Anda di halaman 1dari 6

ARGUMEN ADANYA TUHAN

Oleh Pak Purwanto


 Argumen a priori:
o Argumen ontologis
 Argumen a posteriori
o Argumen Kosmologis
 Argumen First Cause
 Argumen Contingency
o Argumen Teleologis
o Argumen Design
o Argumen Taruhan
o Argumen Moral
o Argumen Religious Experience

ARGUMEN KOSMOLOGIS
 A posteriori
 Alam semesta ini di-‘ada’-kan oleh sesuatu di luar alam semesta itu
sendiri (Argumen First Cause)
 Alam semesta ini sifatnya ‘mungkin ada’ (Argumen Contingency)

ARGUMEN KOSMOLOGIS 1: First Cause


1. Segala hal yang ada pasti ada sebabnya
2. Tidak ada sesuatu pun yang menjadi sebab bagi dirinya sendiri
3. Tidak mungkin ada rangkaian sebab-akibat yang tanpa akhir
4. Maka ada satu “sebab pertama” yang tidak disebabkan
5. Kalau “sebab pertama” itu dapat didefinisikan sebagai Tuhan.
6. Berarti Tuhan ada.
ARGUMEN FIRST CAUSE
(1) Segala hal yang ada pasti ada sebabnya; (2) Tidak ada sesuatu pun
yang menjadi sebab bagi dirinya sendiri; (3) tidak mungkin ada
rangkaian sebab-akibat yang tanpa akhir; (4) maka ada satu “sebab
pertama” yang tidak disebabkan; (5) Kalau “sebab pertama” itu dapat
didefinisikan sebagai Tuhan; (6) Berarti Tuhan ada.
KELEMAHAN:
 Premis 2 dan 4, kontradiksi.
 Premis 3: Dasarnya apa? Premis ini biasanya diawali dari asumsi
bahwa ‘rangkaian angka’ yang rasanya tidak terbatas itu pasti ada
batasnya, hanya akal tidak bisa menjangkau. Padahal ada
perbedaan signifikan antara angka dan peristiwa; angka sifatnya
abstrak dan imajiner, sementara peristiwa atau sesuatu sifatnya
konkrit, dan segala yang konkret pasti memiliki penjelasan
terhadap sebabnya.
 Komposisi argument ini tidak memungkiri adanya lebih dari satu
sebab, berarti ada lebih dari satu Tuhan?
 Komposisi argumen ini juga tidak membawa implikasi Tuhan yang
Maha Baik atau Maha Tahu.

ARGUMEN KOSMOLOGIS 2: ARGUMEN CONTINGENCY


1. Segala sesuatu itu kalau tidak “mungkin” ya “pasti”
2. Pasti ada satu wujud pasti yang menjadi tempat bergantung bagi
wujud “mungkin”
3. Kalau wujud pasti itu Tuhan, berarti Tuhan memang ada.
KELEMAHAN:
 Tidak meniscayakan adanya Tuhan yang “satu”
 Tidak meniscayakan adanya Tuhan yang Mahabaik atau Mahakuasa
 Tidak mengarah kepada hakikat zat Tuhan, sama atau tidak antara
yang bergantung dengan yang “dijadikan tempat bergantung”.

ARGUMEN TELEOLOGIS
1. Barang-barang ciptaan manusia merupakan hasil satu desain
intelejensi manusia (bertujuan)
2. Alam semesta ini mirip dengan barang-barang ciptaan manusia
tersebut
3. Maka alam semesta ini adalah produk dari satu intelejensi
(bertujuan)
4. Namun alam semesta ini jauh lebih kompleks dan besar
dibandingkan barang ciptaan manusia
5. Berarti ada satu desainer intelek yang sangat kuat dan besar yang
merancang alam semesta
6. Kalau desainer tersebut kita sebut Tuhan, berarti Tuhan memang
ada.
KRITIK DAVID HUME:
 Mengapa kita menyimpulkan alam semesta ini tertib dan terdesain
rapi? Berapa banyak yang kita lihat? Disini ada problem berpikir
“dari sebagian” menuju “keseluruhan” atau generalisasi.
 Analogi di atas gagal, karena kita tidak memiliki “alam semesta
tandingan”
 Analogi di atas membawa kepada adanya satu desainer yang
“manusiawi”, berkarakter manusia karena sumber analoginya
manusia.
 Problem kejahatan alam (bencana, tsunami, banjir, dll) apakah juga
contoh harmoni alam?

ARGUMEN ONTOLOGIS
St Anselmus (1033-1109)
 “Tuhan“ berarti wujud yang paling agung yang bisa dipahami
manusia
 Wujud yang ada dalam pemahaman dan benar-benar ada (di luar
pikiran) jelas lebih besar dibandingkan wujud yang hanya ada
dalam pemahaman saja.
 Oleh karena itu, Tuhan pasti “ada” dan “nyata”, tidak sekedar
dalam pikiran manusia.

KRITIK IMMANUEL KANT:


 Logika “wujud paling besar yang bisa dipahami, pasti juga ada
dalam kenyataan” mengandung kontradiksi karena orang tidak
bisa memastikan sesuatu eksis hanya dari
“pemahaman/pemikiran”. Pemikiran tentang “kenyataan” sebelum
dibuktikan secara empiris hanya berisi kemungkinan-kemungkinan;
kalau tidak begitu berarti hanya “a priori”, tidak ada kenyataannya.
 Konsep tentang adanya Tuhan + konsep tentang benar-benar
adanya Tuhan mungkin lebih besar dibandingkan dengan konsep
tentang adanya Tuhan saja, namun keduanya masih hanya konsep,
bukan bukti tentang adanya Tuhan di luar konsep.
 Anselmus mencampur antara first order predicate (benar-benar
menambahkan sesuatu kepada yang dipredikati) seperti “biru”,
“besar”, dll, dengan second order predicate (tidak menambahkan
sesuatu kepada yang dipredikati) seperti “ada” atau “eksis”.

ARGUMEN TARUHAN
Tuhan ada Tuhan tidak ada
Kebahagiaan abadi, sedikit
Beriman Sedikit kerugian
kesusahan waktu di dunia
Tidak
Kesusahan abadi Sedikit keberuntungan
beriman

ARGUMEN MORAL (KANT)


Adanya Tuhan merupakan postulat dari kewajiban moral (seiring
dengan kebebasan dan keabadian)
Kelemahan:
Tuhan tidak benar-benar ada, hanya diasumsikan ada sebagai penjaga
moralitas.
ARGUMEN RELIGIOUS EXPERIENCE
 Tuhan harus dialami langsung
 Tuhan bisa dirasakan kehadirannya dalam kehidupan.
KELEMAHAN:
 Ada banyak model pengalaman keagamaan.
 Setiap “penghayat” mengalami dan memahami pengalaman sesuai
tradisi masing-masing.
 Susah diverifikasi selain oleh yang mengalami.

ARGUMEN MEMBANTAH TUHAN


Argumen Deduktif:
 Kepercayaan terhadap adanya Tuhan membawa kepada banyak
asumsi yang tidak terbukti. Oleh karena itu, dengan menggunakan
“occam razor” kita bisa memotong semua asumsi yang tidak jelas.
Jika ini dilakukan hanya akan menyisakan satu asumsi pasti bahwa
“alam semesta ini ada”.
 Omnipotent Paradox: “Dapatkah Tuhan menciptakan satu batu
yang sangat besar hingga ia sendiri tidak dapat mengangkatnya?”
atau “Kalau Tuhan Maha Kuasa, dapatkah Dia menciptakan satu
makhluk yang lebih kuat dari diri-Nya?”
 Kontradiksi antara sifat Maha Tahu dan Maha Kuasa-Nya Tuhan.
Kemahakuasaan Tuhan mengimplikasikan Tuhan bisa ‘mengubah’
atau ‘melakukan’ apa saja. Bukankah segalanya telah pasti karena
Tuhan telah tahu semua di masa depan? Apa yang diubah? Bisa
mengubah berarti bisa ‘berubah pikiran’, bagaimana Sang Maha
Tahu bisa berubah pikiran?
 Kontradiksi Free Will dan Kemahatahuan Tuhan.
Argumen Empiris:
 Problem Kejahatan
 Kemahakuasaan Tuhan: Mengapa banyak yang masih atheis,
agnostik, dan lain sejenisnya?
 Banyak hal yang semula dianggap ‘supernatural’, saat ini ternyata
dapat dijelaskan secara natural (dengan ilmu pengetahuan)
 Secara induksi: agama-agama kuno (Yunani Kuno, Mesir Kuno, dll)
pada akhirnya dianggap “salah” oleh manusia generasi belakangan.
Secara induktif hal ini berarti theism yang berkembang sekarang
juga akan dianggap salah.
MEMBUKTIKAN TUHAN TIDAK ADA, BISAKAH?
 Tuhan yang mana? Setiap agama, bahkan setiap orang memiliki
deskripsi sendiri tentang Tuhan.
 Membuktikan tidak adanya sesuatu itu mustahil. Misalnya, bisakah
kita membuktikan dajjal itu tidak ada? Seberapa jauh kita bisa
menjelajahi alam semesta?
 Secara umum, orang yang mengklaim keberadaan sesuatulah yang
memiliki kewajiban untuk membuktikan. Terutama jika klaim
tersebut berlawanan dengan azas kenormalan yang ada.
Prinsipnya, an extraordinary claim requires extraordinary evidence.
Jika ada orang mengatakan memiliki pensil, maka saya tidak perlu
menuntut pembuktian karena memiliki pensil adalah hal yang
biasa. Berbeda, misalnya, dengan seseorang mengaku memiliki
pensil emas tidak kasat mata yang mampu mengabulkan segala
keinginan. Klaim tersebut terlalu luar biasa untuk dipercaya tanpa
bukti.

Anda mungkin juga menyukai