Anda di halaman 1dari 9

TUHAN DALAM PANDANGAN FILSAFAT YUNANI KUNO

Makalah ini di ajukan demi memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Dosen pengampu : Elsi Ariani S.Si, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 9

Lailatusyarifah 161220090
Siska Itaniyah 161220092

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
2017M/1439 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat illahi rabbi


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “TUHAN DALAM PANDANGAN FILSAFAT YUNANI KUNO”
tepat pada waktunya.
Penulisan naskah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu mata kuliah “FILSAFAT
UMUM”. Adapun isi dari makalah yaitu tentag ilmu pancasila sebagai sistem filsafat.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. oleh karena itu, sangatlah diharapkan
saran dan kritik agar dapat menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.

Serang,5 April 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama dan filsafat adalah dua kekuatan yang mewarnai dunia, agama pada
pokoknya adalah iman (hati, rasa), filsafat pada dasarnya rasio (akal), oleh karena itu
wajarlah bila perkembagan budaya selalu dilator belakangi oleh pergulatan antara akal
dan hati, antara rasio dan iman, atara agama dan filsafat.
Bangsa yunani sangat sangat patuh dengan agama mereka yaitu peyembahan
terhadap dewa-dewi Olympus serta mengimani segala mitosnya, pada zaman ini iman
agama mendominasi, hingga datanglah periode thales dan para sofis yang lebih
mengedapankan akal dari pada hati/iman, agama atau iman lambat laun tergeser
dominasinya oleh akal yang membuat kacau dengan merelativkan kebenaran.
Pada oeriode kacau ini manusia adalauh ukuran semua kebenaran relative ,
teori sains diragukan, kaidah agama dicurigai, apalagi para penggagas relativisme
yaitu para solfies sangat berpengaruh pada periode ini, mereka dijadikan guru, hakim
dan amat dekat berhubungan dengan para kalangan bangsawan Athena, jadi bisa
dipastikan semakin kacaulah orang Athena.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian tentang tuhan dalam filsafat umum?
2. Bagaimanakah penjelasan tentang tuhan dalam pandangan filsafat yunani
kuno?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang pengertian tuhan dalam ilmu filsafat
2. Mengetahui penjelasan tentang tuhan dalam pandangan filsafat yunani kuno
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tuhan dalam Ilmu filsafat Umum
Ilmu filsafat disebut dengan filsafat ketuhanan yang berarti, pemikiran tentang
tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai
pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama
Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah
untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan
kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang
tuhan.
Adapun pengertian tentang ALLAH dan penelitiannya dalam ilmu filsafat
yaitu: Penelaahan tentang ALLAH dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi.
Hal ini bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam
semesta, yakni makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai
kausa pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi
ilmu, bukan pula pada Teodise. Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus
dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan,
sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah
cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan
dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka para filsuf
mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik,
dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu dan gambaran Allah
melalui sekitar diri kita. Ide tentang Allah pada orang beragama secara umum
biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang Maha Tinggi" (Anselmus mengatakan:
"Allah adalah sesuatu yang lebih besar dari padanya tidak dapat dipikirkan
manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Baik dan sebagainya.
Menurut Anselmus, ajaran-ajaran kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi
tanpa bantuan otoritas lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja). Bahkan ia bisa
menjelaskan eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga
oleh mereka yang tidak beriman. Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang
menerima begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan
mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.
Adapun beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli filosofi
mengenai tuhan :
1. Descartes (1596-1650)
Rene Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya
yang merupakan “gabungan antara pietisme Katolik dan sains. Descartes
adalah seorang filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran ide Allah.
Tantangan yang mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya,
The Methode of Doubt , bahkan menurutnya,"indera bisa saja menipu,
Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita
yang membayangkan”. Dalam menjawab skeptisisme orang-orang pada
masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau, dekat kota Ulm - Jerman,
disebut sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari meditasi yang
dilakukan, dia menemukan Cogito, ergo sum tahun 1618. Karena orang
pada zamannya meragukan apa yang mereka lihat, maka hal ini dipatahkan
oleh Descartes bahwa apa yang dipikirkan saja sebenarnya sudah ada,
minimal di pikiran. Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak
bisa menyangkal dirinya sendiri. Jadi Allah di sini juga demikian, Allah
sudah ada dengan sendirinya, bahkan lebih jauh Descartes mencari bukti-
bukti empiris yang dia warisi dari para pendahulunya Keterbukaan untuk
mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat
dipikirkan pasti bisa ada. Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah,
kemudian juga relasi bahwa manusia, binatang, malaikat, dan obyek-obyek
lain ada karena natural light yang adalah Allah sendiri.
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman, yang
pada akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia cenderung
menolak Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar Aku sampai pada Allah.
Jalan yang pertama adalah sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti
diakibatkan oleh penyebab pertama, yaitu Allah.
Jalan yang kedua adalah secara ontologis, yang diwarisinya dari Anselmus.
Allah yang ada itu tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu
entitas lain, maka Allah pasti ada dan bereksistensi. Maka Allah yang ada dalam ide
Descartes sempurna sudah, bahwa Dia ada dan dapat diandalkan dalam relasi dengan
entitas lainnya itu.
2. Imanuel Kant (1724-1804)
Ajaran Kant tentang Allah ditemui dalam hukum moralnya melalui
beberapa tahap: 1. Allah adalah suara hati, 2. Allah adalah tujuan
moralitas, 3. Allah adalah pribadi yang menjamin bahwa orang yang
bertindak baik demi kewajiban moral akan mengalami kebahagiaan
sempurna.
B. Tuhan dalam Pandangan Filsafat Yunani Kuno
Filosof pertama Yunani Kuno dalam mencari sumber segala sesuatu dan
pencipta makhluk mereka sampai pada satu konsep yang bernama Tuhan. Mereka
berpandangan bahwa sumber alam semesta terdiri dari empat unsur. Misalnya Thales
berpandangan bahwa sumber segala sesuatu berasal dari air. Demokritus
mengganggap bahwa sumber alam semesta adalah dari api. Sementara filosof lainnya
menilai bahwa sumber segala sesuatu adalah dari udara atau api.
Pembahasan rinci tentang dewa-dewa dalam pandangan orang-orang Yunani
disebutkan dalam karya Homer dan Hesiod. Apabila kita ingin membatasi pada karya
Iliad Homer kita menyaksikan bahwa redaksi kalimat “Tuhan” nampak yang
disebutkan untuk segala jenis entitas yang aneh. Dalam pemikiran Yunani, gambaran
ketuhanan diperoleh dari gambaran tentang tabiat (nature) dan prinsip yang berlaku di
dalamnya. Yang dimaksud dengan entitas-entitas aneh adalah kekuatan Ilahi yang
membuat orang-orang Yunani mampu menata perbuatan-perbuatan dan pikiran-
pikirannya berdasarkan kekuatan tersebut. Tentu saja Tuhan mereka tidak dapat
disamakan dengan Tuhan Tunggal yang kita kenal saat ini.
Pada dasarnya, “Terdapat pandangan dan teori-teori ihwal konsep dan
keberadaan Tuhan dalam school of thoughts (aliran-aliran) filsafat, agama-agama dan
sejarah, namun tidak satu pun dari pandangan dan teori ini yang memiliki makna dan
konsep stabil serta tidak berubah-ubah tentang Tuhan.
Tuhan dalam kebudayaan Yunani pada masa sebelum kedatangan Sokrates
memiliki dua sisi berbeda secara asasi dengan gambaran-gambaran lain tentang
Tuhan. Dua sisi itu pada kehidupan dan pujaan manusia. Peran Tuhan dalam
pandangan Plato (Pencipta, ide atau imaginasi) adalah memberikan dan mengadakan
unsur-unsur yang ada, namun gangguan yang terdapat dalam jagad raya dan gambaran
sempurna keindahan jagad raya diperoleh dengan memberdayakan keindahan ide-ide.
Tuhan Aristoteles (Penggerak tak bergerak, Prime Mover) adalah sebab tujuan alam,
namun bukan sebab pelaku dan boleh jadi sebab pelaku lebih dari satu.
Adapun filsafat Skolastik (abad pertengahan) pandangannya tentang Tuhan berasal
dari dua sumber: Alkitab dan filsafat Yunani.
Para teolog dan bapa-bapa Gereja memanfaatkan redaksi ayat ini "AKU
ADALAH AKU" dan memaknainya bahwa Allah Swt itu ada dan sumber segala
sesuatu. Karena itu, pencipta alam semesta dan manusia dalam setiap kondisi adalah
tunggal. Namun Tuhan pencipta juga harus berkuasa mutlak dan mahamengetahui
secara mutlak. Secara logis, Tuhan yang Mahakuasa secara mutlak harus nir batas,
self existence (ada dengan sendirinya), abadi dan azali (sarmadi), simpel dan maha
sempurna dari segala sesuatu. Ulasan dan paparan pemikiran filosofis dalam masalah
teologi Kristen mengemuka dengan memanfaatkan beberapa terminologi Yunani
dalam karya-karya teologi ternama, Santo Agustin dan Santo Thomas Aquinas.
Tuhan dalam pandangan Santo Agustin adalah Tuhan Alkitab dalam format
pemikiran Plotinus (beriman kepada Tuhan [Esa] sebagai Sumber Pertama). Sesuai
dengan keyakinan Plotinus esa (oknum pertama) yang menciptakan akal universal
(oknum kedua) dan akal universal adalah pencipta jiwa universal (oknum tiga).
Tuhan dalam pandangan Aquinas adalah Tuhan Alkitab dalam format filsafat
Aristoteles. Aquinas sembari mengikuti jejak langkah filsafat Aristotelian, ia bahkan
menjelajah lebih jauh; karena konsep kepelakuan (agency) dalam pandangannya
adalah kepenciptaan (khaliqiyat) dan kepengaturan (rububiyat). Sementara konsep
penggerak tanpa gerak Aristoteles hanyalah sebab tujuan dan tidak ada kaitannya
dengan penciptaan dan pengaturan jagad raya dan manusia.
Sejatinya, perbedaan Tuhan para filosof Kristian dan dewa-dewa Yunani dan
Romawi adalah pada sisi kepenciptaan (khâliqiyyah) Tuhan. Perbedaan ini terletak
pada akar realitas bahwa “Ajaran Kristen bukanlah ajaran filsafat melainkan pada
dasarnya merupakan ajaran agama untuk kebahagiaan manusia yang disampaikan
oleh Yesus Kristus, namun filsafat Yunani adalah sebuah metodelogi untuk mengurai
dan memaparkan jagad raya.
Hal ini merupakan titik pembeda pemikiran Yunani dan pemikiran Kristen.
Pasca filsafat Skolastik, dengan kemunculan Descartes, masa dan abad baru dalam
sejarah metafisika pun bermula. Tuhan dalam filsafat Descartes tidak memiliki derajat
eksistensial melainkan memiliki derajat epistemologikal. “Dalam sistem filsafat
Descartes, Tuhan disandarkan pada pemikiran manusia, baik dari sisi sumber
pemikiran manusia dalam menetapkan keberadaan Tuhan. Dalam filsafat Descartes
Tuhan yang mengemuka adalah Tuhan dalam pandangan epistemologis ketimbang
Tuhan ontologis.
Yang dimaksud Descartes terkait dengan kalimat “Tuhan” adalah substansi
yang tidak terbatas (sarmadi [abadi dan azali), ada dengan sendirinya,
Mahamengetahui secara mutlak, Mahakuasa secara mutlak yang menciptakan saya
sendiri dan segala sesuatu yang ada.
Dampak negatif keraguan metodis (cogito ergo sum) Descartes yang sedianya
ingin menetapkan Tuhan secara rasional pada akhirnya menyebabkan munculnya
aliran Skeptisisme, “Kemunculan David Hume di Inggris dan Immanuel Kant di
Jerman pada abad ketujuh belas (17) dan penyebaran karya-karya mereka telah
berujung pada semakin tersudutnya masalah metafisika. Demikian juga pada abad 19,
karena tersebarnya teori-teori ilmiah seperti teori evolusi Darwin dan mekanika
Newton terbentuklah ruang-ruang utama pemikiran Atheisme.
Dalam teori evolusi, khususnya Tuhan yang digambarkan oleh penganut aliran
Deisme (aliranya yang menyatakan konsep Tuhan gaib yang menggerakan jagad raya
pada masa yang sangat-sangat lampau kemudian meninggalkannya begitu saja) yang
mempersoalkan masalah Tuhan secara serius. Pemikiran mekanis juga
mendeskripsikan segala sesuatu secara mekanis.

Bagaimana pun, “Meski Tuhan Pencipta (Demiurge) Plato, Penggerak tak bergerak (Prime
Mover) Aristoteles, Tuhan Esa Plotinus, Tuhan Mahakasih orang-orang Gereja (Bapa langit),
substansi nir batas dan Mahapencipta Descartes, Tabiat yang menciptakan tabiat-tabiat
Spinoza (Natura naturans), Yang Menganugerahkan moralitas Kant, Spirit atau ide mutlak
Hegel, kesemuanya menyinggung tentang Realitas Tunggal yang kita sebut sebagai Tuhan,
namun beberapa terma ini sama sekali tidak bermakna satu. Hal yang patut untuk
diperhatikan bahwa orang-orang yang mengingkari dan orang-orang yang meragukan
keberadaan Tuhan juga tidak memiliki pemahaman yang tunggal dan bersifat tetap.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kami menyimpulkan dari matri diatas:
a. Ilmu filsafat disebut dengan filsafat ketuhanan yang berarti, pemikiran tentang
tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai
pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama
agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di
dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para
manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan
manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak,
namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk
sampai pada kebenaran tentang tuhan.
b. “Meski Tuhan Pencipta (Demiurge) Plato, Penggerak tak bergerak (Prime
Mover) Aristoteles, Tuhan Esa Plotinus, Tuhan Mahakasih orang-orang Gereja
(Bapa langit), substansi nir batas dan Mahapencipta Descartes, Tabiat yang
menciptakan tabiat-tabiat Spinoza (Natura naturans), Yang Menganugerahkan
moralitas Kant, Spirit atau ide mutlak Hegel, kesemuanya menyinggung
tentang Realitas Tunggal yang kita sebut sebagai Tuhan, namun beberapa
terma ini sama sekali tidak bermakna satu. Hal yang patut untuk diperhatikan
bahwa orang-orang yang mengingkari dan orang-orang yang meragukan
keberadaan Tuhan juga tidak memiliki pemahaman yang tunggal dan bersifat
tetap.
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Salam.Burhanuddin.PengantarFilsafat.2003.Jakarta: PT Bumi Aksara.191.

Prof. DR.Tafsir.Ahmad.Filsafat Umum.2008.Bandung: PT Remaja Rosakarya.116.

A.Wiramihardi,Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama

id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ketuhanan,tgl 07 april 2017

Anda mungkin juga menyukai