Anda di halaman 1dari 7

Peradaban Islam di Masa Marwan bin Hakam

Disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Yang diampu oleh: M. Sholikhin Nur

Disusun oleh:

Fazka Khoiru Rijal (123111072)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

1
PENDAHULUAN

Alhamdulillah puja puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang mana
telah memberikan kita semua hidayah, rahmat, dan petunjuk-Nya sehingga kita dapat
berkumpul pada pagi hari ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang mana atas jasa beliau membawa umat manusia dari
jaman jahiliyyah menuju jaman islamiyyah yang penuh dengan cahaya Islam ini.

Daulah Umayyah adalah salah satu kerajaan terbesar yang ada setelah
berakhirnya masa para empat Khulafaurrasyidin dalam memimpin agama Islam,
selain itu pula terdapat kerajaan-kerajaan lain seperti kerajaan Abbasiyyah, kerajaan
Utsmani, kerajaan Mughal, dll.

Daulah Umayyah mempunyai dua masa wilayah kepemimpinan, yang


pertama di Damsyik pada tahun 661 M hingga 750 M, dan yang kedua yaitu berada
di Cordoba pada tahun 756 M hingga 1031 M. Dan dalam makalah ini saya akan
menjelaskan tentang Marwan bin Hakam yang sebagaimana khalifah keempat
Daulah Umayyah.

PERUMUSAN MASALAH

1. Sekilas tentang Marwan bin Hakam


2. Peradaban Islam di Masa Marwan bin Hakam
3. Bagaimana Akhir Pemerintahan Marwan bin Hakam

PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang Marwan bin Hakam

Marwan bin Hakam merupakan Khalifah keempat dari daulat bani Umaiyyah
setelah Muawiyyah II atau Muawiyyah bin Yazid berkuasa. Dan jika dilihat dari
silsilah dia merupakan cucu dari Abul ‘Ash yang juga merupakan kakek dari Ustman
bin Affan.

Setelah terputusnya keturunan Muawiyyah dalam melanggengkan kekuasaan


dikarenakan berakhirnya kekuasaan Muawiyyah II atau Muawiyyah bin Yazid maka
kursi kekuasaan pun beralih ke bani Marwan setelah keluarga besar Umayyah
mengangkatnya sebagai khalifah. Karena dari keluarga besar Umaiyyah beraggapan
bahwa Marwan bin Hakam adalah orang yang tepat untuk mengendalikan kekuasaan
karena pengalamanya. Tetapi masa pemerintahannya hanya berlangsung selama

2
setahun. Selanjutnya kepemerintahannya diturunkan kepada anaknya yaitu Abdul
Malik bin Marwan.1

Daulah Umayyahyang berpusat di Damsyik selama 91 tahun mengalami 2


fase, yaitu:

a. Fase Sufyaniyyah: Abu Sufyan: keturunan Abu Sufyan yaitu Muawiyah


bin Abi Sufyan, Yazid bin Abi Sufyan, dan Muawiyah bin Yazid. Dan
ketika Muawiyah II selesai diteruskan ke Marwa.
b. Fase Marwaniyah: Marwan bin Hakam, Abdul Aziz bin Marwan, Abdul
Malik bin Marwan. Dan faktor- faktor yang menjadikan Marwan menjado
khalifah:
1. Mundurnya Muawiyah II dari kekuasaan
2. Adanya konspirasi politik dengan Ummu Khalid
3. Dukungannya hanya sebagian saja
4. Muawiyyah II tidak dapat meredam demonstran

B. Peradaban Islam di Masa Marwan bin Hakam

Ketika pada saat akhir pemerintahan Muawiyah bin Yazid, ia mengundurkan


diri tanpa menunjuk seorang pun sebagai penggantinya. Para pemuka dan pembesar
keluarga Bani Umayyah yang tetap ingin mempertahankan jabatan khilafah berada di
tangan mereka, segera mengangkat Marwan bin Hakam sebagai khalifah keempat
Bani Umayyah.

Dalam perjalanan karier politik Marwan bin Hakam sebenarnya sudah


dimulai sejak pada masa khalifah Ustman bin Affan. Marwan bin Hakam bukanlah
sosok baru dalam catur perpolitikan kala itu. Sebelumnya, ia pernah menjabat
penasihat Khalifah Utsman bin Affan. Pengaruhnya tidak kecil terhadap kebijakan
pemerintahan. Tak sedikit kebijakan yang ditelurkan Khalifah Utsman kental aroma
kekeluargaan. Beberapa gubernur kala itu banyak yang diganti dengan orang-orang
dari pihak keluarga Umayyah. Misalnya, jabatan gubernur di Mesir yang dipegang
oleh Amr bin Ash, diganti oleh Abdullah bin Sa’ad. Abu Ubaidah bin Jarrah yang
berhasil menaklukkan wilayah Syria dan Palestina dari tangan Romawi, jabatannya
digantikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Sa’ad bin Abi Waqqash yang berhasil
menaklukkan wilayah Irak dan Iran dari tangan Persia, jabatannya digantikan oleh
Ziyad bin Abihi. Begitu pun dengan beberapa wilayah lain. Sebagian besar para
pemimpinnya diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga Umayyah. Kebijakan
ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari pengaruh Marwan bin Hakam, mengingat
kondisi Khalifah Utsman yang sudah lanjut usia kala itu.

1
Khoiriyah, sejarah islam¸ halaman 72.

3
Tapi kemudian setelah terjadi perang jamal yakni peperangan antara Ali bin
Abi Thalib dan Aisyah setelah peperangan selesai, kemudian Marwan mengundurkan
diri dari gelanggang politik dia memberikan bai’ah dan memberikan sumpah setianya
atas Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah, kemudian ia menetap di Madinah. Dan
ketika Muawiyyah bin Abi Sofyan menjadi Khalifah, dia pun diangkat Muawiyyah
sebagai bagian dari pemerintahannya karena Muawiyyah beranggapan bahwa
Marwan juga telah melakukan peranan penting dalam peristiwa perang Jamal, yakni
melemahkan Ali serta menewaskan Thalhah dengan panahnya. 2

Berdasarkan pada hal-hal diatas, maka Muawiyyah pun mengangkat Marwan


bin Hakam menjadi gubernur di Madinah ketika masa pemerintahan Yazid bin
Muawiyyah dan juga menjadi pembantunya yang terdekat dalam kursi pemerintahan,
serta menjadi salah seorang penasehat pemerintahan di Damaskus.

Bertepatan dengan itu, keadaan Ibnu Zubair ketika itu mengalami kemajuan
yang pesat. Penduduk Hejaz telah tunduk kepadanya. Begitu pula penduduk Kufah
dan Basrah. Ubaidullah ibnu Ziyad telah meninggalkan Kufah dan Basrah karena
tekanan suasana. Juga penduduk Jazirah telah tunduk kepadanya. Begitu pula
pemimpin pemerintahan di Syam, dan mereka ini dari kabilah Qais.

Oleh karena pencapaian Ibnu Zubair ini menyebabkan sebagian ahli sejarah
berpendapat bahwa Ibnu Zubair adalah Khalifah yang sah di masa itu. Dan Marwan
bin Hakam dianggap sebagai pemberontak, dan tidak diakui sebagai Khalifah. Begitu
juga Abdul Malik bin Marwan barulah diakui sebagai Khalifah setelah meninggalnya
Ibnu Zubair dan setelah tercapainya kesepakatan antara kaum Muslimin.

Terlepas dari kontroversi mengenai keabsahan khalifah Marwan bin Hakam dia
pun memiliki banyak tugas diantara tugasnya yang antara lain adalah menyelematkan
kedudukannya dan mengembalikan orang-orang suku di Jazirah ke dalam
kekuasaannya. Pertempuran Marj Rahit pada bulan Muharram 65 H, dimana Ad
Dahhak beserta pengikut-pengikutnya tewas. Maka seluruh daerah Syam dikuasai
penuh oleh Marwan.

Kemudian Marwan menuju ke Mesir dan menaklukkannya, sehingga penduduk


disana juga memberikan bai’at kepadanya, kemudian menjadikan Abdul Aziz
sebagai gubernur di Syam. Kemudian dikirimnya Amru ibu Said ibnu Ash ke
Palestina yang telah diserbu oleh Mush’ab ibnu Zubair. Dalam pertempuran yang
terjadi disana Amru memperoleh kemenangan. Tetapi ajal Marwan telah datang
memburunya sebelum Ia dapat melihat hasil perjuangan yang telah dimulai pula di
Hijaz dan Irak.

2
Syalabi, sejarah kebudayaan islam, halaman 52

4
Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fasih berbicara dan
berani. Ia ahli dalam pembacaan Al Quran. Dan banyak meriwayatkan Hadits dari
para sahabat terkemuka , seperti Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.

Diantara kebijakan- kebijakannya yaitu:

a. Diawal ia menguatkan posisinya sebagai khalifah Daulah Umayyah


b. Meredam Ibnu Zubair, Syam, dan Hijaz
c. Meredam gerakan – gerakan yang hendak mengangkat Yazid bin Khalid
d. Mengangkat putranya Abdul Aziz bin Marwan sebagai gubernur di Syam
e. Mengangkat Amru bin Ash sebaga gubernur di Palestina
f. Membuat alat- alat pasar dan timbangan

C. Akhir Pemerintahan Marwan bin Hakam

Marwan bin Hakam hanya sebentar dalam menduduki kursi kekhalifahan


yakni tahun 64-65 H atau 684-685 M. Dalam masa pemerintannya yang hanya satu
tahun tersebut dia mengalami banyak pemberontakan yang dilakukan oleh kaum
Khawarij dan Syi’ah serta perlawanan dari penduduk-penduduk Syam, Hijaz, dan
Mesir serta Bangsa Arab lainnya.

Selain itu dia juga merupakan khalifah yang melahirkan penguasa-penguasa


yang menjadi puncak kejayaan dalam sejarah peradaban islam ketika daulah bani
Umaiyyah berkuasa. Dan untuk mengukuhkan jabatan khilafahnya itu, Marwan bin
Hakam yang sudah berusia 63 tahun kemudian mengawini Ummu Khalid yakni ibu
Khalid bin Yazid atau saudaranya Muawiyyah II. Meskipun dalam perkawinan itu
sangat kental dengan aroma politik. Karena dengan mengawini janda Yazid, Maka
Marwan bermaksud menyingkirkan Khalid atau saudara dari Yazid dari tuntutan
khilafah.

Dalam suatu kesempatan, Marwan sempat memberikan ejekan kepada Khalid


dan ibunya. Akibatnya fatal yang kemudian Ummu Khalid menaruh dendam yang
luar biasa pada Marwan bin Hakam. Dan pada suatu kesempatan ketika Ummu
Khalid mendatanginya bersama para dayang dan kemudian Ummu Khalid pun
membunuh Marwan bin Hakam dengan mencekik lehernya ketika dia dalam keadaan
tidur. Marwan meninggal pada bulan Ramadhan dalam usia 63 tahun. Ia hanya
menjabat sebagai khalifah selama 9 bulan 18 hari. Dan kemudian tahta kekhalifahan
pun diwariskan pada anaknya yang bernama Abdul Malik.3

KESIMPULAN

3
Syalabi, sejarah kebudayaan islam, halaman 54.

5
Marwan adalah khalifah keempat Daulah Umayah yang telah menggantikan
Muawiyah bin Yazid, dalam masaanya telah terjadi dualisme pemerintahan.
Pemerintahan yang dikuasai Marwan bin Hakam dan Ibnu Zubair.

Dalam pemerintahannya ia banyak melakukan penaklukan terhadap negara-


negara besar seperti Syam, Hijaz, dan Iraq. Dan juga ia hanya memerintah selama 9
buan 18 hari saja karena ia meninggal karena dibunuh oleh Ummu Khalid. Dan
mewariskan tahta kepada anaknya yaitu Abdul Malik bin Marwan.

6
DAFTAR PUSTAKA

» Khoiriyah, Sejarah Islam, Yogyakarta: Teras, 2012.

» Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003.

» Maryam, Siti, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: LESFI, 2004.

» Ibrahim, Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang,


1989.

Anda mungkin juga menyukai