Anda di halaman 1dari 9

Eksistensi

Dzat Allah
By: adiesty
si bikin kangen
Latar belakang
Dalam kepercayaan terhadap Tuhan, agama islam mengkajinya dalam disiplin ilmu Tauhid dan ilmu Kalam atau
disebut juga sebagai ilmu Ushluddin. Penjelasan tentang Tuhan dalam Islam banyak ditemukan dikandungan ayat-ayat Al-
qur‟an.
Tidak ada suatu Tuhan selain Allah. Dia, Tuhan yang sebenarnya yang Maha Esa, tempat bersandar semua yang
ada, dan tidak bersifat seperti manusia, yang tak terjangkau dan tak sebanding dengan apapun (tidak
mitologis)- (Q.S. Al-Ikhlās:1-4). Tuhan yang sebenarnya, yang harus dihayati sebagai Yang Maha Hadir dalam hidup ini,
dan senantiasa mengawasi gerak langkah kita-(Q.S. Al-Hadīd:4; Al-Mujādilah;7). Tuhan yang sebenarnya, yang
rida-Nya harus dijadikan orientasi hidup dalam bimbingan hati nurani yang suci mengikuti jalan yang lurus-(Q.S. Ar-Ra’d:
17; Al-Lail: 20).
Pengertian
Menurut KBBI eksistensi memiliki arti keberadaan, sedangkan menurut para ahli eksistensi berasal
dari kata existere (eks= keluar, sistere= ada atau berada). Dengan demikian, eksistensi memiliki arti
sebagai sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya. Jadi eksistensi dzat Allah adalah bukti atau
keberadaan akan dzat atau kebesaran Allah SWT. Akan tetapi eksistensi dzat Allah tidak dapat
disamakan oleh apapun, sehingga muncul argumen-argumen tentang keberadaan atau kebesaran dzat
Allah.
Argumen keberadaan Tuhan secara umum

Argumen Ontologis
01 Ontologis berasal dari kata ontos, yang berarti sesuatu yang berwujud. Ontologi juga bisa disebut
sebagai ilmu yang mempelajari wujud tentang hakikat yang ada. Argumen ini tidak berdasarkan
pada alam nyata semata, namun juga berdasarkan pada logika

Argumen Kosmologis
02 Argumen kosmologis, bisa juga disebut sebagai argumen sebab-akibat. Sesuatu yang terjadi di
alam ini pasti ada sebabnya. Sebab itulah yang menjadikan adanya atau terjadinya sesuatu itu.
“Sebab” lebih wajib dan ada daripada alam itu sendiri. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya
alam ini, bisa dipastikan “Yang Kuasa”, “Maha Besar”. Atau disebut juga to aperion
Argumen Teleologis
03 Berasal dari kata “telos”, yang berarti tujuan. Dengan kata lain, alam ini berproses
denganadanya menuju ke suatu tujuan tertentu. Dan segala yang ada didalamnya
bekerjasama untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam menciptakan sesuatu tuhan pasti
memiliki tujuan, seperti halnya tuhan menciptakan mata untuk manusia.

04 Argumen Moral
Argumen moral dipelopori pertama kali oleh Immanuel Kant (1724 – 1804 M). Kant, dalam
tesis awalnya menyatakan bahwa manusia mempunyai moral dan yang tertanam dalam jiwa
dan hati sanubarinya. Dalam hati sanubari, tentu adanya bisikan-bisikan yang bisa saja kita
namakan perintah. Perintah ini bersifat absolut mutlak dan universal. Perbuatan baik/jahat
dilakukan karena perintah mengatakan demikian.
Argumentasi lain keberadaan tuhan

1. Argumentasi Kesempurnaan.
bahwa ada suatu wujud yang lebih sempurna dari manusia, yang tidak memiliki kekurangan apapun. Wujud
itulah yang kita sebut dengan Tuhan.
2. Argumentasi Keteraturan (nizham).
keteraturan dan keharmonisan alam pasti memiliki pengatur. Pengatur tersebut mestilah memiliki kemampuan
dan kebijaksanaan agar sistem yang mengatur alam tersebut berjalan dengan baik.
3. Argumentasi Keterbatasan atau Kebermulaan (huduts).
hanya ada dua jenis wujud, yaitu wujud terbatas dan tak terbatas maka selain wujud terbatas adalah wujud tidak
terbatas, dengan demikian maka yang mengadakan segala wujud yang terbatas pastilah wujud yang tidak terbatas yang
selalu ada dan tidak pernah tidak ada. Wujud seperti ini kita sebut dengan Allah swt.
4. Argumentasi Kemungkinan (Imkan)
Wujud lain yang menyebabkan keberadaan wujud mungkin tersebut pasti bukanlah bersifat wujud mungkin
juga, karena hal ini akan menghasilkan tasalsul (rentetan tiada akhir) yang menurut hukum akal adalah mustahil.
Artinya, seandainya yang menciptakan alam yang ‘mungkin’ ini adalah sesuatu yang ‘mungkin’ juga.
5. Argumentasi Wujud
Wujud memiliki satu makna yaitu wujud (ada adalah ada) dan menjadi
lawan dari adam atauketiadaan (ada bukanlah tiada). Karena ada memiliki satu makna, maka ia tidak bisa diandaikan
tidak ada. Dengan demikian ada adalah sebuah keniscayaan. Ada yang senantiasa murni dari
ketiadaan inilah yang dikenal dengan Tuhan.
)35( َ‫َأ ْم ُخلِقُوا ِمنْ َغ ْي ِر ش َْي ٍء َأ ْم ُه ُم ا ْل َخالِقُون‬
)36( َ‫ض بَ ْل اَل يُوقِنُون‬ َ ‫ت َواَأْل ْر‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫َأ ْم َخلَقُوا ال‬
َ ‫س َم‬
"Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul?
Ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?. Ataukah mereka telah menciptakan
langit dan bumi?. Sebenarnya mereka tidak
meyakini (apa yang mereka katakan)."

Q.S Ath-Thur(52) : 35-36


SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai