Definisi
Secara istilah zakat fitri adalah zakat yang diwajibkan lantaran telah
datang waktu ifthar (tidak berpuasa) dari bulan Ramadlan. 3 Dengan kata lain,
zakat fitri adalah zakat yang ditunaikan setelah muslimin selesai menunaikan
puasa di bulan Ramadlan.
Yang wajib membayat zakat fitri ini adalah: (1) setiap muslim (2) yang
mampu mengeluarkan zakat fitri, baik mampu mengeluarkan sendiri maupun
1
Al-Mu'jam al-Wasith: 398
2
al-Mausuah al-Fiqhiyyah: 23/335.
3
Shaih Fiqhis Sunnah: 2/71
4
Shaih al-Bukhari, no. 1503, Shahih Muslim, no. 984.
5
Al-Ijma’: 49.
1
yang berkewajiban memberi nafkah kepadanya, seperti anak kecil yang
nafkahnya ditanggung bapak. Dalilnya sebagaimana dalam hadis yang telah
lewat.
َ َم ْن َسأ ََل َو ِع ْن َدهُ َما ُي ْغنِ ِيه فَِإنَّ َما يَ ْستَكْثِ ُر ِم َن النَّا ِر » َف َقالُوا يَا َر ُس
َ َول اللَّ ِه َو َما ُي ْغنِ ِيه ق
ُال « أَ ْن يَ ُكو َن لَه
)ِشبَ ُع َي ْوٍم َول َْيلَ ٍة أ َْو ل َْيلَ ٍة َو َي ْوٍم (رواه ابو داود
Artinya
“Barangsiapa meminta-minta, padahal dia memiliki sesuatu yang
mencukupinya, maka sesungguhnya dia telah memperbanyak mengumpulkan
api.” Mereka (para shahabat) bertanya , ”Wahai Rasulullah, bagaimana ukuran
mencukupi tersebut?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
”Seukuran makanan yang mengenyangkan untuk sehari-semalam. (HR Abu
Dawud) 6
Adapun menurut hanafiyyah, ukuran kemampuan bagi yang wajib
mengeluarkan zakat fitri adalah orang yang memiliki harta 1 nishab. 7
وأوالده األطفال الذين ال،وأجمعوا على أن صدقة الفطر تجب على المرء إذا أمكنه أداؤها عن نفسه
أموال لهم
Ulama sepakat bahwa zakat fitrah wajib dibayar oleh orang yang mampu, dia
tunaikan untuk dirinya dan anak-anaknya yang masih kecil yang tidak punya
harta." 9
Kedua, menyatakan bahwa setiap orang wajib membayar zakat fitrah
secara mandiri. Pendapat ini diutarakan oleh Ibn Hazm yang berdalil dengan
hadis umum dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh al-Bukahri dan Muslim
tentang kewajiban zakat kepada setiap muslim yang mampu.
8
As- Sunan al-Kubra lil Baihaqiy, no. 7682 & 7685.
9
Al-Ijma', 47
10
Shahih Fiqhis Sunnah: 2/75.
Begitu juga apabila ada bayi yang lahir setelah tenggelamnya matahari maka
tidak wajib dikeluarkan zakat fitri darinya menurut pendapat pertama, dan
wajib mengeluarkan zakatnya menurut pendapat kedua.
Demikian paparan tentang awal waktu wajib zakat fitri yang berdampak
pada siapa yang memiliki tanggungan kewajiban menunaikannya.
Menurut ulama, waktu pembayaran zakat fitri ada dua: 1) Waktu afdhol
yaitu mulai dari terbit fajar pada hari Idul Fitri hingga dekat waktu pelaksanaan
shalat ‘ied; 2) waktu yang dibolehkan yaitu satu atau dua hari sebelum ied. 11
Hadis yang menunjukkan waktu afdhol adalah riwayat Ibnu ‘Abbas Ra,
beliau berkata,
(رواه ابو.ات َّ ص َدقَةٌ ِم َن
ِ َالص َدق ِ َّ الصالَ ِة فَ ِهى َز َكاةٌ م ْقبولَةٌ ومن أَدَّاها بع َد
َ الصالَة فَ ِه َى َْ َ ْ َ َ ُ َ َ َّ َّاها َق ْب َل
َ َم ْن أَد
)داود وابن ماجه 12
Artinya
“Barangsiapa yang menunaikan zakat fithri sebelum shalat maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya
dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” HR Abu /dawud dan
Ibnu Majah.
Sedangkan dalil yang menunjukkan waktu dibolehkan membayar zakat
fitrah satu atau dua hari sebelum ied adalah atsar Ibnu Umar yang disebutkan
dalam Shahih Bukhari dan Muslim,
َو َكانُوا ُي ْعطُو َن َق ْب َل ال ِْفطْ ِر بَِي ْوٍم أ َْو، ونها
َ ُين َي ْقبل
ِ َّ ِ
َ َو َكا َن ابْ ُن عُ َم َر – رضى اهلل عنهما – ُي ْعط َيها الذ
َي ْو َم ْي ِن13
Artinya
“Dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma memberikan zakat fithri kepada
orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu
sehari atau dua hari sebelum hari Raya ‘Idul Fithri.”
Ada juga sebagian ulama yang membolehkan zakat fithri ditunaikan tiga
hari sebelum ‘Idul Fithri. Riwayat yang menunjukkan dibolehkan hal ini adalah
dari Nafi’, ia berkata,
ث بَِز َك ِاة ال ِْفطْ ِر إِلَى الَّ ِذي تُ ْج َم ُع ِع ْن َدهُ َق ْب َل ال ِْفطْ ِر بَِي ْو َم ْي ِن أ َْو ثَاَل ثٍَة (رواه
ُ َن َع ْب َد اللَّ ِه بْ َن عُ َم َر َكا َن َي ْب َع
َّ أ
) مالك في الموطا14
Artinya
11
Minhajul Muslim: 231
12
Sunan Ibn Majah, no. 1827, Sunan Abu Dawud, no. 1609.
13
Shahih al-Bukahri, no. 1511 dan Muslim, no. 986.
14
Al-Muwaththa, no. 3006.
“’Abdullah bin ‘Umar memberikan zakat fitrah atas apa yang menjadi
tanggungannya dua atau tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri.” HR Malik
dalam al-Muwaththa’.
Sebagian ulama bahkan berpendapat bahwa zakat fitri boleh ditunaikan
sejak awal Ramadhan. Namun pendapat yang lebih tepat dalam masalah ini,
adalah membayarnya di hari ied, sebab zakat fitri sendiri berkaitan dengan
waktu fitr (Idul Fithri).
Tidak diperkenankan menunaikan zakat fitri seelah shalat ied, dan jika
hal itu terjadi maka tidak dianggap zakat tapi sedekah biasa. Siapa yang
sengaja mengakhirkan zakat fitri (setelah shalat ied) maka dia berdosa. 16
Ulama menjelaskan bahwa orang yang mengakhirkan zakat fitri sampai setelah
shalat ied tidak gugur kewajiban zakatnya, namun wajib mengqadla/
membayarknya di tahun depan, sebab zakat ini merupakan hak sesama hamba
yang harus ditunaikan. 17
Barang yang dikeluarkan untuk zakat fitri adalah berupa makanan pokok
seperti kurma, gandum, beras, dan semisalnya. Inilah pendapat yang benar
sebagaimana dipilih oleh ulama madzhab Malikiyah, Syafi’iyah, dan Ibnu
Taimiyah. Semenatara itu, ulama madzhab Hanabilah hanya membatasi macam
15
Al-Mughni:4/301
16
Al-Muasuah al Fiqhiyyah : 34/41
17
Shahih Fiqhis Sunnah: 2/76.
zakat firi berupa kurma dan gandum sebagaimana tertera dalam hadis yang
lalu.
Tidak ada perbedaan bahwa kadar wajib yang dikeluarkan untuk zakat
fitri adalah satu sho’ dari semua bentuk zakat fitri kecuali untuk burr/qomh
(gandum), sebagian ulama membolehkan dengan setengah sho’ (berdasarkan
Riwayat Tsa’labah dan Amr bin Syuaib dari bapaknya dari datuknya 19 ). Dalil
dari hal ini adalah hadits Ibnu ‘Umar yang telah disebutkan di atas bahwa zakat
fitri itu satu sho’ kurma atau gandum. Dalil lainnya adalah riwayat Abu Sa’id
Al-Khudri Ra. :
اعا ِم ْن
ًص
ِ أَو ص، ُكنَّا نُع ِطيها فِي َزم ِن النَّبِي صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم صاعا ِمن طَع ٍام
َ أ َْو، اعا م ْن تَ ْم ٍر
ً َ ْ َ ْ ً َ ََ َْ ُ َ ِّ َ َ ْ
ِ
ٍ ِاعا م ْن َزب ِ 20
)يب (رواه البخاري ًص َ أ َْو، َشعي ٍر
“Dahulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kami menunaikan zakat
fithri berupa 1 sho’ bahan makanan, 1 sho’ kurma, 1 sho’ gandum atau 1 sho’
kismis.” HR. Al-Bukhari
Satu sho’ adalah ukuran takaran yang ada di masa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena ini takaran, maka untuk mengonversi takaran ini
dalam bentuk timbangan terdapat perbedaan, baik dari ukuran timbangan
18
Shahih Fiqhis Sunnah : 2/73-74
19
Sunan Abu Dawud, no. 1619, Sunan at-Turmudzi, no. 669. Sanad keduanya lemah
(Abu Malik Kamal, Shasih Fiqhis Sunnah: 2/74).
20
Shahih al-Bukhari, no. 1508.:
maupun jenis yang ditimbang. Sebagai missal, 1 sho’ (kita ibaratkan dengan
wadah) kurma dan 1 sho’ tepung tentu berbeda timbangannya. Kurma akan
lebih berat daripada tepung walaupun sama-sama 1 sho’ nya.
Satu sho’ seukuran empat cakupan penuh telapak tangan yang sedang (4
mud). Ukuran satu sho’ jika diperkirakan dengan ukuran timbangan adalah
sekitar 2,157 kg 21, ada yang berpendapat 2,675 kg 22 dan ada beberapa
pendapat lain yang lebih dari 3 kg disandarkan kepada Abu Hanifah
(berdasarkan hitungan 8 ritl Iraq) 23. Di Indonesia masyhur mengeluarkannya
dalam ukuran 2,5 kg, dan itu sudah sah, sebagaimana takaran pendapat
pertama, wallahu a’lam.
Pendapat yang rajih -allahu a’lam- dalam masalah ini adalah pendapat
jumhur ulama tentang tidak bolehnya zakat fitri dengan uang.
Siapakah yang berhak menerima zakar fitri ini? Ada dua pendpat yang
masyhur. Pertama; yang berhak menerimanya adalah 8 golongan sebagaimana
disebutkan dalam surat At Taubah ayat 60, pendapat ini diwakili oleh jumhur.
Kedua, ulama madzhab Malikiyah, Imam Ahmad dalam salah satu
pendapatnya berpendapat bahwa zakat fithri hanyalah khusus untuk fakir
miskin saja. Pendapat inilah yang kuat sebab sesuai dengan hadis: ... *ًطُ ْع َمة
( لِل َْم َساكِي ِنsebagai makanan untuk orang-orang miskin). Ibnul Qayyim
mengungkapkan bahwa termasuk dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyalurkan zakat fitri khusus pada orang-orang miskin dan beliau
sama sekali tidak membagikannya pada 8 golongan penerima zakat satu per
satu. Beliau pun tidak memerintahkan untuk menyerahkannya pada 8 golongan
tersebut, demikian tidak seorang sahabat pun berikut orang-orang setelah
mereka yang melakukan itu. 26
Alasan lainnya adalah zakat fitri itu serupa dengan kaffarah, dan maklum
bahwa kaffarah yang berupa memberi makan tidak sah kecuali untuk orang-
orang yang berhak menerimanya dari kalangan orang miskin. 27
ﺟﻤﺎﻫﻴﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺳﻠﻔﺎً ﻭﺧﻠﻔﺎً ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺩﻓﻊ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻠﻔﻘﻴﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺴﻜﻴﻦ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ
“Jumhur ulama salaf (dahulu) dan khalaf (sekarang) berpendapat tidak boleh
memberikan zakat kepada fakir atau miskin dari orang kafir.” 30
Namun apabila tinggal di daerah kafir, dan tidak tidak ada orang muslim
miskin di sana, menurut ulama boleh memberikannya kepada non-muslim,
Ibnu Abi Syaibah menukilkan Riwayat dari Mujahid:
ﻻ ﺗﺼﺪﻕ ﻋﻠﻰ ﻳﻬﻮﺩﻱ ﻭﻻ ﻧﺼﺮﺍﻧﻲ ﺇﻻ ﺃﻥ ﻻ ﺗﺠﺪ ﻏﻴﺮﻩ
“Jangan berikan zakat kepada Yahudi atau Nashrani kecuali tidak engkau
temui yang lainnya (dari kaum muslimin)” 31
28
Shahih Fiqhis Sunnah: 2/76.
29
Al-Mughni: 2/487
30
Al-Majmu’: 6/228
31
Al-Mushannaf : 2/401