Anda di halaman 1dari 14

DAULAH ABBASIYAH

Sejarah Berdiri dan Peiodisasinya dari Masa ke Masa

Penyusun

ABDULLAH KHIDIR NIM : E03217002


AINUL YAKIN NIM : E03217006
AKHMAD A. CHAFID AQIL NIM : E03217008

Dosen Pengampu:

NAUFAL CHOLILY, M.Th.I

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tersebarnya agama Islam tidak dapat dilepaskan dari peran para


pemimpin / khalifah setelah Nabi shallahllahu alaihi wa sallam. Empat
khalifah pertama atau sering disebut Khulafaur rasyidin telah sukses
membawa dan menyebarkan Islam ke segala penjuru. Kekhailfahan
setelahnya pun tidak lepas dari peran dakwah itu. Banyak intrik politik
dan polemic senantiasa mewarnai setiap masa dari kekhalifahan.
Salah satu konflik yang sangat panjang dirasakan adalah konflik
antara pemegang garis keturunan Nabi dengan keturunan Umayyah.
Politik yang dilakukan Muawiyah dan pendukungnya menggeser
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ternyata menajdi awal dari konflik
berkepanjangan dalam sejarah Umat Islam. Ketika berkuasa setelah Ali
bin Abi Thalib, Dinasti Umawiyyah turun temurun menguasai
kekhalifahan dan tidak memberi ruang bagi keluarga Rasul untuk
memegang kekuasaan. Hal tersebut justru mendorong pihak oposisi untuk
menggalang kekuatan guna melengserkan dinasti Umawiyyah yang
berkuasa.
Setelah kurang lebih 92 tahun berkuasa, Dinasti Umawiyyah
dilanda kemerosotan dan kemunduran. Banyaknya pemberontakan
sedikit demi sedikit melemahkan kekuasaan mereka samapai pada titik
klimaksnya, terjadi penyerangan Abul Abbas keturunan paman Nabi
yang mengharuskan kekuasaan Umawiyyah gulung tikar saat itu dan
berdirilah dinasti Abbasiyah.
Berdirinya dinasti Abbasiyah tercatat sebagai pemegang kekuasan
terlama dalam sejarah Islam. Lima abad dinasti ini berkuasa. Berbagai
ntrik politik menghiasai perjalanan dinasti ini.
Berdarkan hal itu, melalui karya ini, penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang sejarah berdirinya dinasti
Abbasiyah.
DAULAH ABBASIYAH

A. Kemunduran Daulah Umaiyah dan Munculnya Daulah


Abbasiyah

Berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dipisahkan dengan


runtuhnya daulah sebelumnya, Dinasti Umawiyyah. Perpecahan antar
suku dan konflik di antara anggota kerajaan, faktor lain yang menjadi
sebab utama jatuhnya kekhalifahan Umaiyah adalah munculnya berbagai
kelompok yang memberontak dan merongrong kekuasaan mereka.
Kelompok Syiah yang tidak pernah menyetujui pemerintahan Dinasti
Umaiyah dan tidak pernah memaafkan kesalahan mereka terhadap Ali
dan Husain, yang semakin aktif dibanding masa-masa sebelumnya.
pengabdian dan ketaatan mereka yang tulus terhadap keturunan Nabi
berhasil menarik simpati public. 1
Peralihan kekuasaan dari dinasti Umawiyyah kepada Abbasiyah
bermula ketika pihak oposisi dari Bani Hasyim menuntut kepemimpinan
Islam berada di tangan mereka lantara mereka adalah keluarga terdekat
Nabi. Tuntutan itu sebenarnya sejak lama sudah ada -utamanya setelah
Bani Hasyim tidak mengakui kontroversi pergantian khilafah dari Ali ke
Muawiyah secara tahkim-, tapi baru menjadi gerakan besar ketika Bani
Umayyah naik takhta mengalahkan Ali bin Abi Talib dan bersikap keras
terhadap Bani Hasyim. 2
Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena merujuk pada keturunan
paman Nabi, Abbas bin Abdil Muththalib. Menurut Philip K Hitti, istilah
Abbasiyah popular pada masa Hisyam bin Abdul Malik. Sebelumnya,
para oposan menamai gerakan mereka dengan gerakan Hasyimiyyah atau
ahli bait. gerakan Hsasyimiyyah dibagi menjadi dua, alawiyyah dan
Abbasiyyah. Keduanya saling berebut kekuasaan. Tokoh utama gerakan
Abbasiyah awal adalah Muhammad bin Ali bin Abdillah bin Abbas.
Gerakan ini dibuat di Hamimah, namun gerakan ini berhasil ditumpas
pemerintah Umawiyyah karena kurang matangnya strategi. 3

1
Philip K. Hitti, History of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 351.
2
Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: UIN SA Press, 2014).
3
Philip K Hitti, The History of Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 340.
Propaganda (Dakwah) Abbasiyah dimulai ketika Umar bin Abdul
Aziz (717-720) menjadi khalifah Umawiyyah. Beliau memimpin dengan
adil dan bijaksana. Keamanan serta stabilitas dalam negeri memberi
angina segar kepada gerakan Abbasiyah untuk menyusun dan
merencanakan gerakannya yang berpusat di al-Humayyah. Pimpinannya
waktu itu adalah Ali bin Abdullah bin Abbas, yang kemudian digantikan
oleh anaknya, Muhammad, yang berhasil memperluas gerakannya. Dia
menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan yaitu kota al- Humayyah
sebagai pusat perencanaan dan organisasi, kota Kuffah sebagai kota
penghubung dan kota Khurasan sebagai pusat gerakan praktis.
Muhammad wafat pada tahun 125 H/743 M dan digantikan oleh anaknya
Ibrahim al-Imam. Panglima perangnya berasal dari Khurasan berjulukan
Abu Muslim al-Khurasani. Abu Muslim berhasil merebut Khurasan dan
kemudian meraih kemenangan demi kemenangan. Pada awal tahun 132
H/749 M Ibrahim al-Imam tertangkap oleh pemerintah dinasti
Umawiyyah dan dipenjara sampai ia meninggal. Setelah Ibrahim al-Imam
meninggal, gerakan ini digantikan oleh saudaranya Abu Abbas. Tidak
lama setelah itu, dua bala tentara Abbasiyah dan Umayyah bertempur di
dekat sungan Zab. Dalam pertempuran itu Bani Abbas mendapatkan
kemenangan dan bala tentaranya terus menuju ke negeri Syam (Suriah)
dan dari situlah akhirnya kota demi kota dikuasai. 4
Abul al-Abbas dibaiat sebagai khalifah pertama dinasti Abbasiyah
tahun 750 M, dalam khutbah pelantikannya yang disampaikan di Masjid
Khufah, ia melaqabi dirinya dengan Al-Saffah (penumpah darah) yang
akhirnya menjadi julukannya. Agenda utama mereka adalah menyerang
pusat kekuatan Dinasti Umaiyah di Damaskus sampai memindahkan
5
ibukota ke Baghdad. Masa pemerintahan Abu Abbas cukup singkat,
hanya dalam kurun waktu empat tahun, beliau meninggal tahun 754 M,
setelah itu digantikan oleh saudaranya Abu Jafar al-Mansur.

4
Untuk lebih rincinya lihat sejarah munculnya Dinasti Abbasiyah dalam “Ensiklopedi Islam” atau
tulisannya Nur Ahmad Fadhil Lubis, dalam “Ensiklopedi Tematik Dunia Islam”. Bandung: Mizan,
2004, hlm. 81. Lihat juga Ibn Kathir, al Bidayah wa al Nihayah (Mesir: Dar Ihya al Turath al
Arabiy), 10/46.
5
Muhammad Suhail Taqus, Tarikh Daulah Islamiyyah (Beirut,Lebanon: Dar al Nafais,1430 H),
30.
Abu Jafar al-Mansur justru yang dianggap sebagai pendiri Dinasti
Abbasiyah. Abu Ja'far dikenal keras menghadapi lawan-lawannya dari
Bani Umaiyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat
kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya
satu persatu disingkirkannya. Bahkan, Abdullah bin Ali dan Shalih bin
Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur
oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak
bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Abu Muslim al-
Khurasani melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim
al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan menjadi
pesaing baginya. 6 Pada masa pemerintahan al-Mansur, ibu kota Daulah
Abbasiyah dipindah dari Kuffah ke Baghdad.
Ibu kota Abbasiyah menjadi penting sebagai pusat pemerintahan,
perdagangan dan pemukiman, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas
berada di tengah-tengah bangsa Persia. Sementara itu perbaikan juga
dilakukan di bidang administrasi pemerintahan yang disusun secara baik
dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan pemerintah diperketat.
Abu Ja’far Al-Manshur melakukan konsolidasi dan penataan
pemerintahannya, dengan membuat lembaga eksekutif dan yudikatif. Di
bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat
Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang
diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Al
Manshur juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara,
dan keamanan negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia
menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara. Jabatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani
Umaiyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu
hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al- Manshur, jabatan
pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah
sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur
jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada
khalifah.

6
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. 49.
Sepeninggal al Manshur, pemerintahan dipegang oleh putranya al-
Mahdi, Abu Abdullah Muhammad Abdullah. Di masa ini perubahan
penting terjadi, faksi politik Khurasan dan sekelompok militer mulai
menjadi saingan. Selain itu sekertariat kerajaan mulai menjadi kelompok
penekan. Sebelum meninggal al-Mahdi telah mempersiapkan dua
anaknya al-Hadi dan Harun al-Rashid untuk bergiliran menggantikan
kekuasaannya. Alasan al-Mahdi mengangkat dua orang putranya adalah
agar kekuasaan Abbasiyah tetap di tangan keluarga keturunan al-Abbas.
Namun, kebijakan tersebut menjadi sumber kericuhan dan persaingan
berebut kekuasaan. Setelah al-Mahdi meninggal putra pertama al-Hadi
naik tahta kerajaan.
Tidak seperti ayahnya, Al-Hadi bersikap keras dan kurang
menghargai orang-orang non Arab (mawali) dan kelompok Syi’ah yang
dahulu peranah menjadi penopang kekuatan revolusi Abbasiyah. Ia
melanggar keputusan ayahnya yang mengangkat saudaranya, Harun al-
Rashid untuk menggantikan tahtanya setelah meninggal dengan
mengangkat anaknya sendiri Ja’far. Namun rencana itu tidak sepenuhnya
berjalan, ketika tiba-tiba dia meninggal, saudaranya Harun al-Rashid
dibaiat oleh pendukungnya. Setelah kuat Harun al-Rashid memaksa
Ja’far untuk meninggalkan kekuasaannya.
Di zaman khalifah Harun Ar-rasyid inilah Dinasti Abbasiyah
mencapai zaman keemasannya. Harun al Rasyid sangat menghargai ilmu
pengetahuan. Kegiatan menerjemahkan karya-karya berbahasa Yunani
dimulai pada masa ini. Pada masa inilah terlahir ilmuan-ilmuan terkenal
di berbagai bidang. Sikap yang dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-rasyid
berbeda dengan para khalifah sebelumnya, ia tidak bersikap keras
terhadap keturunan Ali bin Abu Thalib. Hanya satu orang dari keturunan
Ali bin Abu Thalib yang ia perangi yakni Yahya bin Khalid Al-Barmaki
yang melarikan diri pada zaman Al-hadi ke negara Dailam.
B. Periodesasi Kekuasaan Abbasiyah 7

Dinasti Abbasiyah adalah dinasti yang paling lama berkuasa, yakni


sekitar 5 abad (132-656 H / 750 -1258 M). Dalam dinasti ini pernah
terwujud masa kejayaan umat Islam. Para ahli membagi Dinasti
Abbasiyah dalam beberapa periode yang masing- masing periode
mempunyai ciri, pola, dan struktur pemerintahan yang berbeda dengan
yang liannya. Secara global kekuasaan dinasti Abbasiyah dapat dilihat
dari empat periode:
1. Periode Pertama (132H / 750 M - 232 H / 847 M)

Pada periode ini diawali sejak Abu Abbas menjadi khalifah (132 H
/750 M) dan berjalan hingga satu abad dan pada akhirnya menjelang
meninggalnya atau bergantinya khalifah Al-Watsiq (232 H/ 847 M).
menurut beberapa ahli sejarah di perkuat dengan bukti-bukti otentik
bahwa masa inilah merupakan masa keemasan dinasti Abbasiyah. Pada
masa ini ada sepuluh orang khalifah yang berkuasa mereka adalah: Abul
Abbas As-Saffah (132 H/750 M), Abu Ja’far Al- Mansur (136 H/754 M),
Al-Mahdi (158 H/775 M), Al-Hadi (169 H/785 M), Harun Ar-Rasyid
(170 H/786 M), Al-Amin (193 H/ 809 M), Al-Ma’mun (198 H/813 M),
Al-Ma’mun (198 H/813 M), Al-Mu’tasim (218 H/ 833 M), Al-Watziq
(227 H/ 842 M).
2. Periode lanjutan yakni tahun 847 M-945 M.

periode ini di awali dengan meninggalnya Khalifal Al-Watsiq dan


berakhir ketika keluarga Buwaihi bangkit memerintah (847 M- 932 M).
sepeninggal Al-Watsiq, Al-Mutawakil naik menjadi khalifah. Masa ini
ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki. Pada periode ini juga
muncul persaingan antara militer di Bagdad dan di Samarra, bahkan antar
kelompok di masing-masing kota, munculnya beberapa orang yang
mengaku sebagai keturunan Ali bin Abi thalib dan berkeinginan merebut
jabatan khalifah. Dan khalifah yang berkuasa yang termasuk dalam
periode ini ada 13 khalifah yakni: Al- Mutawakkil, Al-Muntasir, Al-

7
Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam I (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997)
Musta’in, Al-Mu’taz, Al-Muhtadi, Al- Mu’tamid, Al-Mu’tadhid, Al-
Muktafi, Al-Muqtadir, Al-Qahir, Ar- radhi, Al-Muttaqi, Al-Muktafi.
3. Periode Buwaihi (945 M-1055 M)

Masa ini dimulai dengan bangkitnya Bani Buwaihi hingga


munculnya Bani Saljuk. Kawasan Bani Buwaihi mencakup Irak dan
Persia Barat. Pada masa ini jabatan kekuasaan khalifah Abbasiyah secara
de facto di pegang oleh bani Buwaihi. Dan paham yang dianut oleh
Buwaihi berbeda dengan paham yang dianut oleh Abbasiyah. Dinasti
Buwaihi menganut paham Syi’ah sedangkan dinasti Abbasiyah menganut
paham Sunni.
Pada masa dominasi dinasti Buwaihi ini ada lima khalifah
Abbasiyah: Al-Muktafi, Al-Muti, At-tai, Al-Qadir, Al-Qaim,. Pada masa
itu juga ada sebelas tokoh dinasti Buwaihi yang secara de facto menjadi
kepala pemerintahan: Ahmad Mu’izz Ad-Daulah (945 M), Bakhtiar Azz
Ad-Daulah (967 M), Ad ad-Daulah (978 M), Syams Am ad-Daulah (983
M), Syraf ad-Daulah (987), Baha ad-Daulah (989 M), Sultan ad-Daulah
(1012 M), Musarrif a-Daulah (1021 M), Jalal ad-daulah (1025 M)
Imadudin Abu Kalijar (1044 M) dan Malik ar- Rahim (1084 M) sampai
tahun (1055 M).

4. Periode Saljuk (1055-1258 M)

Masa ini diawali ketika suku saljuk mengambil alih pemerintahan


dan mengontrol ke khalifahan Abbasiyah pada tahun 447 H / 1055 M.
masa dinasti saljuk berakhir pada tahun 656 H / 1258 M. ketika bala
tentara Mongol menyerbu dan menghancurkan Bagdad sebagai pusat
dinasi Abbasiyah.
Pada masa ini ada dua belas khalifah Abbasiyah, yakni: Al- Qaim,
Al-Muqtadi, Al-Mustazir, Al-Mustarsyid, Ar-Rasyid, Al- Muqtafi, Al-
Mustanjid, Al-Mustadi, An-Nasir, Az-Zahir, Al- Mustansir, Al-
Musta’sim. Adapun para pemuka dinasti saljuk yang memerintah
dibedakan antara mereka yang berdomisili di bagdad, Ibukota Abbasiyah
dan yang bertempat tinggal di Iran adalah: mereka yang berdomisili di
Bagdad; Tugrel Beiq (1038 M), Alp Arslan (1063- 1072 M), Maliksyah I
(1072-1092 M), Mahmud I (1092 M), Barkiyaruk (1094 M-1104 M),
Maliksyah II (1105 M), Sanjar (1118 M), adapun yang berdomisili di
Iran; Mahmud II (1118 M), Dawud (1131 M), Tugril II (1132 M), Mas’ud
(1134 M) Maliksyah III (1152 M), Sulaiman Syah (1160), Arslan
(1161M), dan Tugril III (1176- 1194 M).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa Dinasti Abbasiyah
berkuasa setelah runtuhnya Dinasti Umawiyyah. Dinasti tersebut
dinakaman Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan
oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-
Abbas. Dinasti ini merupakan dinasti Islam yang memiliki masa
kekuasaan paling lama, yaitu berlangsung dari tahun 132 H (750 M) s. d
656 H (1258M).
Di era Abbasiyah ini, umat Islam mengalami masa keemas an
dnegan kemajuan luar biasa di bidang ilmu pengetahuan.

َّ ‫َربَّنا َ تَقَبَّ ْل ِمنَّا ِإنَّكَ أ َ ْنتَ ال‬


‫س ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‬
ِ ‫َوا ْل َح ْم ُد ِ هلِلِ َر ه‬
‫ب ال َعالَ ِم ْي َن‬
DAFTAR PUSTAKA

Philip K Hitti, History of Arabs, Jakatra: Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam, Surabaya: UIN SA Press, 2014.

Muhammad Suhail Taqus, Tarikh Daulah Islamiyyah, Beirut: Dar al Nafais,


1430 H.
Ismail bin Fida, Ibnu Kathir, al Bidayah wa al Nihayah, Mesir: Dar Ihya al
Turath al Araby, 1418 H.

Nur Ahmad Fadhil Lubis, Ensiklopedi Tematik Dunia Islam, Bandung:


Mizan, 2004.

Muhammad Nur Hakim, Sejarah Dan Peradaban Islam, Malang:


Universitas Muhammadiyah Malang, 2004.

Depaertemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar


Baru Van Hoeve, 1997.
LAMPIRAN

Masa
No
Nama Usia jabatan
waktu periode
132-136
H / 750-
1 Abu Abbas al Safah 33 th 754 M 4 th
136-158
H / 754-
2 Abu Jafar al Manshur 63 th 775 M 22 th
158-169
H / 775-
3 Mahdi bin Manshur 43 th 785 M 10 th
169-170
H / 785-
4 Hadi bin Mahdi 62 th 786 M 1 th+3 bln
170-193

5 Harun al Rasyid 47 th
H / 786-
809 M
23th+2
bln I
193-198
H / 809-
6 Al Amin 28 th 813 M 4 th+8 bln

508 tahun
198-218
H / 813-
7 al Makmun 48 th 833 M 20 th
218-227
H / 833-
8 Al Muktashim 38 th 842 M 8 th+8 bln
227-232
H / 842-
9 Al Watsiq 32 th 847 M 5 th+9 bln
232-247
H / 847- 14 th+9
10 Al Mutawakkil 40 th 861 M bln
247-248
H / 861-
11 Al Muntashir 26 th 862 M 6 bln
248-252
H / 862-
12 Al Mustain 31 th 866 M
252-255
H / 866-
3 th+9 bln
II
13 Al Mu'taz 24 th 868 M 2 th
255-256
H / 868-
14 Muhtadi bin Watsiq 38 th 869 M 1 th
256-279
H / 869-
15 Mutamid bin Mutawakkil 50 th 892 M 23 th
279-289
H / 892-
16 Mu'tahdid bin Muwaffaq 47 th 902 M 10 th
289-295
H / 902-
17 Muktafi bin Mu'tahdid 33 th 908 M 6 th
295-320
H / 908-
18 Muqtadir bin Mu'tahdid 38 th 932 M 24 th
320-322

19 Al Qahir bin Mu'tahdid 35 th


H / 932-
934 M 2 th III
322-329
H / 934-
20 Al Radli bin Muqtadir 32 th 940 M 7 th
329-333
H / 940-
21 Al Muttaqi bin Muqtadir 60 th 944 M 4 th
333-334
H / 944-
22 Al Mustakfi bin Muktafi 42 th 945 M 1 th
334-363
23 H / 954-
Al Muthi bi Muqtadir 63 th 973 M 19 th
363-381
24 H / 973-
Al Tha'i bin Mu'thi 76 th 991 M 18 th Era
381-422 Buwaihi/Persia
25 H / 991-
Al Qadir bin Ishaq 86 th 1031 M 40 th
422-467
26 H / 1031-
Al Qaim bin Al Qadir 76 th 1074 M 43 th
27 467-487
Al Muqtadi bin H / 1074-
Muhammad 38 th 1094 M 20 th
28 487-512
H / 1094-
Mustadar bin Muqtadi 41 th 1118 M 24 th
29 512-529
Era
H / 1118-
Mustarsyid bin Mustazir 43 th 1134 M 16 th Saljuk/Turki
30 529-530
H / 1134-
Al Muktafi bin Mustadir 40 th 1135 M 1 th
31 530-555
H / 1135-
Al Rasyid bin Mustarsyid 66 th 1160 M 25 th
32 555-566
H / 1160-
Al Muktafi bin Mustadir 48 th 1170 M 10 th
33 566-575
H / 1170-
Mustadhi bin Mustanjid 39 th 1179 M 9 th
34 575-622
H / 1179-
An Nashir bin Mustahdhi 70 th 1225 M 46 th
35 622-623
H / 1225-
Al Dzahir bin Nashir 53 th 1226 M 1 th
36 623-641
H / 1226-
Muntashir bin Al Dhahir 52 th 1243 M 17 th
37 641-656
H / 1243-
Mu'tashim bin Muntashir 50 th 1258 M 15 th

Anda mungkin juga menyukai