Anda di halaman 1dari 10

Biografi Muawiyah bin Abi Sufyan merupakan pendiri Dinasti bani Umayyah.

Muawiyah masuk Islam pada saat peristiwa Fathu Makkah.


Nama : Muawiyah
Julukan : Abu Abdurrahman
Lahir : tahun 606 M ( tahun ke-5 sebelum kenabian)
Ayah : Abu Sufyan
Ibu : Hindun
Silsilah ayah dan ibu bertemu pada : Abdu Syam
Silsilah Muawiyah dan Nabi Muhammad bertemu pada : Abdi Manaf

B. Pengangkatan Menjadi Kholifah


Karier Politik Muawiyah dimulai sejak ia masuk Islam yaitu :
● Pada masa Nabi Muhammad : menjadi anggota penulis wahyu
● Pada masa Kholifah Abu Bakar : Panglima perang di wilayah Syam
● Pada masa Kholifah Umar : Gubernur Syiria
● Pada Masa Kholifah Utsman : Gubernur Damaskus dan Syiria
● Pada masa Kholifah Ali : Ia di copot dari jabatannya sbg gubernur.

Muawiyah melakukan pemberontakan pada masa pemerintahan Kholifah Ali, dengan alasan
menuntut balas kematian Utsman, bahkan ia menuduh bahwa Ali terlibat dalam peristiwa
pembunuhan Kholifah Utsman.
Sedangkan Ali beranggapan bahwa kepemimpinan Muawiyah sebagai gubernur Damaskus
banyak melakukan penyelewengan, selain itu Muawiyah juga berambisi menduduki jabatan
Kholifah oleh karena itu Ali mencopot Muawiyah dari jabatannya sebagai Gubernur Damaskus.
Karena merasa sakit hati maka Muawiyah melakukan pemberontakan sehingga terjadilah
Perang Shiffin, dalam peperangan ini diakhiri dengan perdamaian / Arbitrase / Tahkim. Namun
sayang dalam peristiwa tahkim ini, pihak Muawiyah melakukan tipu muslihat atas saran dari
Amr bin Ash.
Setelah peristiwa tahkim, pihak Ali merasa dirugikan dan pendukunh Ali terpecah menjadi 2
kelompok yaitu Syi’ah dan Khawarij.
Orang-orang khawarij melakukan rencana hendak membunuh 3 orang yang dianggap sebagai
dalang perpecahan umat Islam yaitu (Muawiyah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, dan Ali bin Abi
Tholib). Namun rencana tersebut gagal hanya orang yang bertugas membunuh Ali yang berhasil.
Setelah Ali terbunuh, orang-orang Syi’ah mengangkat Hasan bin Ali sebagai Kholifah,
namun pihak muawiyah menolak. Disisi lain Hasan tidak berambisi menjadi Kholifah dan tidak
mau terjadi perpecahan berlanjut di tubuh umat Islam, akhirnya Hasan bersedia menyerahkan
kekuasaan kekholifaha kepada Muawiayah.
Hasan bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah dengan beberapa syarat yaitu :
1. Muawiyah tidak menarik pajak dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak
2. Muawiyah tidak lagi mencacimaki Ali dan keluarganya
3. Muawiyah menyerahkan sebagian harta Baitul Mal kepada Hasan
4. Setelah kekholifahan muawiyah berahir, jabatan Kholifah diserahkan kepada umat Islam.
Muawiyah berjanji memenuhi syarat tersebut, akhirnya Muawiyah secara resmi diangkat sebagai
Kholifah pada tahun 661 H.
Jasa Peninggalan Kholifah Muawiyah bin Abi Sufyan

Pada masa Umayyah, baitul Mal = Lembaga pemerintahan yang bertugas mengurus masalah
keuangan Negara, beralih fungsi dari harta hak seluruh rakyat menjadi harta kekayaan pribadi
kholifah.
Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kholifah Muawiyah
antara lain adalah :
1. Pembentukan Diwanul Hijabah
Bertugas memberikan pengawalan khusus terhadap Khlifah, hal ini dikarenakan kekhawatiran
muawiyah melihat 3 kholifah sebelumnya meninggal karena terbunuh
2. Pembentukan Diwanul Khatam
Bertugas mencatat semua kebijakan Kholifah mengantisipasi peristiwa pembunuhan Kholifah
Utsman yang disebabkan Surat misterius
3. Pembentukan Diwanul Barid
Departemen pos yang bertugas mengantarkan surat-surat resmi pemerintah
4. Pembentukan Shohibul Kharaj
Bertugas memungut pajak dari rakyat.

Biografi Abdul Malik bin Marwan


Abdul Malik bin Marwan merupakan kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-5, karena
jasanya beliau juga dianggap sebagai pendiri Dinasti Bani Umayyah yang ke dua setelah
Muawiyah.
Nama : Abdul Malik
Julukan : Abul Muluk (ayah dari para raja)
Lahir : 26 H – masa pemerintahan Kholifah Utsman
Ayah : Marwan bin Hakam
Ibu : A’isyah binti Muawiyah
 Sifat-Sifat Abdul Malik bin Marwan
 Pemberani
Pada awal masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan yang hampir
saja meruntukan pemerintahannya, namun dengan keberanian beliau pemberontakan tersebut
dapat ditumpas
 Cerdas
Beliau adalah seorang yang sangat cerdas, menguasai berbagai ilmu pengetahuan agama seperti
Hadist, Fiqih, Tafsir dll.
 Cinta ilmu Pengetahuan
Sejak kecil beliau sudah hafal Al-Qur’an.
Beliau belajar Al-Qur’an kepada sahabat Utsman. Dan belajar Ilmu Hadist kepada sahabat Abu
Hurairah

B. Pengangkatan Menjadi Kholifah


Abdul Malik bin Marwan diangkat menjadi kholifah pada tahun 65-86 H./ 685-705 M.
menggantikan ayahnya Marwan bin Hakam.
Beliau berkuasa kurang lebih 20 tahun dan mendapatkan gelar Abul Muluk-ayahnya para
raja, karena empat putranya menjadi Kholifah Dinasti Bani Umayyah , mereka adalah :
1. Al-Walid bin Abdul Malik 3. Yazid bin Abdul Malik
2. Sulaiman bin Abdul Malik 4. Hisyam bin Abdul Malik

Jasa-Jasa Kholifah Abdul Malik bin Marwan


1) Menjadikan Bahasa Arab sebagai Bahasa Resmi Negara
Semakin luasnya pemerintahan Islam keberbagai penjuru daerah, untuk memudahkan
komunikasi Kholifah menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
2) Mengganti mata uang
Pada masa pemerintahan sebelumnya, mata uang yang digunakan adalah mata uang Romawi,
dan Abdul Malik adalah orang yang pertama kali mencetak mata uang dalam Islam
3) Memperbarui ragam tulisan Arab
Pada masa Abdul MAaik, Jendral Hajjaj bin Yusuf As-Saqofi adalah orang yang pertama kali
memberikan tanda baca titik dan harokat dalam tulisan Arab
4) Pengembangan system Pos
Karena semakin luasnya pemerintahan Islam maka penyampaian informasi dari pemerintah
pusat ke daerah semakin penting, oleh karena itu Abdul Malik menugaskan para petugas Pos
dimasing-masing daerah
5) Membangun Pabrik-pabrik
Beliau mendirikan Pabrik-pabrik senjata dan kapal perang di daerah Tunisia. Dan juga
membangun Qubbatus Sakhra’ (kubah batu) di Palestina

. Biografi Al-Walid bin Abdul Malik


Al-Walid bin Abdul Malik adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-6, berkuasa
selama kurang lebih 10 tahun. Belau termasuk salah satu kholifah yang berjasa mengembangkan
Dinasti Bani Umayyah,
Sebenarnya Kholifah Marwan bin Hakam sebelum meninggal telah mengangkat dua putra
mahkota yaitu Abdul Malik dan Abdul Azis, namun ternyata Abdul Aziz (paman Al-Walid)
meninggal terlebih dahulu sebelum menjadi Kholifah sehingga Abdul Malik mengangkat
putranya sendiri yaitu Al-Walid untuk menggantikannya.
Nama : Al-Walid
Lahir : Damaskus 50 H.
Wafat : 96 H.
Ayah : Abdul Malik
 Sifat Al-Walid bin Abdul Malik
Beliau banyak belajar tentang peradaban Islam, namun dalam bidang Bahasa Arab ia
sangat lemah, sehingga pada waktu itu ayahnya (Abdul Malik) mengumpulkan para ulama’ ahli
Nahwu (ilmu tata bahasa arab) untuk mendidiknya, namun selama 6 bulan ia tetap tidak dapat
berbicara bahasa arab dengan baik.

B. Pengangkatan Menjadi Kholifah


Al-Walid diangkat menjadi Kholifah pada tahun 86 H. pada saat berusia 34 tahun. Dapat
dikatakan bahwa Abdul Malik seorang yang keras dan gigih dalam perjuangan muncul saat
Negara dalam keadaan banyak terjadi pemberontakan, sedangakan Al-Walid seorang kholifah
yang suka damai muncul pada saat Negara dalam keadaan damai. (Abdul malik adalah pendiri
sebuah gedung yang besar sedangkan Al-Walid adalah orang yang memperindah gedung
tersebut)
Pada masa pemerintahan Al-Walid, beliau mengangkat para gubernur yang dapat dipercaya
antara lain adalah :
1) Umar bin Abdul Aziz  Gubernur Hijaz (Makkah + Madinah)
2) Hajjaj bin Yusuf As-Saqofi  Gubernur Iraq
Di bawah pimpinan Umar bin Abdul Aziz, beliau banyak melakukan pembangunan-
pembangunan di daerah Hijaz, seluruh dana kas daerah dimanfaatkan untuk kepentingan
rakyatnya,
Sedangkan di Iraq, Hajjaj ia banyak melakukan penindasan terhadap lawan-lawan
politiknya (golongan Syi’ah dll), sehingga banyak penduduk yang mengungsi dan pindah ke
Hijaz.
Karena hal inilah Hajjaj merasa iri dan menebarkan fitnah bahwa Umar bin Abdul Aziz
telah melindungi para pemberontak yang kabur dari Hijaz. Karena mendengar laporan inilah
akhirnya Kholifah Al-Walid memecat Umar dari jabatannya.
Jasa-Jasa Kholifah Al-Walid bin Abdul Malik
1. Mendirikan lembaga pemelihara anak yatim dan orang-orang jompo
2. Membangun rumah sakit bagi penderita penyakit menular (kusta)
3. Menugaskan pegawai khusus yang melayani orang-orang sakit dan penyandang cacat
4. Membangun jalan-jalan raya serta pembuatan sumur-sumur untuk menyediakan air minum
5. Membangun Masjid “Umawi” di Damaskus dan merehabilitasi Masjid “Nabawi” di Madinah

Biografi Hisyam bin Abdul Malik

Hisyam bin Abdul Malik adalah Kholifah Dinasti Bani Umayyah yang ke-10. beliau
dilahirkan pada tahun 70 H. sejak kecil beliau tinggal di kota Ar-Rushafah yang terletak di tepi
sungai Eufrat.
Beliau termasuk salah seorang kholifah yang cerdas, tegas dan pemurah sehingga Dinasti
Bani Umayyah dapat mencapai berbagai kemajuan di berbagai bidang pada masa
pemerintahannya.

 Sifat-sifat Hisyam bin Abdul Malik


1. Taqwa
Suatu hari ia mencari putranya yang tidak dilihatnya sholat Jum’at, kemudian ia bertanya “ apa
sebabnya engkau tidak shalat?” putranya menjawab “hewan kendaraanku telah mati” Hisyam
menyahut “tidak sanggupkah engkau berjalan kaki?”
2. Penyantun
Diriwayatkan bahwa suatu ketika pernah ada seseorang yang mengucapkan perkataan kasar
kepadanya, namun ia tidak menghukum atau membalas perkataan kasar tersebut, ia hanya
berkata “ tak patut engkau berkata kasar kepada pemimpinmu”
3. Teliti
Hisyam adalah salah seorang kholifah Dinasti bani Umayyah yang terkenal teliti dalam
mengeluarkan uang. Beliau tidak mau mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna,
apalagi menghambur-hamburkannya
4. Tegas
Hisyam selalu bersifat tegas terhadap para pemberontak terutama golongan Syi’ah, oleh karena
itu pada masa pemerintahannya banyak sekali para pendukung orang-orang syi’ah yang
dihukunya.
5. Cerdas
Beliau sangat cermat dalam memilih para gubernur di berbagai wilayah kekuasaannya, dengan
cara memilih orang-orang yang sanggup menjalankan kekuasaan dengan bijaksana. Apabila ada
gubernur yang menyeleweng maka ia akan segera mengganti dengan gubernur yang lebih
mampu. Oleh karena itu pada masa pemerintahannya, ia sering memecat gubernur di berbagai
daerah.
B. Pengangkatan Menjadi Kholifah
Hisyam bin Abdul Malik dilantik menjadi seorang Kholifah pada tahun 105 H./ 743 M. saat
berusia 35 tahun menggantikan saudaranya Yazid bin Abdul Malik. Beliau menjabat sebagai
kholifah selama kurang lebih 20 tahun.
Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan sehingga administrasi berjalan tengan tertib
dan lancar.
Jasa-Jasa Kholifah Hisyam bin Abdul Malik.
1. Mengatasi berbagai pemberontakan
2. Menata administrasi pemerintah dan keuangan Negara
3. Membuka sejumlah perkebunan
4. Membangun irigasi untuk kepentingan pertanian
5. Membangun sejumlah sumur dan bendungan untuk air minum bagi orang-orang yang melakukan
perjalanan haji
6. Mendirikan benteng-benteng pertahanan di berbagai wilayah yang rawan konflik
7. Membangun pabrik-pabrik senjata dan peralatan perang
8. Membangun tempat pacuan kuda.

Yazid bin Muawiyah


Yazid bin Muawiyah bergelar Yazid I (± 645 - 683) ialah khalifah kedua Bani Umayyah dan
pengganti ayahandanya Muawiyah.

Insiden khusus dari masa pemerintahannya terjadi dalam Pertempuran Karbala di mana cucu
Nabi Muhammad, Husain bin Ali beserta pengikutnya terbunuh. Tidak hanya Husain tokoh
terkemuka yang menentang kenaikan Yazid ke kursi kekhalifahan; ia juga ditentang Abdullah
bin Zubair yang menyatakan menjadi khalifah sesungguhnya. Saat orang-orang Hejaz mulai
memberikan kesetiaan pada Abdullah, Yazid mengirim pasukan untuk mengamankan daerah itu,
dan Makkah diserbu. Selama penyerbuan, Ka’bah rusak, namun pengepungan berakhir dengan
kematian mendadak Yazid pada 683.

Sebagai lelaki muda Yazid mengkomando pasukan Arab yang ayahandanya Muawiyah
mengirim untuk mengepung Konstantinopel. Segera setelah itu ia menjadi khalifah, namun
banyak dari yang ayahandanya telah menjaga di bawah pengawasan memberontak terhadapnya.

Walau disajikan dalam banyak sumber sebagai penguasa yang risau, dengan penuh semangat
Yazid mencoba melanjutkan kebijakan ayahandanya dan menggaji banyak orang yang
membantunya. Ia memperkuat struktur administrasi khilafah dan memperbaiki pertahanan militer
Suriah, basis kekuatan Bani Umayyah. Sistem keuangan diperbaiki. Ia mengurangi pajak
beberapa kelompok Kristen dan menghapuskan konsesi pajak yang ditanggung orang-orang
Samara sebagai hadiah untuk pertolongan yang telah disumbangkan di hari-hari awal penaklukan
Arab. Ia juga membayar perhatian berarti pada pertanian dan memperbaiki sistem irigasi di oasis
Damsyik. Ia digantikan putranya Muawiyah II.

Muawiyah bin Yazid


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Muawiyah bin Yazid bergelar Muawiyah II (661 - 684) ialah Khalifah Bani Umayyah selama
hampir 6 bulan setelah kematian ayahandanya Yazid I. Khilafah yang diwarisinya dalam
keadaan kacau sebab pernyataan Ibnu Zubair sebagai khalifah sebenarnya dan memegang daerah
Hejaz seperti daerah lain.

Muawiyah II dianggap sebagai orang yang ramah yang yang tidak giat melibatkan diri dalam
politik. Umumnya dipercaya bahwa ia turun tahta dan meninggal segera setelah itu, meski
beberapa sumber menyebutkan ia diracun. Ia digantikan oleh keluarga Bani Umayyah dari
cabang lainnya, yaitu Marwan bin al-Hakam (Marwan I).

Marwan bin al-Hakam


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Marwan bin al-Hakam bergelar Marwan I (623 - 685) ialah Khalifah Bani Umayyah yang
mengambil alih tampuk kekuasaan setelah Muawiyah II menyerahkan jabatannya pada 684.
Naiknya Marwan menunjukkan pada perubahan silsilah Bani Umayyah dari keturunan Abu
Sufyan ke Hakam, mereka ialah cucu Umayyah (darinya nama Bani Umayyah diambil). Hakam
ialah saudara sepupu Utsman bin Affan.

Selama masa pemerintahan Utsman, Marwan mengambil keuntungan dari hubungannya pada
khalifah dan diangkat sebagai Gubernur Madinah. Bagaimanapun, ia diberhentikan dari posisi ini
oleh Ali, hanya diangkat kembali oleh Muawiyah I. Akhirnya Marwan dipindahkan dari kota ini
saat Abdullah bin Zubair memberontak terhadap Yazid I. Dari sini, Marwan pergi ke Damsaskus,
di mana ia menjadi khalifah setelah Muawiyah II turun tahta.

Masa pemerintahan singkat Marwan diwarnai perang saudara di antara keluarga Umayyah,
seperti perang terhadap Ibnu Zubair yang melanjutkan pemerintahan atas Hejaz, Irak, Mesir dan
sebagian Suriah. Marwan sanggup memenangkan perang saudara Bani Umayyah, yang berakibat
naiknya keturunan Marwan sebagai jalur penguasa baru dari Khalifah Umayyah. Ia juga sanggup
merebut kembali Mesir dan Suriah dari Ibnu Zubair, namun tak sanggup sepenuhnya
mengalahkannya.

Marwan bin al-Hakam digantikan sebagai khalifah oleh anaknya Abdul Malik bin Marwan.

Yazid bin Abdul-Malik


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Yazid bin Abdul-Malik atau Yazid II (687 - 724) ialah Khalifah Bani Umayyah yang berkuasa
antara 720 sampai kematiannya pada 724.

Pengangkatan Yazid dihantam oleh konflik internal dan eksternal di sana-sini. Sejumlah perang
saudara mulai pecah di bagian yang berbeda dari kekhilafahan seperti Spanyol, Afrika dan di
timur. Reaksi keras oleh penguasa Bani Umayyah tak membantu persoalan, dan kelompok anti-
Umayyah mulai memperoleh kekuasaan di antara mereka yang tak puas. Ini menyebabkan
kelompok seperti Bani Abbasiyah mulai membangun dasar kekuatan yang akan digunakannya
untuk merobohkan Khilafah Bani Umayyah. Namun Khilafah Bani Umayyah belum benar-benar
surut.

Yazid II meninggal pada 724 karena tuberkulosis. Ia digantikan saudaranya Hisyam.

Al-Walid bin Yazid


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Al-Walid bin Yazid atau al-Walid II (meninggal 16 April 744) ialah Khalifah Bani Umayyah
yang berkuasa antara 743 sampai 744. Ia menggantikan pamannya, Hisyam bin Abdul-Malik.

Naiknya Walid ke tampuk kekuasaan secara keras ditantang banyak orang dalam istana karena
reputasi Walid yang gaya hidupnya tak bermoral. Walau begitu, ia telah dijadikan khalifah. Ia
hampir secara cepat mulai menargetkan yang menentangnya, menimbulkan kebencian luas
terhadap Walid yang menyebar menjadi kebencian pada Bani Umayyah. Walid terbunuh pada 16
April 744 saat memerangi beberapa musuhnya. Ia digantikan sepupunya Yazid III.

Yazid bin Walid


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Yazid bin Walid bin Abdulmalik atau Yazid III (701 - 744) ialah Khalifah Bani Umayyah. Ia
naik tahta hanya selama 6 bulan sebelum meninggal.

Pengangkatannya ditandai tindakannya yang tak sempurna, membuatnya digelari "Tak


Sempurna". Di antara yang terkemuka ialah penolakannya untuk membayar kenaikan gaji pada
pasukan oleh al-Walid II. Yazid digantikan saudaranya Ibrahim bin Walid.

Ibrahim bin Walid


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Ibrahim bin Al-Walid ialah Khalifah Bani Umayyah. Ia hanya memerintah dalam waktu
singkat pada tahun 744 sebelum ia turun tahta, dan bersembunyi dari ketakutan terhadap lawan-
lawan politiknya.

Pada masa pemerintahan Khalifah Ibrahim bin al-Walid, telah dilakukan penerjemahan buku-
buku filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Hal ini mengakibatkan lahirnya golongan
Mutakalimin, seperti Mu'tazilah, Jabariah, Ahlus Sunnah, dsb.

Marwan bin Muhammad


Marwan bin Muhammad bin Marwan, bergelar Marwan II (688 - 750), merupakan Khalifah
Bani Umayyah yang berkuasa dari 744 sampai 750 saat ia terbunuh. Ia merupakan khalifah
terakhir Bani Umayyah yang berkuasa dari Damaskus.

Sebelum menjadi khalifah, Marwan telah menjabat sebagai Gubernur Azerbaijan. Dalam
kapasitas ini beberapa kali ia mengadakan perang terhadap Khaganat Khazar, memenangkan
kejayaan Phirrik namun tak sanggup mengokohkan penaklukannya.

Marwan kemudian berkuasa setelah sepupunya Ibrahim bin Walid mengundurkan diri dan pergi
ke tempat persembunyian. Marwan mewarisi kekhalifahan yang sedang pecah. Perasaan anti-
Umayyah telah sangat merata khususnya di Iran dan Irak, dan Bani Abbasiyah telah memperoleh
banyak pengikut. Masa jabatan Marwan sebagai khalifah hampir secara penuh dicurahkan untuk
upaya menjaga kekuasaan Bani Umayyah.

Marwan ternyata tidak sanggup melakukannya. Walaupun memperoleh kemenangan pada


awalnya, ia akhirnya dikalahkan secara meyakinkan oleh Abul Abbas As-Saffah dari Bani
Abbasiyah dalam pertempuran di bantaran Sungai Zab. Hanya dalam pertempuran itu, lebih dari
300 anggota keluarga Umayyah terbunuh.

Marwan kemudian pergi mencari perlindungan menyusul kekalahannya. Berharap menemukan


perlindungan di barat, ia lalu pergi ke Mesir. Namun ia tertangkap saat melintasi Sungai Nil dan
terbunuh. Kematiannya menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di timur, dan hampir
saja mengakhiri keberadaan Bani Umayyah. Pembunuhan massal Bani Umayyah segera saja
dilakukan oleh Bani Abbasiyah. Hampir seluruh keturunan Bani Umayyah terbunuh, kecuali
Abdurrahman bin Muawiyah yang melarikan diri ke Spanyol dan mendirikan pemerintahan
Islam di Al-Andalus.

Sulaiman bin Abdul-Malik


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Sulaiman bin Abdul-Malik (± 674 - 717) ialah Khalifah Bani Umayyah yang memerintah dari
715 sampai 717. Ayahandanya ialah Abdul-Malik, dan merupakan adik khalifah sebelumnya al-
Walid I.

Sulaiman mengambil kekuasaan, dalam, pada lawan politiknya Al-Hajjaj bin Yusuf.
Bagaimanapun, al-Hajjaj meninggal pada 714, maka Sulaiman menyiksa sekutu politiknya. Di
antaranya ada 3 jenderal terkenal Qutaibah bin Muslim, Musa bin Nusair, dan Muhammad bin
Qasim. Seluruhnya ditahan dan kemudian dibunuh.

Di bawah pemerintahannya, ekspansi berlanjut ke bagian pegunungan di Iran seperti Tabiristan.


Sulaiman juga memerintahkan serangan ke Konstantinopel, namun gagal. Di kancah domestik,
dengan baik ia telah membangun di Makkah untuk ziarah, dan mengorganisasi pelaksanaan
ibadah. Sulaiman dikenal untuk kemampuan pidatonya yang luar biasa, namun hukuman matinya
pada ke-3 jenderalnya menyuramkan reputasinya.

Ia hanya memerintah selama 2 tahun. Ia mengabaikan saudara dan putranya, dan mengangkat
Umar bin Abdul-Aziz sebagai penggantinya sebab reputasi Umar sebagai salah satu dari yang
bijaksana, cakap dan pribadi alim pada masa itu. Pengangkatan seperti jarang terjadi pada masa
itu, walau secara teknis memenuhi cara Islam untuk mengangkat pengganti, mengingat
pengangkatan berkelanjutan tidak.

Anda mungkin juga menyukai