Anda di halaman 1dari 14

RESUME BANI UMAYYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Agama Islam-5 Program Studi Teknik
Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung Tahun Ajaran 2019/2020

Disusun oleh :
Rizkal Muhammad Zubair 100.701.17.16
Muhammad Bagas Ismail 100.701.17.017
Galang P. Kesuma 100.701.17.059

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RESUME BANI UMAYYAH

A. Kekhalifahan Umayyah
a. Kelahiran dinasti umaayah
Mu’awiyah dinobatkan sebagai khalifah di iliya’ (Yerusalem) pada 40 H/660 M. dengan
penobatanya itu, ibu kota provinsi Suriah, Damaskus, berubah menjadi ibu kota
kerajaan Islam. Meskipun telah resmi dinobatkan sebagai khlifah, Mu’awiyah memeliki
kekuasaan yang terbatas karena beberapa wilayah Islam tidak mengakui
kakhalifahanya. Selama proses abitrase berlangsung ‘Amr ibn al-Ash, tangan kanan
Mu’awiyah, telah merebut Mesir dari tangan pendukung Ali, meskipun dengan
dekimian, para penduduk diwilayah Irak mengangkat al-Hasan, putra tertua Ali,
sebagai penerus Aliyang sah, sedangkan penduduk Mekah dan dan Medinah tidak
memeliki loyalitas yang kokoh kepada penguasa dari keturunan Sufyan, karena
mereka mengakui kenabian Muhammad pada saat penakulukan Mekah.
b. Kekuasaan Mu’awiyah, model pemerintahan Arab
Setelah berhasil mengalahkan oposisi, Mu’awiyah (661-680) dengan leluasa
mengarahkan energinya untuk menghadapi musuh Islam di sebelah barat laut,
Byzantium. Di ‘Akka (Acre), setelah penaklukan Suriah, ia berasil menguasai
galangan kapal (bahasa Arab tunggal dar al-shina’ah) Byzantium dengan segala
perlengkapanya, sehingga ia bisa memanfaatkanya untuk memebangun angkatan
laut Islam. Dalam sejarah maritim Islam, galangan kapal itu mungkin merupakan yang
kedua setelah galangan kapal di Mesir.
Pemerintahan Mu’awiyah tidak hanya ditandai dengan terciptanya konnsolidasi
internal, tetapi juga peluasan wilayah Islam. Pada masa pemerintahanya, ekspansi
dilakukan ke Africa Utara yang dipimpin oleh Uqbah ibn Nafi’. Di sebelah timur,
pasukan Islam berasil menaklukan Khurasan (663-671) dari arah Bashrah,
meneybrangi Oxus, dan menyerbu Bhukara di Turkistan (674). Jadi, Mu’awiyah bukan
saja menjadi bapak sebuah dinasti, tetapi juga pendiri kekhalifahan kedua setelah
Umar.
c. Permusuhan dengan Byzantium
Ketika posisi Mu’awiyah belum mantap, dan banyak diperogoti persoalan dalam
negeri, ia merasa perlu untuk melakukan gencatan senjata (685/659) denga raja
Constatine II (641-668) dengan menyerahkan sejumlah upeti tahunan, yang
jumlahnya disebutkan dalam karya Theophanis dan dirujuk sekilas oleh al-Baladzuri.
Tetapi tak lama kemudian, penguasa Damaskus menyangkal kewajiban membayar
upeti itu, dan memulai serangan-serangan kewilayah-wilayah Byzantium melalui darat
dan laut dengan lebih gigih dibanding serangan para khalifah sesudahnya. Dua kali
Mu’awiyah menyerahkan pasukanya ke ibu kota musuh. Motif utama serbuan ke Bilad
al-Rum (negeri orang-orang Romawi, Asia Minor) tidak lain adalah untuk memperoleh
rampasan perang, meskipun gambaran tentang konstatinopel juga menjadi daya tarik
mereka. Secara bertahap, serangan-serangan kecil itupula menjadi aktivitas tahunan
di musimpanas, yang berfungsi untuk menjaga agar kondisi pasukan tetap segar dan
relatif.

B. Puncak Kekuasaan Bani Umayyah


a. Penciptaan Stabilitas dalam Negeri
Marwan (683-685), pendiri dinasti Umayyah dari keluarga Marwan, digantikan oelh
anaknya, ‘Abd al-Malik dan keempat anaknya yang kemudian meneruskan
kekuasaanya dan kejayaanya. Selama pemerintahan al-Walid dan Hisyam, imperium
Islam berasil memperluas wilayah sampai batasan-batasan yang terjauh,
membentang dari pantai Lautan Atlantik dan Pyrences hingga ke Indus dan batasan
China, perluasan yang hampir tak tertandingi sejak masa klasik, dan hanya dilampaui
pada masa modern oleh kerajaan Inggris dan Rusia. Pada masa kejayaan tersebut
terjadi penaklukan Transoxiana, penaklukan daerah Eropa sebuah upaya terbesar
yang pernah dilakukan oleh orang-orang Arab, yaitu penaklukan Spanyol.
b. Ekspansi ke Asia Tengah, India dan Semenanjung Iberia
Setelah wilayahnya berhasil dikendalikan dan dijaga ketat, wakil Umayyah yang
bersemangat itu dengan leluasa memberikan wewenang kepada para komandanya
untuk bergerak lebih jauh ke Timur. Salah seorang di antara mereka, Abd al-Rahmah
ibn Muhammad ibn al-Sy’ats, seorang keturunan keluarga raja Kindah dan Gubernur
Sijistan, kelak memimpin pemberontakan menentang otoritas al-Hajjaj, dikirim (699-
700) untuk menghadapi Zunbil, raja Turki di Kabul (di Afganistan sekarang), yang
menolak membayar pajak. Ekspedisi militer Abd al-Rahaman, dengan pasukan
bersenjata lengkap, sehingga disebut “pasukan burung merak”berhasil dengan
geimilang.
c. Kerajaan Islam, seratus tahun pasca wafatnya Muhammad
Tahun 732 menandai seratus tahun wafatnya nabi Muhammad. Pada titik pergerakan
sejarah dan geografi ini kita berhenti sejenak untuk meninjau situasi umum yang ada.
Seratus tahun setelah wafatnya pendiri Islam, para pengikutnya menjadi penguasa
kerajaan yang lebih besar dibanding kerajaan Romawi pada masa kejayaanya,
sebuah kerajaan di wilayahnya membentang dari pantai Biscay hingga Indus dan
perbatasan China, serta dari laut Aral hingga sungai Nil bagian bawah. Nama Nabi
putra Arab ini, diiringi dengan Nama Allah yang Maha Besar. Berkumandang lima kali
sehari dan ribuan menara yang tersebar di seluruh Eropa Barat daya, Afrika Utara,
serta Asia Barat dan tengah. Damaskus yang menurut hadits, Muhammad muda ragu-
ragu untuk mendatanginya karena ia hanya ingin masuk surga sekali saja, telah
menjadi ibu kota karajaan besar.
d. Arabisasi dan Reformasi Adminitrasi Negara
Adminitrasi kerajaan di bawah kepemimpinan Abd al-Malik dan al-Walid meliputi
perubahan bahasa yang digunakan dalam catatan adminitrasi publik (diwan) dari
bahasa Yunani ke dalam bahasa arab di Damaskus, dan dari bahasa Persia ke dalam
bahasa Arab di Irak dan provinsi bagian Timur, serta penerbitan uang logam Arab.
Perubahan bahasa secara otomatis menyebabkan perubahan struktur kepegawaian.
Pada masa pra-Islam, uang Romawi dan Persia digunakan di Hijaz, di samping
beberapa uang perak Himyar yang bergambar burung hantu Attic, Umar, Mu’awiyah,
dan para khalifah terdahulu lainya merasa cukup dengan mata uang asing yang sudah
beredar, dan mungkin pada bebrapa kasus menyertakan kutipan ayat Al-qur’an
tertentu pada koin-koin itu. Sejumlah uang emas dan perak pernah dicetak
sebelumnya pada masa ‘Abd Al-Malik, tapi cetakan itu hanyalah tiruan dari mata uang
Byzantium dan Persia.
Pada 695, Abd al-Malik mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni hasil
karya orang Arab. Wakilnya di Irak, al-Hajaj, mencetak uang perak di Kufah pada
Tahun berikutnya.
e. Menumen-monumen Arsitektual
Di antara prestasi menonjol pada masa ini adalah banyaknya menumen arsitektual,
beberapa di antaranya bertahan hingga masa sekarang.
Di Palestina, di atas reruntuhan kota kuno, khalifah Sulayman membangun
sebuah kota bernama al-Ramlah, yang ia jadikan sebagai tempat kediamanya. Bekas-
bekas istananya masih bisa disaksikan hingga masa Perang Dunia Kedua, dan
menara Masjid Putihnya (terbesar ketiga di Suriah setelah Masjid Umayyah di
Damaskus dan Kubah Batu di Yerussalem) yang dibangun kembali oleh raja Mamluk
pada dekade awal abad ke-14, masih tetap berdiri. Di bawah kepemimpinan
Sulayman, ibu kota kerajaan tidak lagi menjadi kediaman khalifah. Hisyam tinggal di
Rusafah, sebuah pemukiman Romawi dekat Raqqah. Tahun 691, Abd al-Malik
membangun Kubah Batu (Qubbat al-Shakhrah), di Yerusalem

C. Administrasi Politik dan Kondisi Sosial Pada Masa Dinasti Umayyah


a. Administrasi Pemerintahan dan Militer
Secara umum, ada kesamaan antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasyiah dalam
hal pembagian wilayah administrasi. Kerajaan dibagi ke dalam beberapa provinsi,
sesuai dengan pembagian pada masa imperium Byzantium dan Persia.
Provinsi-provinsi itu adalah:
· Suriah-Palestina
· Kufah, termasuk Irak
· Bashrah yang meliputi Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, mungkin
ditambah dengan Nejed dan Yamamah
· Armenia
· Hijaz
· Karman dan diwilayah di perbatasan India
· Mesir
· Africa kecil
· Yaman dan kawasan Arab Selatan
Secara bertahap provinsi digabung, sehingga tersisa lima provinsi yang masing-
masing diperintah oleh seorang wakil khalifah. Mu’awiyah menggabungkan Bashrah
dan Kuffah di bawah satu pemerintahan, yaitu Irak, yang meliputi Persia dan Arab
bagian Timur, dengan Kufah sebagai ibu kotanya, pemerintah oleh seorang wakil
khalifah.
b. Kehidupan keluarga Istana
Ketika malam tiba, para khalifah menikmati hiburan dan jamuan sosial. Mua’awiyah
sangat suka mendengar kisah sejarah, anekdot terutama dari Arab selatan dan
pembacaan puisi. Untuk memuaskan kegemarannya. Ia mendatangkan seorang ahli
cerita dari Yaman. Abid ibn Syaryah, yang menghibur khalifah sepanjang malam
dengan kisah-kisah kepahlawanan masa lalu. Minuman yang paling disukai adalah
sirup buah, yang sering menjadi tema lagu-lagu Arab dan hingga kini masih bisa di
nikmati di Damaskus, dan kota-kota Timur Lainya. Minuman yang biasa sangat
dinikmati oleh kaum wanita.
c. Keadaan umum ibu kota
Bisa dikatakan bahwa irama kehidupan dan karakteristik Damaskus tidak banyak
berubah sejak menjadi ibu kota Dinasti Umayyah. Dulu, seperti juga sekarang di jalan-
jalan sempit dan padar, banyak di temui orang Damaskus, yang mengenakan celana
lebar, sepatu dengan ujung berwarna merah, dan sorban besar, terlihat menepuk-
menepuk pundak orang badui yang berbusana longgar, mengenakan kufiyah (tutup
kepala) dan iqal (ikat kepala), atau ada juga orang Ifranji yang berpakaian Eropa.
d. Keadaan Dua Ibu Kota suci: Mekah dan Medinah
Kehidupan di Medinnah yang tenang, dan dipandang sakral oleh orang Islam
terdahulu teleh menarik para calon ulama yang mencurahkan hidup mereka untuk
mempelajari aturan-aturan hukum dan ritual. Kota yang merupakan tempat
pemakaman Nabi itu menjadi pusat penyebaran dan pembelajaran Hadits Nabi, yang
pada masa Anas Ibn Malik (wafat: antara 709 dan 711) dan Abdullah ibn Umar ibn al-
Khaththab (wafat 693) berkembang menjadi mahkota ilmu pengetahuan.
Mazhab Mekah dikenal karena reputasi abdullah ibn al-Abbas, yang biasa dipanggil
Abu al-Abbas (wafat 688), saudara sepupu Nabi dan leluhur para khalifah dinasti
Abbasiyah, yang juga dikenal karena keluasan ilmunya dalam bidang hadits dan
hukum, serta keahlianya menafsirkan Al-Qur’an sehingga ia mendapatkan gelar hib
al-ummah (wali umat ini). Namun, kajian kritis yang dilakukan para sarjana modern
menunjukan bahwa ia telah memalsukan sejumlah hadits.

D. Warisan Peradaban Dinasti Umayyah dan Akhir Kekuasaanya


a. Kahidupan di Bashrah dan Kuffah
Para penakluk dari padang pasir tidak memiliki tradisi belajar dan khazanah budaya
yang dapat diwariskan kepada negeri-negeri taklukan mereka. Di Suriah, Mesir, Irak,
dan Persia mereka duduk khidmat, menjadi murid dari orang yang mereka taklukan.
Dan sejarah membuktikan, mereka merupakan murid yang sangat rakus ilmu.
Dekatnya masa Dinasti Umayyah dengan masa Jahiliah, banyaknya peperangan
yang mereka lakukan, baik perang sipil maupun perang perang melawan musuh
asing, dan kondisi sosial ekonomi yang belum stabil di dunia Islam, merupakan
beberapa faktor penentu lambatnya perkembangan intelektual pada masa awal
ekspansi islam. Namun benih telah disebarkan, dan pohon pengetahuan yang tumbuh
rindang pada masa awal Dinasti Abbasiyah di Baghdad jelas telah berakar kuat pada
masa sebelumnya, yaitu dalam tradisi Yunani, suriah, dan Persia. Dengan demikian,
biasa dikatakan bahwa masa Dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi.
b. Perkembangan Gerakan Keagamaan
Pada masa dinasti Umayyah kita juga menemukan adanya cikal-bakal gerakan
filosofis keagamaan yang berusaha menggoyangkan pondasi agama Islam.
c. Tradisi Literer pada Periode Umayyah
Ada beberapa asfek yang bisa menjadi petunjuk terhadap perkembangan
kebudayaah literer secara umum pada periode ini, di antaranya Pidato, Korenpodensi,
dan Puisi, ketiga asfek tersebut merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang
pada masa itu.
Sastra Arab secra umum terbagi dua jenis, yaitu Prosa (natsr), yang meliputi dua afek,
yang pertama Puisi (syi’r), Pidato di depan Publik, dalam berbagai bentuknya, telah
berkembang dan mencapai puncaknya selama masa Dinasti Umayyah.
d. Perkembangan Lembaga pendidikan dan ilmu Pengetahuan
Pada masa dinasti Umayyah belum ada lembaga pendidikan formal, putra-putra
khalifah Bani Umayyah biasanya akan “disekolahkan” ke badiyah, gurun Suriah, untuk
mempelajari bahasa Arab murni, dan mendalami puisi. Ke sanalah Mu’awiyah
mengirimkan putra-putranya yang merupakan penerusnya. Yazid.
e. Pekembangan Arsitektur
Arsitektur asli orang Arab hanyalah yang terdapat di Yaman, tempat peneyelidikan
dan penelusuran kita belum memberikan data-data yang memadai.
f. Perkembangan Seni Rupa dan Musik
Gambaran yang paling awal dari seni rupa Islam adalah lukisan di Qushayr Amrah,
yang menampilkan karya para pelukis kristen. Pada dinding –dinding tempat
peritirahatan dan pemandian al-Walid I di Transyordania terdapat gambar enam raja,
termasuk roderick, raja Visigot (gotik barat) Spanyol yang terakhir.
g. Kemunduran Dinasti Umayyah
Faktor-faktor yang menjadi kemunduran dinasti Umayyah
· Khalifah Yazid I, lebih suka berburu, pesta minuman, tenggelam dalam alunan
musik dan puisi, ketimbang membaca Al-Qur’an atau mengurus persoalan negara.
· Berpoya-poya dalam kemewahan, serta meningkatkan kekayaan dan
melimpahnya Budak, menjadi penomena umum bahkan keluarga khalifah tidak lagi
berdarah Arab murni.
· Kelemahan klasik dan khas dari kehidupan sosial orang Arab, yang terlalu
menekankan individualisme, semangat kesukuan (ashabiyah), dan pertikaian kembali
menampakan wujudnya.

E. Berdirinya Dinasti Abbasiyah


a. Al-Manshur, pendiri sejati Dinasti Abbasiyah
b. Keluarga Wazir Persia
Keluarga kepemimpinan al-Mashur, sistem Wazir yang berasal dari
ketatanegaraan Persia, diterapkan untuk pertama kalinya adalam pemerintahan
Islam. Khalid ibn Barmak adalah orang pertama yang memegang jabatan tinggi
tersebut. Ibu khalid adalah tawanan yang ditangkap (705) oleh Qutaybah ibn Muslim
di Balkh, ayahnya adalah seorang Barmak, yaitu seorang pemimpin utama di sebuah
biara Budha di tempat yang sama.

F. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah


a. Hubungan Internasional dinasti abbasiyah
· Hubungan persahabtan
Habatan keduanya, tentu saja didorong oleh kepentingan pribadi charlemagne
menjadikan Harun sebagai sekutu potensial untuk mengahadapi Byzantium yang tidak
bersahabat.
· Hubungan persahabtan itu menurut para penulis Barat, diwujudkan dalam bentuk
pertukaran para duta dan hadiah.
b. Zaman keemasan Baghdad
Selama masa kekhalifahan Harun al-Rasyid (786-809), meskipun usianya kurang
dari setengah abad, baghdad pada saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat
kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa.
c. Kebangkitan Itelektual
Kemenangan tentara islam pada masa al-Mahdi dan al-Rasyid atas orang Byzantium,
musuh lama islam,memang telah membuat tenar periode itu.
Gerakan intelektual itu ditandai oleh proyek penerjemahan karya-karya berbahasa
Persia, Sanksekerta, Suriah, dan Yunani ke Bahasa Arab.

G. Negara Abbasiyah
a. Negara Abbasiyah
Kepala negara adalah seorang khalifah yang setidaknya dalam teori, memegang
semua kekuasaan, ia dapat dan telah melimpahkan otoritas sipilnya kepada seorang
wazir, otoritas pengadilan kepada seorang hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada
seorang jenderal (amir), tapi khalifah sendiri tetap menjadi pengambil keputusan terakhir
dalam semua urusan pemerintahan.
b. Sumber pemasukan negara.
Selain pajak, sumber pemasukan negara adalah zakat yang merupakan satu-satunya
pajak yang diwajibkan atas setiap orang islam.
c. Biro-biro pemerintahan
o Dewan korenpudensi atau kantor arsip
o Dewan penyelidik keluhan
o Departemen kepolisian
d. Sistem organisasi militer
o Pasukan tetap (jund)
o murtaziqah (pasukan yang dibayar secara berkala oleh pemerintah)
o Muthawwi’ah (sukarelawan)
e. Administrasi wilayah pemerintahan
Provinsi-provinsi yang utama pada masa kakhalifahan Baghdad
· Afrika disebelah Barat Gurun Libya
· Mesir
· Suriah dan Palestina yang terkadang dipisahkan
· Hijaz dan Yamamah (Arab tengah)
· Yaman dan Arab Selatan
· Bahrain dan Oman, dengan Bashrah dan Irak sebagai Ibu Kotanya
· Sawad atau Irak (mesopotamia bawah) yaitu kota utamanya baghdad, kuffah dan
Wasit.
· Jazirah yaitu kawasan Assyiria kuno, bukan semenanjung Arab, ibukota Mosul.
· Azerbaijan, kota besarnya Tibriz, Ardabil, maraghah
· Jibal yaitu (perbukitan, media kuno)

H. Kehidupan Masyarakat Pada Masa Dinasti Abbasiyah


a. Kehipuan keluarga dan gaya hidup masyarakat
· Pada masa ini banyak perempuan yang berhasil mengukir prestasi dan berpengaruh
di pemerintahan, baik dari kalangan atas, seperti Kayzuran, istri al-mahdi dan ibu al-Rasyd
· Wanita muda Arab pergi berperang dan memimpin pasukan
· Menggubah puisi dan bersaing dengan laki-laki di bidang sastra
· Mencerahkan masyarakat dengan kecerdasan.
b. Perdagangan dan industri
- Masyarakat kelasa atas yang berada di bawah kelas aristokrat terdiri atas para
penulis sastra, orang terpelajar, seniman, pengusaha, pengrajin, dan pekerja profesional.
- Masyarakat kelas bawah membentuk mayoritas penduduk negara yang terdiri atas
petani, pedagang, penggembala, dan penduduk sipil yang menjadi penduduk asli dan
berstatus sebagai dzimmi.
c. Perkembangan bidang pertanian
Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah karena pusat
pemerintahanya sendiri berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai yang biasa
dikenal dengan nama Sawad.
d. Warga nonmuslim di kekhalifahan Islam
Dzimmi hanya mencakup kelompok yang memiliki kitab suci, yaitu Yahudi, Kristen, dan
Sabiin.
Orang Kristen dan Yahudi banyak yang menduduki jabatan penting seperti bagian
keuangan, administrasi, dan jabatan profesional lainya.
e. Isamisasi Kerajaan
Pada kenyataanya ‘penaklukan Islam’ yang dilakukan terutama pada masa khulafa’ al-
arasyidin, seperti yang telah dibahas sebelumnya, merupakan penaklukan oleh pasukan
Arab dan bangsa arab.

I. Kemajuan Dibidang Ilmiah dan Sastra


a. Kajian dalam bidang kedokteran
Khalifah al-Rasyid, al-Ma’mum yang membangun apotek pertama, mendirikan sekolah
Farmasi pertama, dan menghasilkan buku-buku obat-obatan.
b. Perkembangan filsafat Islam
Filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran arti yang sebenarnya, sejauh hal itu
bisa dipahami oleh pikiran manusia.
c. Kajian Astronomi dan Matematika
Ahli-ahli astronomi al-Ma’mun melakukan salah satu perhitungan paling rumittentang luas
permukaan bumi. Juanya adalah untuk menentukan ukuran bumi, dan kelilingnya dengan
asumsi bahwa bumi berbentuk bulat.
d. Perkembangan dalam bidang kimia
Setelah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika orang Arab memberikan kontribusi
ilmiah terbesar dalam bidang kimia. Dalam bidang ilmu kimia, dan ilmu pengetahuan fisika
lainya, orang Arab telah memperkenalkan tradisi penelitian objektif sebuah perbaikan
penting terhadap tradisi pemikiran spekulatif orang Yunani.
e. Kajian geografi
Orang islam dalam mempelajari geografi, Astrologi yang membutuhkan penetapan garis
lintang dan bujur semua tempat di permukaan Bumi semakin menambah pengaruh
ilmiahnya.
f. Kajian historiografi
Sejarah berawal dari legenda dan anekdot yang terkait dengan masa-masa pra Islam, dan
tradisi keagamaan yang brekisar pada nama dan kehidupan nabi.
g. Kajian Teologi
Ilmu pengetahuan yang paling penting yang muncul dari kecendrungan itu adalah teologi,
hadits, fikih, filologi, dan linguistik. Banyaknya sarjana dalam bidang ini adalah keturunan
Arab.
h. Kajian Hukum dan Etika Islam
Orang Arab adalah satu-satunya bangsa pada abad pertengahan yang melahirkan ilmu-
ilmu Yurispudensi, dan berkembang sebuah sistem independen.
i. Perkembangan Sastra dan bidang kesenian Lainya
Prosa pada masa itu adalah kecendrungan merespon atas pengaruh Persia untuk
menggunakan ungkapan-ungkapan hiperbolik dan bersayap. Ungkapan yang tegas,
singkat, dan sederhana.

J. Pendidikan Kesenian dan Arsitektur


a. Pendidikan dasar, menengah, dan perguruan Tinggi
Pendidikan anak-anak dimulai di rumah masing-masing. Ketika anak mulai bisa bicara
bapak wajib mengajarkan kalimat Tauhid la ilaha illa allah. Dan ketika berumur enam
tahun ia mesti diajri untuk melaksanakan sholat. Pada usia itu pulalah dimulai pendidikan
Formal.
b. Perpustakaan dan tokoh Buku
Mesjid juga berfungsi sebagai tempan penyimpanan buku. Buku-buku itu didapatkan
hadiah yang diberikan kepada pengurus mesjid atau hasil pencarian berbagai sumber.
c. Perkembangan media Tulis
Media tulis adalah kain parca dan papirus. Dokumen-dokumen resmi yang ditulis di atas
kain perca dan disimpan ketika terjadi perang sipil antara al-Amin al-Ma’mun, di cuci bersih
kemudian dijual lagi.
d. Tingkat peradaban masyarakat
Umat islam yang memiliki tingkat pendidikan dan kebudayaan yang tinggi, tapi cukup sulit
untuk menentukan tingkat kebudayaan masyarakat secara umum.
e. Perkembangan seni dan Arsitektur
Dalam bidang seni, layaknya dalam bidang sastra, seorang Arab, atau seorang Semit,
memiliki daya apresiasi yang sangat tajam terhadap berbagai hal yang partikular dan
subjektif.
f. Perkembangan bidang seni rupa
Larangan kalangan teolog terhadap semua bentuk representasi seni rupa tidak cukup kuat
menghentikan perkembangan senirupa dalam sejarah islam dibandingkan larangan al-
Qur’an yang lebih tegas terhadap kosumsi minuman keras.
g. Perkembangan seni Musik
Larangan para ahli fikih terhadap musik dan alat musik tidak berlaku efektif di baghdad
dibandingkan dengan yang terjadi sebelumnya di Damaskus.

K. Sekte-Sekte dalam Islam


a. Rasionalis Lawan Ortodoks
Periode ini merupakan periode pembentukan ketika islam mulai mencari dan membangun
fondasi peradabanya yang khas dan mandiri, yang kemudian diwariskan hingga saat ini,
dalam bidang teologi dan hukum, dalam sains dan filsafat, dan sastra dan humaniora.
b. Tasauf
Tasauf merupakan bentuk mestisisme dalam islam, tasauf bukanlah satu tatanan ajaran,
tetapi lebih sebagai modus pemikiran dan perasaan dalam kerangka agama.
c. Mazhab Syi’ah
Kelompok syi’ah merupakan kelompok pengikut Ali tidak dapat pengakuan yang lebih baik
pada masa Abbasiyah dibandingkan pada masa umayyah.

L. Kekhalifahan Terpecah, Dinasti-Dinasti Kecil di Barat


a. Munculnya dinasti-dinasti kecil
Pada tahun 785, Idris ibn Abdullah, cicit al-Hasan, ikut serta dalam salah satu
pemberontakan sengit kelompok pengikut Ali di Medinah. Perlawanan bisa di redam dan
di menyelamatkan diri ke Maroko (Al-Magrhrib). Di sana dia berhasil mendirikan sebuah
kerajaan yang mengabdika namanya selama hampir dua abad (788-974)
b. Dinasti Thulun
Pendiri dinasti Thulun berumur pendek (dawlah, 868-905) di Mesir dan Suriah adalah
Ahmad Thulun.
c. Dinasti Iksidiyah
Dinasti ini didirikan di Fusthat. Pendiri dinasti ini adalah Muhammad ibn Thughj (935-946).

M. Dinasti-Dinasti di Timur
a. Dinasti Tahiriyah, Saffariyah, Samaniyah, dan Gaznawi
Saat dinasti-dinasti kecil sebagian besar berasal dari Arab memecahkan wilayah
kekuasaan khalifah di Barat, proses yang sama juga tengah terjadi di Timur,terutama di
lakukan oleh orang Turki dan Persia.
b. Benih-benih kehancuran dinasti Abbasiyah
Kemunculan pasukan pengawal kerajaan yang membangkang, diikuti berbagai
pemberontakan budak-budak negro, telah meruntuhkan otoritas pusat dan membuka jalan
bagi naiknya rezim Buawhi.
c. Dinasti Buwahi
Khalifah al-Mustakfi di baghdad menerima Ahmad ibn Buwahi mengangkat sebagai amir
al-umara dia seorang pendiri dinasti Buwahi yang yang dinobatkan dari namanya sendiri.

N. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah


a. Faktor internal keruntuhan Abbasiyah
Faktor internal
- Merosotnya drastis kekuasaan anak cucu mereka antara pertengahan abad ketiga
dan pertengahan abad ke empat.
b. Faktor eksternal keruntuhan Abbasiyah
- Serbuan kaum Bar-Bar
- Munculnya banyak dinasti-dinasti seperti cendawan di musim hujan

Anda mungkin juga menyukai