Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN PERADABAN

ISLAM PADA MASA KHILAFAH BANI


UMAYYAH

Dosen Pengampu: Ahmad Irfan Mufid, S.Ag. M.A.

Disusun Oleh : Kelompok 1

Raihan Putra Kharisma (11200110000034)


Filza Farosatul Faradis (11200110000082)
Nabilah Dhiya Ulhaq (11200110000098)
Djunaidi Mubaroq (11200110000125)
 
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan
lahirnya kekuasan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola
kepemimpinan sebelumnya (khalifah Ali) yang masih menerapkan pola
keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses
musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan
dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya. Bentuk pemerintahan
dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat kekuasaan foedal dan turun
temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan.
Terbentuknya Kekhalifahan Bani Umayyah

Di akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat Islam mulai bergejolak dan muncul menjadi tiga kekuatan politik
yang dominan kala itu, yaitu Syiah, Muawiyah, dan Khawarij. Keadaan ini tentunya tidak menguntungkan bagi Ali, akibatnya
posisi Ali semakin lemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat. Dan pada tahun 40 H (660 M), Ali terbunuh karena
tusukan pedang beracun saat sedang beribadah di masjid Kufah oleh salah seorang anggota Khawarij yang
bernama Abdurrahman bin Muljam, menimbulkan dampak politis yang cukup berat bagi kekuatan umat Islam khususnya para
pengikut setia Ali (Syi'ah).

Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, kedudukannya sebagai khalifah dijabat oleh anaknya, Hasan. Orang yang
pertama kali mengangkat sumpah setia (bai'at) adalah Qays bin Sa’ad, kemudian diikuti oleh umat Islam pendukung setia Ali
bin Abi Thalib. Pengangkatan Hasan bin Ali di hadapan sekitar 40.000 orang jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran pada saat
itu. tersebut ternyata tetap saja tidak mendapat pengakuan dari Muawiyah bin Abi Sufyan dan para pendukungnya. Dimana
pada saat itu Muawiyyah yang menjabat sebagai gubernur Damaskus juga menobatkan dirinya sebagai khalifah. Hal ini
disebabkan karena Muawiyah sendiri sudah sejak lama mempunyai ambisi untuk menduduki jabatan tertinggi dalam dunia
Islam.
● Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat Monarchi
heridities (kepemimpinan secara turun-temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika
dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu
Yazid bin Muawiyah. Pada 679 M, Mu‟awiyah menunjuk puteranya Yazid untuk
menjadi penerusnya. Muawiyah bin Abu Sufyan menerapkan sistem monarki
dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Byzantium. Dalam
perkembangan selanjutnya, setiap khalifah menobatkan salah seorang anak atau
kerabat sukunya yang dipandang sesuai untuk menjadi penerusnya. Sistem yang
diterapkan Mu’awiyah mengakhiri bentuk demokrasi. Kekhalifahan menjadi
Monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yang diperoleh tidak dengan pemilihan
atau suara terbanyak.
● Dinasti Umayyah memerintah selama kurang lebih 90 tahun, yaitu dari tahun 661 M /
14 H s / d 750 M / 132 H, selama kurun waktu itu ada 14 khalifah yang pernah
memerintah, yaitu :
Berikut ini daftar nama Raja pada masa Dinasti Umayyah:
1. Muawiyah bin Sofyan (661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (681-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (683-684 M)
4. Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan(685-705M)
6. Al-walid bin Abdul Malik (705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
11. Walid bin Yazid (743-744 M)
12. Yazid bin Walid (Yazid II) (744 M)
13. Ibrahim bin Malik (744 M)
14. Marwan bin Muhammad (745-750 M)
Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi khalifah pertama dinasti Bani Umayah setelah
Hasan bin Ali bin Abu Thalib menyerahkan kekhalifahannya kepada Muawiyah.
Sebelumnya, Muawiyah menjabat sebagai gubernur syiria. Selama berkuasa di Syiria,
Muawiyah mengandalkan orang-orang Syiria dalam mempeluas batas wilayah Islam. Ia
mampu membentuk pasukan Syria menjadi satu kekuatan  militer Islam yang terorganisir
dan berdisiplin tinggi. ia membangun sebuah Negara yang stabil dan terorganisir.
Demikianlah. Muawiyah menjalankan kekuasaannya hampir selama dua puluh
tahun. Ketika merasa ajalnya mendekat, Mu'awiyah menyiapkan pengalihan kekuasaan ke
tangan anak nya, Yazid. Ia mengumpulkan semua orang untuk membaiat Yazid. Mereka
melakukan baiat. Sesaat sebelum meninggal, Mu'awiyah berpesan kepada Yazid untuk
mewaspadai empat orang: Husain ibn Ali, Abdullah ibn Umar, Abdullah ibn Zubayr, dan
Abdurrahman ibn Abu Bakr.
PERISTIWA KARBALA

Pada 10 Muharram 61 H (Hari Asyura), Husain dibunuh di Karbala oleh Ubaydillah ibn Ziyad yang membawa pasukan
Irak. Ya! Semua pasukan berasal dari penduduk Irak. Mereka tidak memberi Husain kesempatan membela diri atau
mengemukakan pendapatnya. Kepala Husain dibawa ke hadapan Khalifah Yazid. Yazid pun menangisi kematian Husain dan
memuliakan sisa-sisa Ahlu Bait yang masih hidup. Yazid sebenar nya tidak ingin membunuh Husain.

Terkait peristiwa Karbala ini Syekh Hudhari berkomentar, "Bentuk memilukan itu menjadi akhir tragedi yang dipicu
ketidakpedulian dan ketidakcermatan membaca akibat-akibat yang mungkin terjadi. Husain mengabaikan saran semua
penasihatnya dan menganggap penduduk Irak akan berlaku baik terhadapnya. Husain tertipu beberapa pucuk surat yang ditulis
pakar-pakar fitnah dan penyuka keburukan. Ia membawa dirinya dan keluarganya menuju satu kaum yang belum bisa dipercaya.
Lihatlah susunan pasukan yang memeranginya! Bukankah semuanya berasal dari penduduk Irak yang lantang menyuarakan bahwa
mereka pendukung (Syiah) keluarga Ali ibn Abi Thalib. Kesimpulannya, keluarnya Husain adalah ke salahan fatal yang
menyebabkan umat terpecah belah, ber gejolak, dan terus bertikai hingga sekarang."
Kemajuan Peradaban dan Kebudayaan Islam Pada Masa Bani Umayah dan Faktor
Pendukungnya

Kejayaan Islam di abad pertengahan merupakan pencapaian yang luar biasa yang mungkin tidak akan bisa
terulang kembali. Kejayaan Islam yang sangat pesat ini terjadi antara kurun waktu abad ketiga sampai dengan
abad kelima Hijriah, yaitu pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah. Dalm kurun waktu tersebut telah banyak
melahirkan tokoh-tokoh intelektual dan cendekiawan muslim yang berkompeten dalam berbagai bidang
keilmuan, baik itu kelimuan Islam maupun ilmu-ilmu umum. Olah karena itu, di periode ini disebut juga dengan
periode kabangkitan pemikiran,budaya, ilmu pengetahuan, dan peradaban.
Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650-1250. Periode ini disebut periode klasik. Pada kurun waktu
itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Ummayah atau sering disebut daulah Ummayah. Pada masa bani
Ummayah, perkembangan Islam ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-
bangunan sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang politik, keagamaan,
ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer.
. Berikut Prestasi bagi peradaban Islam dimasa kekuasaan Bani Umayah didalam pembangunan berbagai bidang antara
lain:
1. Masa kepemimpinan Muawiyah telah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat dengan menyediakan kuda yang lengkap
dengan peralatannya di sepanjang jalan.
2. Menertibkan angkatan bersenjata.
3. Pencetakan mata uang oleh Abdul Malik, mengubah mata uang Byzantium dengan Persia yang dipakai di daerah-daerah
yang dikuasai Islam. Mencetak mata uang sendiri tahun 659 M dengan memakai kata dan tulisan Arab.
4. Jabatan khusus bagi seorang Hakim (Qodli) menjadi profesi sendiri.
 
Keberhasilan kholifah Abdul Malik melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan Islam dan
memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilannya diikuti oleh
putranya Al-Walid Ibnu Abdul Malik (705-719 M) yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan
pembangunan.
Membangun panti-panti untuk orang cacat. Dan semua personil yang terlibat
dalam kegiatan humanis di gaji tetap oleh Negara.
Membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya.
Membangun pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid yang megah.
Hadirnya Ilmu Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah, bayan, badi’, Isti’arah dan sebagainya. Kelahiran ilmu tersebut
karena adanya kepentingan orang-orang Luar Arab (Ajam) dalam rangka memahami sumber-sumber Islam (Al-qur’an dan
Alsunnah).
Tidak dapat dipungkiri bahwa selama Bani Umayyah berkuasa, telah banyak kemajuan
dan keberhasilan yang dicapai. Adapun kemajuan-kemajuan yang dicapai, yaitu:
1. Ekspansi Wilayah
2. Pemisah Kekuasaan
3. Pembagian Wilayah
4. Pembentukan bidang administrasi pemerintahan
5. Perkembangan dibidang keuangan
6. Perkembangan dalam Bidang Kemiliteran
7. Perkembangan dalam Bidang Hukum
8. Perkembangan Sosial Budaya
9. Perkembangan Bahasa
10. Perkembangan Bidang Seni Rupa
11. Pembangunan dalam bidang arsitekur
12. Perkembangan dalam bidang pendidikan
13. Kondisi Politik Bani Umayyah
Perluasan Wilayah Islam dan Pengaruhnya Terhadap Kemajuan Islam

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah (661-750) perluasan wilayah kekuasaan khilafah Islamiyyah (lembaga
pemerintahan dalam Islam) dilakukan ke timur, utara, dan barat. Perluasan ke utara dilakukan dengan
menyerang wilayah Kekaisaran Bizantium. Menurut Taufik Abdullah dalam bukunya yang berjudul
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, dijelaskan Bani Umayyah juga memperluas wilayah kekuasaan ke
Semenanjung Iberia (Andalusia atau Spanyol) yang dikuasai oleh Bangsa Gothia.

Islam pernah berkuasa di Eropa selama berabad-abad. Kekuasaan Islam datang dan pergi, meninggalkan catatan
dalam sejarah, sebagiannya meninggalkan torehan hitam dan di penggalan lain menyisakan kegemilangan dan
warisan berharga untuk kemajuan Eropa, meski kerap dinafikan. Dalam Muqadimah-nya, Ibnu Khaldun
menegaskan bahwa jika Tuhan berkehendak memberangus peradaban, mereka akan diuji dengan seberapa jauh
konsisten dan komitmen memegang nilai dan moralitas tersebut di saat kemaksiatan merebak di mana-mana.
"Inilah yang terjadi terhadap runtuhnya peradaban Islam di Andalusia, Spanyol," tulis Ibn Khaldun. 

Pada tahun 44 H/664 M kaum muslimin menyerang wilayah Sindh dan India. Penduduk di tempat itu selalu
melakukan pemberontakan sehingga membuat kawasan itu tidak selamanya stabil kecuali di masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik.
- Kondisi Geografis dan Demografi Dinasti Umayyah di Damaskus

Sejak zaman kedua Khulafaur Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa
di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah
Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah Anatolia,
Irak, Persia, Afghanistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,
Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer di zaman Umayah mencakup tiga front penting,
yaitu sebagai berikut:

a. Front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota
Konstatinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah.

b. Front Afrika Utara. Selain menundukan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga
menyeberangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol
.
c. Front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini dibagi dua
arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di seberang sungai Jihun (Ammu Darye). Sedangkan
yang lainya kearah selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian barat.
 

Kejayaan Dinasti Umayyah ditandai


dengan capaian ekspansinya yang
sangat luas. Langkah ekspansi ini
menunjukkan stabilitas politik
Umayyah yang cukup mapan.
Perluasan di masa Umayyah meliputi:

Perluasan ke Wilayah Barat

Penaklukan di Afrika Utara

Ekspansi ke Spanyol

Perluasan ke Wilayah Timur


Sebab-Sebab Kemunduran dan Kehancuran Daulah Bani Umayah

Tidak dapat dipungkiri bahwa selama bani Umayyah berkuasa, telah banyak kemajuan dan keberhasilan yang dicapai. Meskipun
keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Sudah menjadi sunnatullah
sebuah kekuasaan akan mengalami kejayaan dan keruntuhan. Ketika peradaban Islam menguasai dunia, secara bergantian dinasti-dinasti
Islam memegang tampuk kekuasaan. Setiap kerajaan atau kesultanan Islam yang berkuasa tentu pernah mengalami masa-masa keemasan.
Seperti halnya Dinasti Umayyah, yang berkuasa selama kurang lebih 89 tahun dan telah banyak mencapai kejayaan. Namun kejayaan itu tak
bertahan lama, dan memembuat dinasti ini mengalami kemunduran, bahkan mengalami kejatuhan.

A. Faktor Internal (Penyebab Tidak Langsung)


 Faktor internal yang menyebabkan kejatuhan Dinasti Umayyah yaitu:
 Konflik antara Muawiyah ibn Abu Sufyan dan Ali ibn Abu Thalib
 Sistem pemerintahan demokrasi menjadi sistem pemerintahan monarchi heridetis (kerajaan turun temurun)
 Terjadinya perebutan kekuasaan.
 Kelalaian Pemimpin Dalam Menjalankan Roda Pemerintahan di Dinasti Umayyah
 Perbedaan Derajat
 Peperangan antar suku
B. Faktor Eksternal (Penyebab Langsung)

Muncul gerakan- gerakan oposisi yang menentang pemerintahan dinasti tersebut. Pada masa awal pembentukan Dinasti
Umayyah, terdapat 2 golongan yang tidak menyukai pemerintahan tersebut yaitu Khawarij dan Syi’ah. Baik golongan Khawarij
maupun Syi’ah sama-sama menentang pemerintahan Bani Umayyah. Mereka menjadi gerakan oposisi baik secara terbuka
maupun secara tersembunyi. Penumpasan gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah Umayyah. Selain
golongan Khawarij dan Syi’ah, golongan yang lainnya yaitu, golongan mawali, Hasyim, dan Abbasiah. Sebagai sebab langsung
jatuhnya Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas ibn Abdul Muthalib pada
masa pemerintahan Hisyam ibn Abdul Malik. Munculnya gerakan kaum Abbasiyah tersebut mendapat dukungan penuh dari
golongan-golongan lain. Sehingga kaum Abbasiyah memanfaatkan momentum tersebut dengan terus melancarkan serangan ke
Dinasti Umayyah.
Ketika Marwan ibn Muhammad naik tahta sebagai Khalifah Dinasti Umayyah, Marwan disibukkan untuk memadamkan
pemberontakan-pemberontakan yang terjadi. Tanda-tanda kejatuhan Dinasti Umayyah sudah tidak terelakkan lagi.
Sebagai pukulan terakhir terhadap Bani Umayyah, Abu al Abbas mengirim suatu pasukan untuk menentang Marwan ibn
Muhammad, dan memberikan kepercayaan kepada pamannya untuk memimpin pasukan tersebut. Pasukan Abdullah ibn
Ali merupakan pasukan yang baru dan kuat, serta memperoleh kemenangan- kemenangan dan semangat yang berkobar-
kobar. Sementara pasukan Marwan merupakan pasukan dari satu kerajaan yang menuju kearah keruntuhan dn
mengalami kekalahan-kekalahan serta kian berkurang harapannya untuk memperoleh kemenangan.

Kedua pasukan ini bertemu di lembah sungai Az-zab salah satu cabang sungai tigris. Pertempuran berlangsung sangat
sengit. Pasukan Marwan mempunyai banyak bekal serta jumlah yang banyak, namun hal tersebut tidak dapat
menundukkan semangat dan keinginan yang berkobar-kobar serta keyakinan kuat akan hari depan yang cemerlang,
Seperti halnya dengan yang dimiliki pasukan Abdullah ibn Ali. Dan benar pasukan Marwan berhasil dikalahkan.
Khalifah Marwan melarikan diri ke kota Harrah, terus ke Qinnisirin di Utara Syiria, kemudian ke Hims terus ke
Damsyik, akan tetapi pasukan Abdullah terus mengejarnya dan menguasai kota-kota pelarian Marwan tersebut.
Selanjutnya Marwan melanjutkan pelariannya ke Mesir, dan Abdullah menghentikan pengejarannya, namun
memerintahkan saudaranya saleh ibn Ali untuk melanjutkan pengejaran. Pertempuran yang terakhir terjadi di daerah
Bani Suweif. Dalam pertempuran tersebut Marwan ibn Muhammad tewas, dan dengan kematiannya pula berakhirlah
pemerintahan Dinasti Umayyah. Pergantian kekuasaan dinasti Umayyah oleh Dinasti Bani Abbasiyah diwarnai dengan
pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang beragama Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi
pemerintahan melalui perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam.
 
KESIMPULAN
Dari penjelasan–penjelasan yang telah disebutkan, maka dapat kita ambil beberapa
kesimpulan. Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah
Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang pada tahun 35 H/656 M. Pada saat
itu khalifah Utsman bin Affan di anggap terlalu nepotisme (mementingkan kaum
kerabatnya sendiri). Setelah wafatnya Utsman bin Afan maka masyarakat Madinah
mengangkat sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang baru. Dan masyrakat
melakukan sumpah setia ( bai’at ) terhadap Ali pada tanggal 17 Juni 656 M / 18 Djulhijah
35 H. Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf,
Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan khalifah Utsman bin
Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan
kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali terbunuh dan Hasan ibn Ali yang
diangkat oleh kaum muslimin di Irak menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah
melakukan perundingan dan perjanjian. Bersatunya ummat muslim dalam satu
kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jama’ah (‘Am al Jama’ah) tahun 41 H
(661 M).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai