Penyusun
Dosen Pengampu:
1
Philip K. Hitti, History of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 351.
2
Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2014).
3
Philip K Hitti, The History of Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 340.
Propaganda (Dakwah) Abbasiyah dimulai ketika Umar bin Abdul
Aziz (717-720) menjadi khalifah Umawiyyah. Beliau memimpin dengan
adil dan bijaksana. Keamanan serta stabilitas dalam negeri memberi
angina segar kepada gerakan Abbasiyah untuk menyusun dan
merencanakan gerakannya yang berpusat di al-Humayyah. Pimpinannya
waktu itu adalah Ali bin Abdullah bin Abbas, yang kemudian digantikan
oleh anaknya, Muhammad, yang berhasil memperluas gerakannya. Dia
menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan yaitu kota al- Humayyah
sebagai pusat perencanaan dan organisasi, kota Kuffah sebagai kota
penghubung dan kota Khurasan sebagai pusat gerakan praktis.
Muhammad wafat pada tahun 125 H/743 M dan digantikan oleh anaknya
Ibrahim al-Imam. Panglima perangnya berasal dari Khurasan berjulukan
Abu Muslim al-Khurasani. Abu Muslim berhasil merebut Khurasan dan
kemudian meraih kemenangan demi kemenangan. Pada awal tahun 132
H/749 M Ibrahim al-Imam tertangkap oleh pemerintah dinasti
Umawiyyah dan dipenjara sampai ia meninggal. Setelah Ibrahim al-Imam
meninggal, gerakan ini digantikan oleh saudaranya Abu Abbas. Tidak
lama setelah itu, dua bala tentara Abbasiyah dan Umayyah bertempur di
dekat sungan Zab. Dalam pertempuran itu Bani Abbas mendapatkan
kemenangan dan bala tentaranya terus menuju ke negeri Syam (Suriah)
dan dari situlah akhirnya kota demi kota dikuasai. 4
Abul al-Abbas dibaiat sebagai khalifah pertama dinasti Abbasiyah
tahun 750 M, dalam khutbah pelantikannya yang disampaikan di Masjid
Khufah, ia melaqabi dirinya dengan Al-Saffah (penumpah darah) yang
akhirnya menjadi julukannya. Agenda utama mereka adalah menyerang
pusat kekuatan Dinasti Umaiyah di Damaskus sampai memindahkan
5
ibukota ke Baghdad. Masa pemerintahan Abu Abbas cukup singkat,
hanya dalam kurun waktu empat tahun, beliau meninggal tahun 754 M,
setelah itu digantikan oleh saudaranya Abu Jafar al-Mansur.
4
Untuk lebih rincinya lihat sejarah munculnya Dinasti Abbasiyah dalam “Ensiklopedi Islam” atau
tulisannya Nur Ahmad Fadhil Lubis, dalam “Ensiklopedi Tematik Dunia Islam”. Bandung: Mizan,
2004, hlm. 81. Lihat juga Ibn Kathir, al Bidayah wa al Nihayah (Mesir: Dar Ihya al Turath al
Arabiy), 10/46.
5
Muhammad Suhail Taqus, Tarikh Daulah Islamiyyah (Beirut,Lebanon: Dar al Nafais,1430 H),
30.
Abu Jafar al-Mansur justru yang dianggap sebagai pendiri Dinasti
Abbasiyah. Abu Ja'far dikenal keras menghadapi lawan-lawannya dari
Bani Umaiyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat
kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya
satu persatu disingkirkannya. Bahkan, Abdullah bin Ali dan Shalih bin
Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur
oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak
bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Abu Muslim al-
Khurasani melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim
al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan menjadi
pesaing baginya. 6 Pada masa pemerintahan al-Mansur, ibu kota Daulah
Abbasiyah dipindah dari Kuffah ke Baghdad.
Ibu kota Abbasiyah menjadi penting sebagai pusat pemerintahan,
perdagangan dan pemukiman, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas
berada di tengah-tengah bangsa Persia. Sementara itu perbaikan juga
dilakukan di bidang administrasi pemerintahan yang disusun secara baik
dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan pemerintah diperketat.
Abu Ja’far Al-Manshur melakukan konsolidasi dan penataan
pemerintahannya, dengan membuat lembaga eksekutif dan yudikatif. Di
bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat
Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang
diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Al
Manshur juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara,
dan keamanan negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia
menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara. Jabatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani
Umaiyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu
hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al- Manshur, jabatan
pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah
sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur
jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada
khalifah.
6
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 49.
Sepeninggal al Manshur, pemerintahan dipegang oleh putranya al-
Mahdi, Abu Abdullah Muhammad Abdullah. Di masa ini perubahan
penting terjadi, faksi politik Khurasan dan sekelompok militer mulai
menjadi saingan. Selain itu sekertariat kerajaan mulai menjadi kelompok
penekan. Sebelum meninggal al-Mahdi telah mempersiapkan dua
anaknya al-Hadi dan Harun al-Rashid untuk bergiliran menggantikan
kekuasaannya. Alasan al-Mahdi mengangkat dua orang putranya adalah
agar kekuasaan Abbasiyah tetap di tangan keluarga keturunan al-Abbas.
Namun, kebijakan tersebut menjadi sumber kericuhan dan persaingan
berebut kekuasaan. Setelah al-Mahdi meninggal putra pertama al-Hadi
naik tahta kerajaan.
Tidak seperti ayahnya, Al-Hadi bersikap keras dan kurang
menghargai orang-orang non Arab (mawali) dan kelompok Syi’ah yang
dahulu peranah menjadi penopang kekuatan revolusi Abbasiyah. Ia
melanggar keputusan ayahnya yang mengangkat saudaranya, Harun al-
Rashid untuk menggantikan tahtanya setelah meninggal dengan
mengangkat anaknya sendiri Ja’far. Namun rencana itu tidak sepenuhnya
berjalan, ketika tiba-tiba dia meninggal, saudaranya Harun al-Rashid
dibaiat oleh pendukungnya. Setelah kuat Harun al-Rashid memaksa
Ja’far untuk meninggalkan kekuasaannya.
Di zaman khalifah Harun Ar-rasyid inilah Dinasti Abbasiyah
mencapai zaman keemasannya. Harun al Rasyid sangat menghargai ilmu
pengetahuan. Kegiatan menerjemahkan karya-karya berbahasa Yunani
dimulai pada masa ini. Pada masa inilah terlahir ilmuan-ilmuan terkenal
di berbagai bidang. Sikap yang dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-rasyid
berbeda dengan para khalifah sebelumnya, ia tidak bersikap keras
terhadap keturunan Ali bin Abu Thalib. Hanya satu orang dari keturunan
Ali bin Abu Thalib yang ia perangi yakni Yahya bin Khalid Al-Barmaki
yang melarikan diri pada zaman Al-hadi ke negara Dailam.
B. Periodesasi Kekuasaan Abbasiyah 7
Pada periode ini diawali sejak Abu Abbas menjadi khalifah (132 H
/750 M) dan berjalan hingga satu abad dan pada akhirnya menjelang
meninggalnya atau bergantinya khalifah Al-Watsiq (232 H/ 847 M).
menurut beberapa ahli sejarah di perkuat dengan bukti-bukti otentik
bahwa masa inilah merupakan masa keemasan dinasti Abbasiyah. Pada
masa ini ada sepuluh orang khalifah yang berkuasa mereka adalah: Abul
Abbas As-Saffah (132 H/750 M), Abu Ja’far Al- Mansur (136 H/754 M),
Al-Mahdi (158 H/775 M), Al-Hadi (169 H/785 M), Harun Ar-Rasyid
(170 H/786 M), Al-Amin (193 H/ 809 M), Al-Ma’mun (198 H/813 M),
Al-Ma’mun (198 H/813 M), Al-Mu’tasim (218 H/ 833 M), Al-Watziq
(227 H/ 842 M).
2. Periode lanjutan yakni tahun 847 M-945 M.
7
Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam I (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997)
Musta’in, Al-Mu’taz, Al-Muhtadi, Al- Mu’tamid, Al-Mu’tadhid, Al-
Muktafi, Al-Muqtadir, Al-Qahir, Ar- radhi, Al-Muttaqi, Al-Muktafi.
3. Periode Buwaihi (945 M-1055 M)
Masa
No
Nama Usia jabatan
waktu periode
132-136
H / 750-
1 Abu Abbas al Safah 33 th 754 M 4 th
136-158
H / 754-
2 Abu Jafar al Manshur 63 th 775 M 22 th
158-169
H / 775-
3 Mahdi bin Manshur 43 th 785 M 10 th
169-170
H / 785-
4 Hadi bin Mahdi 62 th 786 M 1 th+3 bln
170-193
5 Harun al Rasyid 47 th
H / 786-
809 M
23th+2
bln I
193-198
H / 809-
6 Al Amin 28 th 813 M 4 th+8 bln
508 tahun
198-218
H / 813-
7 al Makmun 48 th 833 M 20 th
218-227
H / 833-
8 Al Muktashim 38 th 842 M 8 th+8 bln
227-232
H / 842-
9 Al Watsiq 32 th 847 M 5 th+9 bln
232-247
H / 847- 14 th+9
10 Al Mutawakkil 40 th 861 M bln
247-248
H / 861-
11 Al Muntashir 26 th 862 M 6 bln
248-252
H / 862-
12 Al Mustain 31 th 866 M
252-255
H / 866-
3 th+9 bln
II
13 Al Mu'taz 24 th 868 M 2 th
255-256
H / 868-
14 Muhtadi bin Watsiq 38 th 869 M 1 th
256-279
H / 869-
15 Mutamid bin Mutawakkil 50 th 892 M 23 th
279-289
H / 892-
16 Mu'tahdid bin Muwaffaq 47 th 902 M 10 th
289-295
H / 902-
17 Muktafi bin Mu'tahdid 33 th 908 M 6 th
295-320
H / 908-
18 Muqtadir bin Mu'tahdid 38 th 932 M 24 th
320-322