A. Pendahuluan
Problematika ketuhanan merupakan problem universal yang selalu ada dalam
babakan sejarah manusia, sehingga problema ketuhanan tetap dianggap sebagai tema pokok
dalam sejarah filsafat. Masalah Tuhan berada pada tingkat pertama spekulasi filosofis. Relasi
Tuhan dengan manusia maupun alam merupakan fenomena baru masyarakat modern dalam
memahami Tuhan, sehingga pendekatan epistemologis menjadi sebuah keharusan. Tuhan
dipahami dalam perspektif antroposentris dengan titik tekan pada relasi antara Tuhan dengan
manusia dan alam. Relasi antara Tuhan dengan manusia menimbulkan pemikiran-pemikiran
yang secara filosofis cenderung imanen pada satu sisi dan transenden pada sisi yang lain,
bahkan menimbulkan pemikiran yang menganggap bahwa Tuhan itu imanen sekaligus
transenden.1
Relasi keduanya yang melahirkan konsep imanensi dan transendensi ini dalam
perkembangan berikutnya menimbulkan paham-paham ketuhanan yang menjadi perdebatan
di antara paham-paham tersebut. Tuhan dianggap sebagai imanen sekaligus transenden bagi
penganut teisme. Tuhan dianggap sebagai transenden terhadap alam dan manusia bagi kaum
Deisme. Tuhan dianggap sebagai yang imanen bagi kaum panteisme. Di samping itu, ada
juga yang pesimis bahwa akal manusia bisa menjangkau Tuhan sebagaimana kaum
agnostisisme.
Perdebatan tentang eksistensi Tuhan menjadi penting karena merupakan kunci dari
semua pintu kajian tentang agama secara keseluruhan. Setiap agama akan dimulai dari
pembahasan tentang keyakinan tentang eksistensi Tuhan. Apabila meyakini eksistensi Tuhan,
maka seseorang secara sah disebut beragama (theism), dan apabila menolak eksistensi Tuhan,
maka seseorang dapat digolongkan kepada menolak agama atau tidak beragama (atheism).
Artikel ini dimaksudkan untuk menyelami sejarah dan pemikiran para filosof Barat dalam
memberikan argumen-argumen eksistensi Tuhan. Kajian ini menemukan bahwa eksistensi
Tuhan dalam berbagai pemikiran filsafat Barat telah memicu perdebatan serius yang
melibatkan ranah akal dan hati.
B. Pembahasan
1
Suhermanto Ja’far, Panenteisme: Fenomena Baru Ketuhanan dalam Perspektif Metafisika. pdf, 1
1. Pengertian Tuhan dalam filsafat
Tuhan didefinisikan dari sifat-sifatnya; maha tahu, maha hadir, kekal, pencipta
segala sesuatu. Dan hanya tuhanlah yang memiliki sifat-sifat itu, jika ada mahluk yang
memiliki sifat demikian maka itu merupakan suatu kemustahilan. Namun lebih
lagi, Tuhan bukan ada begitu saja, tetapi selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa kecil
maupun besar manusia. Artinya adalah yang memiliki sifat-sifat seperti itu hanyalah
tuhan, bukan makluk lagi seperti manusia maupun hewan, karena yang kekal adalah
tuhan, sedangkan manusia terbatas akan esensi dan eksistensinya. Dan sifat-sifat Allah
memiliki sifat itu tidak memiliki batas.
Tuhan dipahami sebagai Maha kuasa, hanya tuhanlah yang memiliki kekuasaan
yang tiada batas, dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada kesepakatan bersama
mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme,
deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta
sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. secara logika, dan dimensi sanubari
tuhan hanyalah satu sebagai pengurus alam semesta, hanya tuhanlah yang bisa
menggerikan dan mengurus alam semesta ini. Dan tuhan adalah Esa, yang mana keesaan
tuhan tidak bisa digandakan baik di tambah maupun di kurangi, karena pada dasarnya
jika tuhan lebih dari satu, tentu akan ada perselisihan, pasalnya Apabila Tuhan lebih dari
satu maka hanya satu saja yang tampil sebagai yang pertama, dan juga seandainya ada
dua pencipta, maka akan kacau ciptaan, karena tidak akan terwujud, jika masing-masing
pencipta menghendaki sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang lain, maka kalau
keduanya berkuasa, ciptaan pun akan kacau atau tidak akan mewujud, kalau salah satu
mengalahkan yang lain, maka yang kalah bukan Tuhan, dan apabila mereka berdua
bersepakat, maka itu merupakan bukti kebutuhan dan kelemahan mereka, sehingga
keduanya bukan Tuhan, karena Tuhan tidak mungkin membutuhkan sesuatu atau lemah
atas sesuatu.2
Eksistensi Tuhan adalah salah satu masalah paling fundamental manusia, karena
penerimaan maupun penolakan terhadapnya memberikan konsekuensi yang fundamental.
Alam luas yang diasumsikan sebagai produk sebuah kekuatan yang maha sempurna dan
maha bijaksana dengan tujuan yang sempurna berbeda dengan alam yang diasumsikan
sebagai akibat dari kebetulan atau insiden. Manusia yang memandang alam sebagai hasil
2
Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari–Juni 2016
penciptaan Tuhan Maha Bijaksana adalah manusia yang optimis dan bertujuan. Karena
pada dasarnya tidak ada mahluk lagi yang bisa membuat dan mengatur alam semesta ini
kecuali Tuhan. Sedangkan manusia yang memandang alam sebagai akibat dari
serangkaian peristiwa acak atau chaos adalah manusia yang pesimis, nihilis, absurd dan
risau akan kemungkinan-kemungkinan yang tak dapat diprediksi.
2. Konsep Tuhan dalam pandangan Al-Kindi
Al-Kindi adalah satu satu tokoh filsuf Islam yang lahir sebelah timur tepatnya di
kuffah irak dan wafat di baghdad irak, nama lengkap al-kindi adalah Abu Yusuf Yaʻqub
ibn Isḥaq aṣ-Ṣabbaḥ al-Kindi. Ia merupakan tokoh filsuf arab yang mahir dalam bahasa
yunani, sehingga banyak sekali karya-karya yang dari yunani di terjemahkan kedalam
bahasa arab.
Oleh karena itu, alam ini tidak abadi, karena alam itu diciptakan dan setiap
ciptaan-Nya pasti nantinya musnah. Da tuhan akan selalu kekal yang tiada batas. Di sisi
lain, untuk membuktikan keesaan tentang Tuhan, Al Kindi mencoba membuktikan
dengan berdasarkan pada Al-Qur'an. Di mana keesaan Tuhan itu tidak mungkin di sifati
dengan apa yang ada dalam fikiran. Tuhan adalah keesaan belaka, bukan benda, bukan
forma dan bukan genus, bukan spesies, tidak bergerak, akan tetapi keesaan Tuhan
hanyalah berlandaskan pada tauhid Islam, yang menyatakan secara tegas bahwa Tuhan
adalah Maha Yang Paling Benar atas segala yang ia kehendaki dan itulah mengapa tuhan
maha suci.
Tuhan adalah Pencipta. Tuhan adalah yang Benar Pertama (al-Haqq al-Awwal)
dan Yang Benar Tunggal. AL-Kindi juga menolak pendapat yang menganggap sifat-sifat
Tuhan itu berdiri sendiri. Tuhan haruslah merupakan keesaan mutlak. Bukan keesaan
metaforis yang hanya berlaku pada obyek-obyek yang dapat ditangkap indera. Menurut
Al-Kindi, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut lain yang terpisah dengan-
Nya, tetapi sifat-sifat dan atribut-atribut tersebut haruslah tak terpisahkan dengan Zat-
Nya. Al-Kindi menganggap filsafat Ketuhanan mendapat derajat atau kedudukan yang
paling tinggi dibandingkan dengan lainnya. Dan ini akan menjurus pada ketauhidan.
Karena pada dasarnya membahas tentang ketuhanan membutuhkan logika yang ekstra, Ia
memandang pembahasan mengenai Tuhan adalah sebagai bagian filsafat yang paling
tinggi kedudukannya.
Imanuel Kant merupakan salah satu tokoh filsuf dari barat yang lahir dan
meninggal di konigsberg, atau yang dikenal negara Rusia, tidak diragukan lagi bahwa
pemikiran-pemikafan Imanuel Kant sangatlah tajam, sehingga banyak sekali karya-karya
dan ide-idenya yang dapat digunakan oleh generasi selanjutnya.
Dan dalam konsep tuhan ia menggap bahwa tuhan adalah sesuatu yang mengatur,
dan Ide regulatif tidak memiliki referensi diluar pikiran manusia. Kant hanya menegaskan
urgensi logis konsep Tuhan bagi kesatuan pengetahuan. Akan tetapi, urgensi logis tidak
cukup memadai sebagai argumen pembuktian eksistensi Tuhan. Di dalam filsafat teoretis
Kant, status Tuhan bukan lagi transenden tetapi transendental. Perubahan status Tuhan
menjadi transendental memiliki dampak ganda. Di satu sisi, Kant memberikan
pendasaran rasionalitas konsep Tuhan. Akan tetapi di sisi lain, Kant menghindari
penegasan terhadap eksistensi Tuhan.
Di dunia belahan Timur mereka lebih menekankan pada intuisi dan juga pada
batiniah, spiritual, dan mistis. Sehingga mereka yakin bahwa tuhan itu ada dan nyata akan
keeksistensiannya, sebab karena tuhanlah mereka bisa merasakan ketenangan dan
kenyamanan pada hati mereka. Berdasarkan hal inilah maka orang Timur mempercayai
bahwa dengan memiliki jiwa yang baik maka mereka akan mencapai kebijaksanaan dan
kebaikan hidup. Jika di daerah timur manusia merupakan bagian dari alam. jika orang
timur lebih kepada “to be is more important than to do” (kehadiran lebih penting dari
pada seseorang perbuat), jadi orang timur kurang suka dengan pertentangan dan konflik
(Kebung, 2011: 8). Maka dari itulah mereka percaya bahwa kebijaksanaan datangnya dari
tuhan.
Cara berfikir orang timur lebih pada cara mereka melihat dunianya, bagaimana
mereka melihat diri sendiri dan sesama, dan bagaimana mereka menggantungkan diri
pada Sang Pencipta. Artinya adalah mereka berfikir secara komprehensif bahwa dunia
dan adanya diri kita dan sesama pasti ada campur tangan tuhan, pasalnya terkadang ada
orang yang melakukan kesamaan agar sama, namun kegagalan pasti ia alami. Persprektif
filsafat orang timur lebih pada human dan religius. Dengan inilah mereka percaya bahwa
tuhan lah yang membuat segala kebaikan itu adalah tuhan. Paham tentang religius dan
kosmis mereka melekat dan menguasai tata kehidupan orang timur. Pendekatan mereka
lebih pada emosional-spiritual dari pada rasional-teoritis. Jadi paham-paham falsafah
yang berkembang seperti Hinduisme, Budhisme, Konfusius dll. Misalnya saja, filsafat
India dapat terbagi menjadi filsafat Hindu dan filsafat Buddhisme, sedangkan filsafat
Tiongkok dapat terbagi menjadi Konfusianisme dan Taoisme. Belum lagi, banyak terjadi
pertemuan dan percampuran antara sistem filsafat yang satu dengan yang lain, misalnya
Buddhisme berakar dari Hinduisme, namun kemudian menjadi lebih berpengaruh di
Tiongkok ketimbang di India. Ini semua merupakan agama yang mengajarkan segala
peraturan kepada manusia bahwa manusia itu tidak terlepas dari tuhan. Filsafat
Timur merupakan sebutan bagi pemikiran-pemikiran filosofis yang berasal dari dunia Timur
atau Asia, seperti Filsafat Tiongkok, Filsafat India, Filsafat Jepang, Filsafat Islam, Filsafat
Buddhisme, dan sebagainya.
Pandangan filosofis orang timur dengan melihat berbagai macam sosiokultur dan
keadaan masyarakat yang di anut oleh manusia di daerah bagian Timur jadi bagaimana
cara mereka berfikir, menilai dunia dan hidup mereka jadi pandangan orang Timur dalam
melihat kosmologi. Orang Timur memandang kosmos sebagai sesuatu yang tercipta dari
Tuhan dan diberikan kepada manusia. Pandangan falsafah orang Timur kosmos adalah
dunia dengan sesuatu yang tercipta dan diberi dari sang kuasa. Kosmos selalu dikaitkan
dengan sesuatu yang bersifat ilahi, karena tidak ada manusia atau malaikat atau mahluk
lainya yang mengatur kosmos ini selain tuhan, sebab orang timur percaya bahwa tidak
mungkin alam semesta dengan keharmonisannya ini berjalan sendiri tanpa ada yang
menggerkan, seperti berputarnya bumi yang mengelilingi matahari sesuai dengan
porosnya, dan itu sungguh mustahil jika ada mahluk yang bisa mengatur sedemikian
trupa kecuali tuhan, kosmos bersifat suci dan kudus sehingga di anggap sebagai wujud
yang menguasai manusia dan manusia harus memberi hormat dan sembah (Kebung,
2011: 14).
Banyak orang yang mencari ketenangan di daerah Timur karena dianggap memiliki
suatu keadaan yang mendamaikan dan mententramkan jiwa. Cara pandang filsafat Timur
lebih pada realita yang terjadi di sekitarnya, lebih memikirkan tentang dunia dan
sesamanya.
Dalam filsafat barat yang dijadikan subjek adalah manusia dan alam dijadikan
objek, jadi mereka memanfaatkan alam untuk kepentingan mereka sedangkan di filsafat
timur alam dan manusia lebih menyatu. Pandangan Filsafat Barat terhadap cita-cita hidup
di isi dengan bekerja dan bersikap aktif sebagai kebaikan tertinggi. Dengan sifat yang
rasional filsafat barat lebih memandang dengan bekerja keras maka segala kebutuhan
akan terpenuhi. Karena ia yakin bahwa rasioanal merupakan alat terpenting untuk
mencapai pengetahuan dan menetasnya dengan menyadarkan diri pada sumber logika dan
intelektual.