Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH BANI UMAYYAH

Pendiri Dinasti Umayyah


Dinasti Bani Umayyah lahir pada tahun 41 H atau 661 M. Adapun pendiri dari dinasti ini
adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan. Muawiyyah memiliki julukan yang terkenal yaitu Abu
Abdurrahman dan Al Quraisy Al Umawi Al Makki.
Ia merupakan sosok laki-laki yang tinggi dengan kulit putih sekaligus tampan dan
berwibawa. Selain itu, Khalifah Umar bin Khattab juga pernah menjelaskan perawakan
Muawiyyah yang disebutnya seseorang yang bergaya seperti raja dan menyukai kebersihan.
Hal ini wajar, mengingat Muawiyyah memang lahir dalam keluarga terpandang di Mekkah.
Muawiyyah sendiri merupakan anak dari Abu Sufyan dan Hindun binti Utbah yang dulunya
menentang ajaran agama Islam Rasulullah. Tempat lahirnya di Khaif, Mina sebelum 15 tahun
sebelum hijrah. Keluarga Muawiyyah ini baru memeluk agama Islam setelah peristiwa Fathu
Makkah atau pembebasan Mekkah oleh Rasulullah pada tahun 630 M.
Setelah memeluk agama Islam, Rasulullah mengangkat Muawiyah sebagai salah satu penulis
wahyu. Hal ini sesuai dengan komunikasi Rasulullah dengan Malaikat Jibril. Meskipun
sebelumnya, Muawiyyah adalah seseorang yang sangat menentang Rasulullah.
Namun, begitu lembutlah hati Rasulullah kepada orang-orang yang bertaubat dan berhijrah
memeluk agama Islam. Tercatat bahwa Muawiyah menjadi juru tulis wahyu hingga
Rasulullah SAW wafat pada tahun 632 M. Selain itu, ia juga dipercaya menjadi komandan
militer Islam dalam peperangan di bawah Panglima Abu Ubaidah bin Jarrah.
Sebelum mendirikan Dinasti Umayyah, Muawiyyah sendiri merupakan seorang gubernur
Syam pada masa khalifah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, ia berhasil menyatukan
seluruh wilayah negeri Syam dengan kemampuannya memimpin suatu negara.
Selain itu, Muawiyyah juga telah memperkuat posisinya dengan kekuatan militer yang baik.
Ia bahkan banyak menghabiskan hartanya untuk mengumpulkan orang-orang dengan
kemampuan militer yang baik. Muawiyyah juga mendorong Umar membentuk angkatan laut,
namun Umar menolak.
Baru setelah kepemimpinan Khalifah Utsman lah, angkatan laut dibentuk sesuai nasehat
Muawiyyah. Ia merupakan seorang pemimpin yang cakap dalam peperangan.
Kemampuannya pun diakui oleh Rasulullah SAW.
Muawiyyah sendiri wafat pada tahun 680 M. Setelah berkuasa dan berjasa dalam dinasti
Umayyah selama kurang lebih 20 tahun. Ia meninggal karena sakit yang cukup lama di
usianya yang ke 80 tahun, kemudian ia dimakamkan di Babus Shaghir, Damaskus.

Saudara-Saudara Muawiyah
Muawiyyah merupakan anak yang lahir dari kabilah terpandang Quraisy. Ia memiliki banyak
saudara baik kandung maupun tiri. Berikut adalah saudara-saudara dari Muawiyah bin Abu
Sufyan:
1. Yazid bin Abu Sufyan
Yazid merupakan saudara tiri Muawiyah. Adapun ibunya adalah Zainab binti Naufal.
Kemudian Yazid pernah menjabat menjadi Gubernur di Jund Al Urdun.
2. Utbah bin Abu Sufyan
Utbah merupakan saudara kandung pertama Muawiyah. Ia Menjabat sebagai Gubernur di
Mesir. Kemampuannya dalam memimpin juga diakui oleh banyak orang. Dia menjadi
saudara yang dipercaya oleh Muawiyyah.
3. Anbasah bin Abu Sufyan
Ia merupakan saudara tiri Muawiyyah yang lahir dari wanita bernama Atiqa binti Abi
Udhayhir.
4. Ramlah binti Abu Sufyan
Ramlah atau Ummu Habibah ialah saudari tiri Muawiyyah. Ramlah lahir dari seorang ibu
yang bernama Safiyyah binti Abi Al Ash. Ia juga merupakan sepupu dari Khalifah Utsman
bin Affan sekaligus menjadi salah satu istri Nabi Muhammad SAW.
5. Ummul Hakam binti Abu Sufyan
Ummul Hakam adalah saudari perempuan kandung pertama Muawiyyah.
6. Azzah binti Abu Sufyan
7. Umaimah binti Abu Sufyan
Umaimah saudari tiri Muawiyyah, ibunya sama dengan ibu Ramlah yaitu, Safiyyah binti Abi
al-Ash.
8. Muhammad bin Abi Sufyan
9. Hanzhalah bin Abu Sufyan.
Hanzhalah merupakan saudara kandung ketiga Muawiyyah. Ia mengikuti perang Badar, dan
akhirnya tewas terbunuh.
10. Amr bin Abu Sufyan
Ia merupakan saudara tiri Muawiyyah lainnya dari seorang ibu yang bernama Safiyyah binti
Abi Amr.

Kontribusi Muawiyah Pada Masa Khulafaur Rasyidin


Muawiyyah sangat berjasa dalam beberapa hal setelah ia memeluk agama Islam. Beberapa
khalifah pada masanya banyak dibantu oleh adanya peranan Muawiyah. Berikut adalah
penjelasannya:

1. Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


Pada zaman ini banyak gerakan murtad yang muncul karena adanya pengaruh nabi palsu. Hal
ini sangat mengganggu kondisi internal yang terjadi. Peranan Muawiyah dalam hal ini adalah
ikut membantu memerangi nabi palsu tersebut, yaitu Musailamah Al Kadzab. Setelah itu, ia
ikut dikirim oleh Khalifah Abu Bakar untuk berperang ke negeri Syam sebagai komandan.

2. Pada Masa Umar bin Khattab


Beberapa peranan penting dipegang langsung oleh Muawiyyah pada zaman ini, sebagai
berikut:
a. Membuka Qaisariyah
Khalifah Umar menugaskan Muawiyyah untuk membebaskan kota Qaisariyah dari orang
kafir. Ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menerobos benteng pertahanan
Qaisariyah. Akhirnya ia berhasil menaklukan kota ini.
b. Membebaskan Pesisir Syam
Wilayah pesisir syam menjadi target berikutnya untuk dibebaskan pada masa Khalifah Umar.
Muawiyyah pun berperan penting dalam misi pembebasan ini, hingga akhirnya menang.
c. Diangkat Menjadi Gubernur Yordania
Dua peristiwa sebelumnya membuat Umar berpikir untuk mengangkat Muawiyah menjadi
gubernur di Yordania. Ia pun berhasil memimpin negara ini untuk beberapa dekade.
d. Diangkat Menjadi Gubernur Damaskus
Setelah saudaranya wafat akibat penyakit Tha’un pada masa itu, ia diperintahkan oleh Umar
untuk menjadi gubernur di Damaskus.
e. Memberikan Ide Mengenai Pembagian Pasukan
Khalifah Umar pada waktu itu harus menghadapi serangan dari dua wilayah besar yaitu,
Bizantium dan Persia. Oleh sebab itu, Muawiyah memberikan usulan untuk membagi
pasukan menjadi dua bagian demi menjaga perbatasan kekhalifahan yaitu, pasukan panas dan
pasukan dingin. Ia juga turut berperang bersama pasukan ganas melawan Bizantium pada
tahun 20 H.
f. Membentuk Angkatan Laut
Muawiyyah menyampaikan usulannya yang kesekian kalinya kepada Khalifah Umar tentang
pembentukan angkatan laut. Menurutnya pasukan muslimin yang dominan orang Arab tidak
familiar dengan lautan. Hal ini bisa menjadi kerugian jika pasukan ditelan ganasnya
gelombang laut saat berperang.

3. Pada Masa Utsman bin Affan


Pada masa Khalifah Utsman, Muawiyah banyak berperan penting. Hal ini ia lakukan juga
karena Muawiyyah merupakan satu klan atau bani dengan Utsman, yaitu Bani Umayyah.
Berikut beberapa hal yang dilakukan Muawiyah saat itu:
a. Diangkat Menjadi Gubernur Syam
Seperti halnya pada periode Khalifah Umar, Muawiyyah juga mendapatkan kesempatan
untuk menguasai suatu negara pada masa Khalifah Utsman. Ia diangkat menjadi gubernur
Syam sepenuhnya, setelah kedua pemimpin sebelumnya yang ditunjuk meninggal dan sakit.
Ia memerintah Syam, hingga wafatnya Khalifah Utsman.
b. Pembebasan Cyprus
Muawiyyah memiliki tekad yang besar dalam misinya membebaskan beberapa perbatasan
yang menjadi daerah sulit. Setelah penolakan pada masa Khalifah Umar saat mengusulkan
pembebasan Cyprus, akhirnya Utsman memperbolehkannya untuk melakukan misi tersebut.
Ia pun berhasil menduduki Cyprus, selain itu ia juga mengetahui bahwa ternyata Cyprus
hanyalah boneka Bizantium.
c. Membantu Utsman Menghadapi Badai Ujian
Utsman banyak mengalami ujian berat pada masa kepemimpinannya. Ujian tersebut hadir
baik karena internal maupun eksternal. Seperti misalnya rakyat menuduh Utsman
menggelapkan uang hingga mengangkat keluarganya sendiri menduduki jabatan. Namun,
Muawiyyah selalu berada di sisi Utsman.
Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah
Pendirian Dinasti Umayyah berawal dari akhir masa pemerintahan Khalifaturrasydin. Setelah
Utsman wafat karena dibunuh, akhirnya sahabat Ali menggantikannya untuk menjadi
pemimpin selanjutnya. Namun pada masa pemerintahannya banyak kekacauan yang terjadi.
Muawiyah termasuk orang yang mendesak agar pembunuh Utsman segera ditemukan.
Namun, bagi Khalifah Ali hal tersebut bukan suatu yang mudah untuk dilakukan saat ini.
Hingga terjadilah konflik antar keduanya yang menyebabkan terjadinya Perang Shiffin.
Perang Shiffin diakhiri dengan adanya kesepakatan atau Tahkim. Sayangnya hal ini malah
membuat terpecahnya beberapa kubu seperti Khawarij, Syiah, dan Muawiyah. Tak lama dari
peristiwa ini, Khalifah Ali juga terbunuh dan inilah tanda berakhirnya kepemimpinan
Khulafaur Rasyidin.
Setelah Khalifah Ali wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya yaitu, Hasan. Namun
untuk menyelesaikan perseteruan antar kubu, akhirnya Hasan memilih mundur dan
menyerahkan kepemimpinan ke Muawiyah. Inilah awal terbentuknya Dinasti Umayyah
dengan pemimpin pertamanya Muawiyyah.

Masa Kejayaan Dinasti Umayyah


Dinasti Umayyah memiliki banyak sumbangsih dalam kemajuan Islam. Sejak berakhirnya
kepemimpinan khulafaur rasyidin, yakni pada tahun 41 H atau 661 M, Dinasti Ummayah
memegang kepemimpinan umat Islam. Perluasan kekuasan Islam, pembangunan, dan
perkembangan ilmu pengetahuan menjadi bukti bahwa dinasti ini pernah Berjaya.
Beberapa khalifah dari dinasti ini memiliki catatan sejarah yang menonjol. Setidaknya ada
empat khalifah besar yang dikenal, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai pendiri dinasti,
Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul Malik, dan Umar bin Abdul Aziz. Berikut ini
merupakan kemajuan-kemajuan oleh keempat khalifah tersebut yang berhasil kami himpun
dari catatan sejarah.
1. Muawiyah bin Abu Sufyan
Sebagai pendiri dinasti Umayyah, Muawiyah dikenal sebagai Muawiyah I. Ia memerintah
dinasti ini sejak tahun 41 H hingga 60 H atau 661-680 M. Beberapa kebijakan besar yang
telah dilakukannya dan dikenal luas adalah sebagai berikut:
 Memindahkan ibu kota negara yang awalnya di Kota Kufah, Irak menuju Damaskus,
Syiria.
 Mengganti sistem kekhalifahan khulafaur rasyidin yang menunjuk khalifah
berdasarkan musyawarah umat Islam menjadi kerajaan yang mewariskan
kepemimpinan berdasarkan garis keturunan.
 Mencetak alat tukar pembayaran atau uang.
 Mendirikan dinas pos untuk melakukan pengiriman barang. Dinas ini dilengkapi
dengan pejabat khusus di posisinya dan kuda-kuda di tempat tertentu sebagai alat
transportasi.
 Kepemilikan harta oleh rakyat dipindahkan menjadi milik Allah yang nantinya
digunakan untuk kepentingan negara dan rakyat.
 Memberikan ruang kepada orang-orang Nasrani yang ahli di bidangnya untuk terlibat
dalam proyek pembangunan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan farmasi. Ide seperti ini
sebelumnya sempat ditolak di zaman khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu
karena kehati-hatian.
 Membentuk badan intelijen militer untuk memantau kekuatan militer negara lain.
 Membentuk jabatan dinas pencatatan sipil untuk agar lebih mudah
mengkoordinasikan urusan sipil negara.
2. Abdul Malik bin Marwan
Sebagai khalifah kelima, Abdul Malik bin Marwan memimpin dinasti Umayyah pada tahun
65-86 H / 684-705 M. Berikut ini merupakan pencapaian besar yang telah dilakukannya:
 Mencetak mata uang sendiri yang bertuliskan huruf Arab. Langkah ini dilakukan
untuk menggantikan mata uang yang dicetak oleh Kekaisaran Romawi dan
Kekaisaran Persia di daerah yang telah dikuasai Islam.
 Mendirikan pabrik kapal di wilayah Tunisia untuk memperkuat kekuatan angkatan
laut.
 Membentuk Mahkamah Khusus yang menangani pegawai pemerintah dan pembantu
kerajaan yang melakukan kesalahan.
 Memperbaiki sistem kerja dinas pos dengan memperbanyak ekspedisi pos sehingga
sistem kerjanya lebih teratur dan dapat diandalkan.
 Mendirikan bangunan yang indah megah di dalam negeri.
3. Al-Walid bin Abdul Malik
Sebagai khalifah keenam, Al Walid bin Abdul Malik dijuluki sebagai Al Walid I. Ia
memerintah dinasti Umayyah pada tahun 86-96 H / 705-714 M. Pada masa Al Walid bin
Abdul Malik, dinasti Umayyah mencatatkan puncak kejayaannya.
Berikut ini adalah inovasi yang telah dilakukannya sehingga mampu membawa dinastinya
mencapai puncak kejayaan:
 Menyediakan tenaga pengajar untuk anak-anak yatim.
 Orang-orang tua yang tidak punya teman hidup, anak-anak yatim piatu, dan para
musafir mendapatkan perhatian khusus di masa pemerintahan ini. Hal ini karena Al
Walid I membangun panti jompo, panti asuhan, dan rumah singgah.
 Para penyandang disabilitas disediakan panti-panti khusus agar mereka dapat
mengembangkan diri di tengah keterbatasan.
 Para musafir dibangun telaga khusus agar tidak kehausan.
 Para penghafal Al Quran, ulama, fakir miskin, dan orang-orang lemah mendapatkan
subsidi tetap.
 Menyediakan pemandu jalan untuk para tuna netra.
 Pegawai kerajaan pada zaman Al Walid I dipilih secara ketat. Hanya mereka yang
cerdik, pandai, dan berintegritas yang diterima.
 Mendirikan pabrik-pabrik dan gedung-gedung pemerintahan.
 Membangun rumah sakit khusus penderita kusta.
 Mendirikan rumah sakit dan klinik gratis untuk rakyat yang sakit.
 Merenovasi Masjid Nabi di Madinah dan Masjid Al Aqsa di Palestina.
 Jalan-jalan diperbaiki dan dilengkapi dengan marka agar pengguna jalan lebih mudah
dalam menggunakan jalan.
4. Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dijuluki sebagai Umar II karena secara nasab memiliki
pertalian darah dengan khalifah Umar bin Khattab. Dari jalur ibunya, Umar bin Abdul Aziz
merupakan cicit dari sahabat utama Nabi Muhammad SAW tersebut.
Tidak hanya dekat dengan pertalian darah, kesalehan Umar bin Abdul Aziz juga tidak jauh
berbeda dengan pendahulunya. Ia berhati-hati terhadap dunia, peduli dengan dakwah Islam,
lembut terhadap orang lemah, keras terhadap segala bentuk kecurangan, dan semangat dalam
mempelajari agama. Sebab-sebab inilah yang menaikkan derajatnya di hadapan Allah
sehingga namanya harum melegenda, meski puncak kejayaan dinasti Umayyah bukan terjadi
di jamannya.
Ia telah dikenal sebagai ulama dan ahli ilmu sebelum ditunjuk menjadi khalifah. Rakyat dan
para tokoh Islam telah mencintainya sebelum ia duduk di kursi pemerintahan. Maka ketika
pengumuman itu sampai ke seluruh penjuru negeri, semua bergembira, kecuali pejabat-
pejabat yang korup.
Ada banyak hal yang telah dilakukannya untuk Islam dan dinastinya. Beberapa di antaranya
adalah:
 Mengembalikan harta kepada pemiliknya. Pada masa berdirinya dinasti, kepemilikan
harta pribadi tidak diakui
 Pemeluk Islam bertambah pesat tanpa harus melakukan banyak invasi ke negara lain.
Ia banyak menggunakan diplomasi.
 Pelaksanaan hukuman harus dilakukan seizing khalifah.
 Memberantas kemiskinan dalam waktu sekejap sampai-sampai tidak ada penduduk
Madinah yang berhak menerima zakat.
 Mengirim pendakwah ke seluruh negeri.
Selain lima poin di atas, masih ada banyak prestasi yang telah dibukukan oleh Umar bin
Abdul Aziz. Negara benar-benar sejahtera saat itu. Sayang, kepemimpinannya hanya
bertahan tiga tahun karena Allah mengambilnya untuk berpulang ke hadapan rahmat-Nya.
Ia meninggal karena diracun oleh pembantu kerajaan. Namun setelah tertangkap, pembantu
itu ia bebaskan dan diperintahkan mengasingkan diri agar tidak dihukum oleh negara. Ia
meninggalkan keluarganya dalam keadaan sedikit harta karena ia merasa tidak berhak atas itu
semua.

Anda mungkin juga menyukai