Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FILSAFAT :

FILASAFAT KETUHANAN

DI SUSUN OLEH :
YADIL YAMIN

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI
BAB I
PENDAHULUANAN
A.Latar Belakang
Manusia selalu mencari kebenaran yang hakiki. Konsep ketuhanan bagi manusiaadalah
kebenaran yang mutlak. Di dalam pencarian akan Tuhan manusia melakukan penyelidikan
dan mencari dasar-dasar yang menjadi konsep Tuhan itu. Mungkin konsep ketuhanan sudah
ada pada agama karena agama didasari pada keyakinan.
Dalam suatu agama, konsep ketuhanan sangatlah penting untuk memberikan argumen
tentang konsep-konsep ketuhanannya agar dapat memberikan sebuah penjelasan logis dan
meyakinkan para pemeluk agama tentang kebenaran Tuhan itu sendiri.
Pembuktian wujud Tuhan Agama Islam adalah Allah SWT. Pembuktian wujudAllah SWT
sangatlah susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal yang harus kita
ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta,dunia dan alam ini tidak
mungkin bisa ada tanpa pencipta. Tidak mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya sang
pencipta dan penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan dan alam ini adalah akibat,
sedangkan akibatnya adalah Allah SWT.
Dilihat dari segi bahasa, maka “filsafat” berasal dari kata Arab yang berasal daribahasa
yunani kuno “philosophia” yang merupakan kata majemuk. Philo yang berarti suka atau
cinta, dan Sophia berarti kebijaksanaan. Jadi arti menurut namanya saja yaitu cinta kepada
kebijaksanaan.
Menurut sejarah filsafat, istilah “philosophi” pertama sekali dipergunakan oleh sekolah
Socrates, kemudian Plato menanamkan suatu ilmu pengetahuan tentang kegiatan jiwa
manusia.Guna memahami maksud dan tujuan serta lingkaran pembahasan filsafat, maka tidak
hanya diperlukan makna filsafat menurutbahasa, melainkan lebih dari pada itu
diperlukan pengertian menurut istilah yang diberikan oleh para ahli yang terkandungjauh
lebih luas dibandingkan dengan arti menurut arti bahasa.Percakapan antara Herodates dan
Thucydides (yunani) membayangkan maknafilsafat menurut alam pikiran yunani yakni,
“perasaan cinta kepada ilmu kebijaksanaandengan keinginan untuk memperoleh kepandaian
atau ilmu kebijaksanaan itu”.

1
B. POKOK MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
berikut :
1. Bagaimanakah pemikiran para tokoh filsafat mengenai Tuhan ?
2. Apa sajakah istilah-istilah yang menyangkut dengan filsafat ketuhanan ?
3. Bagaimanakah sifat, dan hakikat Tuhan dalam islam ?
4. Bagaimana hubungan dan kensep Tuhan dengan ilmu, terutama ilmu filsafat ?

PEMBAHASAN
A. PEMIKIRAN PARA TOKOH FILSAFAT TENTANG TUHAN
Berikut adalah pemikiran dan pendapat beberapa tokoh filsafat tentang Tuhan :
1. Ludwig Wittgenstein
Tuhan adalah dzat transedental yang eksistensi-Nya melampaui seluruh matra materi
duniawi, Dia adalah mystic yang tidak pernah dapat diekspresikan dengan bahasa
duniawi. Namun demikian, percaya akan adanya Tuhan itu berarti memahami
berbagai persoalan makna kehidupan.
2. Al-Kindi
Tuhan adalah wujud yang hak. Ia ada dari semula dan ada untuk selama-lamanya.
Tuhan adalah wujud yang sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain. Wujudnya
tidak berakhir dan tidak ada wujud selain daripada-Nya. Tidak berserikat Dia.
Mustahil Ia tidak ada.
Sementara dalam versi lain, Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan
asalnya tidak ada kemudian menjadi ada. Ia selalu mustahil tiada ada. Ia selalu ada
dan akan selalu ada. Oleh karenanya Tuhan adalah wujud sempurna yang yang tidak
didahului oleh wujud lain, tidak berakhir wujud-Nya dan tidak ada wujud kecuali
dengan-Nya.
3. Al-Farabi
Tuhan Allah adalah wujud yang sempurna dan yang ada tanpa sebab suatu sebab,
karena kalau ada sebab bagi-Nya berarti ia tidak sempurna, sebab tergantung kepada-
Nya. Ia adalah wujud yang paling mulia dan yang paling dulu adanya.

2
Karena itu Tuhan adalah zat yang azali (tanpa permulaan) dan yang selalu ada. Zatnya
itu sendiri sudah cukup menjadi sebab bagi keabadian wujud-Nya. Wujud-Nya tidak
terdiri dari hule (matter ; benda) dan form (shurah), yaitu dua bagian yang terdapat
pada makhluk. Kalau sekiranya ia terdiri dari dua perkara tersebut, tentunya akan
terdapat susunan (bagian-bagian) pada Zat-Nya.
4. Aristoteles
Tuhan sebagai ‘Aktualitas Abadi’ yang menyebabkan perubahan dan merupakan
‘Aktualitas Murni’ (Actus Purus) bukan benda material, karena jika penggerak
pertama sebagai benda material berarti dia sebagai subjek yang berubah, padahal dia
adalah ‘Penyebab Awal’ yang tidak terciptakan dan bersifat abadi.

B. SIFAT DAN HAKIKAT TUHAN DALAM ISLAM

Keberadaan Tuhan telah diyakini oleh sebagian besar umat manusia. Namun masih
terdapat sekelompok kecil dari mereka yang merasa Tuhan itu tidak ada. Dalam islam,
bukti-bukti mengenai eksistensi Tuhan telah disebutkan dalam Al-Qur’an.
Diantaranya :
- Surat An-naziat 17-23 :
“Kamukah yang lebih sulit menciptakannya atau langit yang dibangunnya ?” (27)
“Ditinggikan-Nya dan diatur-Nya dengan sebaik-baiknya.”(28)
“Dan dijadikan-Nya malam gelap-gulita dan siang terang cuaca.”(29)
“Dan bumi sesudah itu dikembangkan-Nya”(30)
“Dikeluarkan-Nya dari situ airnya dan padang rumputnya”(31)
“Dan gunung-gunung diletakkan-Nya dengan teguh.”(32)
“Keperluan untukmu dan binatang ternakmu”(33)
- Surat Al-Ikhlash 1-4 :
“Katakanlah : Allah itu Esa.”(1)
“Allah itu tempat untuk meminta.”(2)
“Tiada beranak dan tiada diperanakkan (beribu-bapak).”
“Dan tiada seorang pun yang serupa dengan dia.”

3
- Al-An’am ayat 3 :
“Dan Dia Allah Penguasa di langit dan di bumi, mengetahui rahasiamu dan yang
kamu terangkan, dan mengetahui apa yang kamu usahakan.”
Al-Farabi, sebelum membicarakan tentang hakikat Tuhan dan sifat-sifat-Nya, ia
terlebih dahulu membagi wujud yang ada menjadi dua bagian, yaitu :
1. Wajibul wujud lighairihi. Yaitu wujud yang nyata karena lainnya. Contohnya
adalah wujud cahaya yang tidak akan ada kalau sekiranya tidak ada matahari.
2. Wajibul wujud li dzatihi. Yaitu wujud yang apabila diperkirakan tidak ada,
maka akan timbul kemuslihatan sama sekali. Kalau ia tidak ada, maka yang lima pun
tidak akan ada sama sekali. Ia adalah sebab Yang Pertama bagi semua wujud. Wujud
Yang Wajib tersebut dinamakan Tuhan (Allah).
Wujud Tuhan adalah wujud yang paling sempurna., karena wujud yang sempurna itu,
maka wujud tersebut tidak mungkin terdapat sama sekali pada selain Tuhan, seperti
halnya dengan sesuatu yang sempurna indahnya ialah apabila tidak terdapat
keindahan semacam itu pada lainnya atau dengan kata lain Ia menyendiri dengan
keindahan-Nya itu. Karena itu Tuhan adalah Esa dan tidak ada sekutu-Nya.
Sifat-sifat Tuhan telah banyak disebutkan dalam cabang ilmu tersendiri yaitu ilmu
tauhid/ilmu Kalam. Terdapat 3 sifat bagi Allah, yaitu : sifat wajib bagi Allah
berjumlah 20, sifat Mustahil bagi Allah berjumlah 20, dan sifat jaiz bagi Allah hanya
satu . Sifat tersebut dalam filsafat dikemukakan oleh Sanusi dengan sebutan Hukum
Budi Yang Tiga.

4
C. HUBUNGAN KONSEPSI TUHAN DENGAN ILMU FILSAFAT

Dalam islam, konsep ilmu tidak dapat dipisahkan dari konsep Tuhan, karena semua
‘ilmu berasal dari-Nya. Ilmu-Nya adalah absolute dan menyeluruh, mencakup yang
tampak maupun yang tersembunyi. Tuhan mengetahui segalanya, tidak ada yang tidak
diketahui-Nya di dunia ini. Dia adalah awal dan akhir dari segala pengetahuan.
Filsafat dan agama memiliki ‘permainan’ yang berbeda dalam hal ketuhanan. Dalam
perspektif filsafat, Tuhan merupakan ‘something to be argued about’, sedangkan
dalam perspektif agama Tuhan merupakan ‘something to be sacrificed form’ yang
tergambar di dalam segenap aktivitas masyarakat.
Fungsi filsafat dalam kaitannya dengan distingsi Ketuhanan adalah sebagai alat
analisis konseptual yang terkandung di dalam hal ihwal Ketuhanan. Melalui filsafat
orang akan mengerti bahwa kata Tuhan tidak hanya memiliki satu arti, melainkan
bermacam-macam arti. Sebagai contoh, ‘Allah-nya orang Arab sebelum Islam
berbeda dengan ‘Allah-nya islam. Perbedaan itu antara lain karena Allah-nya orang
orang Arab memiliki persekutuan dan anak yang semuanya minta dilayani dalam
bentuk sajian dan ketundukan dari manusia, sedangkan ‘Allah-nya’ Islam,
sebagaimana yang terekam singkat dalam al-Qur’an Surat al-ikhlash berada dalam
pengertian paham monotheisme murni, karena Tuhan dalam Islam dipahamkan
sebagai Dzat Tunggal yang tidak sebanding dengan apapun, Dzat yang tidak
memerlukan persekutuan, Dzat yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, Dia
adalah awal dan akhir dari segala harapan.

5
PENUTUP

KESIMPULAN
A. Pemikiran para tokoh filsafat tentang Tuhan disampaikan antara lain oleh
Ludwig Wittgenstein, Al-Kindi, Al-Farabi, dan Aristoteles. Masing-masing
mengemukakan pendapatnya tentang Tuhan.
B. Dalam filsafat ketuhanan muncul pula berbagai istilah-istilah mengenai
ketuhanan, diantaranya : Teodise, Theisma, Henotheism, Ketuhanan Maha Tiga
(Trinitheisma), dan Monotheisma Murni.
C. Sifat dan Hakikat Tuhan dalam islam telah tercantum dalam Al-Quran, selain itu
salah satu filsuf, Al-Farabi mengemukakan teori wujud yang terbagi menjadi dua,
yaitu wajibul wujud lidzatihi dan wajibul wujud lighairihi. Sifat Tuhan juga dijelaskan
dalam cabang ilmu tersendiri yaitu ilmu tauhid.
D. Segala ilmu berasal dari Allah. Termasuk ilmu filsafat. Ilmu filsafat mempunyai
hubungan dengan Tuhan karena Tuhan termasuk salah satu objek yang dikaji dalam
bab metafisika. Salah satu fungsi filsafat dalam Ketuhanan adalah sebagai analisis
konseptual.

Anda mungkin juga menyukai