibn Muhammad (127-132 H/745-750 M)3

Dinasti Umayyah berjaya kurang lebih 90 tahun (661-750 M), namun pada akhirnya
mengalami masa-masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan
pemerintahan, di samping munculnya berbagai tekanan dari luar berupa
pemberontakan. Salah satu penyebab kuat runtuhnya dinasti Bani Umayyah, ialah
terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Abu Abbas As-Saffah dan Abu Muslim
Al-Khurasani, dimana nantinya setelah Bani Umayyah runtuh, didirikanlah dinasti
baru yaitu Bani Abbassiyah tepatnya tahun 750 M. Akan tetapi, ada seorang pewaris
tahta dari dinasti Bani Umayyah yang bernama Abdurrahman Ad-Dakhil, ia berhasil
lolos dari peristiwa tersebut, dan melarikan diri ke wilayah Bani Umayyah yang
berada di eropa yaitu Spanyol. Disana, Ia meneruskan kepemimpinan Bani Umayyah,
hingga menjadi Bani Umayyah II. Serta berhasil menjadi dinasti besar Islam hingga
beberapa abad lamanya.

3
Istian Aby Bakar, Sejarah Peradapan Islam untuk perguruan tinggi Islam dan Umum, (UIN Malang press,
Cet-1 2008) hal .49.
B. Kemajuan dan perkembangan yang dicapai oleh dinasti Bani Umayyah :

Dalam sejarah, tercatat ada beberapa kemajuan yang dilakukan oleh dinasti Bani
Umayyah. Kemajuan yang telah dicapai meliputi hal-hal berikut :

● Bidang militer dan kekuasaan

Di bidang kemiliteran, Bani Umayyah mempunyai kekuatan yang lumayan


hebat dan kuat, hal tersebut dapat dibuktikan dengan pasukan-pasukan yang
dimilikinya mampu melakukan invasi hingga keluar tanah arab atau wilayah,
serta melebarkan sayap ekspansi hingga menguasai sebagian dari wilayah
benua Asia, Afrika, dan Eropa. Ekspansi dan Infasi pada era Bani Umayyah
bisa dikatakan sangat masif dan berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari
Ekspansi atau Infasi yang dilakukan berikut :
 Pada era Muawiyah, terjadi perluasan wilayah hingga ke Timur,
sampai Kabul, Kandahar, Ghazni, Balakh, bahkan sampai ke kota
Bukhoro. Selain itu, kota Samarkand dan Tirmz hingga sungai Indus
pun berhasil masuk wilayah dinasti Umayyah.
 Adapun di era Yazid, perluasan wilayah sampai ke pantai Lautan
Atlantik. Uqbah Ibn Nafi’ berhasil menaklukkan Kartagona, ibu kota
Romawi Bizantium di Ifriqiyah dan mendirikan masjid Al-Qayrawan
serta membangun pusat militer di kota Qayrawan.
 Ketika era Al-Walid Ibn Abdul Malik, terjadi ekspansi besar-besaran
ke wilayah Afrika Utara, hingga Eropa. Spanyol pun dapat dikuasai,
dibawah komando Thariq Ibn Ziyad, setelah terjatuhnya kota-kota
penting seperti Kordoba, Seville, Elvira, dan Toledo ke tangan
pasukan Islam, dan juga mampu menguasai sebagaian Prancir
dibawah pimpinan Abdurrahman Al-Ghafiqi. 4

● Bidang ilmu pengetahuan

Bani Umayyah telah menemukan jalan yang lebih luas ke arah


pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan serta
memiliki corak yang khas. Dikutip dari Hasan Langgulung, ada beberapa
hal yaitu 5:
 Bersifat Arab. Ciri utama yang dikembangkan oleh dinasti Bani
dalam dilihat dari ciri bersifat Arab dan Islam Tulen. Artinya yang
terlibat dalam dunia pendidikan masih didominasi orang Arab,
karena pada saat itu elemen Islam belum begitu bercampur dengan
ilmu-ilmu lainnya. Dan pengajaran islam dilakukan dengan jalaqoh-

4
Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet-16, 2004) hal 43-44.
5
Hasan Langulung, Asas-asas pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka AL-Husna, 1998) hal 69-74.
halaqoh yang diselenggarakan di masjid-masjid, dari sinilah
berkembang berbagai macam aliran-aliran Islam, seperti Khawarij,
Syi’ah, dan Mu’tazilah.
 Dilakukanya syiar-syiar Islam dan peneguhan nilai-nilai Islam di
seluruh wilayah Islam. Pada periode ini, banyak dilakukan ekspansi
wilayah diluar Arab dalam rangka menyiarkan dan menguatkan
prinsip-prinsip agama, dimana mereka berpandangan kalau Islam
adalah agama dan negara. Serta banyak dilakukan pengutusan para
Ulama untuk mengajarkan Islam keberbagai daerah-daerah
kekuasaan Islam, seperti Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz yang
mengirim 10 ulama fiqih ke Afrika Utara untuk mengajar keluarga
barbar akan ajaran Islam.
 Prioritasan pada ilmu-ilmu naqliyah dan bahasa. Pada periode
dinasti Umayyah, ada prioritasan pada ilmju-ilmu naqliyah yang
meliputi Al-Qur’an, hadist, tafsir, fiqih, begitu juga ilmu-ilmu
bahasa seperti nahwu, shorof, balaghoh, arudh, dll. Hal tersebut
dilakukan untuk mengukuhkan dasar-dasar agama.
 Memerhatian pada bahan tertulis sebagai media komunikasi. Pada
masa dinasti bani Umayyah, terjadi tugas atau proyek penulisan
besar-besaran sebagai sarana komunikasi. Tugas penulisan terbagi
menjadi 5 bidang, yaitu penulisan surat-suratan, penulisan harta,
penulisan tentara, penulisan polisi, dan penulisan hakim. Tak hanya
sampai disitu, penulisan bahasa Arab pun bertambah penting ketika
pengaraban kantor di wilayah-wilayah Islam, dibuktikan ketika Al-
Walid menjadikan bahasa arab menjadi bahasa resmi di dewan-
dewan mesir, dimana sebelumnya menggunakan bahasa Mesir lokal.
Dengan demikian, bahasa Arab menjadi bahasa resmi diseluruh
wilayah Islam.
 Membuka jalan pembelajaran bahasa asing. Ketika Islam di bawah
dinasti Bani Umayyah semakin meluas diluar tanah Arab, bahasa
asing pun dirasa penting dan menjadi suatu keharusan untuk
dipelajari serta untuk memenuhi nilai-nilai keuniversalitasan Islam
itu sendiri, dari sinilah dimulai penerjemahan ilmu kimia,
kedokteran dan falaq dari bahasa asing ke bahasa Arab.i
 Menggunakan Kuttab dan Masjid. Pada masa Al-Walid Ibn
Marwan, Masjid Umawwiyah didirikan yang sekaligus menjadi
pusat pendidikan semacam universitas. Pada masa itu juga, didirikan
masjid Al-Zaitunah ditunisia yang dianggap sebagai universitas
tertua didunia, yang didirikan oleh Uqbah Ibn Nafi’ saat
menaklukkan Afrika Utara pada tahun 50 H. Serta didirikan Kuttab
sebagai tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal
Al-Qur’an, serta mempelajari pokok-pokok ajaran Islam. Dan juga
didirikan Majelis Sastra sebagai balai pertemuan antara para
sastrawan besar dan para ulama serta para khalifah.6

● Bidang politik dan pemerintahan

Dalam politik dan pemerintahan, Bani Umayyah memiliki tata pemerintahan


yang sama sekali baru untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan
administrasi kenegaraan yang semakin kompleks, yang bisa dikatan berbeda
dengan era sebelunya yaitu era Khulafa Ar rasyidin. Dimana era sebelumnya
menggunakan dewan syuro yang bersifat demokratis, sedang saat era Bani
Umayyah menggunakan sistem Monarki Dinasti yang lebih mengadopsi pada
sistem Persia atau Romawi. Di era Bani Umayyah, Khalifah mengangkat
majelis penasihat sebagai pendamping dan dibantu oleh lima sekretaris yang
memiliki tugas masing-masing. Selain itu, dari 14 khalifah yang pernah
memimpin Bani Umayyah, beberapa di antaranya juga melahirkan terobosan
baru di bidang pemerintahan, hal tersebut dapat dilihat dari contoh berikut :
 Khalifah Muawiyah misalnya, yang mendirikan dinas pos, mencetak
mata uang, dan mengembangkan jabatan hakim sebagai profesi.
 Abdul Malik bin Marwan, dikenal sebagai khalifah yang pertama kali
membuat mata uang dinar, dirham dan fals, ia juga mendirikan kas
negara di Damaskus, serta meningkatkan pelayanan pos dan
komunikasi7. Ia juga membenahi administrasi pemerintahan dan
memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam.
 Sedangkan pada masa Al-Walid bin Abdul Malik dan Umar bin Abdul
Aziz, pembangunan dalam negeri menjadi prioritas kekhalifahan. Pada
masa itu, dibangun jalan raya, pabrik, gedung pemerintahan, dan masjid
seperti masjifil aqsa dan masjid umayyah
 Ditetapkannya lima dewan di pusat pemerintahan, yaitu dewan militer,
dewan keuangan, dewan surat menyurat, dewan pencapan, dan dewan
pos.
 Mengangkat Majelis Penasehat sebagai pendamping, serta Khalifah
dibantu oleh beberapa orang “Al-Kuttab”, yaitu Katib Ar-rasail (surat-
menyurat), Al-Kharraj (penerimaan dan pengeluaran negara), Al-Jundi
(ketentaraan), As-Syurtah (pemeliharaan keamanan dan umum), Al-
Qudat (peradilan dan hakim setempat)8

● Bidang sosial, budaya, dan ekonomi

6
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Hida Karya Agung, 1981), hal 39.
7
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet 1,
2007) hal 113
8
Ali, K., Studi sejarah islam, (terj) Adang Affandi, (Jakarta: Bina Cipta, 1995), hal 230.
Adapun dalam bidang kesenian serta sosial budaya, Daulah Umayyah
membuka kontak antarbangsa dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal
memiliki tradisi luhur, seperti Persia, Mesir, dan Eropa. Hubungan tersebut
melahirkan akulturasi yang menakjubkan di bidang seni dan ilmu
pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini :
 Kemajuan di bidang seni, terutama seni bangunan (arsitektur), pada
masa Bani Umayyah dapat dilihat pada Dome of the Rock di
Yerusalem pada masa Abd-Malik, selain itu ia juga membangun
banyak masjid dan istana serta bangunan-bangunan indah lainnya.9
 Perkembangan seni sastra terlihat dari lahirnya tokoh-tokoh sastrawan
besar pada masa Daulah Umayyah. Beberapa tokoh sastrawan yang
dimaksud adalah Umar bin Abi Rabiah, Tuwais, Ibnu Suraih, dan Al-
Garidh.10

Adapun dalam bidang Ekonomi, Bani Uumayyah pun memberikan perhatian


yang cukup. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa contoh berikut :
 Di era Al-Walid Ibn Abd Malik, terjadi perbaikan-perbaikan dalam
negeri, seperti jaminan hidup untuk anak yatim, pelayanan khusus bagi
orang yang cacat, serta orang buta yang diberikan seorang penuntun.
Orang-orang tersebut digaji secara teratur. Tak hanya itu, Ia juga
membangun sumur-sumur sepanjang jalan raya yang dibangun, serta
dipekerjakan beberapa orang untuk mengurus sumur-sumur tersebut. 11
 Terjadi penertiban urusan tanah pada era Umar Ibn Abdul Aziz, serta
pengembalian tanah yang tak berkepemilikan dan tidak jelas ke Baitul
Mal, untuk diurusi oleh negara.12

Dalam sejarah, bisa dikatakan kalau Bani Umayyah lah yang melakukan penyebaran
wilayah politik Islam hingga keluar tanah Arab hingga Eropa, serta berhasil
menetapkan sistem pemerintahan yang nantinya akan ditiru oleh semua dinasti-sinasti
Islam setelahnya.

C. Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah.

Dapat diketahui pada pembahasan awal, kalau dinasti Umayyah berjaya kurang
lebih 90 tahun (661-750 M), namun akhirnya runtuh. Bisa dikatakan kalau
Kekhalifahan Bani Umayyah sangat melemah dan tidak bisa mengendalikan
pemerintahan dan keamanan, terjadi setelah pemerintahan Hisyam bin Abdul

9
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet 1,
2007) hal 120.
10
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, Cet 1, 1997) hal 83.
11
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Pustaka Al Husna, Jilid 2, Cet 5, 1988) hal 90-92.
12
Ibid, hal 110
Malik. Di kalangan keluarga khalifah sering terjadi pertikaian, misalnya yang
dilatarbelakangi oleh perebutan kekuasaan untuk menduduki jabatan khalifah.

Kronologi melemahnya Bani Umayyah, bisa digambarkan sebagai berikut :


Setelah Khalifah Hisyam turun tahta, tambuk kepemimpinan diteruskan oleh al-
Walid II, Yazid III, Ibrahim, dan Marwan bin Muhammad, namun keempatnya
hanya mampu memerintah sekitar tujuh tahun. Al-Walid memerintah selama satu
tahun 3 bulan, kemudian digantikan oleh Yazid III yang hanya bertahan selama
enam belas bulan. Selanjutnya digantikan oleh Ibrahim bin al-Walid bin Abdul
Malik, tetapi bertahta tidak lebih dari tiga bulan dan digantikan oleh Marwan.
Selama masa kepemimpinannya, Marwan disibukkan mengatasi berbagai
pemberontakan, sampai akhirnya ia tewas di medan perang karena melawan para
pemberontak.

● Diantara beberapa faktor yang menjadikan dinasti Bani Umayyah melemah


sebagai berikut :

 Tidak adanya ketentuan tata cara pengangkatan Akibatnya, terjadi perebutan


kekuasaan di kalangan anggota keluarga Umayyah.
 Gaya hidup mewah bangsawan Byzantium dianggap telah mempengaruhi
dan ditiru oleh keluarga Bani Umayyah
 Para ulama merasa kecewa terhadap para bangsawan yang dipandang tidak
memiliki integritas keagamaan dan politik yang sesuai dengan syariat Islam.
 Pertentangan yang sudah lama terjadi antara suku Arab Utara (disebut Arab
Quraisy atau Mudariyah yang menempati Irak) dengan Arab Selatan (disebut
Yamani atau Himyariyah yang mendiami wilayah Suriah) mencapai
puncaknya.
 Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non-Arab, yakni pendatang baru
dari bangsa-bangsa yang dikalahkan (disebut “Mawali”). Mereka bersama-
sama bangsa Arab mengalami beratnya peperangan, tetapi diperlakukan
sebagai masyarakat kelas Golongan non-Arab, terutama di Irak dan wilayah
bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali
menggambarkan inferioritas. Ditambah lagi dengan keangkuhan bangsa
Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.13
 Terjadinya pembunuhan Husein Ibn Ali yang dilakukan Khalifah Yazib Ibn
Muawiyah, dimana dianggap paling penting dalam keruntuhan dinasti bani
Umawiyah
 Kurangnya persatuan umat Islam dalam ukhuwah umat islam
 Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang disebabkan karena
menginginkan kekuasaan pemerintah, seperti pemberontakan yang dilakukan
Abu Muslim Al-Khurasani dan Abu Abbas As-Saffah14

13
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009) hal. 27-28
14
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hal. 78
3. Kesimpulan :

Berdasarkan pemaparan panjang diatas, dalam materi ini, kami menyimpulkan


beberapa poin, sebagai berikut :
 Dinasti Bani Umayyah tercatat sebagai dinasti monarki paling awal pada
sejarah islam yang berdiri setelah berakhirnya era Khulafa Arrasyidin. Kata
Umayyah diambil dari nama seseorang, yaitu Umayyah Ibn Abd As-syam.
 Cikal bakal berdirinya bani Umayyah sudah ada di era kepemimpinan Ali Ibn
Abi Thalib, setelah terbunuhnya Utsman Ibn Affan sebagai Khalifah oleh
sebuah pemberontakan, dan digantikan oleh Ali ibn Abi Thalib.
 Muawiyah pun berhasil naik menjadi Khalifah tunggal umat Islam setelah
Sayyidina Hasan melakukan perjanjian damai serta meneyerahkan
kepemimpinan politik Islam kepadanya, dan kepemimpinan politik Islam
berada dalam satu bendera, serta memusatkan kepemipinanya di kota
Damaskus, Syria.
 Bani Umayyah lah yang melakukan penyebaran wilayah politik Islam hingga
keluar tanah Arab hingga Eropa, serta berhasil menetapkan sistem
pemerintahan yang nantinya akan ditiru oleh semua dinasti-dinasti Islam
setelahnya, serta melakukan perombakan-perobakan besar dalam hal ekonomi
dll.
 Dinasti Umayyah runtuh karena terlalu fanatik kepada bangsa Arab, mereka
lupa kalau wilayah Bani Umayyah berisi berbagai macam ras, serta adanya
pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang yang pro terhadap keluarga
Ali dan Bani hasyim.
DAFTAR PUSTAKA

K, Ali. 1995. Studi sejarah islam, (terj) Adang Affandi. Jakarta: Bina Cipta. hal 230

Mufradi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, Cet 1. hal 83.

Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradapan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet-16. hal
43-44.
Langulung, Hasan. 1998. Asas-asas pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka AL-Husna. hal 69-74
Aby Bakar, Istiany. 2008. Sejarah Peradapan Islam untuk perguruan tinggi Islam dan
Umum. (UIN Malang press, Cet-1. hal .49.
Harun, Haidar & Firdaus. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Jilid 2. Padang IAIN-IB Press,
Cet ke-2. hal.83
Yunus, Mahmud. 1981. Sejarah Pendidikan Islam . Jakarta: PT Hida Karya Agung. hal 39.

Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, Cet 1. hal 113
Murodi. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra. hal. 27-28
Syukur, Fatah. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. hal. 78
i

Anda mungkin juga menyukai